Friday, June 16, 2023

SEBUAH PESAN 20

 SEBUAH PESAN  20

(Tien Kumalasari)

 

Damian tertegun. Mau apa bu MIjan berada di depan rumahnya dan berkacak pinggang dengan wajah marah?

“Bu Mijan?”

“Bagus kamu segera datang, aku menunggu kamu sejak aku pulang dari pasar.”

“Ada perlu apa Bu?”

“Ada perlu apa, katamu? Kamu tidak merasa telah menyakiti orang kemarin malam?”

Damian tidak lupa, dan yakin bahwa yang dimaksud oleh bu Mijan pastilah Darmo, calon menantu idamannya.

“Oh, tentang calon menantu ibu ya? Maaf, apakah dia terluka?”

“Bodoh sekali kalau kamu masih bertanya. Kamu memelintir lengannya sehingga dia keseleo, mendorongnya jatuh sampai punggungnya sakit. Hari ini dia tidak jualan karena sakit. Mengapa kamu begitu kejam, Damian? Dia itu laki-laki baik, yang aku pilihkan untuk menjadi suami Sari. Jangan pernah berharap bisa mendapatkan Sari, Damian. Kamu sama sekali tidak pantas menjadi menantuku, ngaca dong Dam, mana mungkin aku mau, kamu bukan pilihan yang tepat,” kata bu Mijan panjang lebar, sambil mengulaskan senyuman sinis.

Betapa marah Damian, dituduh menginginkan Sari, dan melukai Darmo karena ingin merebut Sari? Tapi Damian masih bisa menata hatinya, dan berkata dengan pelan serta penuh kesabaran.

“Bu Mijan, saya minta maaf. Kalau Darmo bilang saya menyakitinya, saya katakan bahwa dia yang memulai bermain kasar, karena lebih dulu menyerang saya. Saya hanya membela diri. Lalu, kalau Bu Mijan mengatakan bahwa saya menginginkan Sari, bu Mijan salah besar. Saya tidak pernah punya rasa suka kepada Sari, apalagi ingin memilikinya. Tidak, Sari yang mengejar-ngejar saya. Berkali-kali saya menolaknya, dia tetap saja mengatakan bahwa dia mencintai saya.”

“Bohong.”

“Kalau Ibu tidak percaya, silakan bertanya pada Sari. Semalam tiba-tiba dia datang menemui saya, dan mengatakan bahwa dia dipaksa ibunya untuk menikah dengan laki-laki yang tidak dia cintai. Saya ini siapa? Coba ibu bertanya pada Sari tentang apa yang telah dilakukannya. Jangan tiba-tiba menuduh saya yang suka sama Sari kemudian melukai laki-laki bernama Darmo itu. Tidak Bu, jadi lepaskan tangan ibu yang berkacak pinggang itu, karena sangat tidak pantas ibu menuduh sesuatu yang tidak ibu yakini kebenarannya. Saya minta maaf, saya sangat lelah setelah bekerja, jadi saya persilakan ibu pulang, saya ingin beristirahat,” kata Damian yang langsung membuka pintu rumahnya, masuk ke dalamnya dan menguncinya.

Bu Mijan tak bisa berkata apapun. Apa yang dikatakan Damian seakan menampar wajahnya. Bu Mijan langsung bergegas pulang, menemui Sari yang enak-enak duduk di depan televisi.

Begitu dekat, bu Mijan langsung menjewer kuping Sari, sampai Sari menjerit-jerit.

“Adduuuh,,,, Buuu ,,, sakit Buuu….”

“Dasar anak tidak tahu malu. Kamu membuat orang tua bingung! Kesal! Marah!:

“Sabar Bu, ada apa sih?”

“Ada apa … ada apa … Sebenarnya ada hubungan apa kamu sama Damian? Bukankah ibu sudah melarang, agar kamu tidak dekat-dekat sama dia? Kenapa kamu malam-malam datang kesana, sehingga terjadi keributan antara Damian dan Darmo.”

“Memangnya Darmo mengadu, sama Ibu?”

