Saturday, March 30, 2024

M E L A T I 12

 M E L A T I    12

(Tien Kumalasari)

 

Daniel menatap adik dan iparnya tak berkedip. Pernyataan cinta atau suka yang dilontarkan kepada seorang gadis bernama Melati membuat keduanya berteriak. Sekedar terkejut, atau ada pelarangan di mata mereka. Karena Melati gadis biasa? Bukan anak seorang pengusaha? Seandainya benar, maka Daniel akan menegurnya. Mereka, terutama Nilam, harus ingat, dari mana ia berasal. Bagaimana kehidupan mereka diwaktu lalu.

“Melati ya? Nama gadis itu Melati?” Nilam bertanya lirih.

“Ya. Gadis pegawai katering itu bernama Melati.”

“Mas suka sama dia?” lanjut Wijan.

Daniel tak menjawab. Ia sedang memikirkan kebenaran suara hatinya. Benarkah ia suka pada Melati? Tapi itu belum pernah diungkapkannya kepada gadis itu.

“Karena namanya Melati?” sambung Nilam.

Daniel menggeleng.

“Dia gadis yang baik dan sederhana. Dia juga dari keluarga sederhana. Tapi aku belum pernah mengatakan apapun kepadanya. Kami bertemu beberapa kali, tadi aku juga dari rumahnya. Apa kalian keberatan?”

“Tidaaak,” jawab Wijan dan Nilam hampir bersamaan.

Daniel merasa lega. Ia tak perlu bicara panjang lebar lagi.

“Mas Daniel bukan anak kecil lagi. Bahkan tidak muda lagi. Jadi menurut saya, mas Daniel melakukan sesuatu pasti sudah dengan banyak pertimbangan. Menentukan pilihan, juga pasti dengan pertimbangan. Ya kan Mas?”

“Pertama-tama yang membuat aku lega adalah, bahwa kalian tidak keberatan.”

“Semuanya kami serahkan kepada Mas Daniel. Keluarga kami tidak pernah membedakan status seseorang dari tingkat kehidupannya. Yang terpenting adalah bahwa dia baik. Baik itu adalah baik secara lahir, dan terutama batinnya. Orang kaya, harta berlimpah, tapi hatinya busuk, juga ada. Sebaliknya orang miskin, budinya mulia, luhur, banyak. Karenanya kaya dan miskin bukanlah nilai yang harus diperhitungkan.”

“Suamiku sudah menjadi kakek sejak dia masih kanak-kanak,” celetuk Nilam seenaknya.

“Apa maksudmu?”

“Bukankah sejak kita masih kecil, mas Wijan sudah memiliki banyak petuah-petuah, yang biasanya diucapkan oleh orang-orang tua?”

“Ah, kamu itu. Aku kira kamu mau bilang bahwa sejak kanak-kanak aku sudah seperti kakek-kakek. Keriput dong kulit aku.”

Daniel dan Nilam tertawa melihat Wijan yang hampir saja marah.

“Aku tuh sudah kenyang diomeli oleh dia.”

“Hidup yang kita jalani selalu menjadi pelajaran bagi kita, bukan?”

“Mas Wijan benar. Aku setuju. Tapi aku belum menjadi kakek. Menjadi suami saja belum. Maksudnya belum dua kali,” canda Daniel.

Pertemuan itu menjadi meriah, dan Daniel merasa lega karena mereka tidak menentang seandainya dia menyukai Melati, seorang gadis sederhana yang tidak dari kalangan keluarga kaya.

Setelah makan malam, Daniel pamit pulang.

***

Ketika sampai di rumah, ternyata Baskoro masih menunggunya, sambil duduk di depan televisi, tapi dengan mata terkantuk-kantuk.

“Pak Baskoro kok belum tidur?”

“Menunggu nak Daniel pulang.”

“Ya ampun, seperti menunggu anak kecil saja. Besok pak Bas harus jualan pagi, ini sudah malam, jam sepuluh lebih. Nanti bangun kesiangan, bagaimana?”

“Tidak apa-apa. Ini tadi juga sambil setengah tidur. Mau makan?”

“Saya sudah makan di rumah Nilam. Pak Bas belum makan?”

