Friday, March 29, 2024

M E L A T I 11

 M E L A T I    11

(Tien Kumalasari)

 

Nurina melebarkan matanya, rupanya Daniel sudah punya kekasih. Wajah yang semula ceria menjadi redup. Ia menatap Nilam dengan penuh pertanyaan.

“Melati itu, nama istrinya yang sudah meninggal,” terang Nilam.

“O, begitu ya Mas?" Lalu wajah Nurina menjadi cerah kembali.

Tapi Daniel hanya tersenyum. Ia tak perlu menerangkan tentang Melati dengan panjang lebar, karena Nilam pun tak tahu siapa yang dimaksud. Nilam bahkan tidak tahu nama pegawai katering di mana dia memesan perlengkapan untuk acara tujuh bulanan beberapa hari yang lalu, padahal gadis itulah yang dimaksud Daniel.

“Mas, jalan-jalan yuk,” ajak Nurina sambil mengulaskan senyuman memikat. Tapi Daniel membuang muka. Ia menatap ke arah halaman yang mulai redup.

“Sebentar lagi mau hujan,” jawab Daniel.

“Jalan-jalannya naik mobil aku,” desak Nurina.

“Maaf, kan aku sudah bilang kalau sebenarnya mau pergi.”

“Hujan lho Mas, aku antar saja yuk,” Nurina masih nekat.

Daniel tertawa.

“Mana pantas … kamu mengantarkan aku?”

“Pantas lah Mas, kan aku yang mau?”

“Tidak, terima kasih. Aku lebih suka naik motor,” kata Daniel sambil berdiri.

“Lho, Mas, kok buru-buru sih?”

“Keburu hujan. Maaf, saya permisi dulu,” kata Daniel yang langsung membalikkan badan dan pergi.

Nurina mengerutkan keningnya, menatap Nilam dan mengangkat ke dua tangannya.

Nilam menatap kepergian kakaknya. Ia tahu, Nurina terlalu agresif, dan sedikit genit. Daniel pasti tak suka. Tapi sebenarnya Nilam hanya ingin mendekatkan mereka saja. Masalah cocok dan tidaknya terserah yang menjalani. Hanya saja baru bertemu dua kali, Daniel sudah menunjukkan wajah tak suka, meskipun kelihatannya tetap menanggapi dengan senyuman. Sikap itu justru membuat Nurina penasaran.

“Dia nggak suka sama aku,” keluhnya dengan cemberut.

“Baru bertemu dua kali, siapa tahu lama-lama dia suka,” kata Nilam menghibur temannya, walau sebenarnya ia tak yakin Daniel akan tertarik pada Nurina.

“Tadi kenapa nggak jadi minta nomor kontaknya?” kata Nurina lagi.

“Yaah, kenapa tadi kamu nggak minta?”

“Kakak kamu itu terlalu sombong. Tapi itu membuat aku penasaran. Kurang cantik apa sih aku?”

“Terkadang seseorang itu tartarik bukan karena kecantikannya.”

“Masa sih? Banyak teman laki-laki aku mengejar-ngejar aku, tapi aku sudah bosan berganti-ganti pacar. Nggak ada yang benar-benar bisa menarik dan membuat aku jatuh cinta. Padahal mereka itu ganteng-ganteng, manis dan tampan, nggak ada cacat celanya.”

“Jadi sekarang kamu harus tahu, bahwa wajah cantik juga belum tentu membuat orang jatuh cinta. Ya kan?”

“Iya sih. Tapi sebenarnya gadis yang bagaimana yang disukai mas Daniel?”

“Almarhumah istrinya, menurut mas Daniel, adalah gadis cantik yang lemah lembut, baik, dan penurut.”

“Aduuh, mana bisa aku bersikap lemah lembut. Aku tuh seperti aku ini, cerewet, banyak tingkah, slengekan,” katanya dengan mulut cemberut.

“Kamu bisa melatih diri menjadi gadis lemah lembut, menjadi gadis yang menawan, siapa tahu nanti akan membuat mas Daniel jatuh cinta.”

“Benarkah? Tapi susah ya ….”