“Semalam aku menunggu kamu menyusul ke kondangan, karena Darmo ibu suruh menjemput kamu. Tapi sampai ibu pulang, kamu malah ngorok di kamar. Ibu kira tidak ada kejadian apa-apa, tapi pagi tadi Darmo tidak jualan, yang jualan adiknya. Katanya Darmo sakit. Ibu datang ke rumahnya, dia bilang berantem sama Damian. Apa ibu tidak kesal? Lalu ibu temui Damian, ternyata kamu yang suka sama dia, malah kamu bilang bahwa tidak suka sama Darmo. Iya kan? Kenapa kamu harus ngomong soal perjodohan sama Damian? Memangnya dia itu siapa kamu? Damian malah bilang bahwa yang suka sama dia itu kamu, sedangkan Damian tidak! Iya kan? Kamu memang tidak tahu malu. Ibu yang malu, tahu!”

Sari menangis terisak.

“Memang Sari tidak suka sama Darmo, mengapa Ibu memaksa?”

“Lalu kamu suka sama Damian? Apa Damian suka sama kamu? Jawab, apa Damian suka sama kamu?”

“Mungkin dia hanya takut sama ibu.”

“Takut apa. Damian sama sekali tidak suka sama kamu. Kamu saja yang mengejar-ngejar dia.”

"Lagian Darmo sudah bilang kalau tidak sudi punya istri aku.”

“Itu karena sikap kamu yang tidak punya malu. Dia kesal dan marah.”

“Kalau begitu biarkan saja, Sari nggak usah menikah sama dia.”

“Ibu sudah bicara, kamu tetap akan menikah sama dia,” kata bu Mijan tandas.

“Tapi Bu ….”

“Tidak ada tapi-tapi. Dengar ya, orang itu lebih baik dicintai daripada mencintai. Kalau kamu mencintai, belum tentu dia membalasnya, tapi kalau dia yang  mencintai kamu, sudah pasti kamu akan hidup senang dan bahagia,” kata bu Mijan yang langsung masuk ke kamar, membiarkan Sari terisak sendirian.

Benarkah lebih baik dicintai daripada mencintai? Sari mencintai Damian, tapi Damian seperti tak pernah memperhatikannya. Sebenarnya sakit sekali hatinya. Dan dia terus mengejarnya, tanpa hasil. Darmo yang sama sekali tidak dicintainya, selalu perhatian sama dirinya. Mau mengantarkan kontrol ke rumah sakit, sementara Damian menolak mengantarkan dengan seribu satu alasan.

“Apakah lebih baik aku menurut apa kata ibu?” gumamnya sambil mengusap air matanya.

***

Hari itu sepulang kerja Damian melewati rumah Raya. Ia berharap bisa bertemu, karena ada yang ingin disampaikannya. Tapi ketika lewat itu, ia melihat banyak mobil di halaman rumah keluarga Rahman.  

“Banyak tamu, ada apa ya?” gumam Damian sambil menghentikan sepeda motornya. Ketika itu ada petugas yang tampaknya dari sebuah perusahaan catering, membawa kardus makanan, diberikan kepada salah satu sopir yang menunggu di luar. Tak tahan bertanya-tanya dalam hati, ia nekat bertanya kepada pelayan catering itu.

“Banyak tamu ya mas?”

“Iya, ada acara lamaran di dalam.”

“Oh, lamaran,” gumam Damian yang kemudian terus berlalu. Dalam suasana seperti itu, tak mungkin dia bisa bertemu Raya.

Damian melanjutkan memacu kendaraannya, menuju pulang.

Tetapi ketika sampai di rumah, ia juga melihat banyak tamu di rumah bu Mijan. Salah seorang tetangganya yang kebetulan lewat, mencolek lengannya.

“Damian, kamu tidak diundang ya?”

“Ada apa sih?”

“Si Sari bertunangan hari ini.”

“Oh ya?” Damian agak terkejut, karena begitu tiba-tiba Sari bertunangan. Tapi Damian bersyukur, dengan begitu Sari tidak akan mengejar-ngejarnya lagi.

“Begitu tiba-tiba ya Dam, kabarnya juga akan segera menikah.”

“Syukurlah, aku ikut senang.”

“Yang membuat aku heran, kamu kan tetangga dekat, kenapa tidak diundang?”

“Aku kan kerja, dari pagi sampai sore. Ya tidak apa-apa lah.”