“Sudah. Tapi kalau nak Daniel mau makan, aku akan menyiapkannya dan menemani.”

“Tidak Pak, saya sudah makan. Pak Bas mau makan lagi? Aku yang akan menemani.”

Baskoro tertawa.

“Aku juga sudah kenyang. Tapi barangkali butuh minuman hangat?”

“Tidak juga, perut saya sudah penuh. Pak Bas tidur saja, saya akan ganti baju, dan juga tidur. Besok saya dinas pagi.”

“Baiklah Nak, tidurlah, biar saya kunci semua pintunya.

“Biar saya saja. Pak Bas langsung tidur saja. Kelihatannya sudah sangat mengantuk. Maaf saya membuat pak Bas menunggu. Lain kali kalau saya pergi sampai malam, pak Bas tidak usah menunggu. Saya kan bawa kunci rumah juga.”

“Baiklah. Saya tidur dulu, kalau begitu.”

“Selamat tidur, pak Bas.”

Daniel membersihkan diri, dan berganti baju rumahan. Ia langsung merebahkan diri di pembaringan, lalu memejamkan mata. Bayangan Melati melintas, membuatnya tersenyum. Akankah ia berhasil memilikinya? Ia belum bertanya, apakah Melati sudah punya pacar atau belum? Atau dia pernah bertanya, tapi jawabannya apa, dia lupa?”

Entahlah, dia tak ingin memikirkannya, bukankah selama belum ada janur melengkung maka dia masih berhak merebutnya? Merebutnya? Itu terlalu kasar. Maksudnya merebut hatinya. Yaaah, apa bedanya?

Daniel meraih bantal untuk menutupi wajahnya, tapi bayangan itu tak juga hilang dari benaknya. Apa ini yang dinamakan cinta?

“Melati, datanglah dalam mimpiku,” lalu Daniel benar-benar terlelap karena lelah.

***

Malam sudah larut, tapi Melati belum juga berhasil memejamkan mata. Beda yang dipikirkan Daniel, beda pula yang dipikirkan Melati.

Seminggu yang dijanjikan Harjo kurang dua hari lagi. Tak ada tanda-tanda Melati bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Jatuh dari langit? Itu hanya angan-angan kosong. Tapi di depan ibunya, Melati selalu menampakkan wajah yang tenang, setenang telaga bening saat purnama menghiasinya.

Dua pilihan yang sulit. Tapi ada satu yang bisa dijalaninya, yang sebenarnya membuat perasaannya was-was.

Apakah sebaiknya lapor polisi? Keluarga Harjo bukan orang biasa. Dia pernah bicara tentang sah dan tidaknya sebuah perjanjian hutang, kalau tak ada surat hutang itu sendiri, dan mereka tampaknya tidak takut. Dia sering membaca bahkan mendengar, seseorang meninggal karena terlilit hutang. Beritanya adalah bunuh diri. Bunuh diri, atau dibunuh oleh rentenir yang menghutangkannya? Ada kasus seperti itu. Ternyata dugaan bunuh diri itu isapan jempol saja. Yang benar, dia dibunuh. Melati merasa ngeri. Kalau dia tidak bisa membayar, lalu dia melakukan hal kejam seperti itu? Apalagi kalau ibunya yang menjadi korban? Melati menutup wajahnya dengan perasaan ngeri. Wajahnya pucat pasi, membayangkan ada pembunuhan yang menimpa keluarganya.

Ada satu jalan untuk selamat, yang bisa dia lakukan. Apa boleh buat.

Malam semakin larut. Ia sudah mantap dengan keputusannya. Hanya satu jalan. Tapi ia harus membuat perjanjian dengan Harjo, berapa lama ia harus bekerja di sana sehingga hutang ayahnya lunas. Melati benar-benar akan berserah diri atas apapun yang akan menimpanya.

Menjelang pagi, barulah mata itu terpejam dan bisa terlelap.

***

Daniel sedang mencatat di ruang perawat, tentang sebuah laporan kesehatan seorang pasien, ketika tiba-tiba menyadari bahwa ada seseorang berdiri agak lama di hadapannya.

Ketika ia mengangkat kepalanya, seorang gadis cantik tersenyum memikat kepadanya. Daniel terbelalak. Bagaimana Nurina tiba-tiba ada dihadapannya?

