Wednesday, May 3, 2023

CINTAKU BUKAN EMPEDU 35

 

CINTAKU BUKAN EMPEDU  35

(Tien Kumalasari)

 

Pinto menyingkir menjauhi mobil itu dan berusaha melangkah pergi, tapi kemudian seseorang memanggilnya.

“Mas … Mas … “

Pinto berhenti, tapi dia tak yakin apakah dirinya yang dipanggil. Seseorang keluar dari mobil itu, gagah dan tampan. Pinto merasa seperti mengenal wajah itu, tapi lupa di mana. Barangkali pernah makan di warung tempatnya bekerja, entahlah.

“Mas memanggil saya?” tanya Pinto.

“Ya. Kan hanya ada Mas, tidak ada orang lain di tempat ini.”

“Oh, iya. Ada yang bisa saya bantu, Mas?”

“Anda mengenal pemilik rumah itu?”

“Itu kan … rumah … seorang wanita … bernama Aliyah.”

“Anda mengenalnya?”

“Dulu, sebelum dia menjadi kaya, kami sempat berkawan. Tapi sekarang dia tidak mau mengenal saya. Maklum, saya kan orang miskin, hanya pelayan rumah makan,” kata Pinto merendah.

“Maksudnya apa … sebelum dia menjadi kaya?”

“Pada suatu hari dia pergi dari rumah, kami mengira dia diculik orang jahat. Tapi tak lama kemudian dia menikah dengan orang terkenal di kota ini. Terkenal dan kaya. Kami bersyukur, karena selama ini dia hidup serba kekurangan, setelah neneknya meninggal.”

“Apa Anda pernah bertemu setelah dia menikah?”

“Ya, beberapa waktu yang lalu, saya melihat dia berjalan di depan rumah makan itu, tapi saya agak sakit hati karena ketika saya menyapa dia, dia menjawabnya acuh, dan bilang bahwa tidak pernah mengenal saya. Saya tidak mengira dia begitu sombong.”

“Menurut Anda, dia berubah?”

“Sangat berubah, setelah menjadi kaya, walau saya agak heran, mengapa sebagai istri orang kaya dia lewat di depan rumah makan itu dengan berjalan kaki.”

Laki-laki, yang adalah Alfian itu mengangguk-angguk. Ia tahu, yang bertemu Pinto, bukan Aliyah, karena Aliyah tidak sombong atau tinggi hati.

“Tapi beberapa hari kemudian, saya melihat lagi Aliyah, yang kali itu menyapa saya dengan ramah. Karena sakit hati, saya menghindarinya, enggan bertemu lagi dengannya, daripada akan sakit hati untuk kedua kalinya.”

“Apa? Jadi dia datang kemari juga?”

Farah yang semula ada di dalam, ikut mendengarkan pembicaraan itu, kemudian turun.

“Berarti yang terakhir itu benar, nyonya Aliyah? Sikapnya berbeda kah, Mas?”

Pinto menatap wanita yang baru turun itu. Dia lupa tidak bertanya, siapa mereka dan apakah mengenal Aliyah.

“Maaf Mas, mengapa Mas banyak bertanya tentang Aliyah? Dulu kami begitu dekat. Aliyah sangat manis budi dan menyenangkan. Entah mengapa, kemudian dia berubah. Rupanya kekayaan bisa merubah sifat seseorang,” kata Pinto seperti kepada dirinya sendiri.

“Tidak, yang Mas temui itu bukan Nyonya Aliyah.”

Pinto menatap wanita yang baru turun itu. Dia heran wanita itu menyebutnya ‘nyonya’. Pinto kemudian menduga-duga, siapa sebenarnya mereka. Lalu tiba-tiba dia teringat kepada wajah pengantin Aliyah di televisi.

“Apakah, Mas suami Aliyah?”

“Ini tuan saya, suami nyonya Aliyah,” kata Farah lagi.

Pinto terbelalak. Laki-laki ganteng itu suami Aliyah? Dia ingat perkataan pak RT, katanya Aliyah pulang karena disiksa suaminya? Apakah sekarang dia mencari untuk disiksa kembali?

“Jadi Mas ini suaminya? Saya heran, kata pak RT, Aliyah pulang karena disiksa suaminya,” kata Pinto yang meluncur begitu saja.

“Apa Mas bilang? Nyonya Aliyah disiksa suaminya? Mas sangat lancang. Tuan Alfian ini sangat mencintai istrinya.”

“Benarkah?”

“Tunggu, berarti Aliyah ada di rumah itu?”

“Saya tidak tahu. Beberapa hari yang lalu dia lewat di depan rumah makan tempat saya bekerja, dan menyapa saya, tapi seperti saya katakan tadi, saya menghindarinya karena sakit hati.”

