Tuesday, June 13, 2023

SEBUAH PESAN 17

 SEBUAH PESAN  17

(Tien Kumalasari)

 

Kamila tak beranjak dari tempat duduk nya. Ia merasa aneh, harus berganti pakaian di hotel.

Abi yang turun lebih dulu, kemudian kembali ke mobil.

“Ayo turun, cepatlah, keburu dilihat orang baju kamu yang basah kuyup itu.”

“Tidak, biar aku ganti di dalam mobil saja. Mas sendiri sana ganti pakaian di kamar hotel.”

“Kamila, jangan bandel. Aku tidak mau ada yang melihat kamu berganti baju di sini. Mana mungkin orang berganti baju tidak melepas bajunya. Susah sekali kan.”

“Tapi Mas, aku tidak enak kalau_”

“Cepat turun, aku sudah kedinginan, kamu malah mengulur-ulur waktu,” kata Abi yang langsung membuka pintu di samping Kamila.

Kamila turun dengan perasaan ragu. Masuk ke dalam hotel, bersama laki-laki yang belum menjadi suaminya, sangat membuatnya ragu untuk melangkah. Tapi Abi tampak gusar melihat Kamila melangkah pelan, sehingga kemudian dia menariknya, dengan mencengkeram lengannya.

“Cepat, jangan membuat orang berlama-lama melihat tubuh kamu,” katanya tandas, sambil terus menarik lengan Kamila.

Kamila terpaksa menurut. Ia tak ingin lebih menarik perhatian orang, kalau sampai dia menentang perintah kekasihnya.

Mereka memasuki sebuah kamar yang sudah dipesan Abi. Kamila kemudian menatap Abi dengan penuh tanda tanya.

“Kenapa?” tanya Abi sambil menatap tajam Kamila.

“Mengapa Mas juga ada di sini?”

“Apa maksudmu? KIta hanya akan berganti pakaian, masa harus memesan dua kamar?”

“Cepatlah. Ini baju-baju kamu, lengkap,” katanya sambil mengulurkan sebuah paperbag yang agak besar.

Kamila menerimanya dengan ragu. Kemudian dia mencari letak kamar mandi.

“Kamu ganti di sini saja, aku yang berganti baju di kamar mandi,” kata Abi yang kemudian langsung mendahului masuk ke kamar mandi.

Kamila sangat kesal. Sikap Abi sangat aneh. Kelakuannya juga aneh. Tapi kemudian dia tak ingin membuang-buang waktu. Ia segera melucuti pakaiannya dan mengenakan baju baru yang dibelikan Abi. Jangan sampai Abi lebih dulu selesai dan melihat tubuhnya.

Tapi ternyata dugaan Kamila meleset. Walau dia sudah merasa cepat-cepat berganti baju, tapi ternyata kemudian terdengar pintu kamar mandi terbuka.

Kamila masih merapikan baju atasnya, ketika langkah kaku Abi terdengar mendekat.

“Biar aku bantu,” kata Abi tiba-tiba, lalu dalam sekejap sudah berada di depan Kamila, tangannya meraih kancing bajunya.

“Jangan!” Kamila berteriak sambil membalikkan tubuhnya. Tangannya melanjutkan mengancingkan bajunya yang masih kurang empat buah yang belum terkancing.

“Kamu kenapa sih, ini aku, calon suami kamu.”

“Calon suami, dan kamu sudah lancang melakukan ini semua,” sergah Kamila sedikit kasar. Masih satu kancing lagi di bagian atas yang belum selesai, tapi kemudian Abi membalikkan tubuhnya.

“Abi!” pekiknya sambil mundur dan berusaha kembali membalikkan tubuhnya.

“Kamu ternyata sangat kasar ya. Mengatakan aku lancang?”

“Mas memang lancang. Sebaiknya kita segera pulang,” kata Kamila sambil mengemasi baju basahnya yang berserak di lantai, memasukkannya kedalam paperbag tempat baju barunya.

Tapi tiba-tiba Abi mendekapnya dari belakang.

“Mas! Kamu mau apa?”

“Aku tidak tahan melihat kamu seperti ini.”

“Kamu mau apa? Jadi kamu mengajak berganti pakaian di hotel karena kamu punya maksud busuk Mas?”

“Bukankah kita saling mencintai?”

“Aku tidak menganut pergaulan bebas diantara laki-laki dan perempuan. Bahkan disentuhpun aku tidak mau! Kamu sudah sangat lancang. Aku kecewa sama kamu Mas,” Kamila meronta sambil memaki-maki. Kata-kata kasarnya terlontar begitu saja menyaksikan kelakuan Abi yang sama sekali tidak diduganya.

