Friday, May 10, 2024

M E L A T I 41

  

M E L A T I    41

(Tien Kumalasari)

 

Wanita itu bukan wanita sembarangan. Ia adalah seorang polisi wanita yang bertugas memeriksa Nurin atas laporan Daniel.

Mengingat situasi kejiwaan yang tampaknya sedang melanda Nurin, maka polisi wanita itu tidak menggunakan seragam dinasnya. Ia berbicara pelan, santun dan tidak membuat Nurin tersulut emosi. Tapi Nurin tetap mengatakan bahwa Daniel telah berhubungan badan dengannya serta membuatnya hamil.

Karena itulah pihak rumah sakit diminta mengadakan pemeriksaan kesehatan Nurin, tentang kehamilan yang digembar gemborkan, serta benarkah ada tanda adanya hubungan badan pada tiga hari terakhir ini. Itupun dilakukan dengan cara tersamar, dengan alasan pemeriksaan kesehatan lanjutan, sehingga Nurin terpaksa menurutinya.

Bahkan sebelum diperiksa kesehatannya, Nurin masih sempat berpesan kepada ‘wanita’ yang bersimpati padanya itu.

“Bisakah saya minta tolong pada ibu?” katanya pada polisi yang menyamar, dan berbicara manis padanya. Nurin bahkan mengira bahwa wanita itu akan berpihak padanya, dan semua yang mereka perbincangkan adalah rasa simpati ‘wanita’ itu kepadanya.

“Apa yang harus saya lakukan untuk menolong adik ini?”

“Tolong bujuklah Daniel, agar menaruh kasihan kepada saya. Agar dia mau bertanggung jawab atas semua yang telah dilakukannya,” katanya dengan nada sedih.

Polisi wanita itu tersenyum.

“Tenang saja ya dik, nanti akan saya urus semuanya. Tapi adik harus menurut ya, kalau nanti harus ada pemeriksaan lanjutan untuk adik?”

“Ya, tentu saja,” jawab Nurin yang berharap ‘wanita’ itu benar-benar akan membujuk Daniel untuk dirinya.

***

Hari itu orang tua Nurin telah datang, dan langsung pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan putrinya. Miris hatinya, melihat keadaan anaknya yang pucat dan kelihatan lemah. Tranfusi darah telah dihentikan karena dirasa cukup, tapi Nurin belum tampak segar dan sehat. Pikirannya agak kacau, terkadang bisa bicara jelas, terkadang ngomong semau dia.

“Nurin … apa yang terjadi?” bisik sang ibu.

Nurin membuka matanya, dan melihat sang ibu duduk di tepi pembaringannya.

“Apa kamu ibuku?”

“Hei, mengapa kamu berkata begitu? Aku ibumu, tentu saja. Mana mungkin kamu tidak mengenali ibumu sendiri?”

“Terkadang aku lupa kalau punya ibu.”

“Nurin, jangan begitu. Maaf kalau ibu sering meninggalkan kamu. Tapi kita masing-masing kan punya kesibukan sendiri.”

Nurin tak menjawab. Ia memalingkan wajahnya dengan air mata berlinang.

“Jangan marah pada ibu. Katakan sekarang, apa yang terjadi sehingga kamu melakukan hal bodoh seperti itu.”

“Aku malu Bu, aku dipermalukan. Aku cinta dia, tapi aku juga benci dia.”

“Katakan dengan jelas, apa yang terjadi. Siapa yang menyakiti kamu, dan siapa yang kamu maksud bahwa kamu mencintai tapi juga membencinya?”

Nurin menangis terisak-isak.

“Ibu, mas Daniel.”

“Dia? Yang kakaknya Nilam?”

Nurin mengangguk. Air matanya terus saja mengalir, sehingga sang ibu harus berkali-kali mengusapnya.

“Tidak apa-apa kalau kamu suka sama dia. Biarpun dia miskin, tapi dia kakaknya Nilam. Suami Nilam pengusaha kaya, masa dia tidak akan memikirkan kakaknya, nanti?”

“Ibu tidak mengerti. Mas Daniel melecehkan saya, tapi tidak mau bertanggung jawab. Dia tidak peduli, padahal Nurin takut hamil, Bu.”

Mata sang ibu terbelalak. Benarkah Daniel melakukan hal buruk itu pada diri anak gadisnya?”

“Dan karena itu lalu kamu berusaha bunuh diri? Bodoh!! Kamu bisa melaporkannya ke polisi. Bukan menyiksa diri kamu seperti ini. Jangan main-main dengan nyawa. Ibu hanya punya kamu. Dan mengapa kamu tidak mengabari ibu tentang hal yang menimpa kamu?”

