Thursday, April 6, 2023

CINTAKU BUKAN EMPEDU 14

 

CINTAKU BUKAN EMPEDU  14

(Tien Kumalasari)

 

Aliyah mencoba menegakkan tubuhnya, berusaha melepaskan pegangan Alfian.

“Hati-hati,” kata Alfian lagi.

“Bagaimana Non, sakit ya?”

“Kaki saya masih sakit, jadi ….”

“Sebaiknya istirahat saja dulu, Bu Lusia, besok masih ada waktu. Saya akan memanggil dokter agar mengobati kaki Aliyah.”

“Baiklah. Tapi Non sangat cerdas, dia bisa menguasai semua yang saya ajarkan. Hanya terkendala kakinya yang terluka.”

“Baiklah, terima kasih. Ada waktu lagi besok sehari, semoga semuanya menjadi baik.”

Bu Lusia pamit pulang, sementara Aliyah diminta Alfian agar duduk di sofa. Alfian segera menelpon dokter, agar datang saat itu juga.

“Mengapa memanggil dokter? Nanti juga pasti sembuh. Mbak Farah sudah mengobatinya,” protes Aliyah.

“Dokter akan memberikan obat luka dan untuk mengurangi rasa sakitnya. Saat pernikahan nanti, aku harap kamu sudah bisa berjalan dengan baik,” kata Alfian yang segera duduk di depan Aliyah.

“Kamu lelah?”

“Sedikit, tapi tidak apa-apa. Tapi Tuan, apakah uang bu RT sudah diberikan?”

“Sudah, kamu tidak usah khawatir. Dan jangan memanggil aku ‘tuan’.”

“Bukankah semua orang memanggil ‘tuan’?”

“Tidak untuk kamu. Kamu boleh memanggil Alfi saja."

“Apa? Masa memanggil nama Tuan begitu saja.”

“Kok tuan lagi sih. Panggil aku Alfi, atau mas Alfi. Lebih manis kan?”

“Rasanya kok tidak enak.”

“Lama-lama kamu akan terbiasa. Dan itu memang seharusnya. Masa memanggil suaminya ‘tuan’, aneh kan?”

“Suami hanya pura-pura, setelah menikah saya akan pulang. Saya sudah bilang itu sejak tadi, kan?”

“Nanti kita akan memikirkannya lagi. Yang jelas, saat ini kamu harus menurut apa kataku.”

“Tuan, makan malam sudah siap,” kata Farah dari arah ruang makan.”

“Nah, saatnya makan malam. Setelah makan, kamu boleh tidur. Kamu butuh istirahat. Eh, tidak, kita harus menunggu dokter Ardi terlebih dulu, dia akan datang setengah jam lagi. Ayo sekarang kita makan,” Alfian ingin menarik tangan Aliyah, tapi Aliyah sudah berdiri sendiri.

Luka di telapak kakinya terasa nyeri, sehingga dia berjalan terpincang-pincang.

Alfian ingin menuntunnya, tapi lagi-lagi Aliyah menolaknya. Alfian mengalah, ia terpaksa hanya berjalan di sampingnya saja.

Diruang makan, Farah sudah menunggu. Ia menyiapkan kursi untuk tuan gantengnya, dan juga untuk nona Aliyah.

“Silakan Non. Lakukan seperti pagi dan siang tadi, ya.”

“Akan saya coba.”

Farah senang. Aliyah cepat mengerti, seperti apa yang dikatakan bu Lusia kepada Alfian.

Mereka makan tanpa berkata-kata, karena Aliyah sudah mengerti apa yang harus dilakukan saat makan bersama calon ‘suami’nya.

Tepat setelah selesai makan, dokter yang dipanggil Alfian sudah datang. Alfian segera mengajak Aliyah menemui sang dokter, agar kakinya diperiksa serta diberi obat.

“Oh, lukanya cukup dalam, tapi untunglah sudah diobati. Pasti sakit kalau dibuat berjalan,” kata dokter Ardi.

“Berilah obat supaya segera pulih, dan juga penghilang rasa sakit, dok.” Kata Alfian.

“Baiklah, akan aku buatkan resepnya. Semoga besok sudah berkurang rasa sakitnya.”

Alfian memanggil Kirman, setelah dokternya pergi.

“Man, antarkan kami keluar.”

