Wednesday, September 13, 2023

BUNGA TAMAN HATIKU 32

 BUNGA TAMAN HATIKU  32

(Tien Kumalasari)

 

 

Ratih merasa, wanita yang ditolongnya sangat lemas, ia mendudukkannya di depan pintu, kemudian dia bergegas masuk, mengambil sebotol air minum di kulkas dan beberapa potong roti yang dengan segera dimasukkannya kedalam keresek yang kebetulan ada di atas meja dapur, kemudian dia berlari mendapatkan wanita itu, membantunya berdiri dan memapahnya, sebelah tangannya menarik koper dan keresek berisi minum dan makanan.

Ratih terus saja melangkah, tapi tepat di samping vila dia mendengar pintu terbuka. Ratih bersembunyi di balik tiang. Ia mendengar langkah-langkah kaki, kemudian terdengar pintu ditutup lagi. Tak ada lagi suara terdengar. Ratih melanjutkan langkahnya. Halaman vila itu amat luas. Agak jauh agar bisa mencapai jalan. Diluar sangat gelap, Ratih berharap, hari jangan sampai hujan.

Wanita yang dipapahnya berjalan sambil tersaruk-saruk. Tampaknya dia sama sekali tak bertenaga. Mungkin karena lapar, atau ia belum begtu sadar dari pingsannya.

Ratih menghela napas. Sebentar-sebentar dia menoleh ke belakang, takut ketahuan. Bukan hanya ketahuan dirinya kabur, tapi juga ketahuan dia membawa lari seseorang yang di keramnya di dalam gudang.

Lima langkah lagi dia sampai di pintu pagar. Sekali lagi dia menoleh ke belakang, sebelum kemudian berbelok ke arah kiri vila, dimana tak sebuah rumahpun kelihatan di sekitarnya.

Setelah berjalan agak jauh, Ratih mengajaknya berhenti, di bawah naungan sebuah pohon besar. Ratih membuka botol minum, lalu meminumkannya pada wanita itu. Wanita itu minum hampir setengah dari botol yang diberikan. Ratih mengulurkan sepotong roti, tapi wanita itu menggeleng.

Makanlah, biar kamu agak kuat, perjalanan kita masih jauh, belum kalau nanti ada yang mengejar kita, jadi kita harus cepat pergi. Makanlah, hanya sepotong roti.

Wanita itu menerima sepotong roti yang diulurkan Ratih, dengan tangan gemetar. Tapi ia memasukkannya kemulut dan menggigitnya perlahan.

Ratih mengambil ponsel,  berusaha memanggil taksi online. Barangkali datangnya agak lama, karena tempat itu berada agak jauh diluar kota. Ratih dan wanita itu duduk sembarangan. Ia melihat, dia mengunyah rotinya perlahan, tapi sepotong yang diberikannya hampir habis. Ratih merasa lega, berharap wanita itu menjadi semakin kuat.

Tiba-tiba tampak sorot mobil di kejauhan. Ratih menarik wanita itu, diajaknya agak membungkuk, agar terlindung dari rumput-rumput yang panjang menjulang. Mobil itu berlalu, tapi tampak berdiri di depan vila Andri. Kelihatan walau agak jauh, karena ada sinar lampu dari pagar vila itu.

“Mungkin mobil yang membawa wanita yang sekarang diajaknya pergi, entahlah. Ratih melihat roti yang dipegang wanita itu sudah habis. Ia mengambil lagi dan mengulurkannya, tapi wanita itu menolak.

“Namamu siapa?” kata Ratih.

“Nijah.”

“Mengapa mereka menyekap kamu?”

Tiba-tiba wanita yang memang Nijah adanya itu menangis terisak.

Ratih membiarkannya. Entah apa dosa Nijah sehingga disekap dan kemungkinan akan dibunuh.

“Ya sudah. Endapkan dulu kesedihan kamu. Kita akan pergi ke kota dan mencari penginapan. Nanti setelah kamu tenang, kamu boleh bercerita."

