CINTAKU BUKAN EMPEDU
35
(Tien Kumalasari)
Pinto menyingkir menjauhi mobil itu dan berusaha
melangkah pergi, tapi kemudian seseorang memanggilnya.
“Mas … Mas … “
Pinto berhenti, tapi dia tak yakin apakah dirinya yang
dipanggil. Seseorang keluar dari mobil itu, gagah dan tampan. Pinto merasa
seperti mengenal wajah itu, tapi lupa di mana. Barangkali pernah makan di
warung tempatnya bekerja, entahlah.
“Mas memanggil saya?” tanya Pinto.
“Ya. Kan hanya ada Mas, tidak ada orang lain di tempat ini.”
“Oh, iya. Ada yang bisa saya bantu, Mas?”
“Anda mengenal pemilik rumah itu?”
“Itu kan … rumah … seorang wanita … bernama Aliyah.”
“Anda mengenalnya?”
“Dulu, sebelum dia menjadi kaya, kami sempat berkawan.
Tapi sekarang dia tidak mau mengenal saya. Maklum, saya kan orang miskin, hanya
pelayan rumah makan,” kata Pinto merendah.
“Maksudnya apa … sebelum dia menjadi kaya?”
“Pada suatu hari dia pergi dari rumah, kami mengira
dia diculik orang jahat. Tapi tak lama kemudian dia menikah dengan orang
terkenal di kota ini. Terkenal dan kaya. Kami bersyukur, karena selama ini dia
hidup serba kekurangan, setelah neneknya meninggal.”
“Apa Anda pernah bertemu setelah dia menikah?”
“Ya, beberapa waktu yang lalu, saya melihat dia
berjalan di depan rumah makan itu, tapi saya agak sakit hati karena ketika saya
menyapa dia, dia menjawabnya acuh, dan bilang bahwa tidak pernah mengenal saya.
Saya tidak mengira dia begitu sombong.”
“Menurut Anda, dia berubah?”
“Sangat berubah, setelah menjadi kaya, walau saya agak
heran, mengapa sebagai istri orang kaya dia lewat di depan rumah makan itu
dengan berjalan kaki.”
Laki-laki, yang adalah Alfian itu mengangguk-angguk. Ia
tahu, yang bertemu Pinto, bukan Aliyah, karena Aliyah tidak sombong atau tinggi
hati.
“Tapi beberapa hari kemudian, saya melihat lagi
Aliyah, yang kali itu menyapa saya dengan ramah. Karena sakit hati, saya
menghindarinya, enggan bertemu lagi dengannya, daripada akan sakit hati untuk
kedua kalinya.”
“Apa? Jadi dia datang kemari juga?”
Farah yang semula ada di dalam, ikut mendengarkan
pembicaraan itu, kemudian turun.
“Berarti yang terakhir itu benar, nyonya Aliyah?
Sikapnya berbeda kah, Mas?”
Pinto menatap wanita yang baru turun itu. Dia lupa
tidak bertanya, siapa mereka dan apakah mengenal Aliyah.
“Maaf Mas, mengapa Mas banyak bertanya tentang Aliyah?
Dulu kami begitu dekat. Aliyah sangat manis budi dan menyenangkan. Entah
mengapa, kemudian dia berubah. Rupanya kekayaan bisa merubah sifat seseorang,”
kata Pinto seperti kepada dirinya sendiri.
“Tidak, yang Mas temui itu bukan Nyonya Aliyah.”
Pinto menatap wanita yang baru turun itu. Dia heran
wanita itu menyebutnya ‘nyonya’. Pinto kemudian menduga-duga, siapa sebenarnya
mereka. Lalu tiba-tiba dia teringat kepada wajah pengantin Aliyah di televisi.
“Apakah, Mas suami Aliyah?”
“Ini tuan saya, suami nyonya Aliyah,” kata Farah lagi.
Pinto terbelalak. Laki-laki ganteng itu suami Aliyah?
Dia ingat perkataan pak RT, katanya Aliyah pulang karena disiksa suaminya?
Apakah sekarang dia mencari untuk disiksa kembali?
“Jadi Mas ini suaminya? Saya heran, kata pak RT,
Aliyah pulang karena disiksa suaminya,” kata Pinto yang meluncur begitu saja.
“Apa Mas bilang? Nyonya Aliyah disiksa suaminya? Mas
sangat lancang. Tuan Alfian ini sangat mencintai istrinya.”
“Benarkah?”
“Tunggu, berarti Aliyah ada di rumah itu?”
