SEBUAH PESAN 55
(Tien Kumalasari)
Pada waku itu pintu kemudian terbuka, tapi bukan Hanna yang keluar. Ia seorang perempuan setengah baya, yang membawa sebuah amplop yang entah berisi apa, Damian dan Raya tak mengerti. Lalu tiba-tiba amplop itu diberikannya kepada Damian.
“Ini, kata non, kekurangannya,” katanya.
Damian bingung, tapi laki-laki tak dikenal itu berteriak.
“Heiii, itu untuk aku. Gimana sih!”
“Oh, maaf Pak, saya tidak tahu, habis ada dua laki-laki di sini,” katanya sambil mengulurkan amplop itu, kemudian laki-laki yang agaknya sudah sangat kesal itu langsung pergi. Tanpa pamit, apalagi mengucapkan terima kasih.
Damian dan Raya mengangkat bahu, bingung karena tak mengerti, apa saja yang dikatakan orang itu.
“Bapak mau cari siapa ya?”
“Hanna ada?”
“Sedang di kamar, Bapak siapa? Mau ketemu non Hanna?”
“Ya, saya Damian dan_”
Belum selesai Damian bicara, wanita yang memang pembantu Hanna itu langsung membalikkan tubuhnya dan bergegas masuk, tanpa mempersilakannya duduk.
Tapi tak lama kemudian pembantu itu keluar lagi.
“Tuan Damian dipersilakan langsung ke kamar,” katanya.
Damian menarik tangan Raya, diajaknya masuk.
“Yang disuruh masuk ke kamar cuma kamu,” bisik Raya.
“Hishh. Masa aku masuk sendirian,” katanya sambil terus menarik tangan Raya.
Begitu keduanya masuk ke kamar, kelihatan bahwa Hanna terkejut, karena juga melihat Raya bersamanya.
“Raya?” sapanya pelan, ada kekecewaan di wajahnya.
“Kamu sakit apa? Damian sudah menceritakan semuanya. Kamu hampir pingsan di kampus, sehingga Damian harus menggendong kamu ke dalam taksi, lalu menggendong kamu pula sampai ke kamar,” kata Raya yang mengatakan semuanya, supaya Hanna tahu bahwa tak ada yang disembunyikan Damian dari padanya. Raya mengucapkannya sambil tersenyum manis.
Dilihatnya ada sorot mata masgul di mata Hanna. Barangkali tak mengira Raya mengetahui semuanya.
“Bagaimana keadaan kamu?” tanya Raya sambil meletakkan bungkusan kue-kue yang tadi dibelinya di jalan.
“Sudah mendingan, tapi aku masih malas bangun. Masih sedikit pusing,” katanya. Hanna bahkan tak sedikitpun melihat Damian. Ada rasa tak enak ketika menyadari bahwa Raya berlaku baik walau tahu bahwa suaminya telah membawanya ke rumah sejak dari kampus, dan ia sempat berharap lebih ketika itu.
“Tidak ke dokter saja?”
“Aku hanya sedikit flu, sudah berkurang ketika Damian memberi aku obat.”
“Syukurlah. Aku mengajak Damian kemari, karena ingin melihat keadaan kamu.”
“Aku minta maaf.”
“Kenapa harus minta maaf? Sudah benar apa yang dilakukan Damian. Aku senang suamiku peduli pada sesama, apalagi yang namanya sesama itu adalah teman sekolah aku, yang sekarang juga menjadi teman kuliah Damian.”
“Tidak, kami bukan teman, beda jurusan.”
“Sama saja, kan.”
“Ray, kita masih ada perlu lain, sebaiknya kita segera pamit.”
“Iya benar, kami mau ke rumah ibu, tadi ibu memanggil aku,” kata Raya.
Hanna berdebar, apakah akal bulusnya untuk menjatuhkan Damian akan berhasil? Tiba-tiba dia ingat, bahwa laki-laki yang disuruhnya mungkin sudah bertemu dengan Damian dan Raya. Apakah laki-laki itu mengatakan keperluannya? Tapi sikap Damian dan Raya biasa saja, sehingga Hanna tidak merasa khawatir.