***.

Satria menghentikan mobilnya di depan cafe Andri. Ia masuk bersama Bowo, dan memesan minuman. Kepada pelayan, Satria menanyakan, di mana Andri. Tapi pelayan itu menggeleng.

“Tuan Andri tidak ada di sini. Setelah menikah, dia tinggal di vila orang tuanya yang terletak di luar kota.”

“Menikah?”

Lalu Satria baru ingat, beberapa hari yang lalu Ristia mengajaknya mendatangi pesta pernikahan Andri.

“Di mana vilanya?”

Pelayan cafe itu segera mengatakan letak vila itu, secara jelas. Setelah minum, Satria segera mengajak Bowo untuk mencari letak vila itu. Entah mengapa, Satria dan Bowo sangat yakin bila Andri mengetahui perihal hilangnya Nijah.

Memang agak sulit mencari alamat vila itu, maklum, vila itu terletak di sebuah desa, tapi kemudian mereka menemukannya, karena pelayan cafe mengatakan bahwa vila itu terletak jauh terpencil dari rumah-rumah penduduk.

Satria sengaja memarkir mobilnya di jalan, dan tidak berada persis di depan vila. Satria kagum, karena vila itu dibangun sangat indah, dikelilingi pepohonan buah-buahan di sekitarnya. Ada mobil diparkir didepan vila itu, entah mobil siapa, tapi Satria dan Bowo nekat memasukinya.

Saat berdiri di depan teras, mereka mendengar teriakan-teriakan marah.

“Bagaimana bisa kabur? Siapa yang membantu membuka pintunya?” itu suara Andri, dan dua orang laki-laki asing terlihat mencari cari disekitar vila.

Tiba-tiba Satria terkejut, melihat Ristia keluar dari dalam, dengan rambut awut-awutan dan baju yang berantakan, menuding Andri dengan wajah merah padam karena marah.

“Kamu terlalu sembrono, Andri. Kamu coba tanya sama istri kamu, pasti dia yang membukakan pintu untuk Nijah sehingga dia berhasil kabur.”

Satria hampir nyelonong maju untuk menghajar istrinya, tapi Bowo menahannya. Bowo sedang merekam semua yang didengarnya. Keduanya berdiri di balik pintu.

“Kalau kabur begitu saja tak mungkin. Perempuan itu sangat lemah setelah saya membiusnya,” kata salah seorang laki-laki asing yang baru saja masuk dari taman belakang, dan tak menemukan jejak Nijah.

“Nyatanya dia tak adaaa!” teriak Ristia.

“Ratiiih!!” Andri berteriak di luar kamar Ratih. Tapi tak ada suara pintu terbuka. Andri membuka pintunya dengan mudah, karena tidak terkunci. Tapi Andri terkejut, istrinya sudah tak ada di kamarnya.

Ia mencarinya di kamar mandi, tak ada, dan almari yang setengah terbuka itu kosong tak ada isinya.

“Ratih minggat!” teriaknya sambil keluar dari kamar.

“Bagaimana kamu ini Ndri? Ratih minggat dengan membawa Nijah!” teriak Ristia.

“Kalian harus mencarinya, sampai dapat!!” hardik Andri kepada dua orang suruhannya.

“Aku mau pulang dulu, suami aku pasti curiga kalau aku pulang terlalu malam, tapi aku harus membenahi penampilan aku dulu,” kata Ristia yang kemudian masuk ke dalam.

Satria sempat memotret penampilan Ristia yang awut-awutan. Lalu tiba-tiba Bowo menarik Satria, diajaknya pergi dari tempat itu.Tak ada yang memperhatikan karena mereka sibuk kehilangan orang yang disekapnya. Mereka berjalan cepat, karena dua orang suruhan itu pasti segera keluar untuk menjalankan perintah Andri untuk mencari buruannya yang terlepas.

Satria menjalankan mobilnya pergi dari tempat itu. Melihat keributan yang ada, tampaknya istri Andri bersama Nijah belum pergi terlalu jauh, apalagi Nijah dalam keadaan lemah.

“Harusnya kita langsung menangkap mereka, kata Satria. Sudah jelas mereka pelakunya.”