“Saya tidak tahu. Beberapa hari yang lalu dia lewat di
depan rumah makan tempat saya bekerja, dan menyapa saya, tapi seperti saya
katakan tadi, saya menghindarinya karena sakit hati.”
“Tuan, masnya ini mungkin bertemu dengan orang yang
berbeda. Yang sombong itu non Narita, yang menyapa dengan ramah itu barulah
nyonya Aliyah,” kata Farah yang masih kesal karena tuannya disangka menyiksa
istrinya.
“Apa maksud Mbak? Orang yang berbeda?”
“Ya, nyonya Aliyah itu kembar. Yang Mas lihat pertama
kali itu bukan nyonya Aliyah, tapi kembarannya yang bernama Narita.”
“Ya Tuhan. Lalu apa yang sebenarnya terjadi?” kata
Pinto sambil menutup mulutnya.
“Farah, coba lihat, siapa tahu Aliyah ada di dalam,”
perintah Alfian.
Farah melangkah mendekati rumah, Tanpa sadar Pinto
mengikutinya, demikian juga Alfian. Alfian sangat berharap bisa menemui
istrinya di rumah itu, sedangkan Pinto masih bingung mendengar bahwa Aliyah
punya kembaran. Pasti yang kata pak RT bersikap sangat manis sama dia itu
adalah kembarannya Aliyah.
Farah sudah membuka pintu rumah Aliyah, yang memang
tidak bisa terkunci dengan sempurna. Ia langsung masuk, dan menyalakan lampu,
agar terlihat lebih terang.
“Aliyah !!” Alfian berteriak.
Farah menjenguk ke dalam kamar, dan melihat sebuah
bungkusan pakaian, yang teronggok begitu saja, tidak dimasukkan ke dalam
almari.
“Ini pasti pakaian non Narita,” kata Farah.
“Aliyah !!” Alfian berteriak lagi.
Tak ada jawaban, karena memang Aliyah sudah tidak ada
di rumah itu.
Alfian tampak sangat kecewa, ketika keluar dari rumah,
lalu duduk di balai-balai yang ada di depan rumah, wajahnya tampak begitu
keruh.
Ia mengusap wajahnya dengan kedua belah tangannya
dengan kasar.
“Kemana kamu pergi?”
“Saya kira dia masih ada di sini, setelah menyapa saya
itu,” kata Pinto yang duduk pula di dekat Alfian.
“Rupanya nyonya kembali kemari hanya untuk
bersih-bersih rumah,” kata Farah sambil
keluar dari dalam rumah.
“Kemana dia?”
“Mungkin dia bekerja di suatu tempat, lalu pulang
untuk membersihkan rumah,” kata Farah.
“Bekerja?”
“Bukankah itu keinginannya, Tuan?”
“Peristiwa ini sangat membingungkan saya,” kata Pinto.
“Nyonya meninggalkan Tuan, karena merasa tidak pantas,
sementara Tuan sangat mencintainya. Ketika saya menyusul ke rumah ini, rupanya
yang ada adalah kembarannya. Ia begitu jahat dan mengaku sebagai nyonya Aliyah.
Tapi sekarang sudah ketahuan, dan dia sudah ditangkap polisi,” kata Farah
bercerita sekilas tentang adanya Aliyah dan kembarannya.
“Luar biasa sekali peristiwa ini. Kalau tahu begitu, waktu
dia menyapa saya, pasti saya tanggapi, sehingga dia bisa menceritakan semuanya,”
kata Pinto sambil mengiringi Alfian dan Farah kembali ke arah mobil.
“Terima kasih telah memberikan informasi tentang
Aliyah, walau tidak selengkapnya,” kata Alfian ramah.
“Kalau saya melihat dia lagi, saya akan menghubungi Tuan,”
kata Pinto yang kemudian mengubah panggilannya, setelah tahu Alfian itu orang
ternama.
“Mengapa berubah menjadi ‘tuan’? panggil saya Mas,
seperti sebelumnya,” kata Alfian.
Pinto tersenyum mengangguk. Dalam hati dia mengakui,
bahwa suami Aliyah ini tampaknya memang orang baik. Tak mungkin dia menyiksa
istrinya. Pasti Aliyah palsu itu yang mengarang cerita.
“Oh ya Farah, coba minta nomor kontak masnya itu, ah
ya, kita belum saling mengenalkan nama. Saya Alfian,” kata Alfian kemudian
kepada Pinto.
“Saya Pinto. Baiklah, saya catatkan nomor kontak saya.
Kalau saya melihat Aliyah, saya akan mengabari Tuan.”