“Dicoba … kalau jodoh nggak akan kemana, kan?” kata Nilam, lagi-lagi hanya menghibur. Ia menyesal mengenalkan Daniel dengan Nurina, ternyata banyak nggak cocoknya. Dulu waktu kuliah nggak begitu. Nurina cenderung pendiam, dan hanya rajin menekuni kuliahnya. Ia tergolong pintar, tapi tak banyak tingkah. Entah mengapa sekarang dia berubah. Barangkali baru sadar bahwa dirinya cantik dan banyak pengagum, sehingga membuatnya berubah sombong dan merasa tak ada yang tak menyukainya.

***

Daniel yang sedang libur hari itu bermaksud mengunjungi Melati di rumahnya. Mendung menggantung, sebentar lagi pasti turun hujan. Daniel mempercepat laju sepeda motornya, dan di jalan tikungan sebelum masuk gang yang menuju ke rumah Melati, ia hampir menabrak seseorang yang sedang bersepeda.

Ia segera mengerem sepeda motornya, dan untunglah tabrakan tak terjadi. Pengendara sepeda itu terus mengayuh sepedanya. Pasti dia juga sedang terburu-buru, karena hujan akan segera turun. Setetes demi setetes, gerimis sudah turun membasahi lengannya.

Daniel tersenyum. Agak heran menyadari bahwa pertemuannya dengan Melati adalah dengan peristiwa tabrak menabrak. Untunglah yang terakhir hanya hampir menabrak. Pengendara sepeda itu memang Melati yang baru pulang bekerja. Daniel mengikuti di belakangnya sambil tersenyum-senyum.

Ketika Daniel memasuki halaman kecil itu, Melati baru sadar bahwa ada yang mengikutinya. Ia turun dari sepedanya lalu menoleh kebelakang. Daniel sudah membuka helmnya, lalu senyuman di bibir Melati merekah.

“Mas Daniel?” katanya sambil menyandarkan sepedanya.

“Kamu dari mana?”

“Dari bekerja.”

“Oh, kirain libur. Ini kan Minggu.”

“Saya tidak selalu libur hari Minggu. Justru hari Minggu seringnya ada pesanan.”

“Oh, iya. Aku lupa.”

“Kok sampai kemari sih Mas?”

“Aku memang mau kemari.”

“Masuklah, gerimis semakin deras,” kata Melati sambil mendahului masuk ke teras.

Daniel mengikutinya. Dan begitu ia meletakkan pantatnya di sebuah kursi di teras itu, hujan turun dengan derasnya.

“Syukurlah, sudah sampai rumah,” kata Melati.

“Duduk dulu ya Mas, saya mau ganti baju,” kata Melati sambil masuk ke dalam.

“Mel, kamu bicara sama siapa?” tanya sang ibu yang baru keluar dari kamar.

“Ada tamu, namanya mas Daniel.”

“Oh, teman di rumah katering?”

“Bukan Bu, kenal di acara perjamuan, dan katering tempat Melati yang melayaninya.”

“Oh. Suruh masuk saja, di teras terkadang bisa basah. Kalau anginnya besar, air hujan masuk ke teras.”

“Iya Bu, Melati ganti baju dulu.”

Karena takut tamunya basah, Karti keluar, dan melihat Daniel duduk sambil menatap hujan yang semakin deras.

“Nak, masuklah, anginnya kencang, air hujan bisa masuk kemari,” kata Karti mempersilakan tamunya masuk.

Daniel berdiri, menyalami wanita setengah tua yang menyapanya dengan ramah, lalu mencium tangannya.

“Saya Daniel Bu, teman Melati.”

“Iya, Melati sudah mengatakannya. Saya bu Karti, ibunya Melati.”

“Maaf kalau saya mengganggu.”

“Tidak, masuklah, lihat, hujan semakin deras dan anginnya kencang sekali.”

Daniel berdiri. Memang benar, air hujan masuk membasahi teras itu. Ia mengikuti masuk, dan duduk di sebuah ruangan yang tidak begitu besar.