“Tuan, masnya ini mungkin bertemu dengan orang yang berbeda. Yang sombong itu non Narita, yang menyapa dengan ramah itu barulah nyonya Aliyah,” kata Farah yang masih kesal karena tuannya disangka menyiksa istrinya.

“Apa maksud Mbak? Orang yang berbeda?”

“Ya, nyonya Aliyah itu kembar. Yang Mas lihat pertama kali itu bukan nyonya Aliyah, tapi kembarannya yang bernama Narita.”

“Ya Tuhan. Lalu apa yang sebenarnya terjadi?” kata Pinto sambil menutup mulutnya.

“Farah, coba lihat, siapa tahu Aliyah ada di dalam,” perintah Alfian.

Farah melangkah mendekati rumah, Tanpa sadar Pinto mengikutinya, demikian juga Alfian. Alfian sangat berharap bisa menemui istrinya di rumah itu, sedangkan Pinto masih bingung mendengar bahwa Aliyah punya kembaran. Pasti yang kata pak RT bersikap sangat manis sama dia itu adalah kembarannya Aliyah.

Farah sudah membuka pintu rumah Aliyah, yang memang tidak bisa terkunci dengan sempurna. Ia langsung masuk, dan menyalakan lampu, agar terlihat lebih terang.

“Aliyah !!” Alfian berteriak.

Farah menjenguk ke dalam kamar, dan melihat sebuah bungkusan pakaian, yang teronggok begitu saja, tidak dimasukkan ke dalam almari.

“Ini pasti pakaian non Narita,” kata Farah.

“Aliyah !!” Alfian berteriak lagi.

Tak ada jawaban, karena memang Aliyah sudah tidak ada di rumah itu.

Alfian tampak sangat kecewa, ketika keluar dari rumah, lalu duduk di balai-balai yang ada di depan rumah, wajahnya tampak begitu keruh.

Ia mengusap wajahnya dengan kedua belah tangannya dengan kasar.

“Kemana kamu pergi?”

“Saya kira dia masih ada di sini, setelah menyapa saya itu,” kata Pinto yang duduk pula di dekat Alfian.

“Rupanya nyonya kembali kemari hanya untuk bersih-bersih rumah,” kata Farah sambil  keluar dari dalam rumah.

“Kemana dia?”

“Mungkin dia bekerja di suatu tempat, lalu pulang untuk membersihkan rumah,” kata Farah.

“Bekerja?”

“Bukankah itu keinginannya, Tuan?”

“Peristiwa ini sangat membingungkan saya,” kata Pinto.

“Nyonya meninggalkan Tuan, karena merasa tidak pantas, sementara Tuan sangat mencintainya. Ketika saya menyusul ke rumah ini, rupanya yang ada adalah kembarannya. Ia begitu jahat dan mengaku sebagai nyonya Aliyah. Tapi sekarang sudah ketahuan, dan dia sudah ditangkap polisi,” kata Farah bercerita sekilas tentang adanya Aliyah dan kembarannya.

“Luar biasa sekali peristiwa ini. Kalau tahu begitu, waktu dia menyapa saya, pasti saya tanggapi, sehingga dia bisa menceritakan semuanya,” kata Pinto sambil mengiringi Alfian dan Farah kembali ke arah mobil.

“Terima kasih telah memberikan informasi tentang Aliyah, walau tidak selengkapnya,” kata Alfian ramah.

“Kalau saya melihat dia lagi, saya akan menghubungi Tuan,” kata Pinto yang kemudian mengubah panggilannya, setelah tahu Alfian itu orang ternama.

“Mengapa berubah menjadi ‘tuan’? panggil saya Mas, seperti sebelumnya,” kata Alfian.

Pinto tersenyum mengangguk. Dalam hati dia mengakui, bahwa suami Aliyah ini tampaknya memang orang baik. Tak mungkin dia menyiksa istrinya. Pasti Aliyah palsu itu yang mengarang cerita.

“Oh ya Farah, coba minta nomor kontak masnya itu, ah ya, kita belum saling mengenalkan nama. Saya Alfian,” kata Alfian kemudian kepada Pinto.

“Saya Pinto. Baiklah, saya catatkan nomor kontak saya. Kalau saya melihat Aliyah, saya akan mengabari Tuan.”

“Mas,” kata Alfian membetulkan panggilan itu.

“Baiklah, … Mas.”

Setelah saling bertukar nomor kontak, Farah kemudian masuk ke dalam mobil, duduk di depan, disamping Kirman yang menjadi pengemudi. Tapi tanpa sengaja, sebagian rok bawahan Farah terjepit pintu mobil.