***

Damian sudah selesai mandi, dan duduk sendirian di depan kamarnya. Ia sedang menimang sebuah kotak kecil, yang ketika dibuka berisi sebuah leontin yang sangat indah. Ia ingin memberikannya kepada Raya. Bukan karena ingin membalas pemberian Raya, tapi ia memang membawa cincin itu ke toko emas, untuk dibuatkan sebuah leontin yang modelnya sudah dipilihnya sendiri. Itu sebabnya dia tadi berharap bisa bertemu Raya.

Sebenarnya dia tahu di mana Raya kuliah dan bisa menunggunya di depan kampus, supaya bisa bertemu, tapi kesempatan itu tidak ada, karena dia bekerja dari pagi sampai sore hari.

Damian mengangkat leontin itu dan menciumnya sekilas, kemudian memasukkannya kembali ke dalam kotaknya.

“Semoga ada kesempatan untuk bertemu,” gumam Damian sambil menutup kembali kotaknya.

***

Siang hari itu saat istirahat, Agus mengajak Damian untuk makan di sebuah warung di dekat bengkel tempat mereka bekerja. Tapi tiba-tiba Damian terkejut ketika mendengar suara memanggilnya, suara yang tak asing sama sekali baginya, bahkan dirindukannya dan dibawanya selalu ke dalam mimpi-mimpinya.

“Damian.”

Damian mencolek lengan Agus.

“Gus, kali ini makanlah sendiri, aku ada perlu,” kata Damian.

Agus menoleh ke arah seorang gadis yang masih duduk di atas sepeda motornya, dan segera ingat akan gadis itu.

“Dia kan, yang dulu datang ke rumah kamu saat aku ada di sana?”

“Iya, benar.”

“Yah, aku curiga nih, jangan-jangan ….”

Damian mendorong pelan tubuh Agus.

“Sudah, makan sana, laki-laki tidak pantas ngegosip,” kata Damian sambil tersenyum. Agus mengangguk mengerti. Ia melanjutkan langkahnya sambil mengacungkan kedua jempol tangannya.

“Non, kok Non bisa sampai ke mari?”

“Aku sudah tahu kamu bekerja di sini.”

“Dari mana Non tahu?”

“Aku pernah mengikuti kamu, sejak kamu keluar dari rumah kamu, sampai ke tempat ini.”

“Ya ampun Non, kenapa sih?”

“Nggak boleh ya, aku menemui kamu di sini?”

Damian segera ingat akan memberikan leontin yang selalu dibawanya, kepada Raya.

“Non, saya kan sedang istirahat, dan mau makan. Maukah menemani saya makan?”

Raya tersenyum lebar, wajahnya berseri gembira. Siapa sih yang tidak suka diajak makan oleh kekasih hatinya?

 “Aku mau, aku juga lapar, ayo naik sepeda motor aku saja.”

“Tapi aku mau ganti baju dulu, masa aku pakai baju belepotan oli?”

“Tidak apa-apa, itu asyik,” kata Raya seenaknya.

Raya turun dari sepeda motornya, dan menyerahkannya pada Damian. Keduanya segera meluncur ke sebuah rumah makan yang dipilih Raya.

“Non tidak malu, makan bersama orang bengkel? Lihat, non begitu cantik, sedangkan saya belepotan oli seperti ini?”

“Kan aku sudah bilang, bahwa itu tidak apa-apa?”

“Non tidak malu?”

“Kenapa harus malu? Kan pacar aku memang orang bengkel?” tanya Raya sambil tersenyum.

Damian terkejut.

“Ya ampun Non, Non Raya jangan begitu dong.”

“Apa aku harus mengingkari perasaan aku? Bagi aku, kamu memang pacar aku, walaupun kamu benci sama aku.”

“Bukan begitu Non, jangan membuat saya takut.”

“Ayo segera pesan makanan, jangan mengulang-ulang kalimat yang itu-itu saja,” kata Raya sambil melambaikan tangan ke arah pelayan.

“Mau makan apa?” tanya Raya.

“Terserah Non saja.”

“Aku suka lauk dengan kuah, tapi aku ingin ayam goreng.”

“Ya, kalau begitu sama.”

“Minumnya … aku jus tomat saja. Kamu apa? Sama ya, biar kita kelihatan kompak.”

“Terserah Non saja.”

Raya mengangguk senang, menuliskan pesanan dan memberikannya kepada pelayan.