“Oh, mau ke rumah ibu ya? Nitip salam buat tante dan om ya,” kata Hanna.
“Nanti aku sampaikan,” kata Raya sambil menjabat tangan Hanna.
“Cepat sembuh ya.”
Damian juga mengatakan hal yang sama, kemudian mereka berlalu.
Bibik pembantu yang kemudian masuk ke kamar sambil membawa cangkir-cangkir minuman, tak lagi menemukan mereka.
“Mana tamunya?”
“Sudah pulang. Oh ya Bik, waktu kamu memberikan uang tadi, apakah kedua tamuku tadi juga ada?”
“Ada Non. Malah saya hampir keliru memberikan amplopnya kepada tuan muda yang ganteng itu tadi.”
“Ngawur kamu. Apakah Bibik melihat mereka bercakap-cakap?”
“Bercakap-cakap? Sepertinya tidak Non,” jawab bibik. Karena bibik tidak melihat saat mereka berbicara, jadi dia menjawab tidak. Hanna merasa lega.
“Sini teh nya, biar aku minum saja.”
Bibik meletakkan cangkir-cangkir itu ke atas nakas, kemudian berlalu, sementara Hanna kemudian bangun, meneguk minumannya sambil tersenyum. Siasatnya pasti berhasil.
***
Di sebuah apotek, Ani sedang duduk menunggui obat untuk ibunya. Tak jauh didepannya, duduk pula seorang laki-laki, yang tiba-tiba saja dikenalnya, saat dia keluar dari kelas dan ingin pulang. Ia ingat, laki-laki itu sangat mencurigakan, berendap diantara pepohonan dengan membawa ponsel yang baru saja dibidikkannya entah ke mana. Saat itu Ani menegurnya, karena curiga, tapi laki-laki itu malah berlari keluar.
Sekarang dia melihatnya di apotek dan tergerak hatinya untuk bertanya. Ia merasa laki-laki itu punya niat kurang baik.
“Pak, Bapak kenal saya?”
Laki-laki itu tampak terkejut. Ia menatap Ani, dan kemudian wajahnya berubah pucat. Ia ingat gadis itu yang menegurnya ketika dia sedang memotret adegan seorang lelaki dan satunya adalah gadis ini.
“Maaf Mbak.”
“Kenapa waktu di kampus itu, saat saya menegur Bapak, lalu Bapak seperti melarikan diri?”
“Oh, itu MBak. Aduh, saya minta maaf. Sungguh sekarang saya menyesal. Karena perbuatan saya itu, ketika pulang, saya melihat istri saya sakit. Mulutnya perot dan tak bisa bicara. Saya melarikannya ke rumah sakit, hanya saja karena tidak bisa membayar untuk rawat inap, saya hanya minta rawat jalan saja. Sungguh saya menyesal. Ini saya sedang beli obat untuk istri saya, harganya mahal bukan main, Saya membayarnya juga dengan uang haram itu. Sedih saya. Sungguh saya menyesal,” wajah laki-laki itu berubah sedih.
“Memangnya istri Bapak sakit apa?”
“Kata dokter, strook Mbak, butuh waktu lama untuk memulihkan.”
“Mengapa Bapak merasa bahwa sakitnya istri Bapak itu karena Bapak telah melakukan sebuah kesalahan. Apa yang sebenarnya Bapak lakukan?”
