Friday, June 30, 2023

SEBUAH PESAN 32

 SEBUAH PESAN  32

(Tien Kumalasari)

 

Damian mengutarakan semua yang dipikirkannya. Biarlah dia miskin, tapi jangan sampai orang kaya merendahkannya.

“Baiklah, aku hargai apa yang ada di dalam pikiran kamu. Kapan kamu mau melamar anakku?” tanya pak Rahman kemudian.

“Kalau keluarga Bapak sudah memikirkannya secara matang, agar tidak ada sesal dikemudian hari, dan Non Raya bersedia hidup sederhana bersama saya.”

“Aku jawab saja sekarang, kami siap menerima kamu,” kata pak Rahman tandas.

Damian menundukkan kepala. Dia merasa sudah kepalang basah. Apa yang diucapkannya sudah menunjukkan kesanggupan dirinya untuk segera melamar Raya. Seperti mimpi rasanya ketika dia melangkahkan kaki meninggalkan halaman rumah pak Rahman. Bukankah seharusnya dia bahagia? Mendapatkan istri cantik yang selalu datang disetiap mimpinya, dan membayang setiap desah napasnya. Tapi Damian sadar. Sebagai seorang laki-laki, dia pantang untuk mundur. Kepalang melangkah dan sudah basah, dia kemudian mempersiapkan diri untuk menapak ke kehidupan yang belum pernah dibayangkan sebelumnya. Berumah tangga.

Sepeninggal Damian, pak Rahman geleng-geleng kepala. Ia belum pernah menemui orang yang begitu keras kepala seperti Damian. Pak Rahman mengatakannya begitu, karena walau kekurangan,  Damian tak bersedia menerima sedikitpun bantuan darinya. Bukankah itu keras kepala?

“Sejak kemarin-kemarin ibu sudah bilang, dia itu laki-laki sombong. Sudah miskin, sombong pula. Nggak ada yang menarik dari dia, kecuali tampangnya. Tapi buat apa tampang ganteng tapi melarat?” omelnya ketika pak Rahman menceritakan tentang penolakan Damian.

“Ya sudah, menurut bapak, ada sisi baik yang menarik dari dia. Tampaknya dia laki-laki yang bertanggung jawab.”

“Bapak sudah benar-benar menyukai Damian. Jangan-jangan Bapak diguna-guna.”

“Jangan mempunyai pikiran buruk, itu jahat namanya.”

“Ini sebuah petaka Pak, sungguh ibu tidak suka.”

“Yang menjalani itu anak kamu. Ini bukan petaka. Bapak kan sudah bilang, bicaralah yang baik-baik untuk anak kamu.”

“Lalu apa yang akan Bapak lakukan?”

“Kita menunggu dia melamar, dia sudah sanggup, lalu kita akan menikahkan mereka. Jangan sampai kita dibebani oleh kemarahan yang membakar hati kita. Ini demi anak kita. Biarkanlah dia bahagia dengan pilihannya.”

“Ya sudah, terserah Bapak saja. Tapi aku tidak mau melihat Raya sengsara. Ketika ibu melihat Raya hidup susah, aku akan meminta gembel itu menceraikannya,” kata bu Rahman tandas, sambil meninggalkan suaminya. Wajahnya sangat kusut. Ia beranjak ke belakang, menemui bik Sarti yang sedang menyiapkan makan malam.

“Ya Nyonya, apa yang Nyonya perlukan?”

“Buatkan jus dingin untuk aku,” katanya sambil duduk di kursi dapur.”

“Ada jus mangga. Baru saja saya membuatnya. Atau Nyonya ingin yang lain? Ada jambu sama tomat juga.”

“Tidak, yang sudah ada saja. Gerah rasanya, pengin yang dingin-dingin.”

Bik Sarti menuangkan jus nya ke dalam gelas, diletakkannya di atas nampan.

“Nyonya, ini saya letakkan di ruang makan … atau …”

“Taruh di meja sini saja. Aku mau minum di sini,” katanya dengan nada tinggi.

“Baik, Nyonya,” kata bik Sarti sambil meletakkan gelasnya di meja. Diam-diam bik Sarti tersenyum dalam hati. Ia ingat ketika bu Rahman meledek Raya saat makan di dapur. Bu Rahman seperti mengatakan bahwa Raya sedang latihan menjadi orang miskin. Tapi sekarang dia juga minum jus di dapur. Tapi bik Sarti menyembunyikan senyumnya.