“Apa ibu peduli?”

“Jangan begitu. Tentu saja ibu peduli. Tunggu, ibu akan menyuruh orang kantor agar mengurus permasalahanmu. O tidak, ibu harus ketemu Daniel terlebih dulu, dan menanyakannya. Kalau memang dia menolak bertanggung jawab, ibu akan melaporkannya kepada yang berwajib. Apalagi kamu membawa bukti foto ini,” kata bu Nely sambil mengamati foto yang dibuat Nurin saat berada di ranjang bersama Daniel.

“Baiklah, kalau memang ibu peduli.”

“Tentu saja ibu peduli. Kamu adalah anakku. Apapun akan ibu lakukan untuk membuat kamu bahagia.”

“Terima kasih, Bu.”

Nurin mengusap air matanya.

“Ke mana aku harus menemui Daniel?”

“Dia bekerja di rumah sakit ini."

“Baiklah, aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan sekarang.”

Sang ibu, yang disebut nyonya Nely itu kemudian bergegas keluar. Ia segera bertemu dengan petugas yang berjaga di dekat ruangan Nurin, dan menanyakan di mana Daniel berada.

***

Daniel menemui bu Nely di ruang tamu yang ada di rumah sakit itu. Wanita setengah tua yang tetap cantik dengan dandanan menyolok itu menatap Daniel dengan tatapan kesal. Walau begitu, Daniel tetap menghadapinya dengan ramah.

“Kita sudah pernah bertemu bukan, Daniel?”

“Ya, Bu. Ketika di rumah adik saya.”

“Ketika itu aku sangat tertarik pada kamu. Kamu, walaupun duda, tapi tampan dan gagah, serta santun. Kamu juga kakaknya Nilam, di mana keluarga Nilam itu sangat baik pada keluargaku.”

Daniel hanya mengangguk. Membiarkan bu Nely bicara sampai selesai.

“Tapi aku kecewa sama kamu.”

Daniel mengangkat wajahnya.

"Memang benar kamu cakep, dan pastilah banyak perempuan yang suka sama kamu. Tapi tampaknya kamu terlalu sombong menyadari kelebihan yang kamu miliki.”

“Apa maksud Ibu?” Daniel masih bersikap sopan, walau hatinya merasa kesal.

“Anakku memang cantik. Banyak yang mengagumi kecantikannya, dan tak kurang yang mencintainya. Aku juga bisa mengerti, kalau kamupun juga menyukainya. Baiklah, aku tidak menolak seandainya kamu menjadi menantuku, mengingat hubungan keluargaku dengan keluarga Raharjo. Tapi aku kurang menyukai apa yang sudah kamu lakukan kepada Nurin.”

Daniel menatap tajam Bu Nely, sementara bu Nely juga menatapnya, bahkan ada kemarahan tersirat di sana.

“Saya tidak mengerti apa maksud ibu.”

“Apa kamu mau mengingkari apa yang sudah kamu lakukan kepada Nurin?”

“Saya melakukan apa?” nada Daniel mulai agak meninggi.

“Kamu benar-benar mengingkarinya? Dengar, Nurin sudah mengatakan semuanya. Dia bahkan sudah menunjukkan foto kalian saat berada di ranjang.”

“Pembohong!” kata Daniel tandas.

“Siapa yang pembohong?” nada suara bu Nely ikutan meninggi.

“Nurin bohong. Saya tidak melakukan apa-apa.”

“Bagaimana dengan bukti ini?” bu Nely ingin menunjukkan foto yang tadi disalinnya dari ponsel Nurin. Tapi Daniel menampiknya.

“Kamu tidak berani menatapnya? Ini adalah bukti perbuatan biadab kamu kepada anakku.”

“Biadab?” Daniel berteriak.

“Kamu meniduri anak orang, lalu mengingkari bertanggung jawab. Bukankah itu biadab?”

“Saya tidak menidurinya. Nurin memberi saya obat tidur sehingga saya tidak sadar ketika tidur di kamarnya. Tapi saya tidak melakukan apa-apa.”

“Bohong! Nurin menangis-nangis dan takut kalau sampai dia hamil.”

“Baiklah, siapa yang bohong dan siapa yang tidak bohong, akan kita buktikan nanti di pengadilan.”

“Apa? Kamu menantang aku? Aku memang akan melaporkannya kepada yang berwajib, kalau kamu tidak mau bertanggung jawab.”