“Begini Mbak, rumah saya kan di dekat kampus itu, pekerjaan istri saya jual gorengan tak jauh dari sana. Pada suatu hari saya didekati seorang nona cantik bernama Hanna. Dia meminta saya mengamati seorang laki-laki, yang fotonya dikirimkannya kepada saya. Katanya saat laki-laki itu sedang dekat dengan wanita, siapapun wanita itu, saya harus memotretnya. Kalau sudah, saya harus menunjukkannya sama dia, apa itu sesuai yang dia inginkan. Kalau sudah cocok, saya harus mencetaknya menjadi foto beneran, lalu mengirimkannya ke rumah keluarga Rahman, yang alamatnya sudah dikirimkannya sama saya. Saya mendapat bayaran dua juta. Yang satu juta dibayar di muka, sisanya diberikan kalau saya sudah mengirimkan fotonya. Pekerjaan saya selesai, tapi istri saya dalam keadaan sakit. Bahkan tidak bisa bicara jelas. Saya sedih, perbuatan saya berbalas sakitnya istri saya, bahkan uang dua juta yang saya terima tidak cukup untuk pengobatan istri saya,” katanya panjang lebar, dengan wajah sedih.
"Foto itu masih saya simpan di ponsel saya.“ lanjutnya sambil membuka ponsel dan menunjukkannya pada Ani.
“Ya Tuhan, ini kan Damian sama saya?” Ani terkejut.
“Saya sudah mengirimkannya ke keluarga Rahman. Tapi saya sangat menyesal."
Ani segera minta agar laki-laki itu mengirimkan ke ponselnya.
“Baiklah Pak, semoga semua ini menjadi pelajaran buat Bapak, bahwa perbuatan yang buruk akan berimbas buruk pada kehidupannya. Tapi saya sangat berterima kasih. Hanna ingin merusak hubungan Damian dan istrinya. Saya mengenal dia. Sekarang saya harus mengatakan semuanya pada Damian. Kasihan, ada yang ingin menghancurkan rumah tangganya."
“Sungguh saya menyesal,” katanya berkali-kali.
“Baiklah Pak, terima kasih atas keterangan yang Bapak berikan. Ini saya punya sedikit uang, sisa pembelian obat untuk ibu saya. Tidak seberapa, semoga bisa membantu sedikit,” kata Ani sambil memberikan uang ratusan tiga lembar, kepada laki-laki tersebut.
Pembicaraan itu berakhir ketika petugas apotek sudah memanggil nama ibu Ani.
Laki-laki itu mengangguk-angguk, lalu mengucapkan terima kasih sambil mengusap air matanya.
***
“Ada apa sih Bu, kok seperti sedang gelisah begitu?”
”Bapak lupa ya, apa yang ibu ceritakan semalam? Tentang foto itu?”
“Oh, ya, aku baru kepikiran tentang foto itu.”
“Ibu menyuruh Raya datang kemari, supaya dia tahu kebusukan suaminya.”
“Mengapa Ibu sangat bersemangat untuk membubarkan rumah tangga anak sendiri?”
“Apa maksud Bapak sih? Siapa bermaksud membubarkan?”
“Foto itu seperti dibuat oleh orang yang iseng, kemudian dipergunakan untuk merusak rumah tangga Raya. Ibu tidak usah mengatakannya pada Raya, sepertinya yang difoto itu, Damian tidak berpelukan sama seseorang.”
“Bapak kok ngeyel ya,” kesal bu Rahman.
“Yang aku tidak suka, adalah ada orang yang ingin merusak hubungan Raya dan suaminya. Ini perbuatan orang jahat.”
“Orang jahat, atau orang baik yang ingin menyelamatkan hidup Raya? Dengan menunjukkan kebusukan hati Damian, berarti dia itu ingin agar Raya selamat, dan tidak melanjutkan pernikahannya dengan Damian. Itu kan bagus?”
“Membuat orang ribut, tidak tenang, itu bagus?”
“Mengapa Bapak selalu membela dia, bahkan setelah terbukti dia berbuat tidak pantas?”
Pak Rahman diam, dia menoleh ke halaman, ketika mendengar suara sepeda motor mendekat.
“Itu mereka datang.”
“Ya ampun, kenapa Raya tidak mendengar apa yang aku katakan sih. Aku suruh dia datang sendiri, tanpa Damian. Malah datang berdua,” omel bu Rahman sambil menunggu di teras depan.
