Tuesday, April 18, 2023

CINTAKU BUKAN EMPEDU 24

 

CINTAKU BUKAN EMPEDU  24

(Tien Kumalasari)

 

Siulan sumbang dan sember itu lenyap seketika, melihat wajah garang sang istri.

“Ada apa sih Bu, suami pulang kok disambut wajah cemberut, pakai berkacak pinggang segala. Nggak sopan tahu!” omel pak RT.

“Siapa yang nggak sopan? Aku atau Bapak?”

“Aku itu letih lho Bu, rapat nggak kunjung selesai, habis, setiap kali pak lurah ngomong, banyak yang menginterupsi, jadi lama deh.”

“Apa menginterupsi … menginterupsi … Orang bohong kok ya pintar-pintarnya bicara.”

“Siapa yang bohong? Memang tadi tuh kelamaan rapatnya, aku juga sudah capek.”

“Kelamaan rapat apa? Jangan-jangan Bapak rapat sama kuntilanak di kuburan!”

“Ih, ibu kok bicara serem sih. Maaf, aku memang kelamaan, tapi aku kan melakukan tugas. Jadi RT itu memang berat lho Bu,” kata pak RT sambil berusaha masuk ke kamar, tapi sang istri menghadangnya.

“Ibu ini kenapa sih, aku kan sudah minta maaf?”

“Siapa yang rapat di keluarahan? Siapa? Dan kelurahan mana, katakan.”

“Ya kelurahan di kampung kita ini lah Bu, masa kelurahannya tetangga.”

“Bohong! Ada orang mengatakan bahwa tidak ada rapat di kelurahan. RT tetangga sebelah juga malah jalan-jalan sama istrinya. Mau bilang apa lagi?”

“Lho, ibu kok percaya sama omongan orang. Coba katakan siapa yang omong begitu, biar aku sobek-sobek bibirnya,” kata pak RT marah.

“Yang tukang bohong itu bukan dia, tapi Bapak.”

“Kok Ibu lebih percaya sama dia, daripada sama aku?”

“Tentu saja. Karena Bapak memang benar-benar bohong. Sekarang jangan banyak alasan, Bapak tadi ke mana? Mengapa pakai bohong? Bapak punya simpanan kan? Katakan, kalau tidak, aku mau pergi saja,” ancam bu RT.

“Eh, jangan begitu dong Bu, masa Ibu tega mau meninggalkan aku?” kata pak RT sambil meraih tangan istrinya, tapi ditepisnya dengan kasar.

“Jangan coba-coba menyentuh aku, kalau Bapak tidak mau berterus terang.”

“Aku harus bilang apa sih Bu,” kata pak RT yang mulai merasa lemas.

“Katakan Bapak tadi ke mana, dan mengapa berbohong.”

Pak RT menghela napas.

“Jawab, Pak.”

“Aku tidak mau ngomong sama orang yang sedang emosi. Aku mau tidur !” kata pak RT yang tidak bisa menjawab kata-kata istrinya. Ia langsung menerobos ke kamar sambil mendorong sang istri kesamping, kemudian langsung berbaring tanpa berganti pakaian, menutup wajahnya dengan bantal.

Bu RT semakin emosi. Ia enggan mendekat dan memilih tidur di sofa.

***

Pak Candra baru bisa bersantai saat malam, karena kesibukannya di kantor, selama Alfian belum mulai bekerja.

Bu Candra menemaninya duduk, sambil menghidangkan secangkir kopi kehadapan sang suami.

“Apa Alfian tadi lama di sini? Maaf aku tidak bisa segera pulang ternyata, ada tamu dari perusahaan asing berkunjung.”

“Iya, kan Bapak sudah memberi tahu? Lagian Alfian tidak lama berada di sini, hanya minum-minum, lalu pamit pulang. Tampaknya dia kesal sama aku.”

“Memangnya kenapa? Dia datang bersama istrinya kan?”

“Iya.”

“Bagaimana menurut kamu?”

“Dia memang cantik. Bukankah Bapak sudah tahu kalau dia cantik? Tapi kalau dalam hal penampilan, kalah jauh sama Narita, yang sudah biasa bergaul dan tampak begitu serasi kalau berada di samping Alfian.”

“Ibu masih lebih memilih Narita? Wanita pembohong dan tak tahu malu itu?”

