Wednesday, March 22, 2023

CINTAKU BUKAN EMPEDU 01

 

CINTAKU  BUKAN EMPEDU  01

(Tien Kumalasari)

 

Disebuah area pemakaman, seorang gadis dengan pakaian lusuh terisak menangis disamping gundukan tanah yang masih basah. Bunga yang tertabur, memang tak seberapa banyak. Tapi aroma wanginya  membuat si gadis masih terus mengingat kepergian neneknya.

Aliyah, nama gadis itu, adalah gadis sebatang kara. Ia tak lagi memiliki orang tua, sejak masih kanak-kanak, karena kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah bencana banjir yang terjadi di kampungnya. Ia hanya dirawat sang nenek, yang menjadi pembantu di sebuah rumah tangga, membesarkannya dan menyekolahkannya, hanya sampai lulus SMP. Tapi sang nenek sudah tua, dan sakit-sakitan. Yang akhirnya meninggal saat Aliyah menginjak dewasa.

Aliyah benar-benar tak memiliki siapa-siapa lagi.Hari sudah menjelang sore, tapi  air matanya tak henti mengalir. Aliyah tak hendak meninggalkan tempat dimana neneknya dikuburkan.

“Nenek, aku hanya punya Nenek, tapi Nenek akhirnya juga meninggalkan aku. Lalu aku harus hidup bersama siapa Nek? Bawalah aku bersamamu, Nek. Bawalah aku,” isaknya terus menerus.

Beberapa pelayat telah meninggalkan tanah pemakaman itu sejak sang nenek dikuburkan. Ia tak peduli panas menyengat tubuhnya, ia terus saja menangis dan meremas-remas tanah gundukan itu. Tanpa terasa hari mulai remang, seseorang menyentuh bahu Aliyah.

“Nak, hari mulai gelap. Pulanglah.”

Aliyah mengusap air matanya dengan lengan bajunya. Ditatapnya laki-laki setengah tua yang berdiri di sampingnya. Ia adalah penjaga makam.

“Pulanglah Nak, yang sudah pergi, akan tetap pergi, karena Allah telah memanggilnya. Kamu harus ikhlas. Doakan dia agar mendapat pengampunanNya, dan agar Allah menempatkannya di sorgaNya yang mulia.”

“Saya harus menemani nenek. Setiap hari saya menemani nenek. Saat dia sehat, ketika dia sakit,” jawab Aliyah pilu.

“Benar. Tapi sekarang dia tidak butuh kamu temani. Dia butuh keikhlasan dan doa. Sampai air matamu kering, nenek kamu tidak akan kembali kan? Senangkan hati nenek, dengan doa dan selalu berdoa untuknya.”

Kata-kata penunggu makam itu sangat lembut dan membuatnya teringat kembali pada sang nenek, membuatnya kembali menangis.

“Hentikan tangismu Nak. Tangis itu hanya akan membuat langkah nenekmu tersendat. Kasihan dia.”

Aliyah kembali mengusap air matanya. Benarkah perjalanan neneknya akan tersendat kalau dia menangisinya?

“Pulanglah, di mana rumahmu?”

“Tapi nenek sendirian di sini,” isaknya lagi.

“Nak, tidak ada gunanya kamu terus menemaninya di sini. Berdoa, itu akan mengiringi kepergiannya. Ikhlaslah Nak.”

Hari semakin gelap. Aliyah menatap ke sekeliling, semuanya tampak remang. Batu-batu nisan menghitam, pohon-pohon menghitam. Daun-daunnya juga menghitam. Seperti hati Aliyan yang gelap hitam. Tapi kemudian dia mencoba berdiri.

“Apa rumahmu jauh?”

Aliyah menggelengkan kepalanya. Ia kemudian melangkah pergi, meninggalkan sang penunggu makam, yang menatapnya iba.

Laki-laki tua itu selalu melihat kesedihan di setiap acara pemakaman. Selalu ada tangis. Selalu ada penyesalan. Tapi hal biasa itu tidak pernah mengusik kehidupannya. Ia menjalaninya, seperti apa yang dikatakannya pada Aliyah, ikhlas. Dan itu membuatnya tenang.

***

Aliyah memasuki rumah butut peninggalan neneknya. Sunyi dan lengang mencekam jiwanya. Tak ada teriakan memanggil. Yah, ambilkan aku minum, Yah, tidurlah, hari sudah malam. Yah, makanmu sudah nenek sediakan. Yah, perut nenek sakit sekali, adakah minyak gosok?

