BUNGA TAMAN HATIKU 31
(Tien Kumalasari)
Ratih mengerutkan keningnya, apakah ia tidak salah dengar? Ada pembicaraan soal pembunuhan? Atau kupingnya yang bermasalah? Ratih segera menutup pintunya kembali, ketika melihat Andri seperti akan membalikkan badan. Ia kembali ketempat tidur dan meringkuk seperti bayi.
Dalam hati dia terus bertanya-tanya, apa arti ucapan suaminya tentang ‘membunuh’ itu tadi. Jangan-jangan suaminya terlibat dalam pembunuhan, atau ingin membunuh seseorang? Ratih merinding membayangkannya. Itu sungguh mengerikan. Karena gelisah, kemudian dia bangkit dan keluar dari dalam kamar. Ia tak melihat suaminya, lalu ia beranjak ke dapur untuk mengambil minuman. Tapi ia melihat suaminya sedang duduk di kursi makan. Ia menahan senyumnya ketika melihat Andri makan masakannya pagi tadi. Semangkuk opor ayam yang masih tersisa dilahapnya. Ketika Ratih lewat, Andri sudah hampir menghabiskan makanannya. Ia pura-pura tak melihatnya, tapi didengarnya suara yang tentu saja menyakitkan.
“Masakan apa ini? Masakan seperti sampah,” katanya sambil berdiri.
Ratih membalikkan badannya, melihat punggung Andri menjauh ke arah depan. Ratih mendekati meja makan, dan melihat piring yang tadi pergunakannya untuk makan, tersisa hanya kira-kira sesendok. Ayam di dalam mangkuk opor juga hanya tinggal dua potong lagi. Barangkali kalau tadi Ratih tidak melewatinya, nasi dipiring pasti sudah habis disantapnya.
Ratih tersenyum mengejek, ia mengambil piring bekas makan suaminya dengan perasaan aneh. Ia tahu bahwa suaminya sangat membencinya, tapi saat sangat kelaparan, dia sikat juga makanan yang dimasaknya, walau kemudian mengumpat masakan itu yang dikatakannya masakan sampah.
Ratih mencuci piring dan gelas kotor bekas makan suaminya, kemudian mengambil air dingin di kulkas, lalu meminumnya sambil duduk di kursi dapur.
Udara gerah siang itu, membuatnya ingin pergi ke taman, dan duduk-duduk di sana seperti beberapa hari ini dilakukannya.
Tapi baru saja dia meletakkan pantatnya di sebuah bangku di taman itu, Andri berteriak memanggilnya.
“Ratih!!”
Ratih menoleh, melihat Andri berdiri di depan pintu belakang dengan wajah marah.
“Sini kamu!”
Ratih bergeming, tak ingin menuruti kata suaminya.
“Apa kamu tuli? Aku memanggilmu!!” Andri berteriak semakin keras.
Ratih akhirnya berdiri. Barangkali khawatir mulut suaminya akan robek karena berteriak terlalu keras.
“Ada apa?”
“Masuk !”
Ratih mengikuti suaminya masuk, dengan perasaan sedikit heran.
“Ada apa?” tanyanya lagi saat suaminya duduk di sofa ruang tengah.
“Kamu jangan sekali-sekali duduk di taman itu.”
“Memangnya kenapa? Aku sering duduk di sana, setiap hari. Udara sangat panas, aku merasa gerah.”
“Apa kamu tidak tahu bahwa di kebun itu banyak ularnya?”
Ratih terlonjak kaget. Ia sangat takut melihat ular. Bahkan melihat gambarnya saja ia tak sanggup. Ada rasa geli dan bergidik kalau sampai dia melihatnya. Itu baru gambar, belum benar-benar ular hidup yang pasti akan membuatnya langsung pingsan.
“Be … benarkah?”
“Ya sudah, coba saja kalau kamu mau digigit ular.”
“Tapi beberapa hari ini aku selalu duduk di sana. Udara sangat segar, dan bunga-bunga wangi itu sangat menghibur aku, daripada mendengarkan kata-kata kamu yang selalu menyakitkan,” kata Ratih sengit.
“Kebetulan kamu belum melihatnya. Terkadang ular itu muncul tiba-tiba, dan dia selalu mendekati manusia yang dilihatnya,” Andri semakin menakut-nakutinya ketika melihat Ratih tampak pucat. Barangkali membayangkan benar-benar ada ular di depannya.
