AKU BENCI AYAHKU 35
(Tien Kumalasari)
Monik terpana. Gadis itu cantik, bergelayut manja di lengan Tomy. Wajah Tomy tampak cerah. Ketika si gadis bicara, Tomy menatapnya dengan senyuman manis. Senyum yang tidak pernah diberikannya kepada dirinya, selama menjadi istrinya. Sikapnya juga manis, keduanya tampak bahagia. Gadis itu ceriwis, tapi Monik tak bisa mendengar apa yang dikatakannya. Tapi kelihatannya hal-hal yang dibicarakan gadis itu seperti hal yang lucu. Tomy terkekeh sambil terus berjalan, kesebuah meja yang agak jauh dari mereka. Monik bersyukur. Tomy seperti tak melihat mereka, karena dia duduk membelakangi mereka. Tapi ada perasaan aneh di hati Monik. Cemburu? Monik mengibaskan perasaan itu. Bukankah dia tak pernah mencintainya setelah usahanya mencintai tak pernah berhasil?
“Kamu melihat dia?” tiba-tiba tanya pak Drajat.
Monik mengulaskan senyuman tipis, sambil menggeleng lemah.
Gadis itu cantik, tingginya hanya sebatas pundak Tomy. Tapi Tomy kelihatan suka. Pak Drajat menatapnya tanpa rasa. Apakah dia marah, atau kesal. Tampaknya tidak. Seperti merasakan ada angin lewat, lalu ia melanjutkan makan. Sementara Boy yang asyik mengecap es krim, tidak melihat kehadiran sang ayah yang dibencinya. Tapi pak Drajat sebentar-sebentar menoleh ke samping, dimana Tomy dan gadis itu duduk. Yang dipandanginya adalah gadis itu.
“Apakah Tomy baru menemukan seseorang yang benar-benar disukainya? Sementara kepergian Monik dan Desy seperti tak membuatnya kehilangan,” kata batin pak Drajat.
“Apa yang kamu rasakan ketika melihat mereka?”
Monik mengangkat wajahnya. Sang ayah mertua sedang menguji perasaannya. Haruskah dia mengatakan bahwa dia cemburu? Atau tak ada perasaan apa-apa?
“Aku mengerti apa yang kamu rasakan. Bagaimanapun Tomy masih suami kamu. Adakah seorang wanita yang rela apabila suaminya berbagi cinta?”
Monik tersenyum. Ia teringat pada Desy. Begitu mengetahui Desy adalah istri siri Tomy, apakah dia sakit hati? Bahkan dia punya seorang anak dari Tomy. Tapi Monik menerimanya dengan baik. Mungkin karena Desy juga bersikap baik, bahkan mengajaknya bersahabat. Ketika Desy ingin menemuinya secara khusus, ia hanya ingin mengatakan bahwa dia adalah istri Tomy. Tak ada kesal, tak ada benci.
“Tidak, Pak. Monik tidak merasakan apa-apa.”
“Itu tidak benar. Kamu bohong. Kamu menolak untuk bersatu, bukan karena kamu tak suka, tapi karena dia,” kata pak Drajat sambil melirik ke arah Boy yang hampir menghabiskan es krimnya.
“Sesungguhnya aku ingin kalian bersatu kembali,” lanjut sang ayah mertua yang lebih diperpelan agar Boy tak begitu mengerti maksudnya.
Monik menundukkan mukanya. Ia mempermainkan sendoknya di piring, yang masih tersisa sedikit makanan. Masa iya ia sebenarnya suka, sementara Tomy tetap tak peduli? Ini seperti yang dirasakannya kepada Satria. Sakit lhoh, cinta yang bertepuk sebelah tangan itu.
“Pikirkan baik-baik, aku menunggu jawabmu secepatnya.”
Monik merasa bimbang. Kalau saja yang mengatakannya adalah Tomy, barangkali dia akan memikirkannya. Tapi yang berkata adalah sang ayah mertua. Belum tentu Tomy setuju dengan pendapatnya. Apalagi ada gadis cantik yang sepertinya sangat dekat dengannya, dan tatapan mata Tomy itu kan kelihatan bahwa dia menyukai gadis itu.
“Dia menyukai gadis itu.”
“Gadis itu masih sangat belia.”
“Ini kan masalah rasa.”
“Nanti aku akan mengurusnya. Tapi aku tetap berharap, kamu tetap menjadi menantuku.”
