CINTAKU BUKAN EMPEDU
37
(Tien Kumalasari)
Pinto tertegun. Ternyata laki-laki itu buron. Begitu
mendengar mobil polisi langsung kabur. Padahal hanya mobil polisi yang
melintas, yang tampaknya sedang ada iring-iringan pejabat lewat. Laki-laki yang tak lain adalah Nungki itu sudah tak tampak batang hidungnya.
Pinto menghela napas, lalu berdiri dan melangkah
pergi. Ia tahu, laki-laki itu mabuk, terbukti mengoceh tentang hal yang
harusnya dirahasiakan olehnya, tapi kemudian ada yang menarik dari cerita si
orang mabuk itu.
Narita, dia sudah tahu bahwa Narita adalah kembaran
Aliyah. Dari cerita tersebut, ia tahu bahwa Narita mau menikah dengan pengusaha
kaya, tapi kabur demi dia. Lalu, apakah kemudian si kaya itu bertemu Aliyah,
mengira dia Narita, lalu menikahinya?
Semuanya ada di dalam angan-angannya, dan belum jelas
benar. Tapi kemungkinannya, itulah yang terjadi. Masa kemudian Aliyah
menghilang, lalu beberapa hari kemudian menikah? Pasti ada sesuatu yang
membuatnya terpaksa menjalaninya. Lalu akhirnya si suami itu benar-benar
mencintainya, tapi Aliyah memilih kabur karena merasa tidak pantas. Kemungkinan
besar itulah yang terjadi, mengingat Aliyah adalah gadis sederhana yang rendah
hati, sekaligus rendah diri, barangkali.
Pinto memijit kepalanya yang terasa pusing. Dia harus
bergegas kembali karena tak lama lagi dia harus masuk kerja. Eitt, tapi Pinto
lupa, ia pergi juga karena membutuhkan sesuatu. Jadi lupa mau beli apa.
“Aku mau beli apa tadi, aduh, sampai lupa. Sabun,
odol, sabun cuci, pembersih lantai. Apa ya,” gumamnya sambil melangkah. Ia
harus menepuk dahinya beberapa kali sebelum kemudian teringat bahwa dia ingin
beli sarung. Ya, sarung. Karena sarung yang biasanya dia pakai ke masjid telah
tampak usang karena memang sudah tua.
Karenanya Pinto kemudian membalikkan tubuhnya ke arah
pertokoan. Bukan toko yang besar, yang biasanya harganya mahal.
Ia memilih sarung batik dengan motif burung merak, ada
warna merah, hijau dan kuning yang semarak.
“Ini bagus, biar kelihatan segar,” gumamnya sambil
menyerahkan sarung yang dipilihnya kepada penjual.
Saat dia menuju kasir, tiba-tiba seseorang
memanggilnya.
“Mas … Pinto? Betul ya Mas Pinto namanya?” tanya
seorang gadis hitam manis, yang menatapnya dengan ramah.
Pinto terkejut. Ingatannya melayang ke arah rok yang
terjepit pintu mobil. Lalu senyumnya mengembang. Tentu saja dia ingat.
“Mbak Farah kan?”
“Iya Mas, lagi beli apa?”
“Itu, beli sarung buat harian. Mbak Farah ngapain di
sini?”
“Habis belanja, kelupaan beli serbet untuk dapur dan
rumah,” katanya sambil mendahului pergi ke kasir. Pinto mengikutinya.
“Kok belanja sarung sampai jauh sih Mas? Bukankah
rumah Mas di dekat rumah nyonya Aliyah?”
Tadi sambil jalan-jalan. Siapa tahu bertemu Aliyah.”
“Ah, iya Mas, siapa tahu, Mas Pinto yang akan mendapat
hadiah dari tuan Alfi.”
“Bukan … bukan … bukan hadiah itu, sungguh, saya hanya
ingin tahu ceritanya saja, bagaimana sampai dia menikah dengan tuan Alfi, lalu
kabur dan sekarang hilang entah kemana.”
Farah sudah membayar belanjaannya, lalu sekaligus
menyerahkan bungkusan sarung kepada Pinto.
“Lhoh, ini … belum saya bayar,” kata Pinto bingung.