“Sudah ya, aku sudah memperingatkan kamu. Kalau kamu mau nekat duduk di sana, terserah kamu saja,” kata Andri kemudian beranjak pergi meninggalkannya, memasuki kamarnya sendiri, yang terpisah dengan kamar Ratih.
Ratih duduk terpaku. Rasa takut tentang ular terus membayanginya. Ia kemudian merasa beruntung ketika menyadari saat berada di taman itu ia tak melihat seekor ularpun. Tapi ia juga heran mendengar Andri memperingatkannya. Aneh saja kalau Andri peduli terhadapnya. Benarkah Andri takut dirinya mati digigit ular? Rasanya aneh saja. Tapi membayangkan ada ular di taman itu, membuatnya surut untuk pergi ke sana lagi.
Ia duduk termenung sendirian. Saat suaminya tidur, ia ingin melaksanakan niatnya untuk pergi. Tapi ingatan tentang ucapan ‘membunuh’ itu menyurutkan keinginannya pergi.
***
Bu Sardono sedang duduk di ruang tengah setelah makan siang bersama keluarga, ketika melihat Ristia turun dari lantai atas, bersiap untuk pergi.
“Mau ke mana” tanya bu Sardono.
“Ini Ma, mau coba muter-muter, entah ke mana, barangkali bisa menemukan Nijah. Kalau di rumah terus malah merasa gelisah,” kata Ristia sambil menampakkan wajah sedih.
Bu Sardono dan pak Sardono hanya menatapnya pergi, tapi kemudian Ristia membalikkan badannya, mendekati kedua mertuanya, lalu mencium tangannya.
“Karena batin saya tidak tenang karena hilangnya Nijah, sampai lupa mencium tangan papa sama mama,” katanya, kemudian melangkah pergi.
Tak lama kemudian terdengar deru mobil menjauh, keluar dari halaman.
Satria sedang termenung di dalam kamarnya. Ada rasa hampa ketika melihat tempat tidur dimana biasanya Nijah terbaring, tampak kosong. Lalu Satria menyadari, bahwa inilah yang benar-benar dinamakan cinta. Ia bahkan tak merasakannya saat bersama Ristia. Banyak warna ditemukan di kehidupannya saat ada Nijah di sampingnya. Bukan hanya ada nafsu dan bersenang-senang saat bersama Ristia, tapi ada kembang-kembang yang terasa indah mewarnainya.
Sekarang Satria menatap hampa ke sekeliling kamarnya.
Baru saja polisi memberi tahu bahwa nomor mobil yang tertangkap layar cctv adalah nomor palsu. Sehingga penjahat itu belum terlacak.
“Kemana kamu Nijah? Mengapa kamu mengikuti orang yang pastinya belum kamu kenal sebelumnya? Apa yang terjadi pada dirimu?” desahnya terdengar sangat memilukan.
Hari telah sore waktu itu, dan dia belum beranjak dari sofa di dalam kamarnya.
Tiba-tiba terdengar pintu diketuk, lalu sang ibu muncul.
“Satria, ada yang mencari kamu.”
“Siapa?”
“Namanya Bowo.”
Satria melompat dari tempat duduknya, dan bergegas keluar. Ia tak mengira Bowo bisa datang secepat itu.
Ia segera menyalami Bowo, dan Bowo memeluknya erat. Iba melihat gurat sedih di wajah Satria.
“Langsung kemari?”
“Begitu mendengar kabar, saya langsung mencari tiket pesawat. Tak sabar ingin segera mendengar ceritanya,” kata Bowo setelah mereka duduk di teras.
“Seperti saya katakan saat menelpon, Nijah tiba-tiba menghilang. Kami semua sedang dalam kebingungan.”
“Sangat aneh kalau Nijah diculik orang. Bukankah Nijah gadis lugu yang tidak banyak mengenal orang luar? Ia bahkan pasti tak akan memiliki musuh,” kata Bowo dengan wajah geram.
“Itu benar. Saya juga berpikir begitu. Apa dosa Nijah sehingga dia harus diculik? Apa yang sebenarnya diinginkan penculik itu?”
“Nijah sangat baik. Tak mungkin ada orang yang membencinya.”
“Benar.”
“Kecuali satu,” tiba-tiba kata Bowo.
“Satu?”
“Seseorang, yang merasa dirugikan, atau dikesampingkan … atau …”
“Maksud mas Bowo, Ristia?”
“Maaf, saya tidak menuduh, tapi itu bisa menjadi salah satu kemungkinan bukan? Nijah pernah mengatakan kalau Ristia pernah membenci Nijah.”