“Kamu masak apa?”

“Opor ayam, Nyonya.”

“Aku ini sedang kesal. Sangat kesal.”

Bik Sarti tidak menjawab, tapi menoleh ke arah sang nyonya sambil mengaduk aduk opor nya, takut santannya pecah, lalu rasanya jadi hambar.

“Mengapa tiba-tiba Raya tergila-gila pada Damian? Kamu mengomporinya ya?”

“Nyonya, saya tidak mungkin melakukannya. Saya justru sering menasehati non Raya, supaya menjauhi Damian. Tapi saya kan hanya pembantu, mana mau non Raya mendengarkan saya.”

“Aku sangat kecewa. Dia bukan menantu idaman aku. Masa aku punya menantu bekas tukang kebun? Malu dong aku.”

“Ya, Nyonya.”

“Tapi ayahnya sudah menyetujuinya, dan akan segera menikahkan mereka.”

“Syukurlah, Nyonya,” kata bik Sarti yang meluncur begitu saja. Tidak sadar bahwa ucapannya membuat sang nyonya marah.

“Kamu mensyukurinya? Jadi benar, kamu yang mendorong mereka kan?”

“Ya ampun Nyonya, bukan itu maksud saya,” bik Sarti jadi ketakutan.

“Lalu kamu mensyukurinya, itu maksudnya apa? Kamu senang kan?”

“Bukan begitu nyonya. Maksud saya, karena tuan mengijinkannya, jadi non Raya tidak akan bersedih lagi.”

“Kamu itu memang benar-benar bodoh, Sarti. Tidak mengerti maksudku. Ya sudah, aku nggak usah ngajak omong sama kamu saja,” kata bu Rahman sambil berdiri, lalu meletakkan gelas yang sudah kosong ke atas meja dengan keras. Bik Sarti sampai terkejut. Untung gelasnya tidak pecah.

***

Raya sedang bertelpon dengan kakaknya pagi hari itu, karena Kamila menanyakan tentang perkembangan hubungannya dengan Damian.

“Mbak doakan saja, semoga semuanya baik-baik saja.”

“Kamu benar- benar sudah siap menikah?”

“Siap Mbak.”

“Dengan Damian? Bersama kehidupannya pastinya kamu sudah tahu?”

“Tentu saja. Semua sudah aku pikirkan. Aku menunggu restu dari ibu, yang tampaknya sangat tidak suka pada Damian.”

“Ya, kamu jangan terlalu menyalahkan ibu. Orang tua itu kan selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Bahagia hidupnya, dengan kehidupan yang berkecukupan, dan pastinya juga berderajat. Ya kan?”

“Aku tidak setuju Mbak. Hidup itu adaah hidup aku. Aku sudah mengerti siapa dan bagaimana Damian. Dia baik dan sangat rendah hati. Dia bahkan tidak mau menerima apa saja yang bapak tawarkan. Barangkali juga bapak sedikit gusar. Tapi Bapak selalu mengatakan, bahwa beliau sangat mengerti. Hanya ibu yang mengatakan bahwa Damian sombong.”

“Bagaimana menurut kamu?”

“Menurut aku, dia tidak mau dikasihani. Dia juga bilang bahwa kalau aku mau, aku harus bersedia hidup sederhana, tanpa uluran tangan orang tua. Aku hargai itu.”

“Berarti kamu sudah benar-benar siap?”

Ketika itulah ada telpon masuk, dari Damian.

“Ya sudah dulu ya Mbak, nanti kita bicara lagi, Damian sedang menelpon nih.”

“Baiklah, mungkin hari MInggu ini aku akan pulang. Kalau bisa bersama mas Abi. Bapak mau mengajak kami bicara.”

“Baiklah. Aku tutup dulu ya.”

Raya menutup pembicaraannya dan beralih ke sambungan nomor kontak Damian.

Tapi Damian sudah menutup ponselnya. Hanya ada pesan yang dia tuliskan, bahwa Damian ingin bertemu besok siang.

Raya membalasnya, bahwa dia akan menemuinya saat makan siang.

Raya sudah tahu hasil pembicaraan Damian dengan ayahnya. Dia sama sekali tidak menyesal, bahwa Damian menolak semua pemberian ayahnya.