“Mbak, bajunya terjepit pintu,” kata Pinto.

Farah kembali membuka pintu dan menarik baju bawahnya yang terjepit pintu. Ia mengulaskan senyuman kepada Pinto sambil mengucap pelan:“Terima kasih.”

Pinto membalasnya dengan senyuman pula. Ada perasaan aneh melintas, kemudian dikibaskannya. Gadis itu hanya pembantu, tapi sikapnya sangat manis, dan begitu akrab dengan majikannya. Dia juga ramah. Pikir Pinto sambil melangkah pulang ke rumah kostnya.

***

 Alfian kembali murung, karena tak mendapatkan hasil dalam perncarian ke rumah Aliyah. Tapi bahwa Aliyah tampaknya pernah pulang, sedikit menumbuhkan harapannya.  Ia yakin, Narita tidak bohong dalam hal ini, bahwa dia tidak pernah bertemu Aliyah.

“Farah, bagaimana menurut kamu? Apa lagi yang harus aku lakukan?” kata Alfian.

Alfian dan Farah memang sangat dekat karena mereka adalah teman main sejak kecil. Karena itulah dia merasa nyaman berbagi dalam banyak hal bersamanya.

“Bagaimana kalau tuan mengadakan sayembara saja?”

“Sayembara bagaimana maksudmu?”

“Buat iklan, siapa yang bisa menemukan nyonya Aliyah, akan mendapat hadiah. Bagaimana, Tuan?”

Alfian tampak berpikir, tapi kemudian dia mengangguk-angguk.

“Aku setuju. Sekarang juga kamu urus semuanya.”

“Baik Tuan,” kata Farah yang kemudian menjadi sangat bersemangat. Barangkali iming-iming uang itu akan lebih banyak membuat orang memperhatikan iklan itu.

“Buat, bagi siapa yang bisa menemukan, akan aku beri hadiah lima ratus juta rupiah,” perintah Alfian.

“Baik Tuan.”

“Semoga aku yang bisa menemukannya,” canda Farah sambil berlalu.

“Jangan … jangan limaratus Rah, satu milyar rupiah.”

“Baiklah,” kata Farah yang sudah masuk ke rumah untuk mengambil ponselnya.

***

Pinto yang sedang beristirahat saat bekerja, terkejut membaca iklan yang dibuat, demi untuk menemukan Aliyah. Ia merasa, rupanya Alfian benar-benar sangat mencintai Aliyah. Ia yang tidak begitu mengrti kisah sebenarnya, juga berharap bisa bertemu Aliyah. Bukan karena iming-iming hadiah itu, tapi ingin tahu bagaimana cerita sebenarnya, sehingga Aliyah yang kabarnya diambil paksa oleh seorang pengendara mobil, lalu bisa menjadi istri seorang konglomerat, dan kemudian kabur hanya karena merasa tidak pantas.

“Seandainya saja ketika itu aku menanggapi panggilan dia, pasti dia sudah menceritakan semuanya. Sayang, waktu itu aku masih merasa sakit hati karena sikap angkuhnya, padahal sebenarnya dia gadis yang berbeda. Rasanya memang tak mungkin Aliyah bersikap begitu sombong, apalagi kami sudah kenal dekat walau baru beberapa hari,” gumam Pinto sambil terus mengamati foto Aliyah di koran yang dibacanya.

Sementara itu, pak RT juga sudah membaca iklan itu, lalu dia berteriak kegirangan.

“Bu, lihat Bu, sebentar lagi kita akan mendapat uang satu milyar rupiah,” teriaknya sambil mendekati sang istri yang sedang memasak di dapur.

“Lihat Bu, satu milyar. Ini tidak main-main.”

“Apa sih Pak, Bapak bermimpi apa lagi? Mau macam-macam apa lagi?” kata istrinya sambil mengentas sayuran dari atas wajan.

“Ibu itu ya, kalau sama saya selalu saja berprasangka buruk. Lihat ini, ini tentang Aliyah.”

“Apa? Aliyah lagi? Bapak masih bermimpi tentang Aliyah? Masih ingin berharap bisa mendapatkan Aliyah? Lalu dari mana uang milyaran itu?”

“Baca dulu iklan ini, baca. Sekarang aku mau ke rumah Aliyah. Catat nomor kontak yang ada. Aku segera kembali,” kata pak RT yang langsung bergegas pergi menuju ke rumah Aliyah.

Bu RT yang kesal karena lagi-lagi suaminya menyebut nama Aliyah, kemudian tertarik membaca apa yang ditunjukkan sang suami, karena ada kata-kata satu milyar rupiah. Uang dari mana itu?