“Ya, tapi kemudian mereka berbaikan. Bahkan ketika Nijah hilang, Ristia sedang bersamanya,” kata Satria, tapi yang kemudian juga memikirkan salah satu kemungkinan itu. Mungkinkah Ristia?
“Sekali lagi saya minta maaf, saya hanya bicara tanpa melihat bukti. Tapi untuk menyelidiki sesuatu, segala kemungkinan harus dipikirkan. Masalah sikap seseorang yang berubah, bisa jadi untuk menutupi niat jahat yang direncanakan. Tapi saya benar-benar minta maaf. Bukan menuduh karena belum menemukan bukti.”
Satria diam, memikirkan tentang kemungkinan itu.
“Apakah Ristia bekerja sama dengan seseorang untuk melenyapkan Nijah? Ya, kemungkinan itu ada.”
“Seorang istri merelakan suaminya menikah lagi, walau dengan sebuah alasan, yaitu kehadiran seorang anak, rasanya aneh kalau dia menerimanya dengan tulus. Ada sakit, itu pasti. Keinginan balas dendam, itu ada. Keinginan menyingkirkan, barangkali juga ada,” kata Bowo hati-hati.
“Mas Bowo benar, segala kemungkinan harus kita pikirkan.”
“Menurut saya, hanya itu satu-satunya alasan mengapa Nijah diculik.”
“Lalu apa yang harus kita lakukan?”
“Apakah Ristia memiliki teman dekat?”
“Teman dekat …… sepengetahuan saya, teman dekat yang sering menemani dia adalah Andri.”
“Mas Satria tahu di mana rumahnya?”
“Tahu, tentu saja tahu, dia memiliki cafe yang sangat terkenal.”
‘Cafe? Sepertinya saya pernah melihatnya, saat dia bersama Nijah.”
“Mas Bowo melihatnya?”
“Saya mengikuti ketika Nijah pergi bersama Ristia. Hanya putar-putar dan sebelum pulang berhenti di sebuah cafe. Ketika mereka mau pulang, ada seorang laki-laki tampan mengantarkannya sampai ke mobil. Dia tampak sangat akrab dengan Ristia.”
“Itu pasti Andri, aku juga kenal dia.”
“Bagaimana kalau kita menemuinya?” ajak Bowo.
“Boleh, sekarang?”
“Lebih cepat lebih baik. Kita menghawatirkan keselamatan Nijah.”
“Benar Mas, aku bingung sejak siang, ayo kita kesana. Alasan ingin minum-minum begitu saja. Tunggu sebentar."
***
Setelah lelah duduk duduk saja di ruang dapur, Ratih bermaksud kembali ke kamar. Keinginannya untuk pergi ke kebun sudah lenyap dengan adanya berita tentang ‘ular’ yang dikatakan suaminya.
Ia masuk ke kamar dan menguncinya dari dalam. Ia kembali menurunkan kopor, lalu memasukkan barang-barang yang perlu dibawanya. Ia menutup kopor itu dan diletakkannya di balik pintu. Andri tak pernah memasuki kamarnya kecuali hanya melongok dari pintu, kalau ia ingin mengatakan sesuatu, jadi keberadaan kopor itu tak akan dilihatnya.
Ratih ingin duduk saja di sofa sambil membaca-baca majalah yang memang disediakan di sana, ketika tiba-tiba mendengar suara mobil memasuki halaman. Ia melongok dari balkon dan dengan heran melihat seorang wanita cantik turun dari mobil itu. Wanita itu melangkah dengan gemulai, memasuki rumah. Tak ada ketukan pintu, tak ada suara menyambut kedatangannya. Ratih merasa curiga, apakah wanita itu seorang penjahat yang ingin mencuri atau merampok? Ratih bangkit menuju pintu, membukanya pelan. Ratih sangat terkejut, melihat pintu kamar suaminya terbuka sedikit dan mendengar tawa riang seorang wanita, kemudian pintu itu tertutup rapat. Ratih tak tahu apa yang terjadi di sana. Ia memilih segera bermaksud kabur hari itu juga.
Ia masuk ke kamarnya, lalu mengeluarkan kopornya dan meletakkannya di pintu samping, sehingga tak akan sulit membawanya kalau dia keluar dari sana. Ratih menoleh ke arah taman yang bunganya tampak berayun tertiup angin. Begitu menyegarkan, tapi sayang ada ular berkeliaran di sana. Ratih ingin mengacuhkannya, ketika tiba-tiba telinganya samar-samar mendengar sesuatu. Ratih memiringkan kepalanya agak ke arah belakang rumah. Ada ketukan-ketukan di pintu, dan sebuah rintihan.