Ruangan sederhana tapi bersih dan rapi. Bukan ruangan mewah seperti rumah adiknya sekarang, bahkan rumah Suri yang katanya sederhana masih jauh lebih baik dari rumah Melati. Tapi entah mengapa, Daniel tak bisa melupakan Melati. Apa karena namanya sama dengan almarhumah istrinya? Tentu saja tidak, nama yang sama bukan berarti memiliki pekerti yang sama. Tapi Daniel melihat banyak kesamaan diantara mereka. Cantik, lembut, baik. Apakah Melati sudah punya pacar? Daniel tiba-tiba menjadi khawatir. Gadis secantik Melati belum punya pacar?

“Silakan diminum Mas,” tiba-tiba Melati muncul dengan segelas kopi panas.

“Ah, jadi merepotkan.”

“Tidak. Tapi maaf, apakah mas Daniel minum kopi?”

“Aku minum apa saja, asalkan jangan yang berbau alkohol,” kata Daniel sambil tertawa.

“Kalau minuman berbau alkohol saya tidak punya, adanya alkohol pembersih luka,” kata Melati yang sudah berganti pakaian rumahan, yang kemudian duduk di depan tamunya.

Daniel terkekeh.

“Kamu ternyata bisa lucu juga.”

“Lucu kah? Di rumah memang ada alkohol pembersih luka, obat merah, pembalut, plester, salep, dan lain-lain.”

“Seperti apotek,” canda Daniel.

“Pada suatu hari, ibu yang sedang menjahit terluka. Tangannya terkena gunting. Setelah itu saya selalu menyediakan obat-obat itu.”

“Sangat baik, menjaga kesehatan.”

“Silakan diminum Nak, jangan sungkan. Hujan di luar sangat deras, minuman hangat pasti membuat nyaman.”

“Iya Bu, terima kasih,” kata Daniel sambil meraih gelasnya, sedangkan Karti hanya sebentar menyapa, kemudian berlalu ke belakang.

“Saya terkejut, Mas tiba-tiba bisa sampai di sini,” kata Melati mengulang ucapan yang tadi pernah dikatakan.

“Saya persis tahu bahwa ini rumah kamu, bahkan kalau tadi tidak melihatmu di jalan, karena aku pernah mengikuti kamu sampai ke rumah ini.”

“Masa?”

“Ketika aku mengantar kamu setelah kecelakaan itu. Meskipun kamu maunya diturunkan di jalan, tapi aku tetap mengikuti kamu.”

“Oh, begitu ya?”

Mereka berbincang akrab, selama hujan belum reda. Karti bahkan menyuguhkan singkong goreng yang gurih di hadapan tamu anaknya, membuat suasana menjadi semakin hangat.

***

Tapi setelah akhirnya kemudian Daniel pulang, Karti menanyakan banyak hal tentang laki-laki bernama Daniel itu. Barangkali seperti juga orang tua lain yang memiliki anak gadis, selalu ingin tahu dengan siapa anaknya bergaul.

“Dia itu perawat senior di rumah sakit pusat.”

“Kalian saling suka?” langsung sang ibu menembaknya.

“Ah, tidak Bu, dia itu keluarga orang kaya. Mana mungkin Melati berani menyukainya?”

“Tapi sepertinya dia suka. Ibu melihat cara dia memandang kamu. Tapi ibu suka, dia baik dan santun.”

“Tidak mungkin kami saling mencintai. Melati tahu, dia itu siapa. Keluarganya orang kaya Bu, pemilik perusahaan besar. Adiknya adalah direktur muda di perusahaan itu.”

“Kamu tahu dari mana? Dia mengatakannya?”

“Tidak. Perusahaan katering tempat Melati bekerja kan pernah melayani ketika adiknya menikah, dan baru-baru ini ada acara tujuh bulanan. Rumahnya besar dan mewah. Jauh kalau dibandingkan dengan kita, Bu. Melati tak akan pernah bermimpi untuk menyukainya.”

“Bagus Mel. Orang yang bisa mengerti di mana dia harus duduk dan di mana dia harus berdiri, adalah orang baik dan bijak. Ibu juga tidak pernah memiliki mimpi yang terlalu muluk.”

Kemudian suasana menjadi sendu, manakala kemudian teringat akan hutang Suyono yang kemudian menjadi beban yang maha berat bagi mereka.