“Mas Daniel?”

“Mau apa kamu kemari?”

“Aku sakit, Mas,” katanya setengah merengek, membuat Daniel merasa kesal. Mana ada orang sakit pringas-pringis tersenyum seperti itu?

“Kalau sakit ya ke dokter, bukan kemari. Aku bukan dokter. Di sana pendaftarannya,” katanya sambil menunjuk ke suatu loket.

“Aku mau dokternya mas Daniel saja.”

“Apa maksudmu?”

“Aku tuh sakit cinta, tahu?”

“Apa?” Daniel berteriak.

“Ini bukan sakit sembarang sakit. Tapi sakit dipanah raja asmara,” candanya seenaknya.

Daniel melotot tak senang.

“Nurina, aku sedang bertugas, jadi jangan mengganggu aku.”

“Aku hanya mau bilang itu.”

“Tapi itu mengganggu. Tolong pergilah.”

"Baiklah, tapi aku mau menunggu mas Daniel pulang.”

“Apa maksudmu? Aku pulang masih lama.”

“Setahun pun aku mau menunggu.”

“Nurina, tolonglah. Sekarang aku mau ke ruang dokter,” kata Daniel sambil berdiri, mengambil berkas dan melangkah pergi. Tak diduga, Nurina mengejarnya.

“Mas, aku bisa bersikap lemah lembut, manis, dan penurut.”

Lemah lembut? Mana ada gadis lemah lembut mengejar-ngejar laki-laki dan mengaku cinta? Memang sih, suaranya dibuat mendayu-dayu, tapi itu bukan lemah lembut. Itu membuatnya muak.

Daniel menghilang di sebuah ruangan, dan Nurina menunggu di depan pintu. Ia duduk di sebuah kursi, tetap bertahan sampai Daniel keluar dari ruangan. Tapi tanpa diduga, Daniel keluar dari pintu samping, menghindari bertemu Nurina lagi. Jadi, berjam-jam Nurina menunggu, Daniel tak juga keluar dari pintu itu.

Kesal menunggu, Nurina bertanya kepada perawat yang baru saja keluar dari sana.

“Sus … Sus, mas Daniel apa masih lama?”

“Maksudnya … pak Daniel? Bukankah beliau sudah pulang satu jam yang lalu?”

“Apa?”

Nurina membanting-banting kakinya karena kesal. Ia keluar dari rumah sakit, dengan air mata bercucuran.

***

Nilam terkejut ketika tiba-tiba Nurina muncul sambil menangis.

“Ada apa?”

“Aku menjemput mas Daniel di rumah sakit, tapi dia tiba-tiba pulang tanpa mengatakan apapun. Berjam-jam aku menunggu, sia-sia.”

Nilam hampir tertawa. Nurina seumur dirinya, tapi tingkahnya terkadang seperti anak kecil.

“Kenapa kamu menjemputnya? Dia kan bawa kendaraan sendiri?”

“Maksudku mau aku ajak makan siang, dari pagi aku belum makan, lapar, tahu!”

“Nurin, bukankah aku sudah bilang bahwa mas Daniel itu sukanya gadis yang lemah lembut, baik.”

“Kamu tahu tidak, tadi aku juga sudah bicara lemah lembut, mendayu-dayu seperti sedang menyanyikan lagu.”

Sekarang Nilam benar-benar tertawa.

“Bagaimana dia bisa pergi tanpa kamu mengetahuinya?”

“Dia masuk ke sebuah ruangan, aku menunggu berjam-jam, ketika aku tanyakan kepada seorang perawat, dia sudah pulang sejam yang lalu.”

Nilam tertawa semakin keras.

“Kamu mentertawakan aku sih Nilam, nggak kasihan sama aku.”

“Nurin, kamu itu bukan anak kecil lagi. Kamu sudah dewasa dan pasti bisa membaca perasaan seseorang dari sikap yang diperlihatkan. Menurut aku, lebih baik berhentilah mengejarnya.”

“Apakah aku tak akan punya harapan lagi untuk memilikinya?”

“Cinta itu adalah sesuatu yang sulit. Sulit itu tidak mudah dimengerti. Terkadang dia seperti burung merpati. Datang tanpa diundang, tapi terbang saat disayang.”