Dia juga sudah bilang kepada sang ayah, bahwa dia ingin menikah di KUA saja, tidak ingin ada pesta, yang waktu itu langsung disambut oleh ibunya dengan kata-kata yang menusuk.

“Tentu saja tidak akan ada pesta, Malu ibu kalau harus punya menantu yang tidak sederajat dengan kita.”

“Baiklah Bu, yang penting Ibu juga memberikan restu untuk kami, kan?”

Waktu itu bu Rahman hanya diam, tapi pak Rahman menjawabnya.

“Kami akan merestui kalian, sepenuhnya.”

“Terima kasih Pak,” kata Raya dengan terharu.

***

Siang hari itu Damian mengajak Raya makan bakso di sebuah warung dekat bengkel. Mereka sering makan hanya di warung dekat-dekat bengkel, karena Raya khawatir Damian terlalu lama mempergunakan waktu istirahatnya.

 “Ada apa Dam? Jangan bilang kamu akan membatalkan janji kamu untuk melamar aku,” kata Raya sambil menampakkan wajah cemberut. Damian tertawa, ingin rasanya mencubit bibir tipis yang sangat menggemaskan itu.

“Tidak Non, saya sudah berjanji, dan saya tidak akan mengingkari.”

“Syukurlah.”

“Saya bingung tentang lamaran. Apa yang harus saya berikan saat lamaran?”

“Kamu tidak usah memberikan apa-apa Dam, kesanggupan kamu untuk mau memperistrikan aku itu sudah cukup membahagiakan.”

“Tapi bagaimana dengan keluarga Non?”

“Mereka sudah tahu siapa kamu. Lakukan yang kamu bisa, jangan terlalu memikirkan hal yang akan menyusahkan kamu.”

“Bagaimana kalau saya memberikan cincin untuk Non?”

“Ya ampuun, tidak usah Dam. Cincin itu kan mahal?”

“Tidak apa-apa, biarkan saya mengukur jari non,” kata Damian yang ternyata telah membawa benang.

“Damian …” Raya tersenyum lucu, melihat Damian melingkarkan benang itu di jari manisnya.

“Sudah cukup Non, ukurannya sudah saya beri tanda.”

“Jangan kamu memaksakan diri Dam, aku tidak ingin apapun dari kamu. Aku hanya ingin kamu mencintai aku.”

“Non sudah mendapatkannya. Ini hanya sebuah ikatan.”

“Emas itu kan mahal?”

“Bagaimana dengan imitasi?”

“Oh, baiklah, imitasi juga bagus dan banyak model yang indah. Aku suka apapun yang kamu pilihkan.”

Damian tersenyum, sambil memasukkan benang itu ke dalam kantung bajunya. Ada bahagia tersirat dalam senyum-senyum mereka.

“Kapan kamu akan melamar aku?”

“Secepat saya siap, saya akan melakukannya.”

“Dam, aku sudah sangat merindukan saat-saat itu,” kata Raya sambil tersenyum manja.

“Ini sebuah mimpi yang benar-benar akan menjadi nyata, saya tidak mengira, si pungguk bisa terbang ke bulan.”

“Karena bulan akan meraih tangan si pungguk agar bisa terbang mendekatinya,” jawab Raya yang tiba-tiba menjadi sangat puitis. Suasana siang yang gerah itu tiba-tiba menjadi suasana yang sangat romantis dan manis.

***

Selesai makan siang bersama Raya, Damian mendekati Agus. Kebetulan bengkel sedang sepi.

“Gus, kamu kan sudah menikah?”

“Ya, kenapa?”

“Apa dong yang diperlukan seorang laki-laki saat melamar gadis idamannya?”

“Kamu mau lamaran?” Agus berteriak, membuat Damian segera membungkam mulut sahabatnya dengan telapak tangan.

“Jangan berteriak.”

Agus tertawa.

“Benar, kamu mau melamar pacar kamu? Oh ya, anak majikan yang cantik itu?”

“Aku sudah diijinkan untuk melamarnya. Aku bingung, karena aku tidak punya siapa-siapa. Dan aku juga tidak tahu harus membawa apa.”

“Kalau sedang melamar itu ya cukup membawa oleh-oleh saja. Seperti parsel buah atau makanan, gitu. Tapi calon istri kamu kan anak orang kaya. Apa cukup hanya membawa buah dan makanan?”