“Bukan memilih Narita, hanya membandingkan dalam hal penampilan. Aliyah sangat lugu dan terlihat kampungan, apalagi kalau diajak bicara. Dia tidak mengerti banyak hal, maklum tidak berpendidikan tinggi.”

“Kalau memang Alfian suka, suruh menyekolahkan. Ada kan, kursus kepribadian, modeling. Supaya dia lebih pandai bersikap dan tidak memalukan.”

“Sebelum menikah kan juga ada guru modeling yang didatangkan Alfian. Tapi hanya cara dia berjalan, berbicara sekilas, dan itu hanya untuk menghadapi tamu saat dia menikah. Tapi dalam keseharian, dia masih tampak lugu, dan memalukan untuk ditampilkan.”

“Barangkali butuh waktu untuk merubahnya.”

“Bapak suka, bermenantukan dia?”

“Memang itu satu-satunya pilihan kan?”

“Tapi tadinya hanya untuk sementara, lalu Alfian harus melepaskannya. Sekarang ini, Alfian keterusan, pasti walaupun lugu, gadis itu pintar merayu.”

“Ibu tampak belum begitu yakin, memiliki menantu Aliyah?”

“Yah, begitulah. Tapi ketika aku mengutarakan apa yang terpilir olehku, Alfian tampak marah. Ia langsung mengajak Aliyah pulang.”

“Kalau memang itu pilihan dia, kita bisa apa? Pernikahan itu kan pernikahan sungguhan, disaksikan oleh aparat urusan agama, dan itu sah demi agama dan juga hukum.”

“Iya sih.”

“Bu, anak kita sudah dewasa, dia pasti sudah bisa memilih, mana yang terbaik untuk hidupnya. Bukankah keinginan orang tua adalah melihat anaknya bahagia? Nah, kalau Alfian bahagia, kita harus mendukungnya, dan ikut berbahagia bersama mereka.”

“Baiklah, aku mengerti.”

“Kita sudah tertolong oleh Aliyah karena tidak mendapat malu saat kita mengadakan perhelatan itu, dan itu harus kita syukuri, bukan? Selanjutnya biarlah mereka yang menentukan, mana yang terbaik untuk hidup mereka. Aku lihat Aliyah juga tidak berambisi untuk memiliki apalagi menguasai harta kita.”

“Iya sih … “

“Jadi jangan mengusik kehidupan mereka lagi. Jangan jadikan kehidupan anak kita menjadi beban pikiran kita.”

Bu Candra terdiam, tapi bagaimanapun, akan memerlukan waktu untuk bisa menerimanya. Bu Candra masih manusia.

***

Pagi itu Narita sudah bangun. Tak ada yang menarik di sekitarnya. Tak ada susu coklat panas yang bisa dihirup, seperti hari-hari sebelumnya, saat ia masih bergelimang harta. Tak ada roti berlapis keju, atau coklat kesukaannya. Ia juga sebal melihat keadaan sekeliling kamar yang ditinggalinya, yang begitu sempit dan pengap. Tak ada jendela di sana, dan lampu kamar yang tetap temaram karena nyala yang tak begitu terang, menambah keruh suasana hatinya.

 Ia hanya kebetulan menemukan tempat berteduh dari pada duduk atau bersandar pada pohon di jalan, sehingga mirip gelandangan. Tapi sesungguhnya dia sedang berpikir untuk mengayuh hidup yang diinginkannya. Kembali ke dunia gelap yang pernah dijalaninya, atau merebut kembali cinta Alfian yang sesungguhnya masih sangat dicintainya.

Narita menatap almari tua yang tidak terkunci, karena memang kuncinya telah rusak, dan tiba-tiba terbersit keinginannya untuk melihat apa isi almari si pemilik rumah buruk ini. Adakah, barangkali sebutir berlian yang bisa ditemukannya? Dan pemikiran ini membuatnya tertawa. Kalau dia memiliki berlian, tak mungkin membiarkan rumah buruk ini begitu saja. Tapi dia terus mengamati isi almari. Ada setumpuk beberapa kain tua, baju-baju dekil yang tak ada harganya, lalu sebuah kotak dari besi yang sudah karatan.

“Haaa, jangan-jangan benar, ada berlian di dalamnya,” gumam Narita, masih dengan senyuman mengejek.”