“Sudah saya bayar, sekalian tadi.”
“Lhoh, Mbak… kok gitu ?”
“Nggak apa-apa, sekalian saya bayarnya. Sudah, bawa
aja.”
Pinto mengikuti Farah keluar dari toko. Sambil
berjalan itu, Farah menceritakan secara singkat, bagaimana Aliyah bisa menjadi
istri Alfian. Itu karena Pinto menanyakannya, dan mengatakan tentang
pertemuannya dengan laki-laki yang mengaku sebagai kekasih Narita.
“Jadi sebenarnya ketika orang-orang melihat sepertinya
Aliyah diculik itu, karena mereka mengira bahwa Aliyah adalah Narita?”
“Benar Mas. Tuan Alfi mengira non Narita menyamar
karena takut ketahuan. Tapi kemudian tuan Alfi melihat ada tanda lahir yang
membedakan antara nyonya Aliyah dan non Narita. Singkat kata, keluarga tuan
sepuh meminta tolong agar nyonya Aliyah membantu agar pernikahan tuan Alfi
tetap berlangsung, karena undangan sudah disebar. Tapi nyonya Aliyah menolak
semua imbalan yang ditawarkan. Ketulusan hati nyonya Aliyah membuat tuan Alfi
benar-benar jatuh cinta, dan menolak untuk menceraikan nyonya Aliyah yang
benar-benar sudah dinikahinya.”
“Saya mengerti, karena Aliyah gadis sederhana yang
tidak berharap limpahan harta. Saya pernah salah sangka, mengira Aliyah menjadi
sombong setelah kaya, karena mengatakan bahwa tak pernah mengenal saya. Rupanya
yang saya sapa itu bukan Aliyah.”
“Saya juga menyesal, karena saat mencari Nyonya
Aliyah, ternyata yang saya bawa ke hadapan tuan Alfi adalah non Narita. Rupanya
non Narita memang punya sifat jahat, padahal sudah tahu kalau nyonya Aliyah
adalah saudara kembarnya.”
“Mereka memiki sifat yang berbeda, bahkan berlawanan.”
Berjalan ke arah mobil sambil bercerita, terasa begitu
singkat bagi Farah. Ia merasa telah bertemu seseorang yang punya pribadi
menarik dan tentu saja menyenangkan.
“Mbak Farah, saya mengucapkan banyak terima kasih,
karena Mbak Farah telah membelikan saya sarung.”
“Lupakan Mas, kan saya sudah bilang, karena sekalian
membayar,” kata Farah sambil bersiap masuk ke mobil, karena Kirman sudah
menunggu.”
“Setiap sujud saya, saya pasti selalu teringat Mbak Farah,
karena sarung ini,” kata Pinto tulus, dan itu membuat hati Farah
berbunga-bunga. Selalu diingat oleh seorang pria baik, alangkah menyenangkan.
“Tapi tunggu dulu, mas Pinto naik apa?”
“Saya cuma jalan-jalan.”
“Mas Kirman, kalau begitu kita antarkan mas pinto
sekalian ya,” kata Farah kemudian kepada Kirman.
“Ya, tentu saja.”
Pinto sudah berjalan menjauh ketika kemudian Farah
memanggilnya.
“Mas, tunggu Mas.”
Pinto membalikkan badannya.
“Ya Mbak?”
“Ayo kami antar sekalian.”
“Nggak usah, saya memang sedang berjalan-jalan.”
“Jangan menolak, ayolah.”
Pinto tak bisa menolak, karena Kirman sendiri yang
kemudian turun dan membukakan pintu untuknya.
***
Bu Candra heran, karena sudah dua hari ini sang suami
pulang lebih sore. Ia sudah menghidangkan minuman hangat untuk suaminya, dan
sudah keburu dingin ketika diminum.
“Aku buatkan lagi yang hangat ya Pak, soalnya simbok
sudah pulang.”
“Nggak usah Bu, sebelum pulang, OB sudah menghidangkan
kopi panas tadi.”
“Tumben, dua hari ini Bapak pulang lebih sore, biasanya
lebih awal setelah Alfian sudah kembali aktif di kantor.”
