BUNGA TAMAN HATIKU 30
(Tien Kumalasari)
Bibik berjalan ke sana kemari, diikuti Ristia. Mall itu begitu luas, tapi tak mungkin Nijah pergi ke counter lain tanpa memberi tahu bibik. Tadi dia hanya bilang mau memilih mangga yang bagus. Tapi kenyataannya dia tak diketemukan di tempat itu. Bibik mulai panik.
“Tadi dia pamit ke mana sih Bik?” tanya Ristia yang matanya melihat ke arah sekitar.
“Hanya mau membeli mangga. Masa kemudian pergi ke tempat lain tanpa bilang apa-apa pada bibik?”
“Nyatanya tidak ada. Kemana ya dia? Mungkinkah dia ketemu seseorang yang kemudian mengajaknya entah kemana?”
“Apapun itu, pastinya dia mengatakannya pada saya. Ini aneh. Pasti terjadi sesuatu. Tak mungkin Nijah pergi begitu saja.”
“Ya Tuhan, apa yang terjadi pada Nijah?” Ristia mulai menangis, berlarian ke sana kemari sambil memanggil-manggil nama Nijah. Bibik meninggalkan troli yang penuh belanjaan, ikut kalang kabut ke arah lain. Tapi bukankah semua itu tak mungkin? Nijah tak mungkin pergi begitu saja. Pasti ada yang mengajaknya.
Bibik menemui satpam toko, mengatakan bahwa dia kehilangan salah seorang majikannya.
Ia segera mengatakan ciri-ciri Nijah, dan satpam itu mengatakan bahwa ada seorang wanita pergi keluar dengan seorang laki-laki, yang kemudian menaiki sebuah mobil yang sudah menunggu. Wanita itu sangat cantik.
Bibik terkejut. Ciri-ciri yang dikatakannya, cocok dengan apa yang dilihat satpam itu. Gaun berkembang, kerudung berwarna hijau muda. Berwajah cantik, Itu adalah Nijah. Tapi pergi kemana dia, dan bersama siapa?
Ristia berlari-lari mendekati bibik dengan bercucuran air mata.
“Bagaimana Bik?”
“Kata bapak satpam ini, ada seorang wanita yang ciri-cirinya seperti Nijah, pergi bersama seorang laki-laki, kemudian membawanya pergi dengan mobil.”
“Ya Tuhan, siapakah laki-laki itu? Apakah Bapak mencatat nomor mobilnya?” tanya Ristia kemudian kepada satpam.
“Sayang sekali tidak, Nona. Laki-laki itu juga memakai masker yang menutupi hampir seluruh wajahnya, jadi tidak jelas, apakah dia laki-laki muda, atau setengah tua, atau bahkan sudah tua. Tapi melihat langkahnya yang tegap, tampaknya dia memang masih muda,” kata satpam.
“Ya Tuhan, apa yang terjadi? Apakah Nijah punya seorang teman laki-laki?” tanya Ristia kepada bibik.
“Mana saya tahu, Non. Ada seorang teman Nijah, bernama Bowo. Tapi ,…”
“Nah, aku mencurigai dia yang membawa Nijah.”
“Tapi Non, Bowo itu seorang pemuda yang baik. Dia teman sekolah Nijah saat masih SD.”
“Ya, aku tahu itu. Nijah pernah mengatakannya. Tapi tampaknya Bowo itu menyukai Nijah. Kelihatan bagaimana cara dia menatap Nijah ketika aku melihatnya di dekat gerbang.”
“Mungkinkah karena suka atau cinta, lalu Bowo membawa lari Nijah?” gumam bibik pelan.
“Cinta bisa membuat orang melakukan apa saja. Aku akan menelpon mas Satria. Jangan sampai nanti dia menyalahkan kita karena kurang hati-hati menjaga Nijah.”
“Ya Non, sebaiknya Non segera menelpon tuan Satria.”
Keduanya duduk di bangku tunggu dengan wajah gelisah. Ristia menelpon Satria yang diterimanya dengan nada marah.
“Kenapa menelpon? Kamu kan tahu bahwa saat bekerja aku tidak mau diganggu?”
“Maaf, Mas. Ini situasi darurat.”