“Kamu ini seperti penyair saja.”

“Tapi itu benar. Begini Nurin, berhentilah mengejar cinta. Kamu diam, dan menunggu sampai jodohmu datang. Karena gadis seumur kamu, sudah seharusnya punya momongan. Kamu cantik dan pintar, kamu seorang pengusaha muda yang sukses. Pasti akan banyak yang menyukai kamu.”

“Memang banyak sih.”

“Nah, pilih salah satu diantaranya. Yang paling cakep, yang paling baik, yang bisa setia pada pernikahannya, dan yang bisa menjadi imam dalam kehidupan kamu.”

“Yang cocok itu hanya mas Daniel.”

“Mas Daniel itu bukan pengusaha, bukan orang kaya.”

“Aku tidak peduli.”

“Kalau dia nggak suka sama kamu?”

“Waduuuh…..”

“Nurin, kamu tidak pantas bersikap seperti itu. Kamu itu seorang intelektual, jangan mempermalukan dirimu seperti ini. Bukannya aku melarang kamu menyukai kakak aku, tapi sikapmu ini sudah berlebihan. Tidak pantas kamu melakukan semua ini. Jaga martabat kamu sebagai seorang wanita, dan sebagai seorang pengusaha sukses. Maaf, aku tidak bermaksud menggurui kamu. Tapi kamu adalah temanku. Bersikaplah proporsional, tidak berlebihan.”

Rupanya Nurin termakan oleh kata-kata yang Nilam ucapkan. Dia sedang tergila-gila pada seorang laki-laki yang mengagumkan, dan lupa diri. Lupa siapa dirinya, lupa bahwa dia seorang wanita yang harus menjaga martabatnya. Dulu, dia sangat mengagumi Nilam karena begitu santun dan berwibawa di tempat kuliah, sehingga pengagumnya tidak sembarang menyukai, tapi juga menghormatinya. Bukan seperti dirinya yang merasa dikagumi lalu yakin bahwa semua pria akan tunduk dibawah kecantikannya. Bahkan dia cenderung memanfaatkannya, menerima kemudian membuangnya seperti sampah. Sekarang, begitu dia tergila-gila kepada seorang pria, lalu dia bertindak sangat berlebihan, dan kalau dipikir-pikir memang memalukan.

“Kamu marah, Nurin?”

Nurina tersenyum.

“Tidak Nilam, terima kasih telah mengingatkan aku. Baiklah, aku telah bertindak diluar batas dan mempermalukan diriku sendiri. Tapi kamu harus tahu, aku tetap menyukai kakak kamu.”

“Lakukan dengan cara seorang wanita terhormat.”

Nurina mengangguk. Ia meninggalkan Nilam dan berjanji akan mengubah sikapnya.

***

Ini hari terakhir yang diberikan Harjo untuk membayar hutangnya. Tak ada yang bisa diperbuatnya kecuali menuruti kemauan Harjo, bekerja di rumahnya. Karti menangis ketika sore itu Melati berpamit pergi. Tapi dengan senyuman, Melati menepuk tangan ibunya, kemudian menciumnya lembut.

“Percayalah Bu, Allah akan menolong kita, dan akan melindungi anakmu ini,” bisiknya sambil menahan keluarnya air mata. Ia tak ingin tangisnya akan menambah beban bagi sang ibu.

Ia mengayuh sepedanya, dan tiba di rumah Harjo dengan sambutan anjing menyalak dengan ganas.

Melati tak mengacuhkannya. Ia berdiri di gerbang, dan satpam yang sudah mengenalnya, kemudian membukakan gerbang untuknya.

Rupanya Harjo sudah tahu, bahwa Melati akan memilih menuruti permintaannya untuk bekerja di rumahnya, sehingga ia juga berpesan kepada bibik pembantu yang ketika Melati datang, ia sudah menyambutnya di depan pintu.

“Mbak Melati ya?”

Melati mengangguk seiring dengan debar jantungnya yang semakin kencang.

“Silakan masuk. Tuan Harjo akan pulang agak malam, tadi sudah berpesan, kalau mbak datang, saya disuruh menerima dan menunjukkan kamar untuk Mbak. Mari ikut saya,” kata pembantu itu yang kemudian Melati mengikutinya.