“Jadi harusnya membawa apa? Berlian sekotak, dan emas sekilo?” canda Damian.

“Maksud aku, kamu harus membawa yang istimewa.”

“Tidak Gus. Mereka sudah tahu kalau aku miskin. Aku tidak ingin berlebihan. Kalaupun aku membawa sesuatu juga, belum tentu mereka menerima dengan senang hati. Jadi aku tidak harus mengada-adakan sesuatu yang tidak lazim bagi orang miskin seperti aku.”

“Baiklah, terserah kamu saja.”

“Tapi kamu kan tahu, aku tidak punya siapa-siapa lagi? Masa aku harus datang sendiri? Lucu kan?”

“Itu soal mudah. Aku akan bantu. Aku akan datang bersama istri aku, dan juga bapak dan ibu aku.”

“Benarkah?” pekik Damian dengan wajah berseri.

“Mereka sudah berpengalaman dalam hal seperti itu, Pokoknya serahkan saja semuanya sama aku. Aku yang akan mengaturnya.”

“Terima kasih banyak Gus, aku akan menyewa mobil untuk menjemput kalian.”

“Tidak usah menyewa. Orang tuaku punya mobil. Bukan mobil bagus sih, tapi pantas kok untuk acara lamaran. Nanti kami mengakui bahwa masih kerabat dekat sama kamu.”

“Baiklah. Nanti aku pesan parsel buah dan kue-kue, semampu aku. Aku juga akan memberikan sebentuk cincin.”

“Wah, hebat.  Bagus itu.”

“Hanya cincin imitasi.”

“Baiklah, terserah kamu saja. Kapan kamu mau melamar””

“Setelah aku siap, nanti aku kabari.”

“Aku akan atur supaya kita bisa libur di hari yang sama.”

Damian merasa lega, ada sahabat yang akan membantunya.

***

Di hari lamaran, Kamila dan Abi memerlukan datang. Dengan dada berdebar, Damian melaksanakan lamaran itu, dibantu oleh orang tua Agus. Bu Rahman terpaksa ikut menemui tamu-tamunya, karena pak Rahman memarahinya. Dengan wajah sinis, bu Rahman melihat dua buah parsel yang dibawa rombongan Damian. Ia bertambah sinis ketika melihat Damian menyerahkan sebuah kotak kecil di acara itu. Kotak kecil yang ketika dibuka berisi sebentuk cincin yang sangat indah. Kamila kagum melihat cincin yang kemudian sudah dikenakan Raya dijari manisnya, dengan senyuman bahagia.

“Cincinnya bagus sekali ya Bu,” bisiknya kepada ibunya.

“Ah, kamu seperti tidak tahu saja. Itu kan hanya imitasi,” suaranya agak keras, bahkan Damian mendengarnya.

Pak Rahman memelototi istrinya ketika mendengar sang istri melontarkan kata-kata yang tidak pantas. Bu Rahman hanya melengos ke arah lain, pura-pura tidak melihat ke arah suaminya.

***

Besok lagi ya.

47 comments:

  1. Replies
    1. Selamat malam Bunda Tien di Solo...


      Matur nuwun...


      Semoga Bunda sehat selalu Aamiin...

      Salam ADUHAI dari Kalimantan


      Chao....

      💜💙💚💛❤

      Delete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Sebuah Pesan telah tayang

    ReplyDelete
  3. Matur suwun ibu Tien
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah baru bisa untuk koment, sehat selalu mbak Tien dan tetap semangat

    ReplyDelete
  5. Walaah...Damian mau menguji Raya ya? Pura2 masih miskin...wkwk...ga sabar membayangkan reaksi bu Rahman kalau nanti ketahuan Damian seorang milyarder.😀 Trmksh, bu Tien...salam sehat.🙏😘

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah...
    Maturnuwun bu Tien
    Salam sehat selalu...