“Ya Tuhan, benarkah itu? Apakah ada orang di gudang itu? Ratih segera teringat kata 'membunuh’ yang diucapkan suaminya. Apakah orang yang ada di gudang itu yang harus dibunuh? Ratih segera melangkah ke belakang. Tampaknya suaminya sedang asyik bersama wanita cantik yang baru saja masuk ke kamar, sehingga tak memperhatikan suara dari belakang vila. Ratih melangkah ke belakang. Ia lupa akan berita banyak ular di taman itu. Ia mendekat ke arah gudang, dan mendengar ketukan-ketukan halus dari dalam. Tampaknya orang itu mengetuk pelan, mungkin kehabisan tenaga. Suara lirih terdengar.
“Tolong aku… tolonglah ….”
Ratih melihat kamar itu terkunci. Ia berbisik tapi pasti jelas terdengar oleh orang di dalamnya.
“Sabar, jangan berisik, aku akan mencoba mengeluarkan kamu.”
Tampaknya orang yang di dalam mengerti, kemudian tak terdengar lagi suara pintu diketuk, sementara Ratih setengah berlari masuk ke dalam. Ia melihat-lihat, kira-kira di mana kunci gudang belakang itu berada. Ratih berdebar. Ia berharap kegiatan entah apa yang ada di dalam kamar itu tetap berlangsung. Matanya nyalang mencari-cari. Udara diluar mulai gelap, lampu di dalam rumah dinyalakan hingga tampak benderang. Ratih terus mencari-cari.
“Aduh, di mana kunci … di mana kunci … jangan-jangan di bawa ke dalam kamar. Ya Allah, tolong hambamu ini…” bisiknya lirih. Matanya terus mencari-cari. Barangkali di bawah taplak meja … oh .. tak ada …atau … tiba-tiba Ratih melihat sebuah rak di luar kamar Andri. Ada kunci di atasnya. Hanya dua kunci pipih, mungkinkah itu kuncinya? Ratih mengambil kunci itu, lalu setengah berlari ia menuju ke belakang taman. Ia mencoba kunci itu, dan hampir bersorak karena cocok. Pintu itu terbuka, dan ia melihat sesosok tubuh tergeletak di depan pintu, tampak lemah tak berdaya.
“Inikah orang yang akan dibunuh?” pikirnya. Udara gelap tak bisa membuat Ratih melihat jelas wajah sosok itu, kecuali bahwa dia adalah seorang wanita, dilihat dari pakaiannya.
“Bisakah kamu bangun?”
Sosok itu bergerak pelan, mencoba duduk, lalu Ratih membantunya berdiri. Tubuh itu lunglai.
“Bertahanlah, ayo kita pergi dari sini,” bisik Ratih yang segera memapah tubuh itu menjauh dari sana. Sangat pelan mereka melangkah, karena yang satu bertubuh kecil, dan satunya hampir tak bertenaga, Ratih mengajaknya melewati samping vila, dimana dia meninggalkan kopornya.
***
Besok lagi ya.
ππΈππΈππΈππΈ
ReplyDeleteAlhamdulillah BeTeHa 31
sudah tayang...
Matur nuwun Bu Tien
Tetap sehat & smangats
selalu yaa Bu...
Salam Aduhai π¦πΉ
ππΈππΈππΈππΈ
Alhamdulilah BTH 31 sdh tayang , Terima kasih bu Tien ,smg bu tien selalu sehat dan bahagia, salam hangat dan aduhai bu Tien... waduuuh smg Nijah selamat dan para penjahatnya di penjarakan ππ
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteYes
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah..
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien πΉπΉπΉπΉπΉ
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Bunga Taman Hatiku telah tayang
ReplyDeleteAkhirnya Satria Wibowo menjemput Nijah Ratih Maturnuwun Bunda semoga Ristia Andri menemukan karmanya.Salam Aduhai serta Seroja.ππ
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur sembah nuwun mbak Tien
Alhamdulilah, maturnuwun mbakyu Tienkumalasari sayang salam sehat dan bahagia sll dari Cibubur
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeletealhamdulillah
ReplyDeletematurnuwun
Alhamdulillah
ReplyDeleteSdh ada.4 yg menanti tayangan.