Damian segera teringat kotak perhiasan yang selalu ada di sakunya. Ia merogohnya, lalu meletakkannya di depan Raya. Tentu saja Raya sangat terkejut.

“Ini apa Dam?”

“Itu untuk Non Raya.”

Raya membukanya dengan hati-hati, dan matanya berbinar melihat leontin berukir bunga mawar yang sangat indah.

“Dam, ini untuk aku?”

Damian mengangguk dan tersenyum. Matanya terus menatap wajah rupawan yang menebarkan senyum penuh pesona. Alangkah bahagianya kalau ia benar-benar bisa memiliki Dewi cantik yang selalu membuatnya berdebar ini. Tapi lagi-lagi angan-angannya terbentur pada keadaan, di mana antara dirinya dan Raya, bagaikan bumi dan langit.

“Dam? Ini sangat indah. Kamu sudah banyak uang ya? Ini tidak murah.” kata Raya dengan mata berbinar.

“Tidak banyak Non, karena leontin itu saya buat dari cincin yang Non berikan.”

“Apa?” Raya berteriak, sehingga beberapa pelanggan menoleh ke arah mereka.

“Ssst … Non kok berteriak sih.”

“Kamu aku beri cincin, dan kamu menolaknya dengan cara ini?” wajah Raya muram, ada air mata menggenang.

“Maaf Non, bukan begitu. Apa Non lupa, bahwa seorang laki-laki tidak boleh memakai perhiasan emas?”

Raya menghela napas. Senyumnya kembali mengembang.

“Kamu sangat luar biasa Dam, aku tidak menyesal jatuh cinta sama kamu.”

“Non kok begitu lagi?”

“Baiklah, sebenarnya aku menemui kamu untuk ini,” kata Raya sambil mengeluarkan sebuah kotak.

“Ini apa Non?”

“Itu ponsel, sudah ada isinya, sudah ada satu-satunya nomor kontak yang tercatat, yaitu nomor aku.”

“Non?”

“Buka lah. Kalau kamu tidak mau, aku juga akan mengembalikan leontin ini sama kamu.”

“Non Raya ….”

“Supaya kita bisa berkomunikasi sama kamu. Selama ini kamu tidak pernah menghubungi aku. Apa kamu tidak punya ponsel?”

“Saya punya, ponsel sederhana yang hanya bisa untuk menelpon. Saya tidak tahu nomor kontak Non, Lagi pula kalaupun punya apa berani saya menelpon Non?”

“Sekarang kamu harus berani, karena aku yang meminta. Kita bisa telponan setiap malam.”

“Non ….”

Raya menutup bibirnya dengan jari telunjuknya, sebagai tanda agar Damian tak melanjutkan kata-katanya, karena pelayan sudah menghidangkan pesanan mereka.

Damian terpaksa menerima ponsel itu, karena Raya mengancam akan mengembalikan leontinnya.

Kalau Damian tampak gelisah, tidak demikian dengan Raya, yang begitu gembira bisa berboncengan dengan kekasih hatinya.

Tapi sebelum mereka sampai di bengkel Raya, sebuah mobil menyalip mereka, sambil membunyikan klakson bertalu-talu.

Damian terkejut sekali.

***

Besok lagi ya.

38 comments:

  1. Replies
    1. yeeiii... akhirnya datang juga. Matur nuwun Mbak Tien

      Delete
    2. Selamat jeng Wiwik Nur Hannah - Jogja.
      Salam kenal dong, yuk bergabung di WAG PICK, jumps fans-5 / JF-5 than rumah nya JOGLOSEMAR, tempatnya di Jogja, lho.....
      Hubungi ibu Nani 082116677789
      stay
      Ibu Iin M. Maimun 08179735558

      Delete
    3. Alhamdulillah matur nuwun bunda...
      Akhirnya Damian datang juga

      Delete
  2. Alhamdulillah.
    Syukron nggih Mbak Tien🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah SEBUAH PESAN~20 sudah hadir, terimakasih, semoga bu Tien beserta keluarga tetap sehat .. Aamiin..🀲

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah, matur nuwun, sehat dan bahagia selalu bunda Tien . .