Aliyah kembali mengucurkan air mata. Duka masih menyelimutinya. Rasa kesendirian membuatnya terus meratapi nasibnya.

Ia melihat ke sekeliling ruangan. Kursi dan gelas-gelas yang tadi disediakan oleh ketua RT dan para tetangga, sudah dibersihkan.

Malam telah datang. Aliyah duduk di serambi sambil menatap langit yang penuh bertabur bintang. Sepotong rembulan tampak mengambang, lalu Aliyah melihat wajah neneknya di sana, sedang tersenyum ke arahnya.

“Yah, hapus air matamu, nenek tidak suka melihat kesedihanmu,” ada bisikan yang entah dari mana datangnya, menggelitik telinganya. Suara nenek? Entahlah, yang jelas adalah suara hatinya yang paling dalam, yang berusaha mengendapkan gejolak duka yang merayapinya.

“Nenek, alangkah indahnya langit bertabur bintang. Apakah nenek juga merasakan keindahan itu?"

"Iyah tahu, Nenek sayang sama Iyah, tapi Allah telah memanggil Nenek. Pasti Nenek sudah lelah menemani Iyah, merawat Iyah. Baiklah Nek, istirahatlah dengan tenang. Iyah tak akan menangis lagi. Iyah akan melanjutkan hidup Iyah, entah bagaimana caranya. Masihkah Nenek bisa berdoa untuk Iyah? Kalau masih, doakan Iyah ya Nek. Tapi selalu seperti pesan Nenek sebelum Iyah tidur, Iyah akan selalu mendekatkan diri pada Tuhan. Meminta apapun pada Tuhan. Ya kan Nek? Iyah pasti melakukannya."

“Aliyah,” sebuah panggilan mengejutkan Aliyah.

“Pak RT sama ibu?” sapa Aliyah sambil mengusap air matanya.

“Sudah Yah, nenek sudah tenang di sana, jangan ditangisi terus. Kami juga ikut sedih kehilangan nenek kamu,” kata bu RT sambil menepuk bahu Iyah.

Mereka duduk di serambi rumah, Aliyah menemui kedua tamunya sambil menundukkan wajahnya.

“Iyah, aku ke sini untuk menyerahkan ini,” kata pak RT sambil menyerahkan sejumlah uang.

“Ini … apa, pak RT?”

“Ini uang duka dari para pelayat, terimalah. Barangkali kamu memerlukannya.”

Aliyah menerima uang dengan tangan gemetar.

“Yah, untuk sementara kamu bisa makan dan mencukupi kebutuhanmu dengan uang yang tak seberapa ini. Pakailah, anggap saja ini peninggalan nenek kamu,” sambung bu RT.

“Terima kasih …”

“Kalau kamu butuh sesuatu, datanglah pada kami,” kata pak RT.

“Saya ingin bekerja, bisa kah?”

“Kamu lulusan apa?”

“Hanya SMP,” jawab Aliyah lirih.

“Kalau bekerja di rumah makan mau?”

“Apapun saya mau Pak, untuk melanjutkan hidup saya.”

“Tapi karena pendidikan kamu, mungkin kamu hanya bisa bantu-bantu, atau jadi pelayan, begitu.”

“Iya Pak. Apapun.”

“Nanti aku akan bilang pada salah seorang kenalan yang menjadi pegawai di sebuah restoran. Restorannya besar, tapi aku tidak tahu, butuh pembantu atau tidak.”

“Saya akan menunggu.”

“Ya sudah Iyah, ini sudah malam, kamu istirahatlah ya, kamu pasti juga sudah lelah,” sambung bu RT lagi.

“Iya, segera tidur, udara diluar saat malam, kurang baik untuk kesehatan kamu,” kata pak RT sambil berdiri.

Aliyah hanya mengangguk, menatap pak RT dan istrinya sampai menghilang dibalik pagar.

Aliyah masuk ke dalam rumah, mengunci pintunya dan masuk ke dalam kamarnya yang sempit. Aroma kembang masih tercium, menyadarkan Aliyah bahwa dia telah sendiri.

***

Aliyah bangun saat pagi merekah, karena ia nyaris tak bisa memejamkan mata. Ia melangkah ke arah dapur, meraih cerek untuk diisinya air, seperti biasa kalau dia akan membuat minuman hangat untuk sang nenek. Tapi cerek itu diletakkannya kembali, saat tak ada lagi yang harus dibuatkan kopi pahit seperti biasanya.