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah SEBUAH PESAN~32 sudah hadir, terimakasih, semoga bu Tien beserta keluarga tetap sehat .. Aamiin..🤲

    ReplyDelete
  8. Alhamdulilah
    Terimakasih bunda Tien SP

    ReplyDelete
  9. 💕💐💕💐💕💐💕💐
    Alhamdulillah eSPe 32
    sudah tayang...
    Matur nuwun Bu Tien.
    Sehat2 slalu yaa Bu..
    Smangats berkarya trs.
    🦋 Salam Aduhai 🦋
    💕💐💕💐💕💐💕💐

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah SP 32 sudah hadir...
    Matur nuwun bunda Tien cantik...
    Salaam sehat selalu 🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  11. Maturnuwun sanget Bu Tien...
    🙏🙏

    ReplyDelete
  12. Terima kasih bunda sp nya tayang LBH awal..slmt MLM dan slmt istrahat .slm Seroja unk bunda👍😘🌹❣️

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah.... terimakasih Bunda

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah SP-32 sdh hadir
    Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu
    Aamiin

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah.
    Syukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  16. Cincin imitasi, benarkah... kan Damian sudah mendapat warisan yang ADUHAI. Dipakai untuk hal yang penting pasti tidak mengapa.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah...SP 32 dah tayang terima kasih Bu Tien smoga sehat2 sll

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah

    Matur sembah nuwun mbak Tien
    Sehat selalu

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu
    Mugi2 sehat selalu dan bahagia bersama keluarga
    Aamiin

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah bisa komen dari tadi tdk bisa masuk , Terima kasih bunda Tien 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  21. Terimakasih Bu Tien.. sebuah pesan yg di tunggu tunggu sdh hadir. Semoga Bu Tien selalu sehat... aamiin ...

    ReplyDelete
  22. Terima kasih mbak Tien, ternyata Damien punya karakter yg tdk dipunyai oleh para pemuda lainnya.
    Salut mbak tien, salam sehat selalu.

    ReplyDelete
  23. Terimakasih Bunda Tien...
    Sehat2 selalu... Salam aduhaayyy

    ReplyDelete
  24. Terimakasih Bu Tien, Damian benar benar punya harga diri nih....Salam Sehat Selalu nggih Bu Dan Salam Jum'at Berkah

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah, Terimakasih mbakyu sehat selalu...

    ReplyDelete
  26. Alhamdulilah... terima kasih sp 32 sdh tayang ..makin seru bun. Salam sehat, hangat dan aduhai

    ReplyDelete
  27. Wah wah wah damian melamar.
    Cincinnya pasti bukan imitasi damian dah milyader cuma rendah diri
    Buktikan pada bu rahman selalu mengejek nantinya menyesal
    Makasih bunda salam sehat

    ReplyDelete
  28. Hii lihat aja gmn nanti bu.Rahman kalau tau Damian seorang miliader...😂😂
    Matur nuwun bunda Tien...🙏🙏

    ReplyDelete
  29. Selamat Raya Damian selangkah menuju bahagia
    Terimakasih Bu Tien sehat selalu

    ReplyDelete
  30. Matur nuwun.....sehat terus njih Bu...

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah SP 32
    darang. Terimakasih MbakTien.
    Pingin liat Raya dan Damian bahagia.
    Semangat berkarya Mbak, sehat selalu.
    Salam bahagia.

    ReplyDelete
  32. Cincin mas asli pastinya ya.
    Makasih mba Tien.
    Salam hangat, bahagia selalu.
    Aduhai

    ReplyDelete
  33. 𝓢𝔂𝓾𝓴𝓾𝓻𝓪𝓷

    𝔐𝔬𝔥𝔬𝔫 𝔡𝔬𝔞 𝔯𝔢𝔰𝔱𝔲 𝔥𝔞𝔯𝔦 𝔦𝔫𝔦 :
    𝔖𝔞𝔟𝔱𝔲 , 1 𝔍𝔲𝔩𝔦 2023
    𝔓𝔲𝔨𝔲𝔩 : 19.00 𝔴𝔦𝔟
    𝔗𝔢𝔪𝔭𝔞𝔱 : 𝓽𝓲𝓮𝓷𝓴𝓾𝓶𝓪𝓵𝓪𝓼𝓪𝓻𝓲22. 𝓑𝓵𝓸𝓰𝓼𝓹𝓸𝓽. 𝓬𝓸𝓶
    𝔄𝔠𝔞𝔯𝔞 : 𝔄𝔨𝔞𝔡 𝔫𝔦𝔨𝔞𝔥 𝔭𝔲𝔱𝔯𝔦 𝔟𝔲𝔫𝔤𝔰𝔲 𝔰𝔞𝔶𝔞 ℜ𝔞𝔶𝔞 𝔟𝔦𝔫𝔱𝔦 ℜ𝔞𝔥𝔪𝔞𝔫 𝔡𝔢𝔫𝔤𝔞𝔫 𝔇𝔞𝔪𝔦𝔞𝔫 𝔟𝔦𝔫 𝔗𝔦𝔪𝔞𝔫.