”Telpon polisi saja, dan katakan ada penculik yang ada di rumah itu. Lebih baik kita segera mencari keberadaan Nijah.”

“Ya Mas, ternyata kamu lebih bisa berpikir jernih.”

“Soalnya Mas Satria lebih kalut daripada saya. Cepatlah lapor polisi, keburu mereka kabur. Tampaknya mereka juga akan segera melacak kepergian Nijah. Lebih baik kita diamkan saja mereka, biar polisi mengurusnya.”

Satria segera melaporkan kejadian itu kepada polisi.

“Setidaknya kita lega, karena ternyata Nijah selamat.” gumam Bowo yang kali itu bertugas mengemudikan mobil Satria. Sambil menyetir itu, dia menoleh ke sekeliling, barangkali ada bayangan dua orang wanita terlihat olehnya.

Tapi sampai jauh mereka melacaknya, tak ada bayangan kedua wanita yang dicarinya.

“Tampaknya Nijah dan Ratih berjalan ke arah yang berlawanan.”

“Mungkin benar, kita berbalik arah saja.”

Dan Ratih serta Nijah benar-benar hilang tak tentu rimbanya.

***

 Ratih duduk di samping Nijah, yang bersimpuh di rerumputan. Ratih lupa tentang ular yang membuatnya ngeri, yang biasanya justru berada di tempat seperti itu, dan bukan di taman yang bersih terawat. Sangat iba hatinya melihat perempuan berwajah cantik yang tampak pucat. Apa gerangan yang terjadi, apakah gadis itu sudah siap bercerita? Dari cahaya rembulan yang menyembul di balik awan, wajah Nijah tampak berkilat, tapi bibirnya sangat pucat. Tapi ketika ia menggenggam telapak tangannya, telapak tangan itu tak lagi terasa dingin.

“Kamu mau lagi rotinya? Oh ya, kamu harus tahu siapa aku, namaku Ratih. Aku istri dari Andri yang sama sekali tidak mencintai aku, walau aku sangat mencintainya. Oh ya, makanlah lagi rotinya,” kata Ratih sambil mengulurkan lagi roti yang tinggal sepotong.

Nijah menggeleng,

“Sudah cukup Mbak.”

Ratih merasa lega. Suara Nijah terdengar jelas, tidak gemetaran seperti semula.

“Bagaimana keadaan kamu? Masih lemas?”

“Sudah lebih baik. Mereka membiusku …” bisiknya.

“Mengapa mereka melakukannya?”

“Entahlah. Non Ristia bersikap sangat baik, mengapa tiba-tiba ingin membunuh aku?”

“Siapa non Ristia?”

“Istri suami aku.”

“Apa? Kamu memiliki suami yang sudah punya istri?”

Lalu perlahan Nijah bercerita, tentang bagaimana dia sampai menikah, bahkan dengan majikannya.

“Ya Tuhan, tapi Ristia bersikap sangat baik? Tunggu, Ristia, aku seperti mengenal nama itu. Andri pernah menyebutnya, bahkan berkali-kali. Andri sangat mencintai Ristia. Haaa… apakah dia, wanita yang datang dan langsung masuk ke kamar Andri, tadi?” Ratih rupanya baru mengingat Ristia, wanita yang memberinya selamat saat dia menikah. Jadi mereka berhubungan, dan lagi pula, dia istri tua dari suami Nijah?

“Ini sangat rumit.”

“Non Ristia dan mas Andri, saling mencintai?”

“Pastinya begitu. Aku mendengar sendiri bahwa Andri suamiku mencintai Ristia. Malam ini Ristia mendatangi kamar suamiku, entah apa yang dilakukannya di kamar berdua. Pasti sesuatu yang tak pantas,” kata Ratih sambil menitikkan air mata.

Nijah belum sepenuhnya sadar, tapi ia bisa menangkap apa yang dikatakan Ratih. Agak membingungkan. Ia ingat ketika Ristia mengajak Satria mendatangi pernikahan Andri. Jadi ini istrinya Andri, sementara Andri punya hubungan dengan Ristia, istri Satria, suaminya?