“Darurat apa?” hardik Satria.
“Kami sedang belanja bersama bibik juga, tapi kemudian Nijah menghilang.”
Satria benar-benar terkejut. Nada suaranya berubah khawatir.
“Apa maksudmu dengan ‘menghilang’?”
“Aku tidak tahu, aku sedang melihat-lihat baju, bibik sedang memilih belanjaan bersama Nijah. Ketika aku kembali, bibik sedang bingung mencari Nijah yang tiba-tiba pergi tanpa pamit. Kami berdua jadi bingung.”
“Apa ? Di mall mana kalian belanja? Sudah lapor polisi?”
“Belum, kami sedang_”
“Kenapa tidak segera lapor?” hardik Satria marah.
“Maaf Mas, kami sedang bingung.”
“Segera lapor, aku mau ke sana. Di mal mana kalian belanja?”
“Di mal langganan mama.””
Satria menutup ponselnya tiba-tiba.
“Bagaimana Non? Tuan marah?”
“Sangat marah. Ayo kita lapor polisi.”
***
Seluruh keluarga Sardono panik, Nijah hilang tak tentu rimbanya. Dugaan sementara adalah Nijah diculik. Dan itu benar. Ristia menguatkan dugaan itu dengan menyebut nama Bowo.
Satria memelototi Ristia karena ia tahu, Bowo laki-laki yang baik. Tapi Ristia bisa mementahkan ketidak percayaan Satria. Ia mengatakan bahwa menurut Satpam di mal itu, bahwa Nijah pergi dengan seorang laki-laki dengan masker menutupi hampir seluruh wajahnya, dan tampaknya dia seorang laki-laki muda.
“Mas kan tahu, Nijah tidak mengenal laki-laki di luar rumah ini kecuali Bowo. Aku pernah melihat Bowo duduk di atas sepeda motor, seperti menunggu di luar gerbang rumah."
Satria diam. Ia tahu Bowo memang mencintai Nijah, tapi Bowokah pelakunya? Bukankah dirinya sudah pernah bicara dan Bowo bahkan menolak ketika ia ingin mengikhlaskan Nijah?
“Mungkinkah dia?” gumam Satria.
“Mas jangan percaya begitu saja. Bibik juga mengatakan bahwa Bowo laki-laki yang baik, tapi siapa tahu apa yang dipikirkan orang? Bisa saja dia bersikap baik, agar tidak diketahui bahwa dia punya niat jelek. Tanpa sengaja Ristia mengulaskan apa yang sebenarnya ada di dalam hatinya. Bahwa sebenarnya dia bercerita tentang dirinya.
“Bik, apakah Nijah pergi dengan membawa ponselnya?”
“Saya tidak tahu, Tuan. Biasanya kalau keluar dia tidak membawa ponselnya.”
Satria memasuki kamarnya. Ia memang belum pernah menghubungi ponsel Nijah, karena memang tidak ada perlunya menelpon Nijah. Lagipula dia tidak tahu nomor kontak Nijah. Bukankah setiap hari dia bertemu Nijah? Dari pagi, siang atau malamnya, ia bertemu Nijah. Ia mengaduk aduk barang milik Nijah, bahkan di bawah bantal. Tapi ponsel itu tidak ditemukannya. Apakah Nijah membawa ponselnya? Tiba-tiba bibik muncul dengan membawa sebuah ponsel.
“Tuan, barangkali ini milik Nijah. Terletak di kamar Nijah yang ada di belakang.”
Satria menerima ponsel itu, yang ternyata mati. Rupanya Nijah tidak mempergunakannya sejak berpindah kamar bersamanya. Kemudian dia mengecas ponsel itu. Sebenarnya dia hanya ingin tahu, berapa nomor kontak Bowo, yang sering dihubungi Nijah.
Beberapa saat kemudian, Satria bisa membuka ponsel Nijah, dan beruntung tidak ada kode rahasia di sana, dia langsung membukanya, dan hanya ditemukannya nomor Bowo. Rupanya Nijah memang tidak punya orang lain yang perlu dihubungi kecuali Bowo, dan sudah sejak menikah dengannya, dia tidak pernah membuka ponselnya. Itu sebabnya ponselnya sampai mati.