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien... salam taklim
Alhamdulillah ....trimskasih Bu Tien
ReplyDeleteπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉ
ReplyDeleteSelamat malam sahabat-2ku para Penggemar Cerbung Tien Kumalasari.
Saya beritahukan pemesan Novel SANG PUTRI yang akan segera terbit sudah tembus angka 76 tujuh puluh enam buku, jadi kuota sisa 24 buku lagi.
Yuukkkk buruan pesan bukunya dan kirim alamat kirimnya. Harga Rp. 150.000,- dalam JAWA termasuk ongkir dan Rp. 160.000,- LUAR JAWA termasuk ongkir.
Untuk jeng Enny yang pesan 2 buku, tolong kirim dong alamatnya ke saya (japri), 085101776038 atau ke bu Tien 082226322364. Terima kasih atas perhatian dan kerja samanya.
πΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉπΉ
Oke kakek Habi ... Kirim ke bu Tien aja ya ... Sy sdh punya WA dan no rek . Bu Tien ... Terima kasih ... Wassalam
DeleteMatur nuwun sanget jeng Enny atas responnya, bu Tien nunggu alamat panjenengan lho sekalian transfernya, sdh banyak lho yang transfer
DeleteAlhamdulillah... matur nuwun tayang gasik bunda Tien
ReplyDeleteMaturnuwun sanget Bu Tien...
ReplyDeleteππ
Alhamdulillah, sdh tayang...
ReplyDeleteNijah ooo Nijaaah...
Dimana dirimu.....
Cepat sekali ketemu, tapi belum aman, mungkin akan tertangkap dulu.
ReplyDeleteBowo benar membantu Satria, dan kelak ketemu Ratih.
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Alhamdulilah...
DeleteAkhirnya Nijah ditemukan oleh Ratih ya pak Latif..
Ayoo cepat pergi dari villa mesum itu..
dan... akhir nya semoga mereka berdua ketemu deh dg Satria dan Bowo..
Mgkn Bowo langsung melirik Ratih..
eng ..ing..eng... firasat emak" di pctk terjadi ga yaa.. B vs R ? ππ
klo betul.. aduhai niat Bowo menyelamatkan Nijah.. dpt bonusnya Ratih .. yg baik dan cantik..
jwbannya yg betul tunggu bsk lg ..
He he he... bagaimana kalau tertangkap sebelum ketemu Satria dan Bowo, atau tersesat barangkali... mengingat baru episode 31.
DeleteAlhamdulilah..
ReplyDeleteyg ditunggu sdh tayang..
Tks banyak bunda Tien..
Semoga sehat" dan berbahagia selalu..
Salam ADUHAI dari Sukabumi
Alhamdulillahi rabbil'alamiin
ReplyDeleteSeruuu... menegangkan... hmpir tak bernapas mmbaca part ini... semoga Nijah selamat bersma Ratih.... terima kasih Mbu Tien, sehat bahagia sllu bersama keluarga trcnta
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien ..sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah Be Te Ha 31 sdh tayang.
ReplyDeleteMatursuwun Bu Tien semoga sehat selalu
Terima kasih Bunda...salam sehat
ReplyDeleteAlhamdulillah... Nijah ditemukan Ratih....
ReplyDeleteTur Nuwuun mba Tien .... Lanjuuuut mbak.... Semangaaat πͺπΏπͺπΏπ❤️
Salam Aduhai dr Surabaya πππ₯°π❤️
BeTeHa 31
ReplyDeleteAlhamdulillah udah kita baca nah bnr nih trnyt Ratih yg membantu Nijah
Moga akan di pertemukan dgn org yg baik pula
Kalau doaku moga bs ketemu Bowo yg akhirnya bisa bersatu dgn Ratih
Satria akan bahagia kl Nijah udah di temukan
Jd Bowo gak sia2 di belain plg dari Jakarta hanya utk menemukan Nijah utk Satria
Jadi sebagai timbal baliknya Bowo kan dpt pasangan Ratih yg baik pula
Itu seh berharap aj seh boleh kok
Mksh bunda Tien sehat selalu doaku dan ttp ADUHAI
.
Woow sama mbak In, harapan saya juga bowo sama Ratih karena Ratih jadi sahabat nijah. Bowo sahabatan sama Satria cucok itu.
DeleteHorotononyo
ReplyDeleteOh nama orang Jepang ya.
Iya ngkali; sandera hilang salah sendiri.
Pakai selebrasi segala, selebrasinya apa tuh.