Nijah memijit keningnya.

“Pusing?”

“Sedikit.”

“Kamu belum menceritakan tentang mengapa kamu ditangkap dan disekap di dalam gudang itu.”

“Aku sedang belanja, bersama bibik, pembantu rumah tangga di keluarga suami aku, dimana dulu aku juga menjadi pembantu. Ristia juga ada bersama kami, tapi dia pergi entah ke mana, katanya mau beli sesuatu. Ketika aku berpisah dari bibik karena aku ingin membeli mangga, tiba-tiba seseorang mendekati aku. Dia bilang mengenal aku, karena dia teman mas Satria, suami aku. Aku begitu gugup dan cemas, saat dia mengatakan bahwa mas Satria mengalami kecelakaan. Karenanya aku menurut saja diajaknya pergi, yang katanya akan membawanya ke rumah sakit dimana suami aku dirawat. Tapi ternyata aku tidak dibawa ke rumah sakit."

“Ini mau ke mana? Katanya ke rumah sakit, rumah sakit mana?” kataku bingung.

“Rumah sakit apa?”

“Katanya, suami aku kecelakaan.”

Tiba-tiba orang itu, dan seorang lagi yang mengendarai mobil, tertawa terbahak-bahak.

“Dasar bodoh! Kami bertugas membawa kamu pergi, bahkan bisa jadi kami akan disuruh membunuh kamu.”

Aku sangat terkejut.

“Apa? Apa salahku?” aku mulai gemetaran.

“Salahmu adalah, kamu telah merebut suami Ristia.”

“Apa? Siapa bilang begitu?”

“Ristia sendiri mengatakannya, dan Ristia pula yang merencanakan semua ini.”

“Ya Tuhan, kami bersahabat baik, tak mungkin dia melakukannya.”

“Dasar bodoh, dungu, kampungan. Mana mungkin seorang istri merelakan suaminya kepada wanita lain?”

“Tapi kami sudah bicara baik-baik, dan dia bersikap seperti seorang sahabat. Bahkan tadi kami belanja bersama-sama.”

“Dasar kamu orang bodoh. Tentu saja dia berpura-pura bersikap baik, agar tak dicurigai.”

“Sudah, kamu itu terlalu banyak omong.” cela laki-laki yang mengemudikan mobil.

“Hei, gadis ini sangat cantik. Kalau nanti Ristia menyuruh kita menghabisinya, sebelum itu, kita akan menjadikannya sebuah santapan yang nikmat,” katanya, kemudian kedua laki-laki itu tertawa terbahak-bahak. Aku ketakutan. Bukan oleh kematian yang menunggu, tapi kata-kata mesum yang dilontarkan kedua penjahat itu. Lalu aku  berteriak sekuat tenaga.

“Toloooong, toloooong,” aku berteriak sambil mencoba membuka pintu mobil.

“Hei, mana mungkin kamu bisa membukanya. Diam atau aku bungkam mulut kamu.”

“Toloooong ….” aku memukul kaca mobil di sampingku, sambil berteriak minta tolong tak henti-hentinya.

Tiba-tiba laki-laki yang tadi mengajak aku pergi,  mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya. Seperti sebuah sapu tangan, yang kemudian dibekapkan di mulut dan hidung aku. Aku meronta, tapi tak lama kemudian merasa lemas, dan tak ingat apa-apa.”

Nijah mengakhiri ceritanya, membuat Ratih merasa geram kepada Andri dan selingkuhannya, yaitu Ristia.

Mereka berbincang agak lama, dan taksi yang dipanggil tak kunjung tiba. Maklumlah tempat itu sangat sulit dijangkau, karena jauh dari kota.

“Mana taksi itu, aduh, bagaimana ini,” keluh Ratih sambil  berdiri. Ia melongok ke arah jalan, barangkali taksi yang dipanggilnya sudah kelihatan.

Ratih hampir bersorak ketika kemudian dilihatnya sorot lampu mobil di kejauhan.

“Syukurlah, itu taksinya datang, ayo kita pergi.”