Satria terkesan dengan kesetiaan Nijah. Tapi mengapa sekarang dia menghilang?
Dengan perasaan ragu, Satria memutar nomor Bowo, masih dengan menggunakan nomor Nijah. Panggilan itu segera tersambung.
“Nijah, mengapa menelpon? Bukankah kamu sudah menikah?”
Satria tertegun. Jawaban Bowo tampak tidak mencurigakan. Ia justru menanyakan pernikahan Nijah.
“Nijah!” panggil Bowo, karena Satria terdiam, melamun. Ia baru terkejut katika Bowo kembali memanggil nama Nijah.
“Mas Bowo, ini aku.”
“Mas Satria? Ada apa Mas? Apakah ada berita yang harus disampaikan kepada saya? Nijah sakit?”
“Tidak. Nijah hilang.” jawab Satria pilu.
Bowo sangat terkejut. Ia berteriak ketika menjawabnya.
“Apa? Nijah hilang? Apa maksudnya hilang?”
“Mas Bowo tidak mengetahuinya?”
“Pertanyaan apa ini Mas, bagaimana saya bisa mengetahuinya kalau tidak ada yang mengatakannya?” Bowo kelihatan gusar.
“Maaf Mas, saya mengira Nijah bersama mas Bowo.”
“Apa? Maksudnya saya membawa pergi Nijah?” Bowo berteriak marah.
“Maaf Mas, saya_”
“Mas kira laki-laki macam apa saya ini? Kalau saya mau, bukankah Mas ingin agar saya membawa Nijah? Bukankah itu lebih gampang daripada melarikannya? Jadi mas Satria menuduh saya melarikan Nijah?” kata Bowo berapi-api.
“Maaf … maaf,. saya memang tidak percaya kalau Mas Bowo melakukannya. Saya sangat kalut dan bingung.”
“Kapan kejadiannya?”
“Baru siang ini, saat dia belanja bersama bibik dan Ristia. Tiba-tiba saja Nijah menghilang. Menurut satpam mal dimana mereka belanja, Nijah pergi bersama dengan seorang laki-laki, yang membawanya naik mobil.”
“Pasti ada sesuatu yang tidak beres. Saya mau pulang sekarang,” kata Bowo yang kemudian menutup ponselnya.
Satria menghela napas. Ia keluar dari kamar dengan langkah lunglai.
“Bagaimana Mas? Mas menelpon Bowo?” Ristia menyambutnya dengan pertanyaan, sambil mendekat. Satria menghempaskan tubuhnya di sofa, di depan ayah ibunya, sementara bibik tampak bersimpuh di lantai, wajahnya kusut, berurai air mata.
“Bowo tidak melakukannya,” gumamnya pilu.
“Bagaimana Mas bisa mempercayainya? Tentu saja maling tidak akan mau mengakui perbuatan jahatnya.”
“Ada orang yang bisa dipercaya, dan ada yang tidak.”
“Mas tertipu oleh keluguannya,” kata Ristia sambil pergi menjauh, naik ke atas menuju kamarnya. Tak ada yang mempedulikannya. Semuanya tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
“Kamu percaya kepada laki-laki bernama Bowo itu?” tanya pak Sardono.
“Dia laki-laki yang baik, saya percaya Pak. Dia sangat terkejut ketika saya menelpon dia.”
“Mungkin benar apa yang dikatakan Ristia, bahwa maling tidak pernah mengakui perbuatannya.”
“Tidak mungkin dia. Memang sih, dia mencintai Nijah, tapi ketika saya ingin merelakan Nijah kepada dia, dia menolaknya. Kalau dia mau, pasti Nijah sudah saya serahkan sama dia secara baik-baik.”
“Aku tidak tahu bahwa Nijah berhubungan dengan laki-laki di luar rumah ini,” sambung bu Sardono..
“Dia teman sekolah waktu masih SD. Dia suka sama Nijah, tapi Nijah menanggapinya sebagai sahabat. Saya pernah bertemu dia. Dari pertemuan itu , saya tahu dia bukan laki-laki jahat. Tadi dia marah sekali ketika saya hampir menuduhnya.”
“Sekarang apa yang harus kita lakukan?”