Lalu bu RT terkejut membacanya. Rupanya suami Aliyah mencari istrinya dan menyediakan uang satu milyar bagi yang bisa menemukannya. Bu RT langsung sumringah. Bukankah menurut suaminya Aliyah pulang ke rumah? Ia segera mencatat nomor telpon yang terpampang di situ, lalu bergegas menyusul suaminya. Bagaimanapun, uang tetaplah menarik bagi bu RT.

Pak RT sudah berteriak-teriak di rumah Aliyah, tapi tak ada jawaban. Ia langsung saja masuk, dan mencari di setiap ruangan yang ada. Tapi ia tak menemukan yang dicarinya.

“Aliyaaah!”

Pak RT keluar dari rumah Aliyah dengan kecewa. Ketika ia meninggalkan rumah itu, ia berpapasan dengan istrinya.

“Bagaimana Pak? Biar aku saja yang menemui dia, nomor kontak sudah aku catat di ponsel aku,” kata bu RT bersemangat.

“Aliyah tidak ada.”

“Tidak ada?”

“Rumahnya kosong,” kata pak RT dengan lesu.

“Barangkali dia sedang keluar. Sebaiknya Bapak menunggu di sini dulu, supaya begitu dia pulang, Bapak bisa segera melaporkannya. Ini, bawa saja ponsel yang sudah ada nomor kontak orang yang harus dihubungi.”

“Jadi aku harus menunggu di sini?”

“Iya lah Pak, kalau tidak, Bapak tidak akan tahu kalau sewaktu-waktu dia datang.”

Pak RT kembali lagi ke rumah Aliyah, duduk di balai-balai dengan rasa sabar menunggu. Satu milyar sangat banyak. Pak RT belum pernah memiliki uang sebanyak itu.

***

Di sebuah warung kecil, seorang laki-laki sedang duduk sambil membaca sebuah koran. Ia sudah selesai makan dan bersiap pergi. Ketika terbaca olehnya sebuah iklan.

Matanya terbelalak. Ia langsung berteriak.

“Bukankah ini Narita?”

***

Besok lagi ya.

 

 

 

 

53 comments:

  1. Alhamdulillah CeBeE_35, sdh ditayangkan.
    Siapa ikutan sayembara 1 milyard??????

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih bu Tien.....
      Ternyata aku dikuntit jeng Mimiet, nganti ora weruh.
      Sugeng dalu jeng Mimiet.... Sugeng dalu bu Tien....
      Dalam SEROJA dan tetap sehat dan semangat.

      Delete
  2. Replies
    1. yeeiii... dah tayang. Matur nuwun Mbak Tien sayang.

      Delete
  3. Matur nuwun mbak Tien-ku CBE sudah tayang

    ReplyDelete
  4. Alhamdulilah matur nuwun mbakyu Tienkumalasari sayang udh tayang salam aduhaai dari Gn3, Tanggamus, Lampung

    ReplyDelete
  5. alhamdulillah
    salam sehat penuh semangat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal buat jeng Nanik Hsd Baturetno. Bolehnkan berkenalan?
      Nama blogger saya 'kakek habi' domisili di Bandung.
      Banyak nama Nanik temanku, Cepu, Semarang, Tuban, Surabaya,
      Jika jeng Nanik tdk keberatan, hub saya di 085101776038.
      Saya tunggu.
      Maaf Bu Tien, sambil menyelam minum air. Hmmmm

      Delete
    2. trimakasih atas perkenalanyackakek Habi salam kenal kembali 🙏

      Delete
  6. Alhamdulillah, Terima kasih Bunda Tien

    ReplyDelete
  7. Alhamdullilah CBE 35 sdh hadir..terima ksih bundaqu Tien...slmt mlm dan salam sehat selalu y bunda🙏😘🌹❤️

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah
    Matur sembah nuwun mbak Tien

    ReplyDelete
  9. Maturnuwun sanget Bu Tien...
    🙏🙏

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah, matur nuwun bunda Tien.

    ReplyDelete
  11. Trimakasih bu Tien salam sehat selalu

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu
    Semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah CBE- 35 sdh hadir
    Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  14. Terima kasih Bu Tien, penasaran siapa ya yg bisa menemukan Aliyah?
    Salam sehat selalu Bu Tien

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah
    Terima kasih bu Tien

    ReplyDelete
  16. Yees.... diumpetin terus aja Aliyah nya Bunda, supaya penasaran n ceritanya makjn panjang 😀

    ReplyDelete
  17. Matur nuwun Bu Tien....semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  18. Matur Nuwun.... mb Tien🙏😘❤️👍
    Salam Sehat dr Sub 😘😍

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah CINTAKU BUKAN EMPEDU~35 sudah hadir, terimakasih semoga tetap sehat bu Tien..🙏

    ReplyDelete
  20. Wah aku ketinggalan matur nuwun

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku malahan ketiduran uti Yaniek.. 😂😂

      Delete
  21. Alhamdulillah.. Maturnuwun ibu...