“Aku tak mau pulang ke rumah suami aku, aku tak mau membuat Ristia semakin marah, lebih baik aku pergi jauh,” kata Nijah.

“Itu kita pikirkan nanti, pokoknya kita pergi dulu dari sini,” kata Ratih sambil menarik tangan Nijah agar berdiri.

Tapi ketika mobil itu berhenti, Ratih dan Nijah terkejut, karena ada dua laki-laki yang kemudian menarik mereka kasar.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

 

 

 

42 comments:

  1. 🌹🌼🌹🌼🌹🌼🌹🌼
    Alhamdulillah BeTeHa 32
    sudah tayang...
    Matur nuwun Bu Tien
    Tetap sehat & smangats
    selalu yaa Bu...
    Salam Aduhai πŸ¦‹πŸŒΈ
    🌹🌼🌹🌼🌹🌼🌹🌼

    ReplyDelete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Bunga Taman Hatiku telah tayang

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah .... maturnuwun Bunda

    ReplyDelete
  4. Alhamdulilah, matur nuwun inggih mbakyu

    ReplyDelete
  5. Tolong yang transfer uang novel sebesar Rp. 160.000,- ke BCA bu Tien an. Didit Wisnu Hardi, kirim alamat dan nomor telepon ke bu Tien, dong.
    Demikian juga Jeng Enny dimihon japri ke Bu Tien, alamat di tunggu.
    Hatur nuhun

    ReplyDelete
  6. Ratih dan Nijah dalam bahaya..... semoga segera ditemukan oleh satria/bowo atau polisi.
    Terima kasih bu Tien, salam sehat selalu

    ReplyDelete
  7. Maturnuwun sanget Bu Tien...
    πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien

    ReplyDelete
  9. Alhamdulilah BTH 32 sdh tayang , Terima kasih bu Tien ,smg bu tien selalu sehat dan bahagia, salam hangat dan aduhai bunda Tien...

    Nijah dan ratih berhasil selamat tetapi siapa lelaki yg menangkapnya lagi apakah orang suruhan andri ? Habislah riwayat andri dan ristia polisi sdg menuju tkp ...

    ReplyDelete
  10. Waduuuuh sereeem niih tunggu besok deeh penasaran... matur nuwun bunda Tien, salam sehat

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah BTH-32 sdh hadir
    Semoga Nijah dan Ratih selamat dari tindak kejahatan Andri dan Ristia.
    Terima kasih Bunda Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  12. Mdh²an 2 org itu adalah Satria dan Bowo.... terima kasih Mbu Tien... sehat sllu bersama keluarga... makin pinisirin dan tak sabar nunggu bsok....

    ReplyDelete
  13. Waduh
    masuk lubang buaya nih, lebih runyam nich.
    Tapi kan sudah tahu paling tidak terduga pelakunya dan dalangnya tahu.
    Tuh ada poto buat barang bukti.
    Semoga aja secepatnya di tangani.
    Siapa tahu Bowo dan Satria jalan berurutan walau agak jauh.
    Membuntuti dibelakang mereka.
    Seyeemm..
    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien
    Bunga taman hatiku yang ke tiga puluh dua sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    πŸ™

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah BeTeHa_32 sdh tayang....
    Bowo & Satria sdh mengantongi rekaman pembicaraan di vila Andri dan sdh melapor ke Polisi..... Artinya Satria sdh punya bukti, siap² Ristia jadi BURON/ROKER.
    Semoga Bowo berjodoh dengan Ratih, sama² orang baik.

    ReplyDelete
  15. Biarlah mereka yg melakukan kejahatan, akan mendapat hadiah yg setimpal.
    Ristia nggak tahu, kalau apa yg dilakukan sdh terrekam.
    Cerita makin menarik dan seru.
    Saya akan menunggu episode yg berikutnya dg hati deg deg an.

    ReplyDelete
  16. Terima kasih bunda, aduh kasihan Nijah , apakah akan tertangkap lagi ?