“Baik, saya siapkan mobilnya," jawab Kirman 

"Aliyah, jangan tidur dulu ya, kita akan pergi sebentar.”

“Kemana, malam-malam begini?”

“Aku lupa belum membelikan cincin untuk kamu.”

“Apa? Cincin? Saya tidak mau. Saya tidak minta apa-apa, sudah saya katakan sejak awal kan?” protes Aliyah.

“Aliyah, kamu tidak boleh membantah. Ganti baju kamu.”

“Apa? Bukankah ini baju bagus?”

“Itu baju rumahan. Ganti sana. Biar Farah membantu kamu,” kata Alfian sambil beranjak kekamarnya, setelah memanggil Farah agar menunjukkan baju yang pantas untuk bepergian.

Aliyah memasuki kamarnya, yang sejak siang sudah ditempatinya. Kamar yang bagus, dengan perabot yang sangat indah. Ia membuka almari, dan matanya terbelalak ketika almari itu sudah penuh dengan pakaian. Entah yang mana yang harus dipakainya, Aliyah menjadi bingung.

“Non mau memakai baju yang mana?”

“Sebenarnya yang aku pakai ini sudah sangat bagus kan? Mengapa mas Alfi meminta agar aku menggantinya?”

“Non, ini baju rumahan.”

“Sebagus ini? Aku kira aku memakainya, karena disuruh oleh bu Lusia.

“Bukan disuruh bu Lusia, tapi memang itu baju yang tidak pantas dipakai bepergian. Nah, ini saja Non. Warna biru muda, dengan ikat pinggang warna hitam, dan kembang-kembang kecil di bawahnya. Lihat, indah kan?”

“Ya Tuhan, apakah ini tidak berlebihan? Ini pasti sangat mahal.”

“Non, kalau tuan Alfi sudah memilih, tidak ada yang terlalu mahal. Dia memesan banyak baju, dengan warna pilihannya. Lihat, semuanya bagus kan. Yang ini, untuk kalau Non bepergian, yang ini untuk di rumah, dan untuk tidur.”

Aliyah geleng-geleng kepala. Semua pakaian ada yang pantas dipakai kapan, dan saat sedang apa. Ia diam saja ketika Farah membantu mengenakannya.

Farah juga memoleskan bedak tipis di wajah Aliyah, mendandaninya dengan polesan yang tidak menyolok, karena Aliyah sudah sangat cantik, dengan kulit bersih sempurna.

Agak risih sebenarnya bagi Aliyah, karena harus didandanin seperti anak kecil. Tapi dia tidak lagi banyak protes. Alfian selalu menekankan setiap kata-katanya, bahwa dia tidak boleh banyak protes. Dan selama dua hari itu, Aliyah sudah mulai terbiasa dengan perintah—perintah Alfian, dari yang harus makan, harus tidur, dan sekarang harus ikut bepergian.

Alfian terpana ketika melihat Aliyah keluar dari kamarnya. Tangannya sudah gatal ingin menggandengnya, tapi Alfian harus bersabar. Besok lusa dia sudah akan boleh melakukan apa saja, karena Aliyah sudah menjadi istrinya.

Ketika mengajak Aliyah keluar, Aliyah segera tahu jalan keluar dari rumah itu. Tapi untuk apa, sekarang dirinya bukan lagi pesakitan yang harus melarikan diri, tapi seorang nona yang sedang dimanja dan diagungkan di rumah itu. Aduhai. Berkali-kali Aliyah merasa seperti mimpi.

***

“Man, nanti mampir ke apotik dulu, ini resepnya, langsung taruh saja dan bilang minta dikirim ke rumah, ya.”

“Baik, tuan,” jawab Kirman seraya menerima resep yang diulurkan Alfian, ketika dalam perjalanan pergi.

Setelah Kirman menyerahkan resepnya, Alfian segera menyuruhnya pergi ke toko emas langganan. Aliyah memang harus ikut, karena cincin yang dipakai harus sesuai dengan jari tangannya. Sebenarnya dia sudah memberikan Narita cincin dan semua perhiasan lengkap, seperti yang diminta Narita. Tapi Narita membawanya kabur. Alfian teringat kembali kelakuan Narita, dan merasa kesal. Beruntung sudah ada Aliyah, yang tampaknya akan segera bisa menduduki singgasana hatinya. Semoga. Harap Alfian dalam hati. Sungguh Alfian merasa sudah jatuh cinta setelah malam itu. Malam ketika menyadari bahwa Aliyah bukan Narita.

