Friday, April 7, 2023

CINTAKU BUKAN EMPEDU 15

 

CINTAKU BUKAN EMPEDU  15

(Tien Kumalasari)

 

Seorang wanita berbaring di atas kasur, sambil matanya melotot ke arah televisi. Ia seperti melihat dirinya, sedang bersanding dengan laki-laki yang pernah dicintainya. Pernah? Wanita itu adalah Narita. Dia bukan hanya pernah, tapi masih mencintai laki-laki itu. Ia menyesal karena terkena bujukan Nungki yang sekarang masih bersamanya, tanpa ikatan. Ia pergi bersamanya, dengan membawa banyak uang dan perhiasan, dan Nungki membujuknya akan memberinya jauh lebih banyak. Ketika Narita menolak, Nungki mengancam akan membuka rahasia Narita, yang waktu itu terperosok ke dalam dunia hitam, menjadi gadis panggilan. Ia mendekati Alfian dan berhasil menaklukkan hatinya, serta membuat Alfian jatuh cinta, bahkan mencintainya. Tapi kemudian, muncullah Nungki yang juga menyukai Narita dan semula menjadi pelanggan tetapnya, Ia masih menghubungi Narita tanpa sepengetahuan Alfian, dan seminggu sebelum pernikahan, Nungki meminta agar Narita lari bersamanya, dengan membawa uang dan perhiasan yang dipersiapkan untuknya saat menikah nanti.

“Kamu tahu, aku sayang sama kamu, aku tidak rela kamu menjadi istri Alfian. Pergilah bersamaku.”

“Tapi kami sudah hampir menikah Nungki, lagipula kita masih bisa saling berhubungan bukan?”

“Tidak. Aku tidak mau berbagi. Kamu adalah milik aku. Aku mengentaskan kamu dari dunia hitam kamu, bukan gratis. Aku mengeluarkan banyak uang untuk itu.”

“Tapi aku tidak mencintai kamu, Nungki.”

“O, ya? Setelah kamu menemukan laki-laki bangsat itu, lalu kamu mengatakan bahwa kamu tidak mencintai aku?”

“Nungki, dia bukan bangsat.”

“Bagiku dia bangsat. Karena sudah merebut kamu dari aku.”

“Bukankah kita masih bisa saling bertemu dan bersenang-senang?”

“Itu tidak cukup, Narita, sudah aku katakan bahwa aku tidak mau berbagi. Jadi tinggalkan Alfian, bawa semua harta yang kamu bisa membawanya. Kita akan berbahagia, Narita.”

Ketika Narita tampak ragu-ragu, maka Nungki mengancamnya.

“Kalau kamu menolak, akan aku katakan pada Alfian, siapa kamu sebenarnya. Bahwa kamu penjaja cinta yang keluar masuk hotel, dan melayani laki-laki berduit yang bisa membayar mahal. Begitu?”

Narita pucat pasi. Kalau Nungki melakukan itu, sudah pasti dia akan didepak dari kehidupan Alfian. Jadi Narita merasa tidak punya pilihan.

“Mengapa kamu menangis?” tiba-tiba suara serak terdengar, muncul dari kamar mandi.

“Alfian jadi menikah. Pernikahan itu tidak batal dengan kepergian aku,Ternyata ada gadis yang menggantikan aku dipernikahan itu, ” kata Narita pilu.

“Kamu sedih, ya? Kamu patah hati?” ejek Nungki.

“Bagaimana ada gadis yang sangat mirip dengan aku? Lihatlah,” kata Narita.

“Aku tidak peduli,” kata Nungki yang kemudian mematikan televisi itu.

“Nungki, kamu keterlaluan!”

“Aku tidak rela gadisku menangisi laki-laki lain,” kata Nungki tenang, sambil membaringkan tubuhnya, kemudian menarik Narita ke sampingnya.

***

Di tempat lain, pak RT dan bu RT sedang mengagumi meriahnya perhelatan itu. Bu RT senang melihat Aliyah menemukan laki-laki kaya raya yang tampan pula wajahnya.

“Mereka sangat serasi. Aku tidak mengira, Aliyah menjadi secantik itu. Dia bisa terkenal di seluruh dunia, karena mertuanya adalah pebisnis kondang yang menguasai banyak perusahaan di negeri ini,” kata bu RT dengan wajah berseri-seri.

