CINTAKU BUKAN EMPEDU
15
(Tien Kumalasari)
Seorang wanita berbaring di atas kasur, sambil
matanya melotot ke arah televisi. Ia seperti melihat dirinya, sedang bersanding dengan laki-laki yang pernah dicintainya. Pernah? Wanita itu adalah Narita. Dia
bukan hanya pernah, tapi masih mencintai laki-laki itu. Ia menyesal karena
terkena bujukan Nungki yang sekarang masih bersamanya, tanpa ikatan. Ia pergi
bersamanya, dengan membawa banyak uang dan perhiasan, dan Nungki membujuknya
akan memberinya jauh lebih banyak. Ketika Narita menolak, Nungki mengancam akan
membuka rahasia Narita, yang waktu itu terperosok ke dalam dunia hitam, menjadi
gadis panggilan. Ia mendekati Alfian dan berhasil menaklukkan hatinya, serta
membuat Alfian jatuh cinta, bahkan mencintainya. Tapi kemudian, muncullah Nungki
yang juga menyukai Narita dan semula menjadi pelanggan tetapnya, Ia masih
menghubungi Narita tanpa sepengetahuan Alfian, dan seminggu sebelum pernikahan,
Nungki meminta agar Narita lari bersamanya, dengan membawa uang dan perhiasan
yang dipersiapkan untuknya saat menikah nanti.
“Kamu tahu, aku sayang sama kamu, aku tidak rela kamu
menjadi istri Alfian. Pergilah bersamaku.”
“Tapi kami sudah hampir menikah Nungki, lagipula kita
masih bisa saling berhubungan bukan?”
“Tidak. Aku tidak mau berbagi. Kamu adalah milik aku.
Aku mengentaskan kamu dari dunia hitam kamu, bukan gratis. Aku mengeluarkan
banyak uang untuk itu.”
“Tapi aku tidak mencintai kamu, Nungki.”
“O, ya? Setelah kamu menemukan laki-laki bangsat itu,
lalu kamu mengatakan bahwa kamu tidak mencintai aku?”
“Nungki, dia bukan bangsat.”
“Bagiku dia bangsat. Karena sudah merebut kamu dari
aku.”
“Bukankah kita masih bisa saling bertemu dan
bersenang-senang?”
“Itu tidak cukup, Narita, sudah aku katakan bahwa aku
tidak mau berbagi. Jadi tinggalkan Alfian, bawa semua harta yang kamu bisa
membawanya. Kita akan berbahagia, Narita.”
Ketika Narita tampak ragu-ragu, maka Nungki
mengancamnya.
“Kalau kamu menolak, akan aku katakan pada Alfian,
siapa kamu sebenarnya. Bahwa kamu penjaja cinta yang keluar masuk hotel, dan
melayani laki-laki berduit yang bisa membayar mahal. Begitu?”
Narita pucat pasi. Kalau Nungki melakukan itu, sudah
pasti dia akan didepak dari kehidupan Alfian. Jadi Narita merasa tidak punya
pilihan.
“Mengapa kamu menangis?” tiba-tiba suara serak
terdengar, muncul dari kamar mandi.
“Alfian jadi menikah. Pernikahan itu tidak batal
dengan kepergian aku,Ternyata ada gadis yang menggantikan aku dipernikahan itu, ”
kata Narita pilu.
“Kamu sedih, ya? Kamu patah hati?” ejek Nungki.
“Bagaimana ada gadis yang sangat mirip dengan aku?
Lihatlah,” kata Narita.
“Aku tidak peduli,” kata Nungki yang kemudian
mematikan televisi itu.
“Nungki, kamu keterlaluan!”
“Aku tidak rela gadisku menangisi laki-laki lain,”
kata Nungki tenang, sambil membaringkan tubuhnya, kemudian menarik Narita ke
sampingnya.
***
Di tempat lain, pak RT dan bu RT sedang mengagumi
meriahnya perhelatan itu. Bu RT senang melihat Aliyah menemukan laki-laki kaya
raya yang tampan pula wajahnya.
“Mereka sangat serasi. Aku tidak mengira, Aliyah
menjadi secantik itu. Dia bisa terkenal di seluruh dunia, karena mertuanya
adalah pebisnis kondang yang menguasai banyak perusahaan di negeri ini,” kata
bu RT dengan wajah berseri-seri.