“Alfian sudah dua hari ini tidak masuk kantor. Farah
bilang, dia sakit.”
“Sakit?”
“Istrinya belum ketemu. Itu membuatnya sakit. Farah
bingung karena Alfian juga susah sekali makan.”
“Dia sudah membuat semacam sayembara berhadiah besar,
bagi yang bisa menemukan Aliyah. Harusnya ditunggu saja dulu. Pasti ketemu lah,
siapa orangnya yang tidak ingin hadiah besar.”
“Alfian sangat mencintai istrinya. Pastinya dia
khawatir kalau terjadi apa-apa. Aku heran, kalau memang saudara kembar, kenapa
sifatnya jauh berbeda. Aliyah sangat lugu, sementara Narita penuh ambisi, serta
punya sifat culas dan jahat.”
“Aku tidak tahu kalau Alfian sakit. Farah tidak
mengabari aku.”
“Farah memberi tahu, ketika aku menelpon. Mungkin
Alfian tidak ingin Farah mengabari kita, takut kalau kamu khawatir.
“Ini gara-gara cinta yang tersesat,” gerutu bu Candra.
“Mengapa ibu mengatakannya tersesat?”
Bagaimanapun, masih terasa sulit bagi bu Candra untuk
bisa menerima Aliyah sepenuhnya. Bayangan bahwa Aliyah anak siapa, dari kalangan
apa, punya pendidikan apa, masih menjadi ganjalan baginya. Tapi ia berusaha
menerima, hanya karena tak ingin mengecewakan suami dan lebih-lebih anaknya.
“Sebenarnya yang terpenting bagi kita, adalah melihat
anak kita bahagia, bukan? Ibu harus belajar memahami perasaan Alfian. Semoga
dia tidak tersesat seperti yang ibu tuduhkan.”
Bu Candra hanya mengangguk, entah apa yang ada di
dalam hatinya.
***
Sebenarnya Alfian bukannya sakit. Farah mengatakan
sakit, tapi yang dimaksudkan adalah sakit batinnya. Belum kembalinya sang istri
sangat membuatnya terluka. Kekhawatiran kalau terjadi apa-apa atas diri Aliyah,
juga sangat menghantuinya. Dia, tentu saja tidak sepenuhnya percaya pada Narita,
yang mengaku tidak pernah ketemu Aliyah. Bisa saja, wanita jahat itu
mencelakainya, demi keinginannya merebut kedudukan ‘nyonya’ di rumah itu.
Itulah yang selalu mengganggu pikiran Alfian, sehingga memutuskan untuk tidak ke kantor dulu, selama kepergian Aliyah belum menunjukkan titik terang.
“Tadi saya ketemu mas Pinto,” kata Farah yang sedang
mendekati tuannya untuk memintanya segera makan, karena sejak kemarin Alfian
susah sekali diminta untuk makan.
“Memangnya apa urusanku sama yang namanya Pinto?” kata
Alfian yang memang sedang nggak minat berbicara apapun kecuali tentang Aliyah.
“Dia baru saja bertemu seorang laki-laki, yang
tampaknya mabuk.”
“Apa lagi itu?” tukas Alfian kesal.
“Laki-laki itu mengatakan bahwa dia adalah kekasih non
Narita.”
“Untuk apa kamu menanggapi cerita seperti itu?”
“Dia bilang, bahwa non Narita meninggalkan Tuan,
karena memilih hidup bersama laki-laki itu. Dia penjudi dan pemabuk.”
“Hubungannya apa, cerita itu dengan Aliyah?”
“Laki-laki itu mengira non Narita mengganti nama
dengan Aliyah, sehingga dia akan mencari non Narita untuk ditukar dengan hadiah
satu milyar seperti yang tuan janjikan.”
“Suruh dia ke kantor polisi kalau mau ketemu Narita.
Dasar perempuan nggak bener, punya kekasih penjudi, pemabuk, sudah klop itu
namanya. Dan hentikan cerita tentang orang-orang nggak penting itu.”
Farah agak kesal, karena apa yang dikatakannya sama
sekali tidak menarik bagi tuannya.
“Eh, kamu tadi bilang apa? Pinto? Itu kan anak muda
yang kita temui di depan rumah Aliyah, ya kan?”