“Mas,” kata Alfian membetulkan panggilan itu.
“Baiklah, … Mas.”
Setelah saling bertukar nomor kontak, Farah kemudian
masuk ke dalam mobil, duduk di depan, disamping Kirman yang menjadi pengemudi.
Tapi tanpa sengaja, sebagian rok bawahan Farah terjepit pintu mobil.
“Mbak, bajunya terjepit pintu,” kata Pinto.
Farah kembali membuka pintu dan menarik baju bawahnya
yang terjepit pintu. Ia mengulaskan senyuman kepada Pinto sambil mengucap pelan:“Terima kasih.”
Pinto membalasnya dengan senyuman pula. Ada perasaan
aneh melintas, kemudian dikibaskannya. Gadis itu hanya pembantu, tapi sikapnya
sangat manis, dan begitu akrab dengan majikannya. Dia juga ramah. Pikir Pinto sambil
melangkah pulang ke rumah kostnya.
***
“Farah, bagaimana menurut kamu? Apa lagi yang harus
aku lakukan?” kata Alfian.
Alfian dan Farah memang sangat dekat karena mereka
adalah teman main sejak kecil. Karena itulah dia merasa nyaman berbagi dalam
banyak hal bersamanya.
“Bagaimana kalau tuan mengadakan sayembara saja?”
“Sayembara bagaimana maksudmu?”
“Buat iklan, siapa yang bisa menemukan nyonya Aliyah,
akan mendapat hadiah. Bagaimana, Tuan?”
Alfian tampak berpikir, tapi kemudian dia
mengangguk-angguk.
“Aku setuju. Sekarang juga kamu urus semuanya.”
“Baik Tuan,” kata Farah yang kemudian menjadi sangat
bersemangat. Barangkali iming-iming uang itu akan lebih banyak membuat orang
memperhatikan iklan itu.
“Buat, bagi siapa yang bisa menemukan, akan aku beri
hadiah lima ratus juta rupiah,” perintah Alfian.
“Baik Tuan.”
“Semoga aku yang bisa menemukannya,” canda Farah
sambil berlalu.
“Jangan … jangan limaratus Rah, satu milyar rupiah.”
“Baiklah,” kata Farah yang sudah masuk ke rumah untuk
mengambil ponselnya.
***
Pinto yang sedang beristirahat saat bekerja, terkejut
membaca iklan yang dibuat, demi untuk menemukan Aliyah. Ia merasa, rupanya
Alfian benar-benar sangat mencintai Aliyah. Ia yang tidak begitu mengrti kisah
sebenarnya, juga berharap bisa bertemu Aliyah. Bukan karena iming-iming hadiah
itu, tapi ingin tahu bagaimana cerita sebenarnya, sehingga Aliyah yang kabarnya
diambil paksa oleh seorang pengendara mobil, lalu bisa menjadi istri seorang
konglomerat, dan kemudian kabur hanya karena merasa tidak pantas.
“Seandainya saja ketika itu aku menanggapi panggilan
dia, pasti dia sudah menceritakan semuanya. Sayang, waktu itu aku masih merasa
sakit hati karena sikap angkuhnya, padahal sebenarnya dia gadis yang berbeda.
Rasanya memang tak mungkin Aliyah bersikap begitu sombong, apalagi kami sudah kenal
dekat walau baru beberapa hari,” gumam Pinto sambil terus mengamati foto Aliyah
di koran yang dibacanya.
Sementara itu, pak RT juga sudah membaca iklan itu,
lalu dia berteriak kegirangan.
“Bu, lihat Bu, sebentar lagi kita akan mendapat uang
satu milyar rupiah,” teriaknya sambil mendekati sang istri yang sedang memasak
di dapur.
“Lihat Bu, satu milyar. Ini tidak main-main.”
“Apa sih Pak, Bapak bermimpi apa lagi? Mau macam-macam
apa lagi?” kata istrinya sambil mengentas sayuran dari atas wajan.
“Ibu itu ya, kalau sama saya selalu saja berprasangka
buruk. Lihat ini, ini tentang Aliyah.”
“Apa? Aliyah lagi? Bapak masih bermimpi tentang
Aliyah? Masih ingin berharap bisa mendapatkan Aliyah? Lalu dari mana uang
milyaran itu?”
“Baca dulu iklan ini, baca. Sekarang aku mau ke rumah
Aliyah. Catat nomor kontak yang ada. Aku segera kembali,” kata pak RT yang
langsung bergegas pergi menuju ke rumah Aliyah.