“Huh, sok tahu,” kesal pak RT.
“Memang iya kan, tadi penyiar televisi itu mengatakan
semuanya,” jawab bu RT.
“Tapi aku melihat, Aliyah seperti tidak berbahagia,”
sambung pak RT.
“Kok bisa, dia tampak anggun dan bersinar, dan
memberikan senyuman kepada setiap orang yang menyalaminya.”
“Tapi dia seperti terpaksa.”
“Mana mungkin, dinikahi orang tampan, ganteng, kaya,
kok bisa terpaksa. Bapak pikir, dia akan lebih memilih lelaki setengah tua,
yang tidak begitu kaya, yang_”
“Haissh! Kamu selalu mengejek aku.”
“Memangnya aku tidak tahu, kalau Bapak suka sama dia?
Ngaca Pak, Aliyah, biarpun miskin, tapi dia cantik kan? Bapak sangat perhatian
sama dia.”
“Kamu suka mengarang. Berbaik hati kepada orang yang
membutuhkan itu, perbuatan yang baik dan mulia,” sergah pak RT tidak terima.
“Haaa, mulia? Kebaikan yang ada pamrihnya itu dicoret
dari daftar orang-orang mulia. Itu omong kosong.”
Mereka bertengkar sampai siaran langsung pernikahan
itu selesai, dan sudah berganti sederet iklan yang tak henti-hentinya. Bu RT
mematikan televisinya dengan wajah cemberut.
“Berarti Aliyah tidak akan pulang kemari lagi,” gumam
pak RT sambil beranjak pergi dari dekat istrinya,
“Tuh, masih memikirkan dia lagi. Kalau dia tidak
pulang kemari, memangnya kenapa? Wajar kalau dia tidak suka pulang, rumah
suaminya pasti seperti istana.”
Pak RT mendengar omelan istrinya, tapi tidak mau
menjawabnya.
***
Sementara itu, perhelatan sudah selesai. Alfian
menggandeng tangan istrinya untuk memasuki mobil, yang akan membawanya pulang
ke rumah.
“Terima kasih telah melakukan sesuatu yang sangat luar
biasa, untuk keluaarga aku, dan untuk aku sendiri,” kata Alfian sambil meremas
tangan istrinya. Aliyah melepaskan tangan itu pelan. Ia merasa sangat luar
biasa, telah melewati saat-saat mendebarkan yang baru saja selesai diadakan.
Sekarang yang ada di benak Aliyah, adalah dia akan segera pulang. Tapi dia tak
mau mengatakannya sekarang, soalnya ada Kirman yang menyetir mobilnya menuju
rumah.
“Kamu cantik sekali, Aliyah,” Alfian berbisik lagi.
Ada debar aneh di dada Aliyah, tapi dia segera
menekannya. Beberapa hari terakhir ini dia selalu diganggu oleh perasaannya. Selalu
berdebar setiap kali di dekat Alfian, dan sekarang Alfian malah berani
menggandengnya, meremas tangannya, yang ia tak berani menolaknya saat di depan
banyak orang. Bagaimanapun Aliyah masih bisa bersikap, agar nama besar keluarga
Candra bisa terjaga.
Begitu memasuki rumah, Aliyah segera memanggil Farah.
“Mbak Farah, tolong melepaskan bajuku ya.”
“Mengapa saya Non? Itu tugas tuan Alfi,” kata Farah
yang kemudian beranjak pergi. Alfi tersenyum dalam hati. Pembantunya yang manis
budi dan wajahnya itu selalu penuh pengertian.
Akhirnya Aliyah memasuki kamar pengantin, diikuti
Alfian dibelakangnya, yang segera mengunci pintunya.
“Tolong bantu aku melepaskan jas ini, Aliyah,” pinta
Alfian.
Aliyah membantu melepaskan jas suaminya. Tapi kemudian
dia kebingungan, karena harus melepaskan bajunya sendiri, hiasan di kepalanya
yang membuatnya sedikit pusing, dan masih banyak pernik-pernik yang harus
segera terlepas dari tubuhnya.
“Ke sini, aku bantu melepaskan hiasan di rambut kamu
itu.”
“Kenapa Farah tidak mau membantu?” gumam Aliyah sambil
beringsut mundur.