“Ya, dia,” jawab Farah yang masih merasa kesal.
“Dia belum mengatakan apapun tentang Aliyah? Bukankah rumah
dia di dekat rumah Aliyah?”
“Tepatnya adalah, rumah kost nya dekat rumah nyonya
Aliyah. Persisnya di belakang sebuah rumah makan, di mana dia bekerja.”
“Kamu tahu persis tentang dia. Jangan-jangan kamu
jatuh cinta sama dia,” tuduh Alfian.
“Tadi saya minta mas Kirman mengantarkan dia pulang.”
“Kalian ke rumahnya?”
“Hanya kami turunkan di depan rumah makan itu.”
“Kamu bertemu dia di mana sih?” akhirnya Alfian menanggapi
cerita Farah.
“Dia sedang berjalan-jalan, kami bertemu ketika dia
membeli sarung dan saya membeli serbet makan. Karena dia berjalan kaki dan itu
lumayan jauh dari rumahnya, maka saya minta mas Kirman mengantarkannya
sekalian.”
“Dia berjalan-jalan, jauh amat sampai ke tempat kamu
belanja?”
“Dia penasaran dengan hilangnya nyonya Aliyah.”
“O, pasti karena iming-iming hadiah itu?”
“Tidak. Dia bilang tidak tertarik pada hadiah itu.
Seperti juga Tuan, dia menghawatirkan nyonya Aliyah, dan dia bisa ketemu dia di
suatu tempat.”
“Kalau benar dia bisa menemukan Aliyah, pasti aku akan
memberikan hadiah itu seperti yang sudah aku janjikan. Ya Tuhan, kemana
perginya Aliyah?” keluh Alfian sambil menutupi wajahnya, dan menyandarkan
kepalanya di sofa.
Farah meninggalkannya dengan perasaan iba, setelah dia
gagal membujuknya untuk makan.
***
Aliyah yang menghebohkan banyak orang atas iming-iming
hadiah bagi yang bisa menemukannya, tak terusik oleh keadaan itu. Ia, bahkan bu
Siti dan teman pembantunya, tak pernah membaca koran, jadi tak ada yang tahu
bahwa Aliyah sedang dicari dengan iming-iming hadiah satu milyar.
Bu Siti sangat senang, karena Aliyah sangat rajin dan membuat
semuanya menjadi rapi. BU Siti juga senang, ketika Aliyah ingin diajari
memasak. Karena Aliyah cerdas dan cekatan, maka hanya dalam beberapa hari, bu
Siti sudah mempercayainya untuk membuat suatu masakan. Bu Siti juga senang,
karena dengan adanya Aliyah, pekerjaannya jadi lebih enteng.
Itu sebabnya bu Siti memberi tips diluar gaji yang
sebenarnya untuk Aliyah, yang selalu ditolak oleh Aliyah, tapi bu Siti
memaksanya.
“Kamu harus bisa menabung, Aliyah. Kamu sudah makan
cukup di sini, jadi uang kamu bisa kamu pergunakan untuk keperluan pribadi kamu,
dan juga bisa menabung, jadi jangan menolak uang yang aku berikan. Percayalah,
bahwa suatu hari nanti kamu pasti membutuhkan uang lebih,” kata bu Siti ketika
membujuk Aliyah agar menerima pemberian uang lebih darinya.
Aliyah mengangguk. Ia butuh anyaman bambu yang lebih
bagus untuk menutupi kamar nenek Supi dan juga kamarnya sendiri. Bolong-bolong
di sana-sini membuat udara malam berembus ke dalam kamar dan membuatnya
kedinginan. Siapa tahu nanti dia bisa memperbaikinya.
Siang itu setelah mencuci bersih semua perabotan,
Aliyah pamit ke belakang untuk shalat. Bu Siti mengijinkannya, karena biasanya
memang dia pulang bergantian dengan Aliyah setiap saatnya bersujud.
Aliyah sedang mau berwudhu, ketika tiba-tiba
dilihatnya seorang laki-laki berjongkok di bawah sebuah pohon pisang yang
tumbuh di belakang kamar mandi bu Siti. Aliyah sangat terkejut, melihat
laki-laki asing yang tampaknya sedang bersembunyi, entah karena apa.