Cublak cublak suweng.
Wow
RamΓ© tuh permainan menyenangkan dikala purnama, kata simbah saya gitu.
Sementara didalam jalannya berdua sambil nunggu taksi lewat menyarankan agar segera ke kantor keamanan apa kantor polisi kalau memang merasa dipaksa disuruh mengikuti orang tak dikenal bermasker dengan cara paksa; siapa tahu itu permasalahan mu sudah tersebar, kan kehilangan orang disuruh nunggu dua puluh empat jam.
Walau begitu cari warung saja dulu. Apa masih kuat jalan? Ratih tentu lebih tahu kemana arah jalan pulang.
Ngikutin bojo ora genah, mending keluar saja, bΓ¨n dadi rΓ₯ndΓ₯ kembang yΓ₯ bΓ¨n; malah sembribit.
SΓ₯pΓ₯ ngΓͺrti ketemu wong sing nggΓͺnah.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien
Bunga taman hatiku yang ke tiga puluh satu sudah tayang
Sehat sehat selalu doaku
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
π
Deg...deg...ser...π₯Ί
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien...π
Alhamdulillah, matur nuwun buTien
ReplyDeleteSalam sehat wal'afiat selalu π€π₯°
Seruuuu tp jd penasaran bgm kelsnjutan Ratih n Nijah ya , smg bu Tien berbaik hati untuk mereka ππ,π€, aduhaaaaiii
Kira-kira berhasil melarikan diri gak ya Ratih sama Nijah?
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien
Alhamdulillah, Bunga Taman Hatiku 31 sudah tayang, matur nuwun mbak Tien.
ReplyDeleteSemoga mbak Tien tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
Alhamdulillah, mtr nwn bu Tien, semoga sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah BTH- 31 sdh hadir
ReplyDeletesemoga Ratih bisa membantu Nijah utk melarikan diri.
semakin seru dan penasaran ceritanya.
Terima kasih Bunda Tien,
semoga sehat dan bahagia selalu.
Asmiin
Aamiin
ReplyDeleteYa Allah gak tau kenapa aq baca bagian ini berdebar2... Makin seru bu Tien.... Maturnuwun, sehat selalu
ReplyDeleteMatur nuwun ibu Tien, tetap sehat penuh berkat.π
ReplyDeleteBTH 31 sampun muncul, semakin penasaran.π❤️
ReplyDeleteBikin penasaran
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteDeg Deg an
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Tien...
ReplyDeleteMungkin Bowo jadian dengan Ratih?...
Hamdallah BTH ke 31 telah tayang. Cerita nya tambah seru menika Bu. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu tetap Sehat wal Afiat dan selalu Semangat dalam berkarya. Aamiin.
ReplyDeleteAkhirnya mungkin Ratih sbg Dewa penolong nya Nijah. Saat itu suasana nya hening dan menegangkan, hari berangsur angsur sudah mulai akan gelap, dan sang penghuni malam akan segera datang menyelimuti Village terpencil tempat Andri tinggal ππ
Ratih segera bergerilya setelah mengetahui di dalam Gudang ada orang yng minta tolong.
Ratih kesana kemari mencari kunci gudang akhirnya nemu juga.
Sebenarnya Ratih takut setelah di kasih tahu oleh Andri, bahwa di gubug dekat Taman Bunga di Gudang tsb, banyak ularnya.
Ratih takut Ular krn klu melihat langsung bisa2 pingsan dia, tapi bunga2 yang tumbuh di Taman dekat gudang tsb selalu menggoda nya untuk datang dan berteduh di situ.
Akhirnya Shang Hyang Dewo Bathara berkenan menggagalkan rencana jahat Ristia, dan Ratih tampil sbg penolong nya...πππΉ
Salam Sehat Selalu di manapun Panjengan berada nggeh Sedulur
Terima kasih bu Tien ... BTH 31 sdh tayang ... baru selesai baca ... jadi deg degan ... Smg Nijah dan Ratih selamat dari si jahat Ristia n Andri ...
ReplyDeleteSalam sehat buat bu Tien n kelrg .
Makasih mba Tien.
ReplyDeleteSmg Ristia dan Andri menerima balasan kejahatannya
Matur nuwun Bu Tien, salam sehat dari Yk...
ReplyDeleteNah... benar tertangkap dulu, kan masih belasan episode. Yang sedikit melegakan Satria sudah lapor polisi. Apa lagi ada bukti rekaman percakapan mereka.
ReplyDeleteSalam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.