Damian dan Raya mendekat, lalu bergantian meraih tangan bu Rahman dan menciumnya.
“Bukankah aku menyuruhmu datang sendiri?” kata bu Rahman tanpa merasa sungkan.
“Mana bisa Raya datang sendiri. Kami sudah menjadi suami istri, saat kami bisa berdua, kami harus datang berdua. Maaf ya Bu,” kata Raya sambil menggandeng tangan Damian.
“Damian duduk di teras sini saja, Raya masuk ke dalam, ada yang ingin ibu bicarakan sama kamu.”
“Tapi Bu ….”
“Ray, biar aku duduk di sini saja, nggak apa-apa,” kata Damian memutus kata-kata istrinya.
Akhirnya Raya menurut. Sang ibu menariknya ke ruang tengah, dimana ayahnya juga duduk di sana.
“Duduklah.”
“Ada apa sih Bu?”
“Ibu ingin mengingatkan kamu, hati-hati dengan suami kamu.”
“Apa maksudnya Bu?”
Bu Rahman mengambil foto yang diterima kemarin sorenya, lalu diberikannya kepada Raya, sementara pak Rahman kelihatan asyik menonton televisi.
“Ini foto apa?” kata Raya bingung.
“Kamu nggak kenal sama yang ada di foto itu?”
“Ini kan mas Damian.”
“Nah, kamu kenal. Lalu apa yang kamu pikirkan tentang foto itu?”
“Ini foto mas Damian bersama Ani, teman kuliahnya. Beberapa hari yang lalu Ani datang ke salon untuk potong rambut,” kata Raya sambil terus mengamati foto itu dengan perasaan aneh. Apakah Raya curiga?
“Bolehkah bapak juga potong rambut di sana?” kata pak Rahman bercanda.
“Itu khusus perempuan Pak,” jawab Raya sambil terus menatap foto itu.
“Ini bagaimana, perhatikan foto itu, bukan bapakmu.”
“Iya Bu, ini mas Damian.”
“Pantaskah apa yang dilakukannya?”
“Dari mana ibu mendapatkan foto ini?”
“Nggak tahu dari mana, tapi dari mana pun foto ini, atau siapa pun yang mengirimnya, dia bermaksud baik sama kamu. Dia ingin menunjukkan, kelakuan suami kamu selama dia di kampus, sementara dia menyuruh kamu bekerja,” kata bu Rahman dengan mata berapi-api.
Ada perasaan Raya yang terganggu sebenarnya. Ani dikenalnya, setelah Damian meminta kepada teman-teman wanita nya, agar mengunjungi salon nya. Ani sangat baik. Lembut, ramah dan tak tampak bahwa dia suka sama Damian. Mereka bersahabat, bahkan. Ani pernah mengatakan, bahwa dia sering meminjam buku Damian, karena Damian memiliki koleksi buku yang lebih lengkap.
“Apa komentar kamu tentang foto ini? Cepat ambil keputusan sebelum kamu benar-benar hancur karena kelakuan suami kamu,” kata bu Rahman yang berusaha terus membakar hati Raya.
Tiba-tiba Raya berdiri, beranjak ke teras, di mana suaminya menunggu. Ketika keluar itu, didengarnya sang suami sedang bertelpon.
“Ini dia An, Raya sudah ada, silakan bicara sendiri,” kata Damian sambil mengulurkan ponselnya.
“Dari Ani, ia punya sebuah rahasia besar."
Raya ragu-ragu menerimanya, sampai ketika Ani menyapanya.
“Raya, barusan aku bicara sama Damian. Ada orang yang sengaja mengirimkan foto Damian ketika dia hampir bertabrakan sama saya di pintu. Kamu jangan percaya, itu foto juga aku kirimkan ke Damian, yang memberi tahu aku adalah orang suruhan Hanna.
Raya tertegun.
***
Besok lagi ya.