Ia membuka kotak itu, dan melihat dua pasang kaus bayi yang terbuat dari kain songket. Tapi ada yang tertulis di kaus itu. Haa, ada dua nama. Narita mengambilnya, ALIYAH, satu lagi, AFIFAH. Kenapa ada dua nama? Tiba-tiba debar di dada Narita berdecak kencang. Entah mengapa, kaus kaki bertuliskan Afifah itu kemudian diambilnya, diamatinya tanpa berkedip. Apakah Aliyah dan Afifah adalah bayi kembar? Ia tahu Aliyah, yang wajahnya mirip dirinya. Yaa, mirip, sampai-sampai pak RT menganggapnya Aliyah. Apa itu berarti bahwa Aliyah itu dia dan Afifah itu dirinya? Mengapa bisa terpisah? Pikir Narita yang terus mengawasi kaus kaki bayi itu. Tapi bukan hanya kaus kaki itu yang ditemukannya. Ada sebuah tulisan di kertas kumuh. Narita membukanya, sebuah tulisan tangan yang sangat buruk, seperti tulisan tangan anak SD yang baru belajar menulis.

Aliyah,

Kamu akan membaca tulisan ini, ketika aku sudah tak ada. Maafkan aku, karena tak sampai hati mengatakan saat nenek ini masih hidup. Sebenarnya kamu bukan cucuku. Aku pelayan di rumah orang tua kamu. Mereka meninggal saat ada bencana banjir, karena rumah orang tuamu berada di tepi bengawan yang meluap, di daerah Sukoharjo. Mereka memiliki sepasang anak kembar, Aliyah dan Afifah. Sayangnya aku hanya bisa menyelamatkan kamu. Saudara kembar kamu, Afifah, entah ada di mana, mungkin juga sudah meninggal. Aku merawat kamu dengan kasih sayang, dan membawa kamu sampai ke tempat ini, serta mengakuinya sebagai cucuku. Aku hanya pelayan rumah tangga, dan tetap menjadi pelayan. Itu sebabnya aku tak bisa mewariskan kepintaran dan pendidikan yang baik untuk kamu. Maafkan nenek, Non Aliyah.

 

Dari nenek Supi.

Narita termenung. Benarkah Aliyah saudara kembarku? Ia hidup kekurangan dari bayi sampai dewasa, sedangkan aku, hidup enak, dimanja dan bergelimang harta, karena aku menjadi anak dari keluarga kaya yang memanjakan aku. Tapi kenapa sekarang Aliyah menjadi keluarga kaya dan terpandang, sedangkan aku terpuruk di rumah nenek Supi yang sebenarnya hanyalah pelayan di rumah orang tua aku? Benarkah semua ini? Kalau benar, mengapa nasibku buruk sedangkan Aliyah hidup mulia bergelimang harta? Tidak, aku tidak mau ini, aku harus merebutnya.

Narita mengembalikan semuanya ketempat semula, dan kembali menutup almari tua itu.

***

 Narita berjalan ke luar rumah, melihat ke sekeliling. Seperti pesan pak RT, jangan sampai ada tetangga melihat dirinya, lalu mengira dirinya adalah Aliyah, lalu bertanya banyak hal dan dia tak bisa menjawabnya. Ia juga tak ingin bertemu siapapun di kampung yang asing baginya itu, tapi ia harus menemui seseorang. Ini penting, untuk memastikan siapa sesungguhnya dirinya. Apa yang dia baca dan dia lihat hampir meyakinkan dirinya bahwa Aliyah adalah saudara kembarnya. Entah siapa yang menuntunnya, sehingga dia bisa berada di rumah itu, dan menemukan hal baru yang sangat mengejutkannya.

Narita berindap-indap lagi, sebelum keluar dari halaman, lalu ketika tak ada orang di sekitar tempat itu, bergegas dia keluar dan pergi untuk menemui seseorang.

Berbekal uang pemberian pak RT, Narita bisa sampai ke rumah seseorang yang ingin ditemuinya. Ia adalah tante Maria, adik almarhumah ibunya, yang sesungguhnya sangat membencinya. Maria kesal dan marah ketika mengetahui kelakuan Narita setelah dewasa. Narita adalah anak tunggal yang dimanjakan, disekolahkan, sampai kuliah tapi tidak selesai, keburu kedua orang tuanya meninggal. Narita lebih banyak bersenang-senang serta menghambur-hamburkan uang. Ia juga berganti-ganti pacar. Kelakuannya tak terkendali, sehingga keluarga ayahnya mencoret dari daftar keluarga, dan semua membencinya. Ketika ia kemudian merasa sendirian dan tak punya apa-apa, ia terjerumus ke dalam dunia hitam, yang membuatnya hidup bergelimang harta dan kesenangan.