Aliyah menahan derai air matanya, lalu berwudhu dan bersujud. Isaknya sangat menyayat. Bagaimana mungkin bisa menghilangkan duka kehilangan orang yang dicintai dalam sehari saja?

Aliyah minum seteguk air putih. Ada sisa roti yang ditinggalkan tetangga kampung, yang kemudian dilahapnya perlahan. Aliyah sangat lapar, tapi selera makan hilang tersaput duka. Ia merasa, sepotong roti itu cukup untuk mengisi perut. Kemudian Aliyah pergi mandi.

“Aku tak bisa menunggu pak RT mencarikan pekerjaan. Aku juga harus berusaha. Tapi ke mana? Entahlah, daripada kalau di rumah aku selalu sedih, aku akan keluar mencari pekerjaan."

Aliyah sudah mandi, lalu berganti pakaian dengan pakaian terbaik yang dimilikinya, lalu berjalan keluar rumah, entah kemana, Aliyah membiarkan semau kakinya melangkah.

***

Aliyah sudah berjalan cukup lama, tapi tak tahu harus meminta pekerjaan pada siapa. Ia menyadari tak berpendidikan tinggi, dan seperti kata pak RT, pantasnya hanya jadi pembantu. Baiklah, apapun itu, ia akan menjalaninya. Tapi dia tak tahu, bagaimana harus memulai mengatakan kepada salah seorang majikan, atau pemilik toko, atau pemilik rumah makan, bahwa dia membutuhkan pekerjaan? Aliyah masih sangat belia, dan tidak tahu harus bicara apa. Pasti sulit mengatakan sesuatu pada orang yang baru dikenalnya.

Hari sudah siang, Aliyah duduk di sebuah bangku di pinggir taman. Kepalanya terasa pusing, tubuhnya lemas. Baru sepotong roti memasuki perutnya, tadi pagi.

Aliyah berdiri, agak terhuyung, ia tak tahu harus melakukan apa, lalu memutuskan untuk pulang.  Dia menyusuri trotoar yang tak begitu lebar, melangkah pelan karena tubuhnya terasa berat. Di depan sebuah bank, ia menoleh ke dalam. Melihat beberapa orang keluar masuk, lalu ada gadis berseragam rapi, melintas di depan pintu yang terbuat dari kaca. Alangkah senangnya, bekerja dengan seragam apik, sepatu berhak tinggi, kelihatan anggun dan berwibawa. Lalu apakah aku ini? Pakaian lusuh, wajah kusut, pendidikan tak punya arti, tapi kalau boleh jadi pelayan di situ, aku juga mau. Bolehkah?

Aliyah menggelengkan kepalanya, lalu kembali melangkah. Ada sebuah restoran besar, mobil-mobil berderet di depannya. Ia teringat janji pak RT, yang akan mencarikan pekerjaan sebagai pelayan di restoran. Ia melihat orang-orang duduk sambil makan, dan pelayan melayani dengan seragam rapi. Ah, aku pasti juga tak pantas bekerja di situ.

Aliyah terhuyung, perutnya terasa melilit. Barangkali dia memang harus makan. Ia meraba sakunya, ada beberapa lembar uang yang dia bawa. Ia harus makan.

“Itu, ada warung makan di depan,” bisiknya pelan, sambil terus melangkah.

Tapi tiba-tiba semua terasa gelap, Hari sudah siang, menjelang sore. Aliyah meraih sebatang pohon sebelum tubuhnya limbung, lalu dia tak ingat apa-apa.

***

Pak RT heran, ketika tak melihat Aliyah di rumahnya. Ia ingin mengatakan, bahwa ada yang mau menerimanya, tapi sebagai pembantu rumah tangga. Lalu dia pulang dengan kecewa.

“Mana Aliyah Pak?” tanya istrinya.

“Nggak ada, rumahnya kosong, dikunci. Pastinya Aliyah pergi.”

“Waduh, padahal bu Waskita ingin segera mendapat jawaban,” sahut bu RT.

“Ya sudah, kita tunggu saja sebentar, barangkali dia sedang pergi untuk beli sesuatu, atau makanan.”

“Dia kelihatan sedih.”

“Ya pastilah Bu, selama ini dia hanya hidup bersama neneknya. Lalu neneknya meninggal. Kasihan sebenarnya.”

“Kalau saja aku punya uang cukup, mau juga menjadikannya sebagai pembantu. Tapi sebenarnya nggak butuh juga sih, kita hidup hanya berdua, anak-anak sudah tidak bersama kita. Cari pembantu untuk apa, coba.”

“