“Sudah sampai, tuan,” kata Kirman menegur, karena Alfian diam saja.

Alfian terkejut. Rupanya dia melamun, sampai tak sadar sudah sampai di tujuan.

“Baiklah, ayo kita turun, Aliyah.”

Aliyah turun, ketika Kirman membukakan pintu untuknya.

“Biarkan aku menggandeng kamu, karena kakimu kan masih sakit. Lihat, kita harus naik tangga, sakit kakimu akan mengganggu jalanmu,” kata Alfian sambil mengulurkan tangannya.

“Tidak apa-apa, biarkan saya jalan sendiri. Pelan-pelan pasti bisa.

Alfian tak bisa memaksa, jadi dia hanya berjalan di sampingnya, dan menjaganya kalau sampai Aliyah tersandung atau apa. Tapi Alfian bersyukur, Aliyah bisa memasuki toko dengan lancar.

Tapi Aliyah terkejut melihat Alfian memilihkan cincin bermata berlian, yang membuat mata Aliyah silau.

“Tuan_”

“Jangan ‘tuan’ dong.” Alfian memotong ucapan Aliyah.

“Mm.. mas, yang biasa saja. Itu, mahal bukan?”

“Kamu tidak boleh protes.”

Dan Aliyah akhirnya menurut ketika Alfian mengenakan cincin itu di jarinya.

“Pas kan? Atau terlalu longgar”

“Tidak, sudah pas.”

“Baiklah.”

Dan Aliyah sangat kesal ketika Alfian juga membeli seperangkat perhiasan untuknya. Ia tak ingin diberi apapun, dia sudah mengatakannya.

“Aliyah, seorang pengantin harus tampil cantik, dengan perhiasan yang indah,” kata Alfian ketika melihat wajah Aliyah yang tampak kesal.

“Baiklah, tak apa, nanti setelah selesai, aku akan mengembalikan semuanya,” kata batin Aliyah, yang akhirnya diam saja.

Orang kaya semuanya harus beli, padahal hanya untuk keperluan sesaat. Tetangga kampung yang juru rias pengantin, punya perhiasan imitasi satu kotak, yang dipakaikan pada pengantin yang mempergunakan jasanya. Aliyah pernah mengikuti neneknya, ketika majikannya punya hajat menikahkan anaknya. Tapi mereka tidak ribet beli perhiasan, semuanya disediakan oleh sang juru rias. Gampang kan, repot jadi orang kaya,” batin Aliyah terus menerus dalam perjalanan pulang.

***

Dari obat yang diberikan dokter, pada keesokan harinya, rasa nyeri dikakinya sudah banyak berkurang. Aliyah bisa berlatih berjalan dengan lebih aman dan nyaman.

Malam hari itu, perias pengantin telah datang. Aliyah merasa menjadi seperti seorang putri raja. Dia dimandikan, dikeramasi dan diguyur wangi-wangian yang membuatnya agak pusing. Selamanya Aliyah belum pernah mempergunakan yang namanya minyak wangi.

Ia juga sudah mengepas pakaian yang besok dipergunakan untuk acara akad nikah, Untuk pakaian resepsi, beda lagi.

“Ya Tuhan, alangkah berat pakaian ini,” kata Aliyah.

Farah yang selalu mendampinginya sangat kagum melihat kecantikan Aliyah. Ia lebih cantik dari Narita, karena wajahnya lebih lembut, matanya bersinar bagai sepasang bintang. Senyumnya sangat teduh dan benar seperti apa yang dikatakan Alfian, senyum itu menghanyutkan.

“Nona sangat cantik. Besok pasti lebih cantik,” puji Farah.

“Mbak Farah bisa saja,” kata Aliyah tersipu. Sebenarnya Aliyah sangat letih. Tapi ia harus melakukan banyak hal, seperti melatih bersikap seperti diajarkan oleh bu Lusia. Kembali mengulang cara berjalan, bahkan dengan sepatu hak tinggi yang besok pagi akan dipergunakan.