    ReplyDelete
  6. Matur nuwun mbak Tien-ku Sebuah Pesan telah tayang

    ReplyDelete
  7. πŸŽ‹πŸŒΏπŸŒ·πŸ₯¦πŸŒΊπŸŒ΄πŸŒΉπŸŒΈπŸ₯¬

    Alhamdulillah EsPe_20 sudah tayang.
    Terima kasih bu Tien, selamat malam dan selamat beristirahat.
    Salam ADUHAI.

    πŸŽ‹πŸŒΏπŸŒ·πŸ₯¦πŸŒΊπŸŒ΄πŸŒΉπŸŒΈπŸ₯¬

    ReplyDelete
  8. Terima kasih, ibu Tien cantiiik... semoga selalu sehat sekeluarga...

    ReplyDelete
  9. πŸ“πŸŒΏπŸ“πŸŒΏπŸ“πŸŒΏπŸ“πŸŒΏ
    Alhamdulillah eSPe 20
    sudah tayang...
    Matur nuwun Bu Tien.
    Sehat selalu & tetap
    smangats berkarya.
    πŸ¦‹ Salam Aduhai πŸ¦‹
    πŸ“πŸŒΏπŸ“πŸŒΏπŸ“πŸŒΏπŸ“πŸŒΏ

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien
    Salam sehat wal'afiat selaluπŸ€—πŸ₯°

    Bu Tien,,, lg mesranya Raya & Damian ,, siapa yg kasih klakson tuh ya,,,🀣🀭

    ReplyDelete
  11. Matur nuwun... langsung sebar sedulur.. ngapunten bu.

    ReplyDelete
  12. Tampaknya Mila - Abi berlanjut, Darmo - Sari juga. Maunya Damian - Raya juga, tapi kendalanya besar. Makanya Damian harus segera membuka buku tabungan ayahnya, saldonya berapa M.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  13. Akhirnya........
    Salam sehat penuh semangat dari Rewwin...🌿

    ReplyDelete
  14. Matur nuwun mbakyuku sayang love u pol hahaha

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah SP-20 sdh hadir
    Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu
    Aamiin Yaa Robbal' Aalamiin
    Salam Aduhai...

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah...matur muwun Ibu Tien

    ReplyDelete
  17. Senangnya berkurangnya jumlah satu yang ingin sekali selalu dekat sama Damian, yang sering; malah membuat masalah, syukurlah ikut senang. Darmo bertunangan dengan Sari.
    Siapa yang bertunangan dirumah Raya kali itu, bukankah Mila.
    Kan ketahuan; sama Mila kakaknya, yang juga akan berakhir waktu istirahat makan siang, tertarik karena terlihat ada montir ngeboncengin gadis cantik, ternyata adeknya sekilas terlihat wajahnya senang.
    Darmo lagi menikmati kebersamaan sama Sari, lihat Damian ngeboncengin gadis cantik meneror pakai suara klakson. Mepet nyaris nyenggol lagi.
    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien
    Sebuah pesan yang ke dua puluh sudah tayang
    Sehat sehat ya Bu
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    πŸ™

    ReplyDelete
  18. Matur suwun bu Tien Sebuah Pesan nya , semoga Bu Tien Sehat² selalu ...

    ReplyDelete
  19. Puji Tuhan SP20 yg kutunggu tunggu hadi juga, matur sembah nuwun ibu Tien K.

    Kamilakah yg di mobil dan klakson2 Raya yg sedang boncengan sama Damian??

    ReplyDelete
  20. Luar biasa...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  21. Salam sehat selalu utk bu Tien...πŸ™πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  22. Bu Mijan GR ih...mana mau Damian sama Sari? Beda selera...wkwk...manusang, ibu Tien ...salam sehat.πŸ™πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  23. Matursuwun Bu Tien. Ceritanya tambah asyik. Selamat malam semoga selalu sehat...

    ReplyDelete
  24. Makasih mba Tien.
    Siapa ya yg di dalam mobil?

    ReplyDelete
  25. Terima kasih bu Tien...penasaran siapa yg klakson2, apa pengagum Raya di kampus?
    Salam sehat selalu bu Tien

    ReplyDelete
  26. Terimakasih. Bu Tien...Sari dan Kalima sdh bertunangan jadi penasaran dg kisah cinta Raya akahkah berlanjut dg Damian ?

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 02

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...