Boy sudah selesai makan dan menghabiskan segelas es krim. Ia mengambil sesuatu dari saku celananya, sebuah mobil-mobilan kecil yang tadi juga dibelikan kakeknya. Ia meletakkannya di lantai, lalu meluncurkan mobil kecil itu ke tempat jauh.
Boy berteriak kegirangan. Ia mengejar lari mobil itu sambil terkekeh-kekeh.
Sang kakek tersenyum senang.
“Bujuk anakmu agar mau pulang. Sebelum aku menyuruh Tomy pulang, kalian akan tinggal di rumahmu yang dulu. Apa kamu mau tinggal bersama Desy? Kamu keberatan?”
Bagi Monik, Desy tidak membuatnya menolak untuk tinggal serumah. Desy baik dan sangat bersahabat. Tapi semuanya tergantung Boy. Apalagi kalau tinggal di rumah lamanya. Boy sangat cerdas. Kalau ia kembali ke luar Jawa di mana dulu ia tinggal bersama suaminya, Boy akan menolak. Monik tak ingin anaknya kecewa, lalu membuatnya bersedih.
“Banyak waktu untuk memikirkannya. Tidak harus menjawabnya. Perlahan-lahan kamu pasti bisa membujuk Boy.”
Monik melanjutkan makannya, demikian juga pak Drajat.
Sementara itu Boy yang bermain dengan mobilnya, dibiarkan saja oleh kakek dan ibunya, karena mereka sedang berbicara lebih serius tentang kembalinya Monik kepada suaminya.
Boy masih berlarian mengejar mobil kecilnya, ketika tiba-tiba mobil itu masuk ke kolong, dibawah kursi Kartika. Gadis yang datang bersama Tomy.
“Maaf,” kata Boy yang ingin menjulurkan tangannya ke bawah kursi. Tapi kemudian Kartika menoleh, lalu tersenyum ramah.
“Oh, adik kecil. Mobilnya nyasar ke situ ya? Biar kakak ambilkan,” kata Kartika yang kemudian berdiri, lalu berjongkok untuk mengambil mobil kecil itu.
“Aduh, mobil bagus,” kata Kartika.
“Terima kasih,” kata Boy yang kemudian mengambil mobil itu lalu berdiri.
Tapi ketika berdiri itu, mata Boy bertatapan dengan Tomy yang juga sedang menatapnya.
Tomy hampir berteriak memanggilnya ketika Boy membalikkan tubuhnya untuk berlari menjauh. Sayangnya kakinya tersangkut kaki Kartika yang sedang berusaha berdiri setelah berjongkok tadi. Boy jatuh, hampir mencium lantai kalau Kartika tidak segera menangkapnya, lalu keduanya kembali jatuh terduduk.
“Hati-hati, sayang.”
“Boy!” Tomy sempat memanggil, tapi Boy sudah berlari. Tomy mengikuti arah di mana Boy berlari, dan terkejut melihat Monik dan ayahnya sendiri.
“Mas Tomy kenal dia? Namanya Boy? Ganteng sekali anak itu. Eh, tapi jangan ge er ya, wajahnya mirip mas Tomy lhoh.”
“Dia anakku.”
“Apa? Anak Mas Tomy?”
Tomy berada dalam kebimbangan. Haruskah dia menemui ayahnya, atau tidak. Boy pasti sudah mengatakan kalau melihat dirinya.
“Tika, kamu di sini dulu ya,” kata Tomy sambil berdiri.
Kartika hanya mengangguk. Pertemuan dengan sang anak, pastilah membuat Tomy terkejut. Tomy ingin menemui siapa? Kartika melongok ke arah di mana Tomy berjalan. Matanya terbelalak melihat Tomy berlutut di depan seorang laki-laki setengah tua.
Sementara itu pak Drajat terkejut, melihat Tomy tiba-tiba berlutut di depannya.
“Bapak,” tanpa ba bi bu … Tomy menjatuhkan kepalanya di pangkuan sang ayah.
Air matanya mengalir membasahi celana pak Drajat.
Betapapun kerasnya hati pak Drajat, melihat sang anak menangis dipangkuannya, luluh juga hatinya. Perlahan dia mengangkat tangannya, dan mengelus kepalanya. Air matanyapun merebak. Boy yang melihatnya, kemudian merangkul pinggang ibunya erat.
“Ibu jangan pergi bersama Bapak, ya,” rengeknya pelan. Tampaknya pertemuan itu membuatnya khawatir kalau sang ayah mengajaknya pulang.