    _*𝔠𝔞𝔱𝔞𝔱𝔞𝔫*_
    𝔗𝔦𝔡𝔞𝔨 𝔪𝔢𝔫𝔢𝔯𝔦𝔪𝔞 𝔟𝔦𝔫𝔤𝔨𝔦𝔰𝔞𝔫 𝔞𝔭𝔞𝔭𝔲𝔫, 𝔥𝔞𝔫𝔶𝔞 𝔡𝔬𝔞 𝔯𝔢𝔰𝔱𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔰𝔞𝔧𝔞.

    𝓚𝓮𝓵𝓾𝓪𝓻𝓰𝓪 𝓡𝓪𝓱𝓶𝓪𝓷

    𝔎𝔞𝔪𝔦 𝔶𝔞𝔫𝔤 𝔟𝔢𝔯𝔟𝔞𝔥𝔞𝔤𝔦𝔞
    ℜ𝔞𝔶𝔞 & 𝔇𝔞𝔪𝔦𝔞𝔫

    ReplyDelete
  34. 𝓢𝔂𝓾𝓴𝓾𝓻𝓪𝓷

    𝔐𝔬𝔥𝔬𝔫 𝔡𝔬𝔞 𝔯𝔢𝔰𝔱𝔲 𝔥𝔞𝔯𝔦 𝔦𝔫𝔦 :
    𝔖𝔞𝔟𝔱𝔲 , 1 𝔍𝔲𝔩𝔦 2023
    𝔓𝔲𝔨𝔲𝔩 : 19.00 𝔴𝔦𝔟
    𝔗𝔢𝔪𝔭𝔞𝔱 : 𝓽𝓲𝓮𝓷𝓴𝓾𝓶𝓪𝓵𝓪𝓼𝓪𝓻𝓲22. 𝓑𝓵𝓸𝓰𝓼𝓹𝓸𝓽. 𝓬𝓸𝓶
    𝔄𝔠𝔞𝔯𝔞 : 𝔄𝔨𝔞𝔡 𝔫𝔦𝔨𝔞𝔥 𝔭𝔲𝔱𝔯𝔦 𝔟𝔲𝔫𝔤𝔰𝔲 𝔰𝔞𝔶𝔞 ℜ𝔞𝔶𝔞 𝔟𝔦𝔫𝔱𝔦 ℜ𝔞𝔥𝔪𝔞𝔫 𝔡𝔢𝔫𝔤𝔞𝔫 𝔇𝔞𝔪𝔦𝔞𝔫 𝔟𝔦𝔫 𝔗𝔦𝔪𝔞𝔫.

    _*𝔠𝔞𝔱𝔞𝔱𝔞𝔫*_
    𝔗𝔦𝔡𝔞𝔨 𝔪𝔢𝔫𝔢𝔯𝔦𝔪𝔞 𝔟𝔦𝔫𝔤𝔨𝔦𝔰𝔞𝔫 𝔞𝔭𝔞𝔭𝔲𝔫, 𝔥𝔞𝔫𝔶𝔞 𝔡𝔬𝔞 𝔯𝔢𝔰𝔱𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔰𝔞𝔧𝔞.

    𝓚𝓮𝓵𝓾𝓪𝓻𝓰𝓪 𝓡𝓪𝓱𝓶𝓪𝓷

    𝔎𝔞𝔪𝔦 𝔶𝔞𝔫𝔤 𝔟𝔢𝔯𝔟𝔞𝔥𝔞𝔤𝔦𝔞
    ℜ𝔞𝔶𝔞 & 𝔇𝔞𝔪𝔦𝔞𝔫


    Siip

    Hé hé hé hé...
    Ayak ayak waé


    Ya nanti restu dipanggil pulang dulu diajak kondangan
    Biar restu berdoa buat mempelai.
    semoga samawa.

    ADUHAI

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...