“Aliyah, sekarang kamu istriku, apa salahnya aku
membantu melepaskan semuanya? Hiasan di rambutmu itu dulu, kemarilah,” kata
Alfian sambil menarik tangan Aliyah.
Aliyah merasa kepalanya terasa berat. Ia terpaksa
membiarkan Alfian melepaskan semua hiasan yang memenuhi kepalanya.
Tapi ketika Alfian membantu melepaskan bajunya, Aliyah
kembali mundur beberapa langkah ke belakang.
“Mengapa? Kamu tidak bisa melepaskannya sendiri,
Aliyah. Ijinkan aku membantunya. Ruisleting ada dibelakang, diatas ada
kaitannya kecil, susah melepaskannya sendiri. Apa kamu mau tidur dengan pakaian
itu?”
“Tuan, sebenarnya ini tidak pantas,” bisik Aliyah
gemetar.
“Aliyah, apa yang kamu katakan? Aku suami kamu.”
“Bukankah hanya suami istri pura-pura?”
“Tidak. Tadinya, ya. Kamu hanya sebagai pengantin
pengganti, tapi kita benar-benar menikah secara sah. Kamu tidak lupa, bukan?”
“Tuan..”
“Tolong hentikan panggilan itu, kemarilah. Kalau kamu
masih merasa takut disentuh suami kamu, aku akan memejamkan mata dalam membantu
melepaskan pakaian itu.”
“Benar?”
Alfian mengangguk, tapi dia tidak berjanji. Mana
mungkin melakukan sesuatu dengan mata terpejam?
Akhirnya Aliyah menurut, ketika melihat Alfian
memejamkan matanya. Keringat dingin membasahi tubuhnya, ketika ruisleting sudah
terlepas, lalu Aliyah membalikkan tubuhnya, melihat Alfian masih memejamkan
mata, kemudian setengah berlari ia menuju ke arah kamar mandi.
Alfian tersenyum.
“ Seperti anak kecil saja, mana mungkin aku memejamkan
mata ketika melakukannya, dan mana mungkin juga aku tidak memandang punggungnya
walau hanya sekilas,” gumamnya dalam hati, yang tak urung dengan susah payah
dia harus meredam gejolak debar jantungnya.
Alfian melepaskan bajunya, dan mengambil baju ganti
yang ada di dalam almari.
Ia hanya memakai piyama tidur, yang seharusnya ingin
dikenakannya setelah mandi juga. Tapi ia tak tahan oleh rasa gerah dengan
pakaian yang sudah basah oleh keringatnya sendiri. Karenanya ia hanya berganti
pakaian, mandinya belakangan, menunggu Aliyah selesai.
Agak lama Aliyah berada di kamar mandi. Pasti ia juga
harus membasuh wajahnya yang penuh polesan untuk mempercantik wajahnya. Dan
Alfian sabar menunggu, sambil duduk di sofa, lalu ia menyalakan televisi.
Tapi kemudian ia mendengar pintu kamar mandi
digedor-gedor.
“Tolong, tolonglah…”
Alfian bangkit menuju kamar mandi, tapi pintu itu
terkunci dari dalam.
“Aliyah, ada apa?” teriak Alfian.
“Tolong, aku tidak membawa baju ganti,” teriaknya pula
dari dalam.
Alfian menutup mulutnya, agar suara tawa tidak
terdengar.
“Baik, aku ambilkan,” katanya sambil bergegas menuju almari.
Secara acak dia mengambil baju tidur, hanya baju, karena dia tidak tahu harus
membawa apa lagi.
“Aliyah, ini, biarkan aku masuk.”
“Tidaaak,” teriak Aliyah.
“Bagaimana memberikan baju ini?”
“Lewat pintu ini, masukkan bajunya, “ katanya sambil
membuka pintunya sedikit.”
“Tidak cukup dong, terlalu sempit.”
Aliyah membukanya agak lebar, Alfian memasukkan baju
itu dengan susah payah.
Alfian kembali duduk di sofa, setelah beberapa saat
geleng-geleng kepala di depan pintu kamar mandi.
Sementara itu Aliyah yang kemudian mengenakan baju
yang diambilkan Alfian, sangat terkejut. Baju itu memang lingerie, yang
perbentuk seksi, dari bahan yang tipis.