“Ya sudahlah Bu, ibu tidak usah memikirkan terlalu berat. Kalau memang terpaksa, Melati akan menjalaninya.”

Karti terbelalak.

“Menjalani apa maksudmu?”

“Menjalani bekerja di rumah tuan Harjo.”

“Melati, apakah itu tidak terlalu berbahaya? Ibu takut terjadi sesuatu atas diri kamu, kalau kamu sampai berada di sana. Ibu tahu, mereka bukan orang-orang baik.”

“Melati akan menyerahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa. Ibu doakan saja agar Melati selamat dari hal buruk yang menimpa hidup Melati.”

“Tapi Mel ….”

“Kalau memang itu satu-satunya jalan, mau bagaimana lagi. Semakin kita memikirkannya, kita akan merasa semakin sakit. Jadi lebih baik dilepaskan saja, dan berserah diri kepada Sang Pencipta. Melati percaya, Allah akan menolong ketika kita bergayut pada belas kasihNya.”

Akhirnya memang itulah yang harus mereka lakukan. Dua pilihan itu, akan dipilih mana yang bisa mereka lakukan.

“Percayalah Bu, Allah akan mengatur hidup kita,” kata Melati yang kemudian merasa yakin pada keputusannya.

Tak urung Karti menitikkan air mata mendengar perkataan anak gadisnya.

“Semoga permohonan orang teraniaya akan didengarkan olehNya."

***

Sepulang dari rumah Melati, hari sudah menunjukkan pukul delapan malam. Daniel mampir ke rumah Nilam karena ingin menjewer kuping adiknya itu.

“Mas, Nurina sudah pulang tadi, saat hujan deras,” kata Nilam ketika Daniel muncul.

“Siapa yang menanyakan Nurina? Sini, aku kemari hanya untuk menjewer kuping kamu,” kata Daniel yang benar-benar mendekat dan mengarahkan tangannya kepada kuping adiknya.

Nilam berteriak karena sang kakak benar-benar menjewernya.

“Maaaas!! Aku bilangin mas Wijan ya,” kata Nilam sambil mengerucutkan bibirnya.

“Bilangin aja, memangnya aku takut? Kamu itu ya, seperti tidak tahu kakakmu saja. Masa aku dijodoh-jodohin sama gadis genit seperti Nurina,” gerutu Daniel sambil duduk di depan adiknya.

“Aku tuh bukan ngejodoh-jodohin. Dia pengin kenal, ya aku kenalin. Nanti dikira pelit, punya kakak nggak mau ngenalin.”

“Aku nggak suka dia. Genit dan terlalu dibuat-buat kalau bicara. Memang sih dia cantik, tapi dia bukan type aku.”

“Hai, kenapa ini kok ramai bener, Nilam sampai teriak-teriak begitu,” kata Wijan yang tiba-tiba muncul.

“Ini Mas, aku dijewer mas Daniel,” kata Nilam, lagi-lagi dengan bibir mengerucut.”

"Pasti kamu nakal, ya kan?” bukannya membela, Wijan malah tertawa.

“Ini lho Mas, mas Daniel marah, gara-gara Nilam kenalin sama Nurina,” kata Nilam.

“Kalau mas Daniel nggak suka ya jangan dipaksa. Siapa tahu mas Daniel sudah punya pilihan yang pastinya lebih cocok.

“Benarkah Mas? Mas Daniel sudah punya pilihan? Aku tuh prihatin sama Mas, sudah lama menduda, tidak segera cari istri.”

Daniel hanya tertawa enteng.

“Kan aku pernah menyebut sebuah nama. Ya itu yang aku suka.”

“Mas Daniel hanya menyebut nama almarhumah istrinya. Dia itu tidak bisa melupakan istrinya, Mas.”

“Gadis itu namanya memang Melati.”

“Ada gadis namanya Melati? Gadis mana itu? Sesama perawat?”

“Dia gadis dari katering langganan kamu.”

“Haaa? Dia? Yang kemarin ngobrol sama mas Daniel itu?” pekik Wijan.

“Dia pegawai katering?” Nilam berteriak.

“Salahkah kalau dia pegawai katering?” pikir Daniel setelah melihat sikap adik dan adik iparnya.