Semuanya sudah lewat, dan dia benar-benar sendiri, apalagi setelah dia berpisah dengan Nungki yang semula menolongnya, kemudian menghabiskan uang yang dibawanya ketika melarikan diri dari Alfian yang sesungguhnya amat dicintainya. Terikat oleh ancaman Nungki lah maka dia kemudian lari dari Alfian.

Sekarang Narita benar-benar papa, tak punya siapa-siapa. Ada keinginan untuk meminta warisan peninggalan ayah ibunya, tapi setelah mengetahui bahwa kemungkinan dia adalah saudara kembar Aliyah, maka niat itu diurungkannya. Apalagi keluarga almaarhum orang tuanya semua membencinya dan tak mau mengakuinya sebagai keluarga.

Sekarang dia datang ke rumah tantenya itu, hanya untuk bertanya, siapa sebenarnya dirinya. Ia beruntung, karena hari masih pagi, maka bisa bertemu orang yang dicarinya.

“Mau apa kamu datang kemari? Jangan bilang bahwa kamu adalah keponakan aku. Kamu bukan siapa-siapa,” kata tante Maria kethus.

“Maaf tante, saya bukan menginginkan untuk diakui sebagai keponakan. Saya tahu, saya telah dibuang.”

“Ya, bagus kalau kamu tahu. Dan itu karena kelakuan kamu yang memalukan. Apalagi sesungguhnya kamu bukan siapa-siapa kami.”

“Nah, itulah yang ingin saya tanyakan tante, dan itulah sebenarnya maksud kedatangan saya. Saya sebenarnya ingin tahu, siapa sebenarnya saya. Kalau tante bilang bahwa saya bukan siapa-siapa nya tante, berarti saya bukan anak dari ayah ibu saya ?”

“Benar sekali, dan sesungguhnya kami ingin mengatakan sama kamu sebelum kamu pergi. Kamu ditemukan oleh kakak aku, ketika kamu berada diantara korban banjir yang entah siapa orang tua kamu. Lalu karena kakak aku tidak punya keturunan, maka kamu diangkat anak oleh kakak aku.”

Narita menundukkan wajahnya. Dia adalah bayi yang ditemukan sebagai korban banjir dan tidak diketahui siapa orang tuanya. Jadi benar, dia adalah saudara kembar Aliyah.

“Lalu kamu ingin apa lagi? Jangan mengharapkan harta peninggalan orang tua angkat kamu, karena kamu memang bukan anggota keluarga kami.”

“Tidak, saya tidak ingin apa-apa. Keterangan tante cukup saya mengerti. Saya permisi,” kata Narita sambil berdiri, dan berpamit seenaknya, karena Maria juga bersikap sangat angkuh dan tidak bersahabat.

Sekarang dia mengerti, siapa dirinya, walau belum tahu siapa nama orang tuanya. Apakah di catatan yang tadi dibaca ada dituliskan nama orang tuanya? Barangkali Narita tergesa-gesa dan keburu menyimpan kembali penemuannya itu. Sekarang Narita harus kembali ke rumah itu lagi. Ada yang belum jelas, dan ada keinginan yang akan diwujudkannya.

Ketika dia hampir sampai di rumah Aliyah, tiba-tiba seseorang memanggilnya.

“Aliyah !!”

Tuh kan, Narita kurang berhati-hati, sehingga sebelum sampai di rumah nenek Supi, ada lagi orang yang mengenalnya sebagai Aliyah.

***

Besok lagi ya.

38 comments:

  1. Replies
    1. Ayo jeng Mimiet jaga trus gawangnya, barang siapa pkl 18.30 wib sering tengok ogspot, pasti nyantol.
      Komitment bu Tien selama Romadhon CeBeE tayang gasik, bakda maghrib.