“Bukankah kamu mencintai aku?”

“Cinta yang bersih, bukan kotor. Lepaskaaaan.”

“Kamila, kamu tak harus menghindar, karena itu tak akan bisa kamu lakukan.”

“Aku tidak sudi bersentuhan dengan kamu. Kita putus!!! Biarkan aku pergi!” Kamila berteriak sambil mulai meneteskan air mata.

“Apa katamu? Putus? Tidak Mila, aku sudah terlanjur mencintai kamu, dan harus bisa memiliki kamu.”

“Aku sudah meminta kamu untuk segera menikahi aku, tapi kamu menolaknya, kamu mengulur waktu sampai setahun lagi. Kalau aku sudah menjadi istri kamu, kamu bisa melakukannya. Sekarang, kamu harus menunggu sampai aku sah menjadi istri kamu. Lepaskaaan. Aku jijik menyaksikan ulah kamu ini. Kamu bukan laki-laki yang pantas aku cintai, Baru sekarang aku sadar. Lepaskan aku!”

Entah dari mana datangnya kekuatan itu, tiba-tiba Kamila berhasil mendorong Abi, sehingga Abi terjengkang. Kamila berlari ke arah pintu, membukanya, dan kabur.

Abi terengah-engah, terduduk lemas di lantai. Tiba-tiba Abi merasa seperti sedang bermimpi buruk.

“Apa yang aku lakukan?” bisiknya lemah.

Seperti tersadar dari luapan nafsu yang tiba-tiba mengamuk, tiba-tiba Abi terduduk lemas, menyesali perbuatannya.

“Aku mengulanginya lagi,” keluhnya, kemudian berdiri. Tak peduli apapun, Abi keluar dari kamar, mengejar Kamila.

Sampai dia keluar, Kamila tak tampak lagi bayangannya. Abi meninggalkan mobilnya, lari keluar, mencari bayangan Kamila.

“Kamila!” Abi berteriak ketika melihat bayangan Kamila berlari tersaruk-saruk. Ia mengejarnya dengan sekuat ia bisa melakukannya.

“Mila, berhenti!!”

Kamila mendengar langkah mengejar semakin dekat, tapi kemudian terdengar suara orang terjatuh.

Rupanya Abi yang mengejar sekuat tenaga, tak menyadari ada tonggak kayu menghadang, membuat tubuhnya jatuh tersungkur.

“Aaugghh!”

Kamila berhenti, menoleh ke belakang, dan melihat Abi tertelungkup diam, didekatnya ada kubangan air dari jalan yang berlobang.

Bagaimanapun Kamila bukan orang yang kejam. Melihat Abi terjatuh, ia membalikkan tubuhnya. Dilihatnya Abi berusaha bangkit dengan susah payah. Ketika dia sudah dekat, Abi sudah bisa bangkit berdiri. Kamila membalikkan tubuhnya ingin pergi, tapi kemudian Abi bersimpuh didepannya.

“Mila, maafkan aku. Aku khilaf. Aku mohon, maafkan aku. Aku sakit Mila, aku tak akan berdiri sampai kamu mau memaafkan aku. Lebih baik aku mati Mila,” suara Abi terdengar sangat memelas. Kamila menatapnya, lalu Abi memegangi kedua kakinya, dan berusaha mencium kaki itu. Mila mundur.

“Jangan, berdirilah. Aku maafkan kamu,” katanya pelan. Kemarahannya runtuh melihat wajah ganteng itu mengalirkan air mata.

“Aku selalu begini tiba-tiba, aku menyesal. Untunglah kamu wanita kuat. Kamu teguh memegang kewanitaan kamu, dan itu menyelamatkan aku dari perbuatan terkutuk itu.”

“Apa?”

“Ayo kita pulang, aku akan mengatakan semuanya,” kata Abi yang kemudian berdiri, lalu mengajak Kamila kembali ke halaman hotel.

“Tunggulah di sini, aku akan mengambil kunci mobil dan baju-baju kita,” kata Abi yang kemudian meninggalkan Kamila sendirian.

Kamila termangu. Ia tak mengerti, kenapa Abi mengatakan bahwa dirinya telah menyelamatkan Abi. Ia ingin pergi saja, tapi diurungkannya. Ia melihat sikap menyesal Abi, ia tak tega meninggalkannya.

Ia terus memikirkan kejadian yang nyaris membuatnya ternoda, sampai ketika Abi datang dan membukakan pintu mobil untuknya.