Aliyah selalu berkata kepada dirinya, bahwa dia harus sabar. Ia akan menuruti apa kemauan mereka, hanya karena ingin menolong mereka. Setelahnya, dia bertekat akan segera pulang kembali ke rumahnya, melakukan kesehariannya seperti semula, dan yang paling penting adalah mencari pekerjaan.

***

Karena kepergian Narita, maka akad nikah diadakan di rumah Alfian, tanpa tamu umum yang diundang. Hanya dihadiri oleh tetangga dekat. Aliyah merasa heran, karena dalam akad nikah itu, yang disebutkan bukan nama Narita, tapi Aliyah. Bagaimana mereka bisa mendapatkan data dirinya sehingga semuanya ada? Aliyah lupa. Keluarga Candra adalah keluarga kaya dan terpandang, yang dengan mudah bisa mendapatkan semua surat yang diperlukan, termasuk surat kartu penduduk Aliyah yang saat berangkat ke pasar kehilangan dompetnya.

“Saya nikahkan Alfian Satria Kusuma bin Candra Atmaja, dengan Aliyah binti Nurdin, dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan perhiasan emas sebanyak 50 gram emas.”

Lalu Alfian menjawab lantang.

Aliyah tersentak. Dari mana mereka menemukan data dirinya, bahkan nama ayahnya yang sudah lama dilupakannya karena saat orang tuanya meninggal, dia masih kecil, lupa dia ketika itu umur berapa.

Aliyah merasa lemas. Ia mengira yang menikah adalah Narita, bukankah dia hanya sebagai pengganti? Tapi saat ini akulah yang menikah. Pikir Aliyah yang tanpa bisa berbuat apa-apa, dan tersentak lagi ketika mendengar suara banyak orang berteriak “SAH”.

Ketika kembali ke kamarnya yang sudah dihias indah, Alfian menuntunnya. Setengah sadar dia melangkah, lalu tiba-tiba terhuyung dan langsung ambruk di atas tempat tidur yang wanginya jangan ditanya, membuat Aliyah bertambah pusing.

“Aliyah, kamu mengapa?” tanya Alfian lembut, sambil mebelai kepalanya.

Aliyah melepaskan tangan Alfian.

“Kamu sudah sah menjadi istri aku, mengapa tidak boleh menyentuh kamu?” protes Alfian lembut.

“Bukankah aku hanya sebagai pengganti? Mengapa namaku yang disebut, mengapa bukan Narita?” kata Aliyah lemas.

“Aliyah, mana mungkin aku menikahi Narita. Dia sudah mengecewakan aku. Kalau yang menikah adalah aku dan dia, dia bisa kembali dan menuntut banyak hal, karena statusnya adalah istri aku. Aku juga tidak mau langsung menceraikannya, karena tuntutan nama baik keluarga. Jadi mohon mengertilah, Aliyah.”

“Saya tidak mengerti, saya bingung.”

“Aliyah, aku mencintai kamu,” bisik Alfian di telinga Aliyah, membuat Aliyah gemetar.

“Bukankah … Tuan_”

“Panggil namaku, tanpa tuan,” sanggah Alfian.

“Bukankah … Mas Alfi hanya mencintai Narita? Beberapa hari sebelum ini Mas masih mengatakan itu.”

“Cinta itu bercampur aduk dengan rasa benci aku. Saat ini, aku mencintai kamu, Aliyah.”

“Aku ini siapa, Tuan,”

"Kok tuan lagi, memanggilku?"

" Aku ini siapa?"

“Kita akan bicara nanti. Sekarang istirahatlah, biar Farah melayani kamu. Nanti malam adalah resepsi kita, kamu harus tampil segar, Aliyah. Tolong jangan begini,” pinta Alfian memelas, membuat Aliyah trenyuh, dan tak mampu berbuat apa-apa.

***

Resepsi itu sudah diadakan, begitu meriah dan penuh warna. Aliyah berhasil menguasai dirinya, dan tampil anggun di samping Alifian, karena Alfian yang sangat dekat dengannya, selalu membisikkan kata-kata untuk membuatnya bersemangat. Aliyah sungguh mulia, ia tak ingin membuat keluarga Candra malu karena tingkahnya. Itu sebabnya dia bisa menguatkan hatinya untuk berdiri di samping Alfian, dengan anggun dan mempesona.

Sementara itu, beberapa pasang mata yang melihat acara perhelatan di televisi, terhenyak melihat Aliyah bersanding dengan Pangeran kerajaan bisnis yang sangat terkenal.