“Saya sudah lapor polisi, bersama Ristia dan bibik, tadi. Jadi kita hanya harus menunggu. Tapi Satria akan terus mencari dengan cara Satria sendiri.”
Bibik berdiri sambil mengusap air matanya, dia melangkah menuju dapur, tapi sebelumnya dia meminta maaf kepada majikannya.
“Nyonya, saya akan memasak dari bahan yang sudah ada. Tadi semua belanjaan saya tinggalkan karena panik.”
“Tidak apa-apa Bik, masak sekedarnya saja, yang gampang. Kita semua juga pasti tidak begitu selera makan dengan adanya kejadian ini.”
***
Ratih masih pura=pura tidur ketika mendengar seseorang membuka pintunya. Andri tak mengucapkan apa-apa, kemudian menutupkan lagi pintu itu. Ratih bergeming, memeluk guling dengan erat.
Tiba-tiba dia mendengar suara mobil dari arah samping rumah, lalu langkah-langkah kaki menginjak kerikil. Tak ada suara orang bicara. Apakah ada tamu yang memarkir mobilnya di belakang rumah? Ratih tak ingin tahu. Kalau benar ada tamu, entah teman atau saudara Andri, paling-paling dia harus membuatkan minuman atau menyuguhkan makanan. Ratih enggan melakukannya. Ia terus saja berbaring dan menyesali kegagalannya untuk pergi karena kedatangan suami yang sangat kejam dengan kata-kata yang tajam bak sembilu.
Kalau saja dia tahu apa yang terjadi, dia pasti akan merasa ngeri.
Dari dalam mobil itu, seseorang membopong tubuh seorang wanita yang tak berdaya, lalu membawanya ke gudang belakang vila. Gudang itu terletak jauh dari rumah, terhalang taman yang membentang luas. Gudang itu dibuka, kemudian tubuh wanita itu dilemparkannya ke dalam gudang begitu saja. Tubuh lemah yang pingsan itu sama sekali tak meronta.
Kemudian terdengar gudang itu ditutup, dan dikunci dari luar.
Dua orang tampak masuk ke dalam rumah. Yang satu adalah pengemudi mobil itu, dan satunya adalah yang tadi membawa tubuh wanita dan memasukkannya ke dalam gudang.
Andri keluar dari kamar, dan menerima kunci yang diulurkan oleh salah satu dari mereka.
“Kalian yakin tak akan ada jejak yang bisa menemukan rumah ini?”
“Sangat yakin Pak, nomor mobil yang saya pakai pun adalah nomor palsu, tak mungkin bisa terlacak oleh siapapun.”
“Kalian bekerja sangat bagus. Ini upah yang saya janjikan.”
Andri mengulurkan sebuah amplop yang diterima salah satu diantara keduanya dengan tersenyum puas.
“Tapi nanti aku akan menghubungi kalian lagi. Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan atas dia.”
“Bukanlah perintahnya adalah menghabisinya?”
“Menghabisinya, bukan berarti membunuh. Aku tak tega membunuhnya. Entah bagaimana nanti Ristia merencanakan langkah selanjutnya. Sekarang kalian boleh pergi,” kata Andri yang mendahului berdiri.
Keduanya mengikutinya, lalu menuju ke arah samping rumah, dimana mereka memarkir mobilnya.
Tiba-tiba ponsel Andri berdering, dari Ristia.
“Hei, kenapa menelpon? Bukankah seisi rumah kamu sedang heboh karena kehilangan?”
“Benar, aku lelah, lalu masuk ke kamar.”
“Apa yang harus aku lakukan? Tidak bisa dong perempuan itu terlalu lama berada di rumah aku.”
“Tidakkah kamu menyuruh orang untuk membunuhnya?”
“Jangan, aku tidak mau membunuh,” jawab Andri. Dan saat ia menjawab itu, Ratih kebetulan membuka pintu dan mendengarnya.
***
Besok lagi ya.
π»πΌπ»πΌπ»πΌπ»πΌ
ReplyDeleteAlhamdulillah BeTeHa 30
sudah tayang...
Matur nuwun Bu Tien
Tetap sehat & smangats
selalu yaa Bu...