***

Beberapa saat keduanya diam membisu. Kamila sebenarnya heran, melihat Abi bersikap seperti itu. Biasanya dia sangat santun, menyentuh dirinyapun belum pernah. Kenapa malam itu tiba-tiba dia begitu beringas?

“Mila, aku mohon, maafkanlah aku.”

Kamila diam. Ia ingin tahu apa yang dikatakan kekasihnya, yang sesungguhnya amat dicintainya.

“Aku sering diganggu oleh perasaan seperti tadi. Tak bisa aku menghentikannya. Aku merasa harus melakukannya saat keinginan itu tiba-tiba menyerangku. Aku beruntung, kamu adalah wanita yang kuat, yang teguh dalam iman, dan teguh mempertahankan kewanitaan kamu. Dan itu menyelamatkan aku dari perbuatan terkutuk yang hampir aku lakukan.”

“Maksud kamu, kamu sering diganggu oleh nafsu yang tiba-tiba tak bisa kamu kendalikan?”

“Ya.”

“Itukah sebabnya maka kamu mengajak aku berganti pakaian di hotel?”

“Sebenarnya tidak. Sumpah, aku benar-benar ingin agar kita bisa berganti pakaian dengan rasa nyaman. Tapi nafsu itu tiba-tiba menyerang dan aku tak mampu mengendalikannya.”

“Bagaimana kalau kamu sedang bersama wanita lain? Kamu melakukannya dengan siapa saja? Sejak kapan?”

Abi tampak diam.

“Maafkanlah aku.”

“Jadi benar, kamu sering melakukannya dengan wanita lain?”

“Tidak, hanya sekali.”

“Siapa wanita itu?” Kamila mulai meradang.

Abi menghela napas.

“Itu sebabnya aku memilih sekretaris seorang pria.”

“Wanita itu, sekretaris kamu?”

“Kamu tidak perlu tahu. Yang aku tahu bahwa aku sangat mencintai kamu. Aku bertobat, besok aku akan melamar kamu.”

Kamila tertegun. Malam ini Abi mengatakan bahwa dia mencintai dirinya. Hal yang sangat dia inginkan, tapi mengapa dalam suasana hati sakit seperti ini?

“Tidak, aku harus memikirkannya lagi,” kata Kamila tandas.

“Mengapa Mila?”

“Aku harus memikirkannya lagi.”

***

Hari sudah malam ketika Kamila sampai di rumahnya. Ia langsung menyuruh Abi segera pulang, dengan alasan dirinya sangat capek. Beruntung ayah ibunya tak melihat kedatangannya, sehingga Kamila langsung masuk ke dalam kamarnya.

Rasa sesal menggayuti dirinya ketika ingat bahwa Abi hampir memperkosanya. Dan rasa sakit terasa menusuk jantungnya ketika Abi mengatakan bahwa dirinya pernah melakukannya dengan wanita lain. Walau hanya sekali, bukankah itu sebuah noda?

 Baru saja dia membaringkan tubuhnya di ranjang, ada panggilan pesan di ponselnya. Kamila membukanya, dari Abi.

“Satu yang harus kamu ingat, aku sungguh-sungguh mencintai kamu. Aku mohon, maafkanlah aku.”

Kali ini tanpa emoticon seperti biasanya.

 Kamila merasa malam itu sungguh luar biasa. Dia hampir diperkosa sang kekasih, lalu bertubi tubi ucapan cinta diterimanya. Ia masih bertanya-tanya, apa yang harus dilakukannya?

Kamila tak menjawab pesan itu, dan berkali-kali Abi mengirimkannya, dengan ungkapan yang sama.

“Haruskah aku tetap menerimanya setelah dia berterus terang bahwa pernah menodai wanita lain?” gumamnya berkali-kali.

Laki-laki yang tampak dingin itu tiba-tiba tanpa ragu mengungkapkan rasa cinta. Hal yang belum pernah dilakukannya. Apakah itu karena dia merasa berdosa, sehingga perasaan yang semula disimpannya baru diungkapkannya dengan kata-kata, sekarang ini?

Malam sudah larut, Kamila belum bisa memejamkan.matanya, sehingga dia bangun kesiangan di pagi hari itu. Berlari-lari berwudhu dan bersholat, kemudian baru saja dia mau mandi, bik Sarti mengetuk pintu kamarnya.

“Non, apa Non sudah bangun?”

Kamila membuka pintu kamarnya.

“Ada apa Bik?”

“Ada tamu diluar.”

“Tamu? Sepagi ini? Aku baru mau mandi. Hari ini aku mau masuk kerja.”