“Saya sudah melaporkannya. Silakan kalau Ibu juga akan melapor. Kita akan segera menemukan bukti kebenarannya.”

***

Kembali ke ruangan Nurin, bu Nely mendapatkan Nurin sedang tertidur. Dokter memang memberikan obat penenang, karena kondisi Nurin yang belum stabil. Bu Nely ingin membangunkannya, tapi perawat yang tiba-tiba datang untuk melihat keadaannya, melarangnya.

“Biarkan saja dia tertidur Bu, supaya mbak Nurin merasa lebih tenang, dan obat yang diberikan bisa bekerja dengan baik.”

Bu Nely urung mendekati ranjang anaknya, lalu duduk di sofa. Ia menyesal telah mengesampingkan sang anak, dan membiarkannya hidup sendirian. Tadinya ia merasa bahwa Nurin bisa hidup mandiri, dan bisa menjaga dirinya sendiri, tapi kenyataan bahwa kemudian Nurin nekat melakukan percobaan bunuh diri, membuatnya menyesal, dan merasa bahwa Nurin yang manja tidak akan bisa hidup sendirian. Dia membutuhkan seseorang untuk bertopang, karena sifat manjanya, sedangkan orang tuanya tidak ada di sampingnya. Nely seorang janda yang kemudian menikah dengan orang asing. Itu sebabnya dia lebih sering tinggal di luar negri.

Sudah lama dia mengabaikan anak gadisnya, karena merasa Nurin sudah bisa menjaga dirinya sendiri. Ternyata dia salah. Dan dia juga merasa bersalah tak bisa menjaganya dengan baik.

Lalu ia menelpon Nilam. Berharap Nilam mau berpihak kepadanya. Tapi ternyata tidak. Nilam bahkan memintanya untuk bertanya sendiri kepada Daniel.

“Aku sudah bicara sama kakakmu itu. Tampaknya dia ingkar.”

“Tapi kebenaran dari kejadian itu kan belum jelas Bu, mas Daniel mungkin bukannya ingkar, tapi merasa tidak melakukannya.”

“Kamu itu bukan kanak-kanak lagi kan Nilam. Kamu juga seorang perempuan. Apa kamu tidak bisa merasakan penderitaan seorang wanita yang tidak dihargai dan justru dilecehkan?”

“Bu Nely, mohon maaf. Persoalan ini tidak bisa dipastikan secara sepihak, karena pihak yang lain tidak merasa melakukannya. Jadi harus ada pembuktian tentang kebenaran cerita yang dikatakan Nurin.”

“Mana ada maling mengaku sih Nilam? Maaf saja, memang dia kakak kamu, tapi kalau dia bersalah, tidak seharusnya kamu membelanya kan?”

“Dalam hal ini belum jelas apakah mas Daniel bersalah atau tidak. Jadi harus dibuktikan. Ya kan?”

“Aku heran. Kalaupun dia kakak kamu, apakah sudah seharusnya, seandainya dia benar atau salah maka kamu harus membelanya?”

“Maaf bu Nely, saya tidak membela siapa-siapa. Saya sebenarnya hanya ingin mengatakan bahwa jangan dulu menjatuhkan kesalahan kepada seseorang sebelum semuanya jelas. Bukti foto itu tidak menggambarkan sebuah kejadian di mana kakak saya telah melakukan pelecehan terhadap Nurin.”

“Begitu ya, jadi menurut kamu itu sudah pantas dilakukan oleh seorang lelaki, yang tiba-tiba saja tidur di ranjang seorang gadis. Hanya tidur dan tidak melakukan apa-apa?”
Bu Nely sangat marah, karena Nilam tiba-tiba menutup pembicaraan. Ketika ia menelponnya kembali, Nilam telah mematikan ponselnya.

“Dasar! Adik sama kakak sama saja. Pengecut. Awas kalian, aku pasti akan melaporkan semua ini kepada yang berwajib. Hanya ini satu-satunya jalan untuk memaksa Daniel agar bertanggung jawab,” omelnya.

Lalu bu Nely menghubungi salah seorang pegawai kantor Nurin yang bisa dipercaya.

***

Ketika Daniel mengatakan bahwa dia telah melaporkan kejadian itu kepada polisi, Melati bukannya senang, tapi malah menunjukkan wajah penuh khawatir.

Ia menatap Daniel dengan kesal.

“Mengapa mas melakukannya? Bukankah kalau tidak terbukti, maka mbak Nurin akan dipenjara?”

“Mengapa kamu memikirkannya, sementara dia sangat membenci kamu?”