“Huh, sok tahu,” kesal pak RT.

“Memang iya kan, tadi penyiar televisi itu mengatakan semuanya,” jawab bu RT.

“Tapi aku melihat, Aliyah seperti tidak berbahagia,” sambung pak RT.

“Kok bisa, dia tampak anggun dan bersinar, dan memberikan senyuman kepada setiap orang yang menyalaminya.”

“Tapi dia seperti terpaksa.”

“Mana mungkin, dinikahi orang tampan, ganteng, kaya, kok bisa terpaksa. Bapak pikir, dia akan lebih memilih lelaki setengah tua, yang tidak begitu kaya, yang_”

“Haissh! Kamu selalu mengejek aku.”

“Memangnya aku tidak tahu, kalau Bapak suka sama dia? Ngaca Pak, Aliyah, biarpun miskin, tapi dia cantik kan? Bapak sangat perhatian sama dia.”

“Kamu suka mengarang. Berbaik hati kepada orang yang membutuhkan itu, perbuatan yang baik dan mulia,” sergah pak RT tidak terima.

“Haaa, mulia? Kebaikan yang ada pamrihnya itu dicoret dari daftar orang-orang mulia. Itu omong kosong.”

Mereka bertengkar sampai siaran langsung pernikahan itu selesai, dan sudah berganti sederet iklan yang tak henti-hentinya. Bu RT mematikan televisinya dengan wajah cemberut.

“Berarti Aliyah tidak akan pulang kemari lagi,” gumam pak RT sambil beranjak pergi dari dekat istrinya,

“Tuh, masih memikirkan dia lagi. Kalau dia tidak pulang kemari, memangnya kenapa? Wajar kalau dia tidak suka pulang, rumah suaminya pasti seperti istana.”

Pak RT mendengar omelan istrinya, tapi tidak mau menjawabnya.

***

Sementara itu, perhelatan sudah selesai. Alfian menggandeng tangan istrinya untuk memasuki mobil, yang akan membawanya pulang ke rumah.

“Terima kasih telah melakukan sesuatu yang sangat luar biasa, untuk keluaarga aku, dan untuk aku sendiri,” kata Alfian sambil meremas tangan istrinya. Aliyah melepaskan tangan itu pelan. Ia merasa sangat luar biasa, telah melewati saat-saat mendebarkan yang baru saja selesai diadakan. Sekarang yang ada di benak Aliyah, adalah dia akan segera pulang. Tapi dia tak mau mengatakannya sekarang, soalnya ada Kirman yang menyetir mobilnya menuju rumah.

“Kamu cantik sekali, Aliyah,” Alfian berbisik lagi.

Ada debar aneh di dada Aliyah, tapi dia segera menekannya. Beberapa hari terakhir ini dia selalu diganggu oleh perasaannya. Selalu berdebar setiap kali di dekat Alfian, dan sekarang Alfian malah berani menggandengnya, meremas tangannya, yang ia tak berani menolaknya saat di depan banyak orang. Bagaimanapun Aliyah masih bisa bersikap, agar nama besar keluarga Candra bisa terjaga.

Begitu memasuki rumah, Aliyah segera memanggil Farah.

“Mbak Farah, tolong melepaskan bajuku ya.”

“Mengapa saya Non? Itu tugas tuan Alfi,” kata Farah yang kemudian beranjak pergi. Alfi tersenyum dalam hati. Pembantunya yang manis budi dan wajahnya itu selalu penuh pengertian.

Akhirnya Aliyah memasuki kamar pengantin, diikuti Alfian dibelakangnya, yang segera mengunci pintunya.

“Tolong bantu aku melepaskan jas ini, Aliyah,” pinta Alfian.

Aliyah membantu melepaskan jas suaminya. Tapi kemudian dia kebingungan, karena harus melepaskan bajunya sendiri, hiasan di kepalanya yang membuatnya sedikit pusing, dan masih banyak pernik-pernik yang harus segera terlepas dari tubuhnya.

“Ke sini, aku bantu melepaskan hiasan di rambut kamu itu.”

“Kenapa Farah tidak mau membantu?” gumam Aliyah sambil beringsut mundur.