Ia membuka sebuah pintu kamar, Melati melongok ke dalam, Sebuah kamar yang bagus, bersih dan nyaman.

“Silakan beristirahat di dalam, akan saya ambilkan minum,” kata pembantu itu sambil beranjak pergi.

Melati terpaku di dalam kamar.

***

Besok lagi ya.

 

69 comments:

  1. 🪴🌼🪴🌼🌹🦋🌹🪴🌼🪴🌼

    Alhamdulillah Melati_12 sdh tayang gasik.
    Terima kasih bu Tien, semoga bu Tien sehat selalu dan selalu sehat.
    Salam ADUHAI. Aamiin.......

    Keputusan Melati sdh bulat, bersedia bekerja melayani tuan Harjo.
    Semoga ada pertolongan buat Melati, hingga terbebas dari perbuatan yang merugikan.....


    🪴🌼🪴🌼🌹🦋🌹🪴🌼🪴🌼

    ReplyDelete
  2. Hamdallah...cerbung Melati 12 telah tayang.

    Daniel kamu mungkin tdk cocok dengan Nurani, krn gaya hidup nya berbeda

    Melati oh Melati gunakan akal sehat mu, jangan gegabah menerima tawaran kerja di sarang Lintah Darat...warning ya..!!!

    Solusi nya kamu minta tolong ke Pak Samiaji, kan sdh di beri kartu nama ta.

    Terima kasih Bunda Tien

    Sehat selalu nggeh Bunda Tien. Salam Ramadhan penuh Berkah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun pak Munthoni

      Delete
  3. Matur nuwun mbak Tien-ku Melati tayang

    ReplyDelete
  4. 🍃🐌🍃🐌🍃🐌🍃🐌
    Alhamdulillah 🙏🦋
    MELATI 12 sdh tayang.
    Matur nuwun Bu Tien
    yang baik hati.
    Semoga Bu Tien tetap
    sehat & smangaats.
    Salam aduhai...😍🤩
    🍃🐌🍃🐌🍃🐌🍃🐌

    ReplyDelete
  5. Alhamdulilah Melati 12 sdh tayang 👍👍, terima kasih bunda Tien Kumalasari, Semoga bu Tien sekeluarga selalu sehat, bahagia dan dalam lindungan Allah SWT, salam hangat dan aduhai bun.🩷🩷🌹🌹

    ReplyDelete
  6. **********************************
    *_PENGUMUMAN_*
    Kepada Bpk/ Ibu
    Anggota Himpana Cabang Cilacap

    Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
    Dengan ini diumumkan bahwa Bingkisan Hari Raya 1445 H sdh dpt diambil Di Kantor Himpana pada hari Senin 1 April 2024 jam 10.00 - 14.00
    Dengan ketentuan sbb
    1. Sdh menjadi anggota aktif minimal 1 tahun
    2. Aktif datang ke pertemuan Himpana miinimal 3 kali dlm setahun terakhir
    3. Sudah melunasi iuran sampai bulan Maret 2024
    4. Batas akhir pengambilan 13 Mei 2024.
    Atas perhatian diucapkan terima kasih

    Himpana Cabang Cilacap
    Ketua,
    ttd
    H. Asmiwar Rasjid
    **********************************

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah...
    Maturnuwun Bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah
    Maturnuwun bunda Tien

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah...suwun bu Tien...Melati nya

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah...
    Ya Alloh ...Selamatkan Melati Aamiin..(ikut deg deg-an)
    Syukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  11. Maturnuwun Bu Tien .... salam sehat selalu

    ReplyDelete
  12. Episode ini membuat jantung berdebar makin kuat. Mudah-mudahan si buaya buntung kena halangan.
    Harusnya Nurin sadar bahwa Daniel tidak tertarik sama sekali, ikuti saja saran Nilam.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun pak Latief

      Delete
  13. Alhamdulillaah, matur nuwun Bu Tien
    Salam sehat wal'afiat selalu 🤗🥰

    Bacanya jd ikut khawatir dengan keadaan Melati,, 🤩
    Sy serahkan Bu Tien saja deh, maunya Pak Harjo sadar tdk jd rentenir lg setelah kenal Melati,,
    Salam Aduhaiii,, 😍💖