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah.
    Syukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  23. Alhamdulilah, cbe sdh tayang.... wah ini nungki yg makan di rm tempat aliyah kerja... makin seru ... tks bu tien, salam sehat

    ReplyDelete
  24. Alhamdulilah
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien selalu sehat wal'afiat aamiin

    ReplyDelete
  25. Memburu satu milyard, Nungki yang lagi makan di warteg, heran akan iklan itu, bukan main, paling tidak ada tiga kontestan berebut wanita yang ada di iklan itu.
    Pinto keliling kota nich cari tempat kerja Aliyah, sementara pak RT tunggu ngebrok didepan rumah Aliyah.
    Jadi satpam rumah nenek Supi ya.
    Rame berebut dhuwit hadiah sayembara di iklan koran itu.
    Konyol kalau benar-benar Narita yang dilepas kemudian balik kerumah nenek Supi.
    Kecewa berat pak RT tentu.
    Begitulah bila orang kaya menebus isterinya yang melarikan diri.
    Apakah Nungki mengira Aliyah yang kerja di warteg dimana dia makan, itu Narita.
    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien
    Cintaku bukan empedu yang ke tiga puluh lima sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah, Terimakasih bu Tien, salam sehat dari mBantul

    ReplyDelete
  27. Trm ksh bu Tien cerbungnya. Semoga bu Tien sll sehat. Aamiin yra

    ReplyDelete
  28. Makasih bunda tayangannya
    Sehat selalu bisa lanjutkan ceritanya
    Makin seru" nya
    Salam aduhai

    ReplyDelete
  29. 💐🍀💐🍀💐🍀💐🍀
    Alhamdulillah CBE 35
    sudah hadir...
    Matur nuwun Bu Tien.
    Sehat selalu & tetap
    smangats berkarya.
    Salam Aduhai 🦋⚘
    💐🍀💐🍀💐🍀💐🍀

    ReplyDelete
  30. Asyiik...ceritanya makin berkembang dengan dimunculkannya tokoh lain yg sdh dikenal, makin seru nih...terima kasih, ibu Tien...sdh menghibur penggemar dengan karya2nya. Sukses selalu. Salam sehat.🙏😘😘😀

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bu Tien memang piawai menjodohkan tokoh2nya...nampaknya akan muncul pasangan baru nih...Farah dan Pinto.🤭

      Delete
  31. Saya ikut sayembara Bu.... 😁😁😁

    Aduhh, tapi klo sampai yang nemuin nya si Nungki, bisa repot urusan nya..
    Aliyah.... Pulanglah, kasian mas Alfian

    ReplyDelete
  32. Makasih mba Tien.
    Semoga Aliyah selamat ya, dan bahagia bersama Alfian.

    ReplyDelete
  33. Ikutan sayembara ah biar dapat 1M...😁😍

    Matur nuwun bunda Tien...🙏🙏
    Sehat Selalu njih...

    ReplyDelete
  34. Nungki akan menangkap Aliyah....

    ReplyDelete
  35. Tks banyak bunda Tien... Aliyah sdh tayang
    Sayembara Alfian emg jitu..
    Farah idenya boleh juga tuh..
    Semoga Aliyah bs segera ketemu..
    Semoga ibu mertuanya.. terbuka hatinya utk org baik spt Aliyah..

    ReplyDelete
  36. Apkh kira" bu Siti yg punya warung bs ikut sayembara ga ya?? Lumayan 1 milyar bs utk buka restoran hehe...

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien
    Salam sehat wal'afiat 🤗🥰

    Wih Seruuuu nih ceritanya, jgn2 nungki tuh yg butuh uang .... Bu Tien bisa saja buat deg deg an ...🤣🤭🙏

    ReplyDelete
  38. Alhamdulillah terimakasih Bu Tien... Salam sehat dan bahagia selalu

    ReplyDelete
  39. Salam hangat buat mbak Tien Kumalasari yg pintar buat penasaran pembaca cerbung .....

    ReplyDelete

SENANDUNG KECILKU

SENANDUNG KECILKU (Tien Kumalasari) Hai senja, kau datang ketika merah jingga mewarnai langit dibarat sana ada senandung kecil berkumandang ...