“Aliyah, sekarang kamu istriku, apa salahnya aku membantu melepaskan semuanya? Hiasan di rambutmu itu dulu, kemarilah,” kata Alfian sambil menarik tangan Aliyah.

Aliyah merasa kepalanya terasa berat. Ia terpaksa membiarkan Alfian melepaskan semua hiasan yang memenuhi kepalanya.

Tapi ketika Alfian membantu melepaskan bajunya, Aliyah kembali mundur beberapa langkah ke belakang.

“Mengapa? Kamu tidak bisa melepaskannya sendiri, Aliyah. Ijinkan aku membantunya. Ruisleting ada dibelakang, diatas ada kaitannya kecil, susah melepaskannya sendiri. Apa kamu mau tidur dengan pakaian itu?”

“Tuan, sebenarnya ini tidak pantas,” bisik Aliyah gemetar.

“Aliyah, apa yang kamu katakan? Aku suami kamu.”

“Bukankah hanya suami istri pura-pura?”

“Tidak. Tadinya, ya. Kamu hanya sebagai pengantin pengganti, tapi kita benar-benar menikah secara sah. Kamu tidak lupa, bukan?”

“Tuan..”

“Tolong hentikan panggilan itu, kemarilah. Kalau kamu masih merasa takut disentuh suami kamu, aku akan memejamkan mata dalam membantu melepaskan pakaian itu.”

“Benar?”

Alfian mengangguk, tapi dia tidak berjanji. Mana mungkin melakukan sesuatu dengan mata terpejam?

Akhirnya Aliyah menurut, ketika melihat Alfian memejamkan matanya. Keringat dingin membasahi tubuhnya, ketika ruisleting sudah terlepas, lalu Aliyah membalikkan tubuhnya, melihat Alfian masih memejamkan mata, kemudian setengah berlari ia menuju ke arah kamar mandi.

Alfian tersenyum.

“ Seperti anak kecil saja, mana mungkin aku memejamkan mata ketika melakukannya, dan mana mungkin juga aku tidak memandang punggungnya walau hanya sekilas,” gumamnya dalam hati, yang tak urung dengan susah payah dia harus meredam gejolak debar jantungnya.

Alfian melepaskan bajunya, dan mengambil baju ganti yang ada di dalam almari.

Ia hanya memakai piyama tidur, yang seharusnya ingin dikenakannya setelah mandi juga. Tapi ia tak tahan oleh rasa gerah dengan pakaian yang sudah basah oleh keringatnya sendiri. Karenanya ia hanya berganti pakaian, mandinya belakangan, menunggu Aliyah selesai.

Agak lama Aliyah berada di kamar mandi. Pasti ia juga harus membasuh wajahnya yang penuh polesan untuk mempercantik wajahnya. Dan Alfian sabar menunggu, sambil duduk di sofa, lalu ia menyalakan televisi.

Tapi kemudian ia mendengar pintu kamar mandi digedor-gedor.

“Tolong, tolonglah…”

Alfian bangkit menuju kamar mandi, tapi pintu itu terkunci dari dalam.

“Aliyah, ada apa?” teriak Alfian.

“Tolong, aku tidak membawa baju ganti,” teriaknya pula dari dalam.

Alfian menutup mulutnya, agar suara tawa tidak terdengar.

“Baik, aku ambilkan,” katanya sambil bergegas menuju almari. Secara acak dia mengambil baju tidur, hanya baju, karena dia tidak tahu harus membawa apa lagi.

“Aliyah, ini, biarkan aku masuk.”

“Tidaaak,” teriak Aliyah.

“Bagaimana memberikan baju ini?”

“Lewat pintu ini, masukkan bajunya, “ katanya sambil membuka pintunya sedikit.”

“Tidak cukup dong, terlalu sempit.”

Aliyah membukanya agak lebar, Alfian memasukkan baju itu dengan susah payah.

Alfian kembali duduk di sofa, setelah beberapa saat geleng-geleng kepala di depan pintu kamar mandi.

Sementara itu Aliyah yang kemudian mengenakan baju yang diambilkan Alfian, sangat terkejut. Baju itu memang lingerie, yang perbentuk seksi, dari bahan yang tipis.

“Apa? Mengapa dia mengambilkan baju seperti ini?” pekiknya. Ia berputar-putar di depan cermin yang ada di kamar mandi itu, dan melihat dirinya seperti boneka, memakai pakaian minim dan seksi.