Bu RT yang kesal karena lagi-lagi suaminya menyebut
nama Aliyah, kemudian tertarik membaca apa yang ditunjukkan sang suami, karena
ada kata-kata satu milyar rupiah. Uang dari mana itu?
Lalu bu RT terkejut membacanya. Rupanya suami Aliyah
mencari istrinya dan menyediakan uang satu milyar bagi yang bisa menemukannya.
Bu RT langsung sumringah. Bukankah menurut suaminya Aliyah pulang ke rumah? Ia
segera mencatat nomor telpon yang terpampang di situ, lalu bergegas menyusul
suaminya. Bagaimanapun, uang tetaplah menarik bagi bu RT.
Pak RT sudah berteriak-teriak di rumah Aliyah, tapi
tak ada jawaban. Ia langsung saja masuk, dan mencari di setiap ruangan yang
ada. Tapi ia tak menemukan yang dicarinya.
“Aliyaaah!”
Pak RT keluar dari rumah Aliyah dengan kecewa. Ketika ia
meninggalkan rumah itu, ia berpapasan dengan istrinya.
“Bagaimana Pak? Biar aku saja yang menemui dia, nomor
kontak sudah aku catat di ponsel aku,” kata bu RT bersemangat.
“Aliyah tidak ada.”
“Tidak ada?”
“Rumahnya kosong,” kata pak RT dengan lesu.
“Barangkali dia sedang keluar. Sebaiknya Bapak
menunggu di sini dulu, supaya begitu dia pulang, Bapak bisa segera
melaporkannya. Ini, bawa saja ponsel yang sudah ada nomor kontak orang yang
harus dihubungi.”
“Jadi aku harus menunggu di sini?”
“Iya lah Pak, kalau tidak, Bapak tidak akan tahu kalau
sewaktu-waktu dia datang.”
Pak RT kembali lagi ke rumah Aliyah, duduk di
balai-balai dengan rasa sabar menunggu. Satu milyar sangat banyak. Pak RT belum
pernah memiliki uang sebanyak itu.
***
Di sebuah warung kecil, seorang laki-laki sedang duduk
sambil membaca sebuah koran. Ia sudah selesai makan dan bersiap pergi. Ketika terbaca
olehnya sebuah iklan.
Matanya terbelalak. Ia langsung berteriak.
“Bukankah ini Narita?”
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah CeBeE_35, sdh ditayangkan.
ReplyDeleteSiapa ikutan sayembara 1 milyard??????
Terima kasih bu Tien.....
DeleteTernyata aku dikuntit jeng Mimiet, nganti ora weruh.
Sugeng dalu jeng Mimiet.... Sugeng dalu bu Tien....
Dalam SEROJA dan tetap sehat dan semangat.
Mtrnwn
ReplyDeleteYes
ReplyDeleteyeeiii... dah tayang. Matur nuwun Mbak Tien sayang.
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah mtnuwun mbk Tien
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku CBE sudah tayang
ReplyDeleteAlhamdulilah matur nuwun mbakyu Tienkumalasari sayang udh tayang salam aduhaai dari Gn3, Tanggamus, Lampung
ReplyDeletealhamdulillah
ReplyDeletesalam sehat penuh semangat
Salam kenal buat jeng Nanik Hsd Baturetno. Bolehnkan berkenalan?
DeleteNama blogger saya 'kakek habi' domisili di Bandung.
Banyak nama Nanik temanku, Cepu, Semarang, Tuban, Surabaya,
Jika jeng Nanik tdk keberatan, hub saya di 085101776038.
Saya tunggu.
Maaf Bu Tien, sambil menyelam minum air. Hmmmm
trimakasih atas perkenalanyackakek Habi salam kenal kembali 🙏
DeleteAlhamdulillah, Terima kasih Bunda Tien
ReplyDeleteAlhamdullilah CBE 35 sdh hadir..terima ksih bundaqu Tien...slmt mlm dan salam sehat selalu y bunda🙏😘🌹❤️
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur sembah nuwun mbak Tien
Maturnuwun sanget Bu Tien...
ReplyDelete🙏🙏
Alhamdulillah, matur nuwun bunda Tien.
ReplyDeleteTrmksh mb aTien
ReplyDeleteTrimakasih bu Tien salam sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu
Semoga sehat selalu
Alhamdulillah CBE- 35 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat dan bahagia selalu.
Aamiin
Terima kasih Bu Tien, penasaran siapa ya yg bisa menemukan Aliyah?