”Dia melakukannya karena pikirannya sedang kacau. Dia seperti tidak sadar pada apapun yang dilakukannya.”

“Tapi dia menyalahkan kamu ketika aku tidak bisa membalas cintanya.”

“Aku tidak memikirkan sakit hatiku sendiri.”

“Bukankah ketika itu kamu juga merasakan sakit? Terbukti aku melihatmu menangis saat itu.”

“Tapi aku tidak menganggapnya telah menyakiti aku. Aku bisa merasakan, seandainya aku ada di pihak dia. Pasti aku juga akan merasakan seperti apa yang dirasakannya.”

“Tidak, aku tidak percaya. Kamu pasti juga merasa sakit kalau disakiti, terlepas dari kamu bisa memahami perasaannya atau tidak. Melati, aku harap kamu bisa mengerti, bahwa siapa menanam dia akan menuai.”

“Mas, kasihan dong kalau dia dihukum.”

“Itu pencemaran nama baik, ada hukumannya.”

Melati terdiam. Kalau dia menentang, Daniel pasti akan memarahinya. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya. Melati sungguh-sungguh akan memaafkannya.

***

Keesokan harinya, Melati memerlukan datang lagi menjenguk Nurin. Ia berharap Nurin sudah cukup ‘waras’ dan tidak akan menyakitinya lagi. Ketika ia masuk ke dalam, ia melihat seorang wanita cantik. Melati seperti pernah melihat wanita itu. Tentu saja pernah, bukankah dia ada ketika tujuh bulanan kandungan Nilam, dan dia datang bersama Nurin?

“Ini ibunya mbak Nurin, pasti,” kata batin Melati. Tapi kemudian dia mengangguk sopan, ketika melihat wanita itu sedang berkemas.

“Apa mbak Nurin sudah mau pulang?” tanya Melati pelan, sambil menatap Nurin yang duduk di tepi pembaringan.

“Kamu siapa?” tiba-tiba bu Nely menyapa.

“Saya Melati Bu, sedianya mau melihat keadaan mbak Nurin.”

“O, rupanya kamu yang bernama Melati? Kamu juga yang menyebabkan Daniel berpaling dari anakku?”

Ucapan pedas itu membuat hati Melati bagai dirajang-rajang.

***

Besok lagi ya.

 

 

63 comments:

  1. Matur nuwun mbak Tien-ku Melati tayang

    ReplyDelete
  2. Hamdallah...cerbung Melati 41 telah tayang

    Terima kasih Bunda Tien
    Sehat selalu Bunda, bahagia bersama Keluarga di Sala.

    Melati oh Melati...sungguh mulia hatimu, kamu mau berkorban, merelakan Daniel hidup bahagia bersama Nurin, krn cinta tidak harus memiliki.

    Tapi Daniel tdk mencintai Nurin, hayo kepriben..kiye..😁😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Munthoni

      Delete
  3. ❤️🌹❤️🌹❤️🌹❤️🌹❤️🌹

    Alhamdulillah......
    Melati_41 sdh tayang.
    Matur sembah nuwun Mbak Tien,
    Salam sehat, Salam ADUHAI

    ❤️🌹❤️🌹❤️🌹❤️🌹❤️🌹

    ReplyDelete
  4. 💞🌾🌷🪷💐🌹💞🌾🌷🪷💐🌹

    Alhamdulillah MELATI episode_41 sdh tayang

    Melati.. ooh Melati ...
    Tegar dan kuat...
    harus menyembunyikan rasa perihmu...😭

    💞🌾🌷🪷💐🌹💞🌾🌷🪷💐🌹

    ReplyDelete
  5. 🩵🫐🩵🫐🩵🫐🩵🫐
    Alhamdulillah 🙏🦋
    MELATI 41 sdh hadir.
    Matur nuwun Bu Tienkuuh...
    Doaku smoga Bu Tien
    selalu sehat & bahagia
    bersama kelg tercinta.
    Salam aduhai...😍🤩
    🩵🫐🩵🫐🩵🫐🩵🫐

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Sari
      Aduhai juga

      Delete
  6. Alhamdulillah..
    Syukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah.semoga Bunda selalu sehat wal afiat 🤲🤲🤲
    Melati sudah waktunya kau jujur pada Daniel.bahagia sudah menanti 🌷🌼🌻
    Maturnuwun🌷🌻🙏🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau perlu Daniel harus menghamili Melati.