Pinto merasa hatinya bagai di remas-remas.

Tapi ada sepasang mata lain yang menatap televisi dengan amarah yang menyala.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

36 comments:

  1. Matur nuwun mbak Tien-ku CBE sudah tayang

    ReplyDelete
    Replies
    1. ❤❤πŸŒΉπŸŒΉπŸ’˜πŸ’˜πŸ’˜
      Alhamdulillah CeBeE_14 sdh tayang. Terima kasih Bu Tien.... Nderek mangayu bagyo Aliyah sudah SAH menjadi istri Alfian.....
      Bu Tien memang OYE & ADUHAI...... 🌹🌹🌹

      Delete
    2. Matur nuwun mbk Tien...
      Alhamdulillah sudah selesai lembur baca sampai CBE 14

      Delete
  2. 〰️πŸƒπŸŒΊπŸ¦‹πŸŒΊπŸƒ〰️
    Alhamdulillah CBE 14 sdh
    hadir. Telat buka HP.
    Matur nuwun Bu Tien.
    Sehat selalu & tetap
    smangats. Salam Aduhai
    〰️πŸƒπŸŒΊπŸ¦‹πŸŒΊπŸƒ〰️

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Maturnuwun Bu Tien...
    πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah .....
    Yang ditunggu tunggu sdh datang
    Matur nuwun bu Tien ...
    Semoga sehat selalu....
    Tetap semangat .....

    ReplyDelete
  6. Matur nuwun jeng Tien
    Tak ulangi tadi kelebihan ,,e

    ReplyDelete
  7. Slmt mlm bunda Tien..terima ksih CBE nya..slm seroja dan tetap aduhai bundaπŸ™πŸ˜˜πŸŒΉ❤️

    ReplyDelete
  8. Kalau Pinto bisa menyadari keadaannya, tapi siapa ya yang marah, apa pak RT, apa Narita?
    Jawabnya: besok lagi ya...
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  9. Alhamdulilah..dah hadir..suwun bunda Tien

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien .. Semoga kita semua sehat Aamiin🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  11. Aliyah jadi pengantin pengganti...jadi ingat kisah yang viral belum lama ini, salut kepada ibu Tien yang menuliskannya dari sisi berbeda. Mantap!πŸ‘πŸ‘πŸ˜€

    ReplyDelete
  12. Alhamdulilah.. Aliyah sdh tayang..
    Tks banyak bunda Tien..
    Selamat mlm dan selamat beristirahat..
    Semoga bunda sehat" selalu..
    Semoga Aliyah..bs mencintai Alfiannya..
    Salam Aduhai utk bunda..πŸ™πŸ™πŸŒΉ

    ReplyDelete
  13. Pandangan marah tuh pasti Narita.......
    Kena batunya tuh .....

    Terima kasih Bu Tien
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah...
    Matunuwun, salam sehat selalu...

    ReplyDelete
  15. Menyesalkan Narita akhirnya...?

    Matur nuwun bunda Tien...πŸ™

    Salam Sehat Selalu...

    ReplyDelete
  16. Makasih bunda tayangannya, mampus narita menyesal dia

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah, matur nuwun, sehat dan bahagia selalu bunda Tien

    ReplyDelete
  18. Narita apa pak RT ya yg marah.
    Pastinya Narita nyesal ya.
    Makasih mba Tien.
    Sehat selalu,semakin aduhai

    ReplyDelete
  19. Terimakasih Bunda Tien...CBEsudah hadir..salam sehat n Aduhai

    ReplyDelete
  20. Matur suwun ibu Tien

    Semoga ibu Tien tansah pinaringan sehat Aamiin πŸ™

    ReplyDelete
  21. Hatur nuwun mbakyu Tienkumalasari sayang, cerbung lanjutannya, salam aduhaai dari Cibubur inggih

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah terima kasih Bu Tien... Salam sehat dan semangat

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah CBE-14 sdh hadir
    Terima kasih Bunda, semoga bunda sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah CBE sudah tayang. Trm ksh bu Tien. Salam Seroja

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah, matursuwun Bu Tienq sayang ...
    Salam sehat dan bahagia selalu

    ReplyDelete
  26. Terima kasih bu tien cerbungnya. Salam sehat

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 01

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...