๐ ๐ฆ๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด
ReplyDeleteJaga gawang Kek
Delete๐๐ข๐ข๐ง ๐ฏ๐บ๐ญ๐ฐ๐ฏ๐ฐ๐ฏ๐จ ๐ฅ๐ถ๐ญ๐ถ๐ข๐ฏ ๐ฎ๐ข๐ถ ๐ต๐ข๐ฃ๐ญ๐ช๐จ๐ฉ ๐ข๐ฌ๐ฃ๐ข๐ณ.... ๐๐ข๐ต๐ถ๐ณ ๐ฏ๐ถ๐ธ๐ถ๐ฏ ๐ฃ๐ถ ๐๐ช๐ฆ๐ฏ
Delete๐๐ข๐ญ๐ข๐ฎ ๐๐๐๐๐๐.....
Matur suwun
ReplyDelete
ReplyDeleteMtnuwun mb Tien๐๐
Terima kasih bu tien
ReplyDeleteMatur suwunibu
ReplyDeleteAlhamdulillah SEBUAH PESAN~55 sudah hadir, terimakasih, semoga bu Tien tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga.. Aamiin yra..๐คฒ
ReplyDeleteMatur Nuwun sampun tayang...
ReplyDeleteMugi mbak Tien tansah pinaringan keberkahan sehat wal afiat ๐
Salam Aduhai dr Surabaya
Alhamdulillah Maturnuwun
ReplyDeleteAlhamdulilah...suwun bunda Tien...dah tayang mbk Raya...
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Sebuah Pesan telah tayang
ReplyDeleteMaturnuwun, Bu Tien. Sehat selalu nggih๐๐ผ
ReplyDeleteTrmksh
ReplyDeleteAlhamdulillah SP 55
ReplyDeleteudah tayang
Mojok yuuuk mojok biar tau kelanjutan nya
Mksh bunda Tien sehat selalu doaku
Maturnuwun Bunda Tien... Sehat selalu untuk Bunda sekeluarga
ReplyDeleteMaturnuwuuuuuunnnnn
ReplyDelete๐ป๐ผ๐ป๐ผ๐ป๐ผ๐ป๐ผ
ReplyDeleteAlhamdulillah eSPe 55
sudah tayang...
Matur nuwun Bu Tien.
Semoga sehat selalu &
smangats berkarya...
๐ฆ Salam Aduhai ๐ฆ
๐ป๐ผ๐ป๐ผ๐ป๐ผ๐ป๐ผ
Wiiiiii mas kakek menang
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien Sugeng ndalu
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteTrimakasih Bu Tien ..... Alhamdulillah sdh tayang Sebuah Pesan 55
ReplyDelete
ReplyDeleteAlhamdulillah SP 55 sudah hadir...
Matur nuwun bunda Tien cantik...
Salaam sehat selalu ๐น๐น๐น
Na lho kapok ta wis Hana...hihii kecele dirimu ๐๐
ReplyDeleteMatur nuwun Bunda Tien...๐๐
Salam nyeteter ini dari kota Malang...๐๐
Maturnuwun sanget Bu Tien...
ReplyDelete๐๐
Jalan ceritanya kayaknya masih panjang ....
ReplyDeleteSeneng aku ...
Semoga bu Rahman kena stroke ....karena tegangan tinggi teruuuuussss
Alhamdulillah.
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien ๐น๐น๐น๐น๐น
Bagaimana reaksi bu Rahman dan Hanna setelah semua rahasia terbuka? Apa mereka tidak merasa malu?
ReplyDeleteTrima kasih Ibu Tien untuk episode terbit lebih pagi.๐❤๐
Alhamdulilah, matur nuwun inggih mbakyu Tien Kumalasari sampun tayang epsd 55, salam kangen dan salam aduhai dari Tanggamus, Lmpng
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nwn bu Tien, salam sehat dari mBantul
ReplyDeleteAlhamdulillah .. terimakasih bunda
ReplyDeleteAlhamdulillahi rabbil'alamiin
ReplyDeleteTerima kasih bunda
ReplyDeleteAlhamdulillaah, kapan ya rahasia damian kaya terbongkar, sepertinya ceritanya masih panjang... Makasih bunda
ReplyDeleteNgeri ya, tuh ati-ati merekayasa menghancurkan anak yatim piatu, ngebalik menyerang petakanya ke diri pelaku.