“Apa? Mengapa dia mengambilkan baju seperti ini?”
pekiknya. Ia berputar-putar di depan cermin yang ada di kamar mandi itu, dan
melihat dirinya seperti boneka, memakai pakaian minim dan seksi.
“Bagaimana aku harus keluar, kalau dia masih ada di
sana. Betapa malunya memakai pakaian seperti ini,” gumamnya lirih.
Lalu Aliyah menuju ke arah pintu, dan berteriak.
“Tuaaan,”
Alfian kembali terkejut, dan setengah berlari menuju
pintu kamar mandi.
“Aku tidak mau baju ini,” teriaknya.
“Yang apa mau kamu? Aku tidak bisa memilih. Aku asal
mengambil salah satu.”
“Tuan pergilah, aku mau keluar dan mengganti baju yang
lain.”
“Aku tidak bisa keluar, aku akan tutup mata saja.”
Aliyah diam. Ia percaya, seperti tadi Alfian juga
menutup matanya.
“Tutup sekarang, tuan.”
“Ya, aku di sofa, menutup mata,” kata Alfian yang
kemudian benar-benar menutup matanya rapat-rapat, bahkan duduk menghadap yang
berlawanan dari pintu kamar mandi.
Aliyah melangkah keluar perlahan, dan merasa lega
ketika melihat Alfian memunggungi arah kamar mandi.
“Kalau kamu sudah keluar, aku mau mandi,” kata Alfian
yang lama-lama agak kesal menghadapi gadis lugu yang sekarang menjadi istrinya.
“Ya, aku sudah di kamar ganti,” kata Aliyah sambil
membuka almari dan memilih baju yang tidak seksi seperti yang dikenakannya.
Ia mengeluh kesal, semuanya sama. Ada yang agak
tertutup, tapi tetap saja bahannya tipis, dan ketika dikenakan hanya setinggi
paha.
“Bagaimana ini? Masa aku harus mengenakan pakaian
seperti ini?”
Aliyah mengeringkan rambutnya dengan handuk, lalu
membalut tubuhnya dengan handuk sampai agak jauh di bawah lutut.
“Lebih baik aku ke kamarku sendiri saja, tapi saat
keluar bagaimana? Masih banyak orang di luar, mungkin bersih-bersih atau apa.
Ada juga beberapa tamu menginap di rumah ini,” keluh Aliyah.
Ketika Alfian keluar, Aliyah menjerit melihat Alfian keluar
hanya mengenakan handuk yang membalut tubuhnya dari pinggang sampai paha.
“Ssst, kenapa menjerit? Nanti dikira kamu aku
apa-apain, padahal belum,” canda Alfian yang membuat Aliyah gemetar.
“Tolong, biarkan saya tidur di kamar yang kemarin,”
pinta Aliyah memelas.
“Tidak bisa Aliyah. Kamar itu ditempati tamu. Ada
beberapa keluarga menginap di sini. Lagi pula malu dong kalau kamu keluar lalu
berpindah kamar. Jadi, ini adalah satu-satunya kamar untuk kita.”
Aliyah tampak ingin menangis. Banyak hal yang
mengejutkan malam itu, lebih dari waktu-waktu sebelumnya.
Ia memalingkan muka, membiarkan Alfian memasuki kamar
ganti. Ingin Aliyah lari keluar, tapi pakaiannya sangat memalukan. Tak ada baju
lain di kamar pengantin ini. Semuanya lingerie yang ditata apik. Barangkali
entah akal siapa, memang sengaja tak ada baju yang lain kecuali lingerie.
Alfian sudah keluar dari kamar ganti, memakai kimono
berwarna hijau muda. Sekilas Aliyah menatap sang suami, dan tak pelak lagi
batinnya berkata, alangkah gantengnya dia.
Wajah Aliyah berubah merah oleh perasaannya sendiri.
Tapi ia memalingkan muka ketika Alfian menatapnya.
“Tidurlah, kamu pasti lelah.”
Aliyah menatap ke arah tempat tidur, yang bertabur
bunga. Hanya ada satu tempat tidur. Kembali jantungnya berdebar kencang.
“Saya .. tidak mau … tidur di situ,” bisiknya
gemetaran.
“Aliyah, kamu jangan takut, Tidurlah disitu, aku akan
tidur di sofa ini.”
“Apa? Biar saya saja yang tidur di sini,” kata Aliyah
sungkan.