“Kerja Non?”

“Iya, siapa tamunya?”

“Tuan Abi.”

“Dia?”

“Iya, sudah bibik minta masuk ke ruang tamu, tapi memilih duduk di teras.”

Kamila merapikan bajunya, mengenakan hijab, kemudian melangkah keluar.

“Mila, ayuk jalan-jalan.”

“Tidak bisa Mas, aku harus bekerja.”

“Oh, sekarang ini?”

“Hari ini baru mulai, dan sekarang aku belum mandi.”

“Aku tunggu, lalu kita sarapan di luar, kemudian aku antar kamu ke tempat kerja.”

Kamila benar-benar luluh. Sungguh dia sangat mencintai Abi, dan sangat sulit untuk tidak memaafkannya. Tapi Kamila tak ingin tampak seperti orang bersorak gembira. Sikapnya masih tetap dingin, sedingin malam itu.

“Baiklah, tapi aku baru mau mandi.”

“Aku tunggu.”

Kamila bergegas ke kamar. Sikap Abi begitu manis, jauh dari sikap yang biasanya diperlihatkan, tapi Kamila ingin bersikap biasa saja. Ia belum begitu yakin akan apa yang harus dilakukannya.

***

Damian sedang bekerja seperti biasanya, ketika dilihatnya Raya duduk di kolam, menebarkan pakan ikan yang berlarian ke sana kemari mengejar pakan yang ditaburkan tuan putrinya.

Damian pura-pura tak melihatnya, berusaha mengatur debar di dadanya yang selalu terasa bergejolak setiap kali melihat putri majikan yang membuatnya jatuh cinta.

“Damian …”

Damian menoleh ke arah tepi kolam, ketika mendengar suara merdu memanggil namanya.

“Tidak adakah mawar mekar untuk aku?”

“Ada Non, akan saya petik buat Non,” kata Damian sambil meletakkan sapunya, lalu mengambil gunting tanaman, dan bergegas berjalan ke arah kebun mawar kesayangan sang nona.

Beberap kuntum telah dipetiknya, kemudian diserahkannya kepada Raya yang masih saja duduk di tepi kolam.

“Ini Non, sudah saya hilangkan durinya.”

Raya menerima beberapa tangkai mawar itu, lalu menciumnya dengan mata setengah terpejam. Damian membalikkan tubuhnya, bermaksud mengambil kembali sapu yang tadi diletakkannya. Ia membenci perasaannya sendiri.

“Dam …”

Damian menoleh.

“Tolong berikan bunga ini pada bibik. Dia akan mengaturnya di vas nanti.”

Damian menerima bunga-bunga itu.

“Dam, apa kamu benar-benar akan pergi?”

Damian menghentikan niatnya membalikkan tubuh.

“Maaf Non, saya memang harus pergi.”

“Kamu ingin menghindari aku bukan?”

“Saya sungguh minta maaf.”

“Tinggal beberapa hari lagi kita bisa bertemu. Ada orang lain yang akan memetik mawar-mawar itu untuk aku. Tapi itu tak akan sama.”

“Non jangan begitu, saya sedih mendengarnya.”

“Aku lebih sedih lagi.”

Damian membalikkan tubuhnya.

“Tapi kemanapun kamu pergi, aku pasti akan menemui kamu.”

***

Besok lagi ya.

 

43 comments:

  1. Replies
    1. Mbk Iin paling kenceng larinya
      Juara 1 👏

      Delete
    2. Alhamdulillah EsPe-17 sudah ditayangkan.
      Terima kasih Bu Tien, disela capeknya masih menyempatkan menulis buat kita semua.
      Salam sehat penuh semangat......

      Delete
  2. 💐☘️💐☘️💐☘️💐☘️
    Alhamdulillah eSPe 17
    sudah tayang...
    Matur nuwun Bu Tien.
    Sehat selalu & tetap
    smangats berkarya.
    🦋 Salam Aduhai 🦋
    💐☘️💐☘️💐☘️💐☘️

    ReplyDelete
  3. Maturnuwun, ibu Tien...sehat selalu.🙏

    ReplyDelete
  4. Matur nuwun mbak Tien-ku Sebuah Pesan telah tayang

    ReplyDelete
  5. Matur nuwun Bun, smg sehat selalu 🤲🏻

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah SEBUAH PESAN~17 sudah hadir, terimakasih, semoga bu Tien beserta keluarga tetap sehat .. Aamiin..🤲

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah...
    Matur nuwun bu Tien...
    Sugeng Dalu, mugiya ibu tansah pinaringan sehat wal afiat...
    Aamiin Yaa Mujibassailiin...