“Bagaimana aku harus keluar, kalau dia masih ada di sana. Betapa malunya memakai pakaian seperti ini,” gumamnya lirih.

Lalu Aliyah menuju ke arah pintu, dan berteriak.

“Tuaaan,”

Alfian kembali terkejut, dan setengah berlari menuju pintu kamar mandi.

“Aku tidak mau baju ini,” teriaknya.

“Yang apa mau kamu? Aku tidak bisa memilih. Aku asal mengambil salah satu.”

“Tuan pergilah, aku mau keluar dan mengganti baju yang lain.”

“Aku tidak bisa keluar, aku akan tutup mata saja.”

Aliyah diam. Ia percaya, seperti tadi Alfian juga menutup matanya.

“Tutup sekarang, tuan.”

“Ya, aku di sofa, menutup mata,” kata Alfian yang kemudian benar-benar menutup matanya rapat-rapat, bahkan duduk menghadap yang berlawanan dari pintu kamar mandi.

Aliyah melangkah keluar perlahan, dan merasa lega ketika melihat Alfian memunggungi arah kamar mandi.

“Kalau kamu sudah keluar, aku mau mandi,” kata Alfian yang lama-lama agak kesal menghadapi gadis lugu yang sekarang menjadi istrinya.

“Ya, aku sudah di kamar ganti,” kata Aliyah sambil membuka almari dan memilih baju yang tidak seksi seperti yang dikenakannya.

Ia mengeluh kesal, semuanya sama. Ada yang agak tertutup, tapi tetap saja bahannya tipis, dan ketika dikenakan hanya setinggi paha.

“Bagaimana ini? Masa aku harus mengenakan pakaian seperti ini?”

Aliyah mengeringkan rambutnya dengan handuk, lalu membalut tubuhnya dengan handuk sampai agak jauh di bawah lutut.

“Lebih baik aku ke kamarku sendiri saja, tapi saat keluar bagaimana? Masih banyak orang di luar, mungkin bersih-bersih atau apa. Ada juga beberapa tamu menginap di rumah ini,” keluh Aliyah.

Ketika Alfian keluar, Aliyah menjerit melihat Alfian keluar hanya mengenakan handuk yang membalut tubuhnya dari pinggang sampai paha.

“Ssst, kenapa menjerit? Nanti dikira kamu aku apa-apain, padahal belum,” canda Alfian yang membuat Aliyah gemetar.

“Tolong, biarkan saya tidur di kamar yang kemarin,” pinta Aliyah memelas.

“Tidak bisa Aliyah. Kamar itu ditempati tamu. Ada beberapa keluarga menginap di sini. Lagi pula malu dong kalau kamu keluar lalu berpindah kamar. Jadi, ini adalah satu-satunya kamar untuk kita.”

Aliyah tampak ingin menangis. Banyak hal yang mengejutkan malam itu, lebih dari waktu-waktu sebelumnya.

Ia memalingkan muka, membiarkan Alfian memasuki kamar ganti. Ingin Aliyah lari keluar, tapi pakaiannya sangat memalukan. Tak ada baju lain di kamar pengantin ini. Semuanya lingerie yang ditata apik. Barangkali entah akal siapa, memang sengaja tak ada baju yang lain kecuali lingerie.

Alfian sudah keluar dari kamar ganti, memakai kimono berwarna hijau muda. Sekilas Aliyah menatap sang suami, dan tak pelak lagi batinnya berkata, alangkah gantengnya dia.

Wajah Aliyah berubah merah oleh perasaannya sendiri. Tapi ia memalingkan muka ketika Alfian menatapnya.

“Tidurlah, kamu pasti lelah.”

Aliyah menatap ke arah tempat tidur, yang bertabur bunga. Hanya ada satu tempat tidur. Kembali jantungnya berdebar kencang.

“Saya .. tidak mau … tidur di situ,” bisiknya gemetaran.

“Aliyah, kamu jangan takut, Tidurlah disitu, aku akan tidur di sofa ini.”

“Apa? Biar saya saja yang tidur di sini,” kata Aliyah sungkan.

“Kalau kamu tetap tidak mau, biar aku menggendong kamu dan menidurkannya di sana.”