    ReplyDelete
  17. Semoga dua laki2 td Satria dan Bowo .
    Alhamdulillah
    Syukrob nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  18. BeTeHa 32

    Ratih dan Nijah udah mau lolos dari villa
    Ristia dgn bangga plg krmh trus bgmn dgn rambut awut2an baju gak karuan bentuknya yg udah ada di kamera Satria bs buat bukti untuk mengusirnya Ristia dari rmh
    Moga Bowo dan Satria bs menolong mereka berdua

    Hadeeh ber andai2 aj nih
    Kita tunggu aj bsk deh

    Mksh bunda Tien sehat selalu doaku bunda dan ttp ADUHAI

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah, Matur nuwun bu Tien
    Salam sehat wal'afiat selalu πŸ€—πŸ₯°

    Makin memanas ,,,,duh siapa yg menarik mereka ya ,,,tambah penasaran ,,, apakah Bowo & Satria atauuu, tunggu besok lagi ya
    Aduhaaai deh bu Tien , mengaduk pera saan was - was , tp mantab πŸ‘πŸ‘πŸ‘

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah, matur nuwun.. Sehat wal afiat dan bahagia selalu bunda Tien

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah
    BeTeHa 32 udah tayang

    Matursuwun Bu Tien
    Sehat selalu doaku

    ReplyDelete
  22. Alhamdulilah..
    Tks banyak bunda Tien..

    waaah.. mobil siapa yg mendekat ke Nijah dan Ratih??
    klo kedua lelaki yg turun itu berkata kasar... jangan" yg sdh membius Nijah..

    Satria, Bowo.. ayo cepat temukan Nijah & Ratih

    ReplyDelete
  23. Terimakasih ibu... Menegangkan...

    ReplyDelete
  24. Hamdallah BTH ke 32 telah tayang. Cerita nya menegangkan menika Bu. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu tetap Sehat wal Afiat dan selalu Semangat dalam berkarya. Aamiin.

    Ratih dan Nijah berhasil keluar dari Villa sarang Ular. Mereka berjalan pelan tapi pasti mengitari gelap nya malam. Suasana msh mencekam krn blm jauh dari Villa tsb.
    Akhir nya taksi datang, tapi yng keluar dari Mobil tsb dua orang laki laki yng menarik tangan mereka secara paksa. Waduh serempak nih he..he..,apa mungkin, 2 orang lelaki tsb suruhannya Andri.. atau jangan jangan malah Bowo dan Satria sendiri... tambah pinisilin nih 😁 😁. Jangan sampai Ratih dan Nijah dapat keluar dari sarang Ular, tapi ke tangkap lagi sama ular ular jahat suruhan Andri 😁😁

    Salam Hangat nan Aduhai dari Cip Muara -Jatinegara- Jkt

    ReplyDelete
  25. Terima kasih mbak Tien, sangat menarik cerita ini. Roman detektif. Mbak mantab mengolah cerita ini. Ini. Ini

    ReplyDelete
  26. Salam sehat selalu utk mbak Tien dan keluarga.

    ReplyDelete
  27. Aduh, disandera lagi?...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  28. Waduh, apa Ratih dan Nijah salah masuk mobil penjahat ya? Mudah2an sih dua orang laki-laki itu adalah Satria dan Bowo yang karena tergesa2 menarik jadi terkesan kasar.πŸ˜€

    ReplyDelete
  29. Mudah-mudahan. itu mobil Bowo dan Satria yg menarik Ratih dan Nijah... ikut deg2an. Terimakasih Bu Tien semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  30. Nywn sw telat komen Bu Tien.
    Waduuuh...ikut deg2an, smg polisi segera tiba. Kasihan Nijah & Ratih ditarik dng kejam oleh 2 orang yg pastinya suruhan Andri.....

    ReplyDelete
  31. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  32. Tolong Bu Tien.... Nijah sama Ratih..
    πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†
    Supaya mereka selamat...

    ReplyDelete

JANGAN BIARKAN BUNGAKU LAYU 18

  JANGAN BIARKAN BUNGAKU LAYU  18 (Tien Kumalasari)   Kinanti bangkit dari tempat duduknya, berharap kalau sewaktu-waktu Guntur bangun, tak ...