Monik tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. Iapun mengelus lembut kepala Boy, agar tenang setelah melihat ayahnya.
“Maafkan Tomy,” desisnya serak, diiringi isak.
“Berdirilah,” katanya sambil menarik lengan Tomy agar berdiri.
“Kamu baik-baik saja? Kamu berhasil mendandani hidup kamu setelah aku mengusirmu?”
“Maafkan Tomy.”
“Apa yang kamu lakukan di Jakarta? Hidup bersama ibumu yang memalukan itu?”
“Tidak. Tomy bekerja sebagai sopir.”
“Berapa gaji seorang sopir, sehingga kamu berani menggaet seorang gadis cantik?”
“Dia … dia … anak majikan Tomy.”
“Dia anak Ratman?”
Tomy heran sang ayah mengetahui nama majikannya.
“Bapak … mengenalnya?”
“Aku tahu apa yang kamu lakukan selama di sini.”
“Dari pak Ratman? Mengapa Bapak mendiamkannya?”
“Apa maksudmu mendiamkannya? Kamu sudah bekerja, ya sudah. Menjadi sopir atau menjadi tukang kebun, apa salahnya? Meminta agar dia menjadikanmu direktur? Seorang petinggi di perusahaan Ratman?”
“Bukan begitu.”
“Jalani hidupmu. Cari bekal yang cukup untuk kehidupan kamu.”
Tomy menatap anaknya yang menggelendot di tubuh ibunya.
“Boy, bapak ingin memeluk kamu lagi," kata Tomy sendu.
“Ibu, Boy nggak mau.”
“Boy, beri salam kepada bapakmu,” perintah sang kakek, membuat Boy melepaskan pelukannya kepada ibunya.
Tomy sudah mendekat, lalu Boy mengulurkan tangannya. Tapi kemudian Tomy merengkuhnya ke dalam pelukannya.
Monik memalingkan wajahnya, untuk menyembunyikan matanya yang berair. Pemandangan itu membuatnya trenyuh. Dua kali ia melihat Tomy memeluk Boy, dan semuanya diterima Boy dengan wajah dingin.
“Maafkan bapak ya,” bisik Tomy di telinga Boy.
Boy melepaskan diri dari pelukan ayahnya, kembali merengkuh pinggang sang ibu.
Tomy mengusap air matanya.
“Kamu harus tahu, tidak mudah menyembuhkan luka. Sering-seringlah menemui dia," kata pak Drajat.
Tomy terus menatap Boy, sementara Boy menyembunyikan wajahnya di perut ibunya.
“Kamu meninggalkan gadismu terlalu lama. Nanti aku akan menemui kamu di rumah kamu.”
Tomy mengangguk. Ia menatap Monik sekilas, sambil mengucapkan kata maaf, yang dibalas anggukan oleh Monik.
***
Dalam perjalanan mengantarkan Kartika pulang, Tomy hanya diam. Kartika tak berani bertanya apapun, melihat wajah Tomy sembab oleh bekas air mata.
Sebenarnya Kartika hanya sebentar membeli buku, karena sudah tahu apa yang harus dibelinya. Yang lama adalah saat Kartika mengajak makan, lalu bertemu dengan ayahnya dan juga Monik beserta anaknya. Hal yang Tomy tak pernah membayangkannya. Tapi Tomy agak merasa lega, ketika melihat mata ayahnya melunak, tidak garang seperti ketika mengusirnya. Tak masalah ayahnya membiarkannya tetap menjadi sopir, yang penting sang ayah tak lagi marah. Tapi nanti ayahnya akan datang ke rumah. Memangnya dia sudah tahu di mana Tomy tinggal? Lalu Tomy teringat bahwa ayahnya mengenal pak Ratman, majikannya. Tentu saja dia bisa menanyakannya. Bahkan sang ayah tahu banyak tentang dirinya, pasti karena hubungannya dengan pak Ratman yang pastinya sangat baik.
“Mas, itu tadi istrimu?” tak tahan hanya diam, Kartika akhirnya membuka suara.
“Ya.”
“Mengapa kelihatan tidak akrab? Eh, maaf … sebenarnya aku ingin mengatakan bahwa anakmu ganteng sekali.”
“Kan ayahnya juga ganteng,” kata Tomy yang berharap suasana kaku segera mencair.
“Iya, tahu. Yang laki-laki sepuh tadi … ayah mas Tomy?”
“Iya. Dia juga ganteng kan?”
“Benar-benar keluarga ganteng. Mengapa tadi Mas seperti menangis?”