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah sdh tayang ... Sebuah Pesan 17 sdh hadir ... TQ .. bu Tien

    ReplyDelete
  9. Matur nuwun Alhamdulilah sampun tayang epsd 17, salam aduhaai sehat selalu ya mbakyu Tienkumalasari sayang, dari daku di Cibubur

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah.
    Syukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  11. Maturnuwun sanget Bu Tien...
    🙏🙏

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah, maturnuwun, sehat dan bahagia selalu bunda Tien . .

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah
    Matur sembah nuwun mbak Tien..sehat selalu

    ReplyDelete
  14. Seru juga kisah cinta ini. Mila dikejar laki laki, sedang Raya yang mengejar laki laki.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  15. Waduh aku telat nyegat yg komen sdh banyak Matur nuwun jeng Tien

    ReplyDelete
  16. Alhamdulilah sp 17 sdh tayang .... wah bahaya si abi mendingan putuskan saja ...syukurlah kamila teguh imannya .... met malam bu tien sàlam hangat afuhai dan sehat selalu

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillaah yg d tunggu" dah tayang makasih bunda

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah SP-17 sdh hadir
    Terima kasih Bunda Tien, semoga bunda sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillahi rabbil'alamiin
    Terima kasih bu tien
    Semoga bu tien sehat2 n senantiasa dlm lindungan Allah SWT ..... AAMIIN YRA

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah....matur nuwun Bu Tien

    ReplyDelete
  21. Matur nuwun Bunda , salam aduhai dari Pasuruan

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah... Sebuah Pesan 17 sudah tayang. Terima kasih bunda Tien sahan sehat dan aduhai.

    ReplyDelete
  23. Ketahuan kan ;
    Emosional sesaat wuah repot kalau orang kaya gitu halusinasi nya tinggi nggak bisa langgeng tuh, kåyå orang mancing apa ya udah dapet geser, kåyå tahu aja apa yang dipikir ikan, lho temennya ilang meronta-ronta disitu terus nggak berani di lokasi situ, gitu.
    Ngarang
    Ya kan masih ada rasa sayang jadi meluluh gitu, wah jangan donk, repot kalau gitu dengan modal gojak gajeg(ragu ragu) terus menerima pinangan mendadak, ngeri; kan maunya camer.
    Wah ini sudah masuk area akal akalan, menutupi nutupi kebusukan coba lihat aja.
    Ya namanya tahap pedekate; masih berusaha merayu jangan pergi; tapi têtêp aja janji akan mencari dimana kau berada Damian.
    Aduh ini kalau sudah; namanya 'yang tersayang' sudah tersemat jauh didalam sana, susah di lepas sungguh pun tersakiti.
    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien
    Sebuah pesan yang ke tujuh belas sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah bisa . Matursuwun bu Tien. Salam sehat selalu
    A D U H A I

    ReplyDelete
  25. Luar biasa...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  26. Puji Tuhan, ibu Tien gak ada tanda2 capek 4 malam kurang istirahat tidur.
    Sejak SP16 kemarin hatiku gelisah mikirin nasib Kamila khawatir Abi lupa daratan dan Mila jadi korban nafsu...
    Untung Mila kuat, berani melawan akhirnya selamat...

    Hari ini Mila mulai kerja, semoga mendapat kebahagiaan ditempat kerjanya...

    Matur sembah nuwun ibu Tien..


    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah terima kasih bu Tien. So sweet sekali Raya.....semoga sehat selalu bu Tien

    ReplyDelete
  28. Sebuah Pesan yang aduhai sudah tayang. Semakin penasaran, salam sehat untuk bu Tien.

    ReplyDelete
  29. Seru..Raya-Damian, Kamila -Abi.
    Gimana akhirnya ya. Sabar menunggu.
    Makasih mba Tien

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien

    Sabaaar menunggu kelanjutan cerita dari bu Tien ,salam sehat wal'afiat 🤗🥰

    ReplyDelete
  31. Hari ini Kamila mulai kerja.
    Siapa tahu ketemu dgn orang2 yg mengenal Abi di Jakarta, bahwa dia seorang suami yg isterinya sedang mengandung...
    Sepandai pandai menyimpan bau busuk, akan tercium juga....
    Monggo ibu, lanjut... Matur nuwun...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Klo Abinya Mila sdh punya istri..
      Semoga aja Mila bs mundur ya bu yustin...

      Delete
  32. Terimakasih...Bu Tien. Lanjut semakin Aduhai

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 02

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...