“Siapa ya?” sapa Aliyah takut-takut.
Tapi tiba-tiba laki-laki itu menoleh ke arahnya, dan
berteriak.
“Narita?”
***
Besok lagi ya.
Mtrnwn
ReplyDeleteSelamat jeng Mimiet....
DeleteYesssss
Episode 37 sdh tayang.
Terima kasih bu Yien, salam SEROJA dan......
Tetap ADUHAI.
Siiippp... Matur nuwun Mbak Tien sayang
DeleteAlhamdulillah , mbk Tien
ReplyDeleteMtnuwun 🙏🙏
Matur nuwun mbak Tien-ku CBE sudah tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteCBE 37 sdh tayang...
Matur nuwun bu Tien...
Mugiya ibu tansah pinaringan sehat wal afiat...
Aamiin Yaa Mujibassailiin...
Matur nuwun
ReplyDeleteAlhamdulilah..
ReplyDeleteTks banyak bunda Tien...
Bagi para penggemar Cerbung Tien Kumalasari, tidak terasa bulan depan tepatnya tgl 9, 10, 11 Juni 2023. WAG PCTK akan menggelar perhelatan JUMPA FANS-4 JABODETABEK dengan bintang tamu Sang Idola kita Ibu Tien Kumalasari Sarimbit.
ReplyDeleteRun down, sbb :
1. Jum'at 9 Juni peserta datang ke Jakarta, dijemput panitia di stasiun Gambir dan Pasar Senen, (06.00-09.00) selanjutnya dibawa ketempat Acara Malam Kebersamaan di Kinasih Resort TAPOS DEPOK.
2. Sabtu 10 Juni pagi, kita Senam pagi bersama, dan olahraga jalan santai menikmati sejuknya udara pagi seputar Kinasih Resort. Dilanjutkan dengan CITY TOUR menggunakan BUS PARIWISATA.(New TMII, Kota Tua peninggalan kumpeni MONAS) Bermalam di Hotel seputaran Sarinah, malamnya kita kuliner malam....
Minggu 11 Juni pagi kita menikmati CAR FREE DAY Ibu Kota NKRI, di Jl. Thamrin dan sekitarnya.
Siang kita kembali diantar ke Stasiun Gambir dan Pasar Senen, kembali ke daerah masing².
Bagi saudara2ku para blogger yang berminat mengambil bagian di Acara ini, silahkan mendaftarkan diri ke :
1 Ibu Ika Widiati WA 088211732110
2. Ibu Ika Laksmi, WA 08128310689.
Biaya kontribusi 1.000.000, fasilitas yang diperoleh, al :
1. Akomodasi dan konsumsi;
2. Sepasang kaos untuk dua, acara tersebut diatas;
3. Souvenir syantix dari Panitia JF-4 JABODETABEK.
Hayo jangan lewat kesempatan ini kuota terbatas.
Dan......
Anda bisa ketemu langsung dan berinteraksi dengan Ibu Tien Kumalasari dan teman² PCTK se Indonesia.
Salam ADUHAI......
Alhamdullilah sdh tayang CBE nya..slmt mlm dan slnt istrhat y bunda..salam seroja dri skbmi🙏😘🌹
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMaturnuwun sanget Bu Tien...
ReplyDelete🙏🙏
Waduh...Nungki-kah yang melihat Aliyah dan dikira Narita? Bisa runyam Aliyah ditangan Nungki.
ReplyDeleteSalam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Aduuuh... jangan" yg manggil Narita adalah Nungki yg lg bersembunyi..
ReplyDeleteTks bunda Tien..
Semoga bunda sehat" dan bahagia selalu..
Salam Aduhaii.. 👍👍🌹🥰
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien
Alhamdulilah....sdh tayang CBE ...suwun bunda Tien
ReplyDeleteMakasih bunda Tien CBE nya dah tayang.
ReplyDeleteSemoga Pinto busa berjodoh dengan Farah.
Mudah²an Aliyah bisa lolos dari sang pemabuk, penjudi sepert Nungki.