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah.semoga Bunda selalu sehat wal afiat _Pak Samiaji & Daniel apakah akan segera menolong Melati👍 Maturnuwun 🌹🌹🌹🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun pak Herry

      Delete
  15. Alhamdulillah, MELATI 12 telah tayang, terima kasih bu Tien, salam sehat, sejahtera dan bahagia selalu bersama keluarga. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien selalu sehat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun ibu Salamah

      Delete
  17. Alhamdulillah MELATI~12 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
    ‌Aamiin yra..🤲.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun pak Djodhi

      Delete
  18. Tetap sehat bunda Tien, Melati 13 masih hari Senin ya, nggak sabar kawulo tenggo doa unt Melati selalu dilindungi Allah Amin

    ReplyDelete
  19. Hmm...ibu Tien mau bikin pembaca ikut deg-degan dengan nasib Melati di tangan tuan Harjo ya? Penasaran sampai Senin nih... Semoga Melati baik-baik saja...😀

    ReplyDelete
  20. Tetap sehat bunda Tien Melati 13 masih hari Senin ya. nggak sabar kawulo tenggo, Doa untuk Melati tetap dilindungi Tuhan Amin

    ReplyDelete
  21. Kecewa karena melathi susah ditemui, selalu pulang kerja duluan di usaha katering ; kemudian kerumah melati ditemui ibu Karti, dari situlah baru tahu ada masalah penagihan utang bapaknya, yang katanya; punya utang dan harus dibayarnya, ditanya surat perjanjian hutang malah ruwet bulet pake ngancam, padahal waktu itu sudah mau nyicil dan itu tidak dihiraukan minta kontan.
    Memberi pilihan harus kerja malam di rumah Harjo, nampaknya punya orang-orang yang biasa menagih paksa bahkan melenyapkan penghutang.
    Ketakutan melathi bila itu ditujukan pada ibunya.
    Padahal itu rumah waris ibunya.
    Daniel terus piye jal.
    Sudah disetujui keluarganya Daniel jadi percaya diri.
    Mau ambil bagian dari perkara itu?! mengobrak abrik bisnis sampingan Harjo
    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien
    Melathi yang ke dua belas sudah tayang.
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏
    melathi susah ditemui, selalu pulang kerja duluan di usaha katering ; kemudian kerumah melati ditemui ibu Karti, dari situlah baru tahu ada masalah penagihan utang bapaknya, yang katanya; punya utang dan harus dibayarnya, ditanya surat perjanjian hutang malah ruwet bulet pake ngancam, padahal waktu itu sudah mau nyicil dan itu tidak dihiraukan minta kontan.
    Memberi pilihan harus kerja malam di rumah Harjo, nampaknya punya orang-orang yang biasa menagih paksa bahkan melenyapkan penghutang.
    Ketakutan melathi bila itu ditujukan pada ibunya.
    Padahal itu rumah waris ibunya.
    Daniel terus piye jal.
    Sudah disetujui keluarganya Daniel jadi percaya diri.
    Mau ambil bagian dari perkara itu?! mengobrak abrik bisnis Harjo
    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien
    Melathi yang ke dua belas sudah tayang.
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  22. Suwe gak komen, bareng komen tumpuk2.
    Aamiin Yaa Robbal Alamiin
    Matur nuwun pak Nanang

    ReplyDelete
  23. Penasaran...apa yg akan terjadi dg Melati ya?
    Makasih mba Tien.
    Salam sehat selalu , aduhai

    ReplyDelete

  24. Matur nuwun bunda Tien...🙏
    Sehat selalu kagem bunda...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun ibu Padmasari

      Delete
  25. Terimakasih bunda Tien,salam sehat selalu dan aduhai selalu

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien,
    Doaku : semoga Bu Tien sehat selalu

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah, Melati - 12 sampun kewaos, sembah nuwun bunda Tien, salam sehat selalu ...

    ReplyDelete
  28. Matur nuwun Bu Tien, salam sehat bahagia dari Yk...

    ReplyDelete
  29. Terimakasih Bu tien cerbungnya, salam sehat selalu... 🙏🌹😘

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...