Salam Aduhai π¦π
π»πΌπ»πΌπ»πΌπ»πΌ
Trmksh
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteππΌππΌππΌππΊ
ReplyDeleteAlhamdulillah BeTeHa_30 sdh hadir...
Selamat malam Bu Tien salam SEROJA dan tetap berkarya..... Ceritanya tambah bikin penasaran melihat sepasang orang jahat yang sudah "kumpul kebo"......
ππΌππΌππΌππΊ
Matur nuwun mbak Tien-ku Bunga Taman Hatiku telah tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSalam Aduhai
ReplyDeleteMaturnuwun sanget Bu Tien...
ReplyDeleteππ
Mbk Iin ....jaga gawang
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah.... sdh tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun buTien, salam aduhai
Matur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteMatur nuwun Sugeng ndalu bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillaah tayang makasih bunda
ReplyDeleteAyo Satria segera bergerak.cerca Ristia & Andri
ReplyDeletePasti Nijah ada yang menolong yaitu Ratih.Maturnuwun Bunda.
Gawat Nijah diculik dan akan di bunuh ...jahat banget ristia...untung ada ratih yg diharapkan dapat membongkar rahasia ristia ... tunggu saja ristia .... met mlm bu Tien .salam asuhai
ReplyDeleteAlhamdulillah ... meski harap2 cemas tapi tetap berprasangka baik ..in Syaa,Alloh Nijah selamat ...
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien πΉπΉπΉπΉπΉ
alhamdulillah
ReplyDeleteSlsai wudhu buka pas tayang mbak
ReplyDeleteHbs sholat baru mojok
Nih lgsg komen deh
Alhamdulilah..
ReplyDeleteyg ditunggu sdh tayang..
Tks banyak bunda Tien..
Semoga sehat" dan berbahagia selalu..
Salam ADUHAI dari Sukabumi
Kasihan nasibmu Nijah, terima kasih Bunda Tien Kumalasari
ReplyDeleteYg ditunggu akhirnya sdh tyaang.... bergetar tegang mmbaca part ini... semoga sllu ada jln keluar yg baik untuk Nijah.... terima kasih Mbu Tien... sehat sllu bersama keluarga...
ReplyDeleteBeTeHa 30 tayang
ReplyDeleteNah nyata kan dah bener nih kerjasama Ristia dan Andri
Jahat nian kau Ristia, bukankah kl Nijah tuh org yg baik lugu dan msh polos krn kejujurannya pastinya akan ada yg menolong
Moga Ratih bs menolong trus sklian di bawa pergi dari gudang villa
Ristia udah tlp Andri bentar lagi pergi
Ayo Ratih segera gerak tolongin Nijah selamat kan dia
Wow sabar deh kita tunggu bsk aj bgmn bunda Tien akan bikin kita penasaran
Sehat selalu doaku bunda Tien dan ttp ADUHAI
Terima kasih bu Tien ... BTH ke 30 sdh tayang ... Tambah seru dan serem ceritanya .. jadi deg degan ... Tlg selamatkan Nijah bu Tien ...
ReplyDeleteSalam sehat & bahagia buat bu Tien n kelrg .
Alhamdulillah...
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien
Salam sehat selalu
Maturnuwun mbak Tien sayang.
ReplyDeleteWahh...bisa jadi malaikat penyelamat Nijah adalah Ratih.
Ristia dan Andri, bersiap-siaplah menjadi penghuni hotel prodeo..
Alhamdulillah, Bunga Taman Hatiku 30 sudah tayang, matur nuwun mbak Tien.
ReplyDeleteSemoga mbak Tien tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
Alhamdulillah Be Te Ha 29 sdh tayang.
ReplyDeleteMatursuwun Bu Tien semoga sehat dan bahagia selalu. Aamin
Alhamdulillah bunga taman hatiku .... sdh muncul
ReplyDeleteTrimakasih bu Tien
Sudah pasti yang nyulik Nijah si Andri atas kesepakatan dengan Ristia. Sama2 jahat pasangan itu, cocok bener.π Semoga Ratih yang akan menolong membebaskan Nijah ya...
ReplyDeleteTerima kasih, ibu Tien. Salam sehat.ππππ
Alhamdulillah BTH- 30 sdh hadir
ReplyDeletesemoga Ratih jadi penolong Nijah..