“Apa?” Teriak Aliyah yang kemudian berlari ke arah tempat tidur, dan tanpa sadar handuk yang melilitnya terburai ke lantai.

“Auuwww!” Aliyah menjerit lagi, tapi dengan segera ia melompat ke atas ranjang dan menyelimuti tubuhnya dari ujung kaki sampai ke leher.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

36 comments:

  1. Alfian sudah keluar dari kamar ganti, memakai kimono berwarna hijau muda. Sekilas Aliyah menatap sang suami, dan tak pelak lagi batinnya berkata, alangkah gantengnya dia.

    Wajah Aliyah berubah merah oleh perasaannya sendiri. Tapi ia memalingkan muka ketika Alfian menatapnya.

    “Tidurlah, kamu pasti lelah.”

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah dah tayang, makasih binda Tien.

    ReplyDelete
  3. Maturnuwun Bu Tien...
    πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah.
    Syukron nggih Mbak Tien 🌷🌷🌷🌷🌷

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah cebeE_15 sdh hadir lho, ayo baca.
    Bukan bu Tien namanya jika tidak membuat pinisirin, gara2 isinya almari hanya lingerie tdk ada baju lainnya.
    Bisaan euy bu Tien.....

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah CINTAKU BUKAN EMPEDU~15 sudah hadir, terimakasih semoga tetap sehat bu Tien..πŸ™

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah sdh tayang ..sehat2 kagem bunda Tien n kel ...salam. seroja

    ReplyDelete
  8. _Alhamdulillah CINTAKU BUKAN EMPEDU~15 sudah hadir, terimakasih semoga tetap sehat bu Tien..

    ReplyDelete
  9. Alhamdulilaah...
    Tks bunda Tien..
    Buka puasa sambil ditemani Aliyah..
    Semoga sehat selalu ya bun..
    🌹🌹🌹πŸ₯°πŸ₯°πŸ™

    ReplyDelete
  10. Alhamdullilah CBE 15 sdh hadir..terima ksih bunda Tien..slmt berbuka puasa..slm seroja dan aduhai unk bundaπŸ™πŸ˜˜πŸŒΉ❤️

    ReplyDelete
  11. Matur nuwun mbak Tien-ku CBE sudah tayang.

    ReplyDelete
  12. Matur suwun bunda Tien, Aliyah sdh hadir

    ReplyDelete
  13. 〰️πŸƒπŸπŸ¦‹πŸπŸƒ〰️
    Alhamdulillah CBE 15
    sudah hadir.
    Matur nuwun Bu Tien.
    Sehat selalu & tetap
    smangats. Salam Aduhai
    〰️πŸƒπŸπŸ¦‹πŸπŸƒ〰️

    ReplyDelete
  14. Ya.. agak hot hot dikit tidak mengapa. Sudah suami istri masih belum tahu kewajiban, masih hijau nih.
    Narita apa akan kembali untuk merebut Alfian, bisa -bisa malah dihajar habis-habisan.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah
    Terima kasih Bu Tien
    Semoga Bu Tien sehat selalu

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah CBE-15 sdh hadir
    Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  17. Terima kasih Bunda Tien...CBE sudah hadir ...selamat Malam salam sehat selalu..
    Makin seru aja..CBE nya

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah, matur nuwun, sehat dan bahagia selalu bunda Tien . .

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien

    ReplyDelete
  20. Terimakasih CBE 15 nya... Salam sehat dan bahagia

    ReplyDelete
  21. Matur nuwun bunda Tien...πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  22. Naah...ibu Tien mulai menyesuaikan ide, alur dan gaya bertutur anak muda jaman now nih...asyiikk...terima kasih, ibu...sehat selalu.πŸ™πŸ˜€

    ReplyDelete
  23. Luar biasa...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah... CBE 15 yang ditunggu² sudah datang.... Maturnuwun Bu TienπŸ™πŸΌ

    ReplyDelete
  25. Maturnuwun bu Tien, salam sehat, sukses selalu, dan tetap semangat menghibur kita penggemarnya.
    πŸ™❤️❤️❤️

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien
    Sehat wal'afiat n bahagia selalu
    Ayo Aliyah.... mau kemana 🀣🀭

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 01

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...