“Lama tidak bertemu bapak. Aku ini kan anak yang terbuang.”
“Terbuang?”
“Ya, karena aku nakal.”
“Nakal ya?”
“Sangat. Jadi jangan dekat-dekat sama aku, nanti aku nakalin kamu, bagaimana?”
“Nggak apa-apa kok, dinakalin sama kamu. Eh, bercanda. Nggak, aku nggak berani. Tapi aku tak bisa melupakan pemberian es krim itu,” Kartika mengungkit masalah es krim lagi, bermaksud mengingatkan Tomy atas perhatiannya padanya.
“Oh ya, es krim. Sebenarnya aku ingin mengatakan hal yang sebenarnya, tapi nggak kesampaian.”
“Ada apa?”
“Es krim itu bukan aku yang beli, tapi pak Ratman. Aku hanya mengambilnya di rumah makan, lalu mengantarkannya pulang.”
“Pak Ratman itu … ayahku?”
“Lhah iya, apa kamu bukan anak pak Ratman?”
“Jadi itu dari ayahku?”
“Jangan bilang kamu akan mengambil kembali coklat yang kamu berikan, ya.”
Kartika tertawa. Ada sesal ketika tahu bahwa bukan Tomy yang memberinya es krim. Dia salah sangka. Dia mengira Tomy punya perhatian kepada dirinya. Ternyata tidak. Ada sedikit rasa malu memenuhi perasaannya. Untunglah dia belum mengucapkan apapun yang sebenarnya dia merasakannya. Suka. Ya, Kartika suka. Suka Tomy yang ganteng, Tomy yang baik dan sederhana, Tomy yang … seperti tak ada cacat celanya. Tapi tidak, sebelum mendapat malu karena cinta ditolak, lebih baik mengendapkannya. Apalagi istri Tomy sangat cantik. Apalah dirinya ini. Demikian kata hati Kartika.
“Mas, mengantarmu dulu saja, biar aku pulang sendiri.”
“Aku bisa pulang jalan kaki.”
“Jangan, kalau dari tempatmu ke rumah kan aku bisa sendiri.”
Tomy mengangguk, lagi pula sang ayah mengatakan bahwa akan datang ke tempat tinggalnya. Entah jam berapa. Yang jelas ada rasa lega dihatinya melihat sikap sang ayah. Entah mengapa, ia merasa sangat dekat dengan sang ayah, bahkan lebih dari sebelum-sebelumnya. Bahkan sejak dia masih kanak-kanak hingga dewasa. Cinta kasih itu baru sekarang terasa, dan menghangatkan hatinya.
***
Sementara itu Rohana yang merasa gelisah akan kehidupan yang akan dijalaninya, hanya mendekam di kamarnya. Ia ingin segera tidur sehingga bisa melupakan semua kegagalannya. Tapi kantuk itu tak segera datang. Ia hanya berguling-guling mencari posisi nyaman, tapi tak ada rasa kantuk menghampirinya. Hari memang masih sore. Biasanya ia belum tidur. Ia juga gelisah karena beberapa hari lagi berjanji akan pergi bersama teman-temannya ke pantai, sementara uangnya sudah menipis. Malu dong dia kalau nanti mereka belanja apa lah, yang biasanya dijajakan di tempat wisata. Apalagi dia sudah kehilangan gelang dan kalung yang sudah diberikannya kepada Lisa untuk membayar hutang. Barang-barang imitasi, yang diharapkan semoga Lisa tidak menyadarinya.
Tapi tiba-tiba bel tamu berdering, disusul ketukan pintu yang amat keras.
Rohana bangkit, menduga-duga siapa yang datang.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah *Aku Benci Ayahku*
ReplyDeleteepisode 35 tayang
Mksh bunda Tien sehat selalu doaku
Salam hangat dari Jogja
Ttp semangat dan tmbh ADUHAI ADUHAI ADUHAI
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun jeng In
ADUHAI 3X
🎋🪴🎋🪴🎋🪴🎋🪴
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏🦋
AaBeAy_35 sdh hadir.
Matur nuwun Bu, doaku
semoga Bu Tien & kelg
selalu sehat, bahagia
& dlm lindungan Allah SWT.