      Delete
    2. Heheee... ada2 saja pak Albudyo

      Delete
    3. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Herry

      Delete
  8. Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda selalu sehat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Salamah

      Delete
  9. Maturnuwum Bu Tien ... sehat selslu

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah MELATI~41 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
    ‌Aamiin yra..🤲.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Djodhi

      Delete
  11. Alhamdulillah Daniel sudah melaporkan kejadian ke polisi, semoga kebenaran terkuak. Aamiin. Memang cinta bisa membuat orang jadi buta apabila tidak punya keimanan yang kuat. Nurin yang manja, cantik, kaya, berpendidikan terbiasa dikagumi orang, namun tidak bagi Daniel. Itulah yang mengakibatkan Nurin sakit hati dan ingin memiliki Daniel dan mencampakannya. Itu cinta orang tidak waras, orang ambisius yang penginnya segala sesuatu yang diinginkan dikabulkan. Nuwun bu Tien. Semoga Daniel bebas dari fitnah Nurin. Bu Tien sehat selalu dan dapat berkarya . aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Noor

      Delete
  12. Matur nuwun bunda Tien...🙏🙏
    Sehat selalu kagem bunda...

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah
    terima kasih bunda Tien

    ReplyDelete

  14. Alhamdullilah
    Cerbung *MELATI 41* telah. hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga sehat bahagia bersama keluarga
    Aamiin...
    .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Wedeye

      Delete
  15. Alhamdulillah tayang makasih bunda salam sehat selalu

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah, MELATI 41 telah tayang, terima kasih bu Tien, salam sehat, sejahtera dan bahagia selalu bersama keluarga. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Uchu

      Delete
  17. Alhamdulillah......
    Melati_41 sdh tayang.
    Matursuwun Bu Tien,
    Salam sehat selalu, Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  18. Maturnuwun bu Tien melati 41 sdh tayang .... semoga bu Tien sll sehat dan dlm lindungan Allah SWT. Salam hangat dan aduhai bun ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Sri
      Aduhai deh

      Delete
  19. Alhamdulillah ,Melati 41
    Matur nuwun
    Semoga bunda Tien K selalu sehat, semangat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT
    Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun anrikodk

      Delete
  20. Waaah...mbak Tien sungguh cerdas. Bagus sekali, ada skenario polwan yang menyamar. Nah bakal terbukti kalau Nurin memfitnah dan mencemarkan nama baik Daniel.
    Hmmm...tentang sikap Melati, duh agak menjengkelkan sih dia. Bagaikan "kutuk marani sunduk" alias nekat mendekati macan ngamuk.
    Semoga bukti pemeriksaan fisik Nurin segera selesai.
    O,o...kamu ketahuaaan....
    Dan harus didukung pemeriksaan psikhis juga, Nurin adalah gadis obsesif, yang menghalalkan segara cara untuk mencapai kemauannya.
    Maturnuwun mbak Tien sayang...duuuh idolaku cerdas tenaaan

    ReplyDelete
  21. Sebentar lagi kebenaran akan terkuak. Nurin segera merasakan akibat keegoisan dan kesombongannya.
    Orang yang terlalu baik justru dapat dengan mudah diperdaya. Namun Melati didukung oleh banyak orang baik. Akhir bahagia tentunya yang akan diperoleh.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Latief

      Delete
  22. Alhamdulillah
    Terima kasih bu tien atas tayangan melati 41, semoga bu tien sehat2 n senantiasa dlm lindungan n bimbingan Allah SWT .... AAMIIN YRA

    ReplyDelete
  23. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
    Matur nuwun pak Arif

    ReplyDelete
  24. Oo Nurin ketahuan bohong terus,bohong terus.
    Somoga Bunda Tien tetap sehat dan salam Aduhai mtnw.

    ReplyDelete
  25. Makasih mba Tien.
    Semoga yg salah segera mendapat balasan.
    Salam hangat selalu, aduhai

    ReplyDelete
  26. Terima kasih bu Tien Kumalasari ... Melati ke 41 sdh tayang ... tambah seru ceritanya ... smg kebenaran segera terungkap ....
    Smg bu Tien & kelrg happy dan sehat selalu ... Salam Aduhai .

    ReplyDelete
  27. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
  28. Matur nuwun Bu Tien, salam sehat bahagia dari Yk...

    ReplyDelete
  29. Makin hari saya merasakan ceritanya makin pendek saja...
    Entahlah, sekarang bola sedang dikuasai Mbak Tien..
    Pembaca harus rela dipermainkan Mbak Tien...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 24

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  24 (Tien Kumalasari)   Sutris menatap ayahnya yang tersenyum entah apa artinya. Ia benar-benar tidak mengert...