ReplyDeleteSalam sehat selalu Bu Tien
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien
Yees.... diumpetin terus aja Aliyah nya Bunda, supaya penasaran n ceritanya makjn panjang 😀
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien....semoga sehat selalu.
ReplyDeleteMatur Nuwun.... mb Tien🙏😘❤️👍
ReplyDeleteSalam Sehat dr Sub 😘😍
Alhamdulillah CINTAKU BUKAN EMPEDU~35 sudah hadir, terimakasih semoga tetap sehat bu Tien..🙏
ReplyDeleteWah aku ketinggalan matur nuwun
ReplyDeleteAku malahan ketiduran uti Yaniek.. 😂😂
DeleteAlhamdulillah.. Maturnuwun ibu...
ReplyDeleteAlhamdulillah.
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹
Alhamdulilah, cbe sdh tayang.... wah ini nungki yg makan di rm tempat aliyah kerja... makin seru ... tks bu tien, salam sehat
ReplyDeleteAlhamdulilah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda Tien selalu sehat wal'afiat aamiin
Memburu satu milyard, Nungki yang lagi makan di warteg, heran akan iklan itu, bukan main, paling tidak ada tiga kontestan berebut wanita yang ada di iklan itu.
ReplyDeletePinto keliling kota nich cari tempat kerja Aliyah, sementara pak RT tunggu ngebrok didepan rumah Aliyah.
Jadi satpam rumah nenek Supi ya.
Rame berebut dhuwit hadiah sayembara di iklan koran itu.
Konyol kalau benar-benar Narita yang dilepas kemudian balik kerumah nenek Supi.
Kecewa berat pak RT tentu.
Begitulah bila orang kaya menebus isterinya yang melarikan diri.
Apakah Nungki mengira Aliyah yang kerja di warteg dimana dia makan, itu Narita.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien
Cintaku bukan empedu yang ke tiga puluh lima sudah tayang
Sehat sehat selalu doaku
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah, Terimakasih bu Tien, salam sehat dari mBantul
ReplyDeleteTrm ksh bu Tien cerbungnya. Semoga bu Tien sll sehat. Aamiin yra
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteMakasih bunda tayangannya
ReplyDeleteSehat selalu bisa lanjutkan ceritanya
Makin seru" nya
Salam aduhai
Alhamdulillah
ReplyDelete💐🍀💐🍀💐🍀💐🍀
ReplyDeleteAlhamdulillah CBE 35
sudah hadir...
Matur nuwun Bu Tien.
Sehat selalu & tetap
smangats berkarya.
Salam Aduhai 🦋⚘
💐🍀💐🍀💐🍀💐🍀
Asyiik...ceritanya makin berkembang dengan dimunculkannya tokoh lain yg sdh dikenal, makin seru nih...terima kasih, ibu Tien...sdh menghibur penggemar dengan karya2nya. Sukses selalu. Salam sehat.🙏😘😘😀
ReplyDeleteBu Tien memang piawai menjodohkan tokoh2nya...nampaknya akan muncul pasangan baru nih...Farah dan Pinto.🤭
DeleteSaya ikut sayembara Bu.... 😁😁😁
ReplyDeleteAduhh, tapi klo sampai yang nemuin nya si Nungki, bisa repot urusan nya..
Aliyah.... Pulanglah, kasian mas Alfian
Makasih mba Tien.
ReplyDeleteSemoga Aliyah selamat ya, dan bahagia bersama Alfian.
Ikutan sayembara ah biar dapat 1M...😁😍
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien...🙏🙏
Sehat Selalu njih...
Matur nuwun ibu 🙏
ReplyDeleteNungki akan menangkap Aliyah....
ReplyDeleteTks banyak bunda Tien... Aliyah sdh tayang
ReplyDeleteSayembara Alfian emg jitu..
Farah idenya boleh juga tuh..
Semoga Aliyah bs segera ketemu..
Semoga ibu mertuanya.. terbuka hatinya utk org baik spt Aliyah..
Apkh kira" bu Siti yg punya warung bs ikut sayembara ga ya?? Lumayan 1 milyar bs utk buka restoran hehe...
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun bu Tien
ReplyDeleteSalam sehat wal'afiat 🤗🥰
Wih Seruuuu nih ceritanya, jgn2 nungki tuh yg butuh uang .... Bu Tien bisa saja buat deg deg an ...🤣🤭🙏
Alhamdulillah terimakasih Bu Tien... Salam sehat dan bahagia selalu
ReplyDeleteSalam hangat buat mbak Tien Kumalasari yg pintar buat penasaran pembaca cerbung .....
ReplyDelete