      Matur nuwun bu Tien
      Salam SEROJA& tetap ADUHAI

      Delete
  2. 🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿
    Alhamdulillah CBE 24
    sudah hadir...
    Matur nuwun Bu Tien.
    Sehat selalu & tetap
    smangats berkarya.
    Salam Aduhai πŸ¦‹πŸŒΉ
    🌼🌿🌼🌿🌼🌿🌼🌿

    ReplyDelete
  3. Matur nuwun mbak Tien-ku CBE sudah tayang

    ReplyDelete
  4. Matur nuwun bu Tien. Smoga sehat wal afiat

    ReplyDelete
  5. Maturnuwun sanget Bu Tien...
    πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah
    Hadir Gasik
    Matur nuwun bu
    Semoga sehatvselalu

    ReplyDelete
  7. Salam dari bu Tien, blm bisa komen di sini sebab lagi ada undangan 'bukber'

    ReplyDelete
  8. Alhamdulilah...sudah hadir yg ditunggu ..suwun bunda Tien

    ReplyDelete
  9. Alhamdulilah..
    Tks banyak bunda Tien, Aliyah sdh hadir
    Semoga bunda selalu sehat dan berbahagia..
    Aamiin.. πŸ™πŸ™πŸŒΉ

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah CBE- 24 sdh hadir
    Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu
    Salam AduhaiπŸ™

    ReplyDelete
  11. Alhamdulilah, cbe 24 sdh tayang terima kasih bu tien.. ternyata narita sdr kembar aliyah ...semoga bu tien sll sehat dan dalam lindungan Allah SWT Aamiin yra

    ReplyDelete
  12. Narita tahu lebih dulu tentang asal usulnya, terus akan meng-kudeta Aliyah. Tapi apa punya prajurit pendukung ya..
    Sedangkan Aliyah mulai nyaman dengan keadaannya.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah CINTAKU BUKAN EMPEDU~24 sudah hadir, terimakasih semoga tetap sehat bu Tien..πŸ™

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah...
    Maturnuwun bu Tien
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  15. Selamat malam bunda Tien..terima ksih CBE nya..slm sehat dan aduhai sll dri skbmiπŸ™πŸ˜˜πŸŒΉ❤️

    ReplyDelete
  16. Oalah pak RT...sdh ketahuan msi mengelak jg...πŸ˜‰

    Matur nuwun bunda Tien..πŸ™πŸ™

    Salam sehat selalu kagem bundz...🀲🀲

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah, matur nwn bu Tien.
    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  18. Hebat Narita...bisa langsung mengetahui rahasia si kembar dari surat nek Supi, kenapa Aliyah yg tinggal bersamanya seumur hidupnya tidak berani membongkar barang peninggalan nek Supi ya? Eh, tapi itu Narita tidur di kamar nenek atau kamar Aliyah sih? Menunggu plintiran cerita selanjutnya dari ibu Tien ah...piawai sekali.πŸ‘πŸ‘πŸ˜€

    ReplyDelete
  19. Aduhai ...
    Terima bunda Tien, love you Bun ...
    Sehat selalu ....
    Bahagia bersama keluarga tercinta ❤️πŸ˜‡
    Berkah Dalem Gusti πŸ™πŸ›

    ReplyDelete
  20. Suwun bu Tien cerbungnya tetap setia dinanti penggemar. Salam Seroja selalu.

    ReplyDelete
  21. Terimakasih Bu Tien... Ditunggu kelanjutannya πŸ™

    ReplyDelete
  22. Cerita semakin berlanjut dan memukau...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  23. Nah
    Kan, gantian siapa nich yang manggil;
    Mau interogasi 'Aliyah'? jadi pesakitan.
    Siapa lagi yang belum sadar ya, kalau itu beda orang, paling Bu RT yang penasaran kemana suaminya ngluyur, sekarang sering menghilang, diluar area.
    Berarti sedikit banyak ingat cerita pak RT ada yang mirip Aliyah bersama laki laki kaya dan acuh nggak mengenali dia walau dipanggil berulang kali.
    Menemui 'Aliyah' mau minta tolong belanja ke pasar kaya yang sudah-sudah, nah dari sikap 'Aliyah' ini baru tahu kenapa 'Aliyah' sikap respon nya aneh; kaku nggak kaya biasanya.
    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien
    Cintaku bukan empedu yang ke dua puluh empat sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    πŸ™

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillahh, matursuwun Bu Tien
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien.
    Salam sehat wal'afiat dan bahagia πŸ€—πŸ₯°

    Narita oh narita ,,,,, jd begitulah hidup 🀭

    ReplyDelete

BULAN HANYA SEPARUH

BULAN HANYA SEPARUH (Tien Kumalasari) Awan tipis menyelimuti langit Lalu semua jadi kelabu Aku tengadah mencari-cari Dimana bulan penyinar a...