Terima kasih Bunda Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
Aamiin
Alhamdulillah, matur nuwun. Semoga bunda Tien sehat dan bahagia selalu ...
ReplyDeleteNijah diculik kerbau . .
Ratih lah sang penyelamat . .
Matur nuwun bunda Tien...π
ReplyDeleteHamdallah BTH ke 30 telah tayang. Cerita nya tambah seru menika Bu. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu tetap Sehat wal Afiat dan selalu Semangat dalam berkarya. Aamiin.
ReplyDeleteWalau Andri orang nya kejam, tapi tidak thd Nijah, dia tdk tega membunuh Bunga Cantik tsb.
Beruntung Ratih bisa mendengar percakapan Andri dan Ristia.
Semoga Ristia bisa sbg Dewa Penyelamat Nijah dengan menelpon Polisi, agar datang menyergap Andri di Village nya.
Salam Hangat nan Mesra dari Jakarta
Ristia otak kejahatan mas Thoni, kalau ikut prediksi keyboard sering salah...
DeletePahlawan yang akan tampil tampaknya Bowo kerjasama dengan Ratih. Mudah mudahan nantinya mereka berjodoh.
ReplyDeleteOtak kejahatan adalah Ristia, hukumannya paling berat.
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Terimakasih Mbak Tien...
ReplyDeleteNggeh leres pakdhe Latief,
ReplyDeletedalang nya adalah Ristia he...he.. , dia nabok nyileh tangan nya Andri.
Nnt klu mereka ke tangkap Polisi, hukumannya berat, krn telah merencanakan Pembunuhan. Hukumannya bisa 15 tahun atau 20 tahun mendekam dlm Penjara. ππ
Tambah seru ceritanya, matur nuwun Bu Tien. Semoga selalu sehat, aamiin
ReplyDeleteMatur nuwun.....Bu Tien
ReplyDeleteHmm
ReplyDeleteSerem kerbau itu rupanya bener bener dungu, ngikutin apa maunya Ristia.
Mengambil hati?
Itu dungunya kalau orang sudah kagum dan menginginkan apapun dijalanin, gelap mata.
Namanya juga kalut, agak susah juga
Biarpun Satria menelisik kepergian Nijah selama ini, ingatkah Satria sepenggal cerita dari Nijah waktu ditanya kemana saja tadi perginya sama Ristia.
Kebingungan juga tuh yang ketempatan orang tidak berdaya, Ratih kaget mendengar perintah dari lawan dan bicara suaminya sedikit teriak "aku nggak berani membunuh".
Jadikah Ratih pergi meninggalkan andri, atau bertahan ingin tahu apa yang dilakukan suaminya di luaran karena selama ini tertutup. atau merasa kawatir dan cerita pada ibu mertua dikira yang akan dibunuh itu dia.
Semoga keputusan Ratih bertahan bisa menemukan ternyata ada seseorang didalam gudang dan bersuara dikala sepi/sadar.
Jangan tanya Nijah sudah terbiasa sering tidak makan bahkan beberapa hari pun masih survive, akhir akhir ini saja makanan bergizi, agak sedikit gembul.
Bowo datang dan dengan yakin dia pernah pesan pada Nijah; waspadalah mbok tuwΓ₯ tidak mungkin rela cintanya dibagi, waspadalah waspadalah.
Itu dinyatakan Bowo pada Satria.
Banyak alibi yang menghampiri dibenak Satria, riuh opsesi diutarakan para pesengit Bowo.
Satria masih percaya Bowo orang baik.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien
Bunga taman hatiku yang ke tiga puluh sudah tayang
Sehat sehat selalu
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
π
Jadi teringat Alur cerita Sepenggal Kisah Astri Damar dan Prabowo
ReplyDeleteSiapa nih ?
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien
Hati saya nggak karu2an setelah membaca cerita ini. Benerkah ada orang yg kejam spt Ristia dan Andri? Emosi saya jadi terbawa.
ReplyDeleteSemoga jln keluarnya dg segera, sehingga kebahagian dpt tercapai dg segera.
Saya tunggu episode selanjutnya.
Makasih mba Tien
ReplyDelete