***

Besok lagi ya.

 

58 comments:

  1. Matur nuwun mbak Tien-ku Melati tayang

    ReplyDelete
  2. 🎉🎁🎉🎁🎉🎁🎉🎁
    Alhamdulillah 🙏🦋
    MELATI 11 sdh hadir.
    Matur nuwun Bu Tienkuuh.
    Doaku smoga Bu Tien
    selalu sehat & bahagia
    bersama kelg tercinta.
    Salam aduhai...😍🤩
    🎉🎁🎉🎁🎉🎁🎉🎁

    ReplyDelete
  3. Hamdallah...cerbung Melati 11 telah tayang.

    Melati oh Melati sebaik nya kamu tdk usah malu minta tolong aja ke Pak Samiaji, krn beliau orang nya baik hati dan tdk sombong...he..he..

    Kasihan Nurina di cuekin Daniel..😁

    Terima kasih Bunda Tien

    Sehat selalu nggeh Bunda Tien. Salam Ramadhan penuh Berkah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun pak Munthoni

      Delete
  4. Alhamdulillah..
    Syukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah.semoga Bunda selalu sehat wal afiat _Pak Samiaji & Daniel apakah akan segera menolong Melati👍 Maturnuwun 🌹🌹🌹🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun pak Herry

      Delete
  6. Alhamdulillah..... terimakasih Bunda...semoga sehat selalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun ibu Tutus

      Delete
  7. Alhamdulillah.....
    Matur nuwun Bu Tien
    Salam SEROJA
    Tetap ADUHAI 🤝🤝🙏

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah, MELATI 11 telah tayang, terima kasih bu Tien, salam sehat, sejahtera dan bahagia selalu bersama keluarga. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun ibu Uchu

      Delete
    2. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun mas Kakek

      Delete
  9. Nurin bukan tipenya Daniel, tapi kalau dia nekat bisa merepotkan semua.
    Apa benar Melati mau bekerja di rumah si rentenir? Bisa gawat keliwat-liwat loh..
    Tinggal menunggu pertolongan Daniel.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun pak Latief

      Delete
  10. Alhamdulillah MELATI~11 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga tetap sehat semangat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
    ‌Aamiin yra..🤲

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun pak Djodhi

      Delete

  11. Alhamdullilah
    Cerbung *MELATI 11* telah. hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga sehat bahagia bersama keluarga
    Aamiin...
    .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun pak Wedeye

      Delete
  12. Alhamdulillah
    Matur nuwun bunda Tien K
    Semoga selalu sehat,bahagia dan selalu dalam lindungan Allah.SWT
    Aamiin.
    Salam dr NK Banjarmasin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun Anrikodk
      Salam hangat dari Solo

      Delete
  13. Matur nuwun Bu Tien, tetap sehat njih Bu....

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah
    Melati dah tayang , Terima kasih bunda Tien semoga sehat walafiat

    ReplyDelete
  15. Matur nuwun bunda tien, Melati - 11 sampun hadir, salam sehat kagem panjenengan, Aamiin ...

    ReplyDelete
  16. Mtr nwn Bu Tien, sehat sll.
    Jd deg2an...bgmn jika Melati betul2 kerja di tmpt Harjo.

    ReplyDelete
  17. Wah, Daniel mengikuti trik Jatmiko yang mengikuti Anjani sampai ke rumahnya ya...semoga berhasil menjadi jodohnya juga nanti.😀

    Terima kasih, ibu Tien. Salam sehat.🙏

    ReplyDelete
  18. Terimakasih bu Tien, semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah, mtsw mbakyu, sehat selalu

    ReplyDelete
  20. Ceritanya ko terasa pendek sekali, apakah karena ceritanya menarik ya?...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah, semoga Bu Tien s3hat selalu, bahagia bersama keluarga.
    Met santap saur semoga keberkahan selalu ada di saurnya. Aamiin

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillaah
    Smg berjodoh Melati dg Daniel 🤩

    Matur nuwun Bu Tien, salam sehat wal'afiat selalu,
    Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan, baarakallaah 🙏🤗🥰

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...