ReplyDeleteOrtunya kan sudah tentram disana tentu melindungi buah hati nya.
Terus gimana, kan pak Rahman justru mengingatkan istrinya; ini maunya apa? Seneng kalau mereka berpisah, yang bener aja.
Raya aja sampai nggak bisa ngapa-ngapain bengong, ikutan kaya Hana yang dapat cerita kisah nya ngakalin Damian agar dapat kesempatan berduaan saja walau sekejap.
Sewaktu menjenguk Hana di rumah nya.
Hakan raya ngejelasin maknya kalau foto itu rekayasa karena orang suruhan Hana.
Nah jadi 'sahabat' Raya yang namanya Hana satu fakultas donk sama maknya Raya, jurusan iri, satunya jurusan dengki, jangan jangan mereka berduet bikin irama agar ada senandung nada yang bahkan lebih greget.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien
Sebuah pesan yang ke lima puluh lima sudah tayang
Sehat sehat selalu doaku
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
๐
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien
Matur nuwun bu Tien...
ReplyDeleteSalam sehar
Alhamdulillah....
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun bu Tien, salam sehat wal'afiat ๐ค๐ฅฐ
ReplyDeleteEnaknya bu Rahman n Hanna ketemu trs jadi malu krn Ani datang menceritakan kejadian yg sesungguhnya,,,,krn gemes bacanya kela kuan mereka ruh ๐คฃ๐คญ
Salam Aduhaaii bu Tien
Terimakasih Bunda...jadi bikin penasaran terus he. He...ceritanya bagus banget...
ReplyDeleteterima kaih Mbu Tien.... makin tak sbar nunggu part besok... sehat sllu Mbu Tien bersama keluarga tercinta....
ReplyDeleteSalam Aduhai
Hamdallah SP ke 55 sdh tayang matur nuwun nggih Bu Tien semoga Ibu beserta Keluarga tetap Sehat wal Afiat, bahagia selalu. Aamiin
ReplyDeleteBu Rahman bersemangat sekali ingin mempengaruhi Raya, akhir nya pasti akan kecelek. Gagal maning...gagal maning... piye iki Son..๐๐
Salam hangat dan Aduhai dari Jakarta
Alhamdulillah..terimakasih Mbak Tien. Salam sehat dari Purwokerto
ReplyDeleteAlhamdulillah, dalam sehat mbak Tien dan selalu dlm lindungan Alloh SWT Aamiin YRA
ReplyDeleteTernyata cepat sekali terungkap foto kiriman dari orang tak dikenal. Tinggal menunggu Damian selesai kuliah dan bekerja.
ReplyDeleteSalam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Alhamdulillah. Matur nuwun, sehat dan bahagia selalu bunda Tien . .
ReplyDeleteAlhamdulillah, matursuwun Bu Tien.
ReplyDeleteSalam sehat dan bahagia selalu
Ada yang membela Damian...
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Tien...
Makasih mba Tien.
ReplyDeleteSalam sehat selalu. Aduhai
Alhamdulillah SP-55 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
Aamiin
Alhamdulillah.... matur nuwun Bu Tien
ReplyDeleteTerimakasih Bu Tien Semoga sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah.. Mtsw mbakyu sehat selalu
ReplyDeleteSelamat pagii bunda Tien..terima ksih SP nya...aduuh kasihan y dgn Damian yg sll dibenci dgn mertuanya .SMG samawa rmh tangganya dgn raya..lamseroja unk bunda๐๐๐น
ReplyDeleteNunggu yg 56
ReplyDeleteNyoba lah
ReplyDelete