Aamiin.Salam aduhai😍🤩
🎋🪴🎋🪴🎋🪴🎋🪴
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun jeng Sari
Aduhai deh
Alhamdulilah, ak be ay 35 sdh tayang ... semoga bu Tien sll sehat ...salam hormat dan aduhai aduhai bun ❤️❤️ 🌹🌹
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sri
Salam hangat dan aduhai aduhai
Suwun mb Tien
ReplyDeleteSami2 Yangtie
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Aku Benci Ayahku telah tayang
ReplyDeleteSami2 pak Latief
DeleteMatur suwun bu Tien
ReplyDeleteSami2 pak Indriyanto
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kadih bunda Tien
Sami2 ibu Endah
DeleteAlhamdulillah AKU BENCI AYAHKU~35 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
ReplyDeleteAamiin yra..🤲
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
Alhamdulillah.
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien🌹🌹🌹🌹🌹
Sami2 jeng Susi
DeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Anik
DeleteAlhamdulillah 👍🌷
ReplyDeleteMaturnuwun Bunda semoga selalu sehat wal afiat 🤲🙏
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Herry
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun ibu Yati
DeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
ReplyDeleteMatur nuwun pak Munthoni
Matur suwun ibu
ReplyDeleteSami2 ibu Windari
DeleteTerimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda Tien selalu sehat
ReplyDeleteAlhamdulillah, salam hangat, semoga sehat dan bahagia selalu Bu Tien bersama keluarga 💖🌷
ReplyDeleteMatursuwun Bu Tien
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien Kumalasari
ReplyDeleteSami2 ibu Mundjiati
DeleteAlhamdulillah, matur nwn bu Tien, salam sehat selalu
ReplyDeleteSami2 pak Bam's
DeleteSalam sehat juga
Alhamdulillah
ReplyDeleteAkbeay 35 sdh tayang
Matur nembah nuwun
Semoga bunda Tien K selalu sehat,bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT
Aamiin
Salam ADUHAI dari Banjarmasin
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun anrikodk
Salam ADUHAI dari Solo
Kartika sudah tahu keluarga Tomy, tampaknya tidak selera lagi mengejarnya. Baguslah...
ReplyDeleteMungkin sudah waktunya pak Drajat berterus terang, Tomy harus mau melanjutkan sekolahnya.
Rohana didatangi siapa ya, apa temannya yang diberi perhiasan imitasi?? Nah jadi perkara ini.
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Latief
ReplyDeleteAlhamdullilah
Cerbung *Aku Benci Ayahku 35* telah. hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga sehat bahagia bersama keluarga
Aamiin...
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Wedeye
Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu sekeluarga tetap sehat penuh barakah....
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Reni
Alhamdulillahi rabbil'alamiin
ReplyDeleteTerima kasih bu tien tayangan cerbungnya, semoga bu tien sehat² selalu
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Arif
Alhamdulillaah, matur nuwun Bu Tien, sehat wal'afiat semua ya 🤗🥰💐
ReplyDeleteSedih bacanya, Tomy smg menjadi baik' ya ,,,biar Boy mau menyayangi
Rohana bingung dg hidupnya,,
Mungkin yg dtg pak Drajat,,
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ika
Alhamdulillah " Aku Benci Ayshku-35" sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga sehat dan bshagia selalu.
Aamiin
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Umi
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ting
Maturnuwun bu Tien..
ReplyDeleteKelihatannya Lisa datang lagi yaa....derita Rohana.!
Sami2 ibu Ratna
DeleteTerimakasih bunda Tien, salam sehat selalu, bahagia dan aduhaiii
ReplyDeleteSami2 ibu Komariyah
DeleteSalam sehat bahagia dan aduhai
Mks bun ABA 35 sdh tayang.....
ReplyDelete.siapa yg datang yaaaa mlm" uuuh hati Rohana bertambah gelisah......kayaknya dada terasa sesak.,yah itulah gambaran orang yg suka bikin sakit hati orang lain
Mks bun selamat malam....sehat" ya bun
Sami2 ibu Supriyati
DeleteAamiin doanya
Alhamdulillah, matur nuwun bunda Tien.
ReplyDeleteSehat dan bahagia selalu bersama keluarga. Aamiin ...
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ermi
Pertemuan bikin haru, Tomy bertemu Ayah nya pa Drajat. Semoga pa Drajat dan Monik, tdk salah pengertian, bahwa Tomy hanya di suruh Bos nya nemanin putri nya s Kartika untuk membeli buku.
ReplyDeleteTerima kasih pak Munthoni
DeleteTerimakasih Mbak Tien...
ReplyDeleteSami2 MasMERa
DeleteMakasih mba Tien
ReplyDeleteTop
ReplyDelete