Karena anak baik seperti Aliyah selalu dilindungi oleh Allah SWT
Alhamdulillah sudah tayang. matur nuwun bu Tien
ReplyDeleteTerima kasih bunda tayangannya salam sehat selalu
ReplyDelete🌹🌿🌹🌿🌹🌿🌹🌿
ReplyDeleteAlhamdulillah CBE 37
sudah hadir...
Matur nuwun Bu Tien.
Sehat selalu & tetap
smangats berkarya.
Salam Aduhai 🦋⚘
🌹🌿🌹🌿🌹🌿🌹🌿
Wouw tayang.... matur.nuwun bunda
ReplyDeletealhamdulillah
ReplyDeleteAkhirnya Nungki yang menemukan, nah lho.
ReplyDeleteBikin syarat dong, mau tapi mau nengok rumah nenek Supi dulu, lewat di Pinto resto.
Pinto tahu itu orang mabuk tempo hari, karena Aliyah manggil Pinto, jadi tahu itu Aliyah betulan, mulai dihajar orang itu, Pinto nelpon Farah njemput Aliyah. lho cepet men.
Lah wong crigiz kok digugu. Gemes aku wong julig kok yå senengé maksa.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien
Cintaku bukan empedu yang ke tiga puluh tujuh sudah tayang
Sehat sehat selalu doaku
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Matur nuwun bunda, smg Aliyah bisa selamat dari Nungki , salam sehat penuh semangat Bunda
ReplyDeleteAlhamdulillah Maturnuwun
ReplyDeleteTrimakasih Bu Tien ... Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun Buu
Sehat selalu nggeh
Ya, ya, yaaa. 👍
ReplyDeleteAlhamdulillah mas Pinto sudah tayang....
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien....
Moga sehat selalu....
Aamiin.....
Waduuh, jangan2 nungki muncul lagi apa ya...
ReplyDeleteSemoga Aliyah baik2 saja ya bu Tien.
Salam sehat dari mBantul
Gawat Aliyah dalam bahaya, semoga ada yang menolong... Terima kasih bunda Tien, salam sehat,semangat dan aduhai selalu
ReplyDeleteBungkus mengira Aliyah adalah Narita...
ReplyDeleteKepo aja...kapan ya, Aliyah dipertemukan dengan Narita, supaya ga kayak "petak umpet" terus...tapi...ntar ceritanya cepat tamat dong? 🤭😅
ReplyDeleteTerima kasih, ibu Tien...semangat & sehat terus ya...🙏😘😘
Matur nuwun Ibu Tien, semoga tetap sehat penuh barakah...aamiin.
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien
Semoga bu tien sehat2 selalu
Alhamdulillah.. Trm ksh bu Tien. Salam Seroja dr Pamulang
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun Bu Tien, selalu salam sehat penuh barakah...aamiin.
ReplyDeleteSalam aduhai bu Tien
ReplyDeleteMatursuwun Bu Tien... Salam sehat selalu
ReplyDeleteMakasih mba Tien .
ReplyDeleteSalam sehat selalu. Aduhai
Waduh Aliyah ketangkap oleh Nungki......
ReplyDeleteFarah sepertinya ketemu jodohnya ....mas Pinto
...........
Cerita semakin seru .....
Tetapi akan lebih seru saat bisa kopdar dengan idola kita ....
Pasti Aliyah ketemu Narita deh dijamin ....
Ayo segera daftarkan diri anda pada acara Jumpa Fans Penggemar Cerbung ibu Tien Kumalasari yang akan diselenggarakan di Wisma Kinasih resort Depok
Tanggal : 9 s/d 11Juni 2023
(33 hari lagi)
Ayo kita ketemu teman² yang memiliki hobby yang sama, tanpa melihat latar belakang, suku ras dan agama.
SATU UNTUK SEMUA, SEMUA UNTUK SATU
Sedulururan saklawade
(Persaudaraan selamanya)
Salam srhat...
Salam aduhai .....
Terima kasih bunda Tien ...
ReplyDeleteUntuk Cintaku Bukan Empedu yang ke tiga puluh tujuh.
Salam sehat selalu, bahagia bersama keluarga tercinta, aduhai ... ❤️
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien
Soga bu Tien sehat2 selalu
Aamiin..