“Kalau kamu tetap tidak mau, biar aku menggendong kamu
dan menidurkannya di sana.”
“Apa?” Teriak Aliyah yang kemudian berlari ke arah
tempat tidur, dan tanpa sadar handuk yang melilitnya terburai ke lantai.
“Auuwww!” Aliyah menjerit lagi, tapi dengan segera ia
melompat ke atas ranjang dan menyelimuti tubuhnya dari ujung kaki sampai ke
leher.
***
Besok lagi ya.
Alfian sudah keluar dari kamar ganti, memakai kimono berwarna hijau muda. Sekilas Aliyah menatap sang suami, dan tak pelak lagi batinnya berkata, alangkah gantengnya dia.
ReplyDeleteWajah Aliyah berubah merah oleh perasaannya sendiri. Tapi ia memalingkan muka ketika Alfian menatapnya.
“Tidurlah, kamu pasti lelah.”
Waaah....Kakek langsung gaaass poooll
DeleteHihihi rem nya jngn blong
DeleteAlhamdulillah dah tayang, makasih binda Tien.
ReplyDeleteMtrnwn
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien...
ReplyDeleteππ
Alhamdulillah.
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien π·π·π·π·π·
Alhamdulillah cebeE_15 sdh hadir lho, ayo baca.
ReplyDeleteBukan bu Tien namanya jika tidak membuat pinisirin, gara2 isinya almari hanya lingerie tdk ada baju lainnya.
Bisaan euy bu Tien.....
Alhamdulillah CINTAKU BUKAN EMPEDU~15 sudah hadir, terimakasih semoga tetap sehat bu Tien..π
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh tayang ..sehat2 kagem bunda Tien n kel ...salam. seroja
ReplyDelete_Alhamdulillah CINTAKU BUKAN EMPEDU~15 sudah hadir, terimakasih semoga tetap sehat bu Tien..
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulilaah...
ReplyDeleteTks bunda Tien..
Buka puasa sambil ditemani Aliyah..
Semoga sehat selalu ya bun..
πΉπΉπΉπ₯°π₯°π
Alhamdullilah CBE 15 sdh hadir..terima ksih bunda Tien..slmt berbuka puasa..slm seroja dan aduhai unk bundaπππΉ❤️
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku CBE sudah tayang.
ReplyDeletealhamdulillah.. maturnuwun
ReplyDeleteMatur suwun bunda Tien, Aliyah sdh hadir
ReplyDeleteTerimakasih Bunda
ReplyDelete〰️πππ¦ππ〰️
ReplyDeleteAlhamdulillah CBE 15
sudah hadir.
Matur nuwun Bu Tien.
Sehat selalu & tetap
smangats. Salam Aduhai
〰️πππ¦ππ〰️
Ya.. agak hot hot dikit tidak mengapa. Sudah suami istri masih belum tahu kewajiban, masih hijau nih.
ReplyDeleteNarita apa akan kembali untuk merebut Alfian, bisa -bisa malah dihajar habis-habisan.
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien
Semoga Bu Tien sehat selalu
Alhamdulillah CBE-15 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu.
Aamiin
Terima kasih Bunda Tien...CBE sudah hadir ...selamat Malam salam sehat selalu..
ReplyDeleteMakin seru aja..CBE nya
Slmt malam semua... salam sehat
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun, sehat dan bahagia selalu bunda Tien . .
ReplyDeleteAlhamdulillah, matursuwun Bu Tien
ReplyDeleteTerimakasih CBE 15 nya... Salam sehat dan bahagia
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien...ππ
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteTrm ksh bu Tien. Salam Seroja
ReplyDeleteMakasih mba Tien
ReplyDeleteNaah...ibu Tien mulai menyesuaikan ide, alur dan gaya bertutur anak muda jaman now nih...asyiikk...terima kasih, ibu...sehat selalu.ππ
ReplyDeleteLuar biasa...
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Tien...
Alhamdulillah... CBE 15 yang ditunggu² sudah datang.... Maturnuwun Bu TienππΌ
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien, salam sehat, sukses selalu, dan tetap semangat menghibur kita penggemarnya.
ReplyDeleteπ❤️❤️❤️
Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien
ReplyDeleteSehat wal'afiat n bahagia selalu
Ayo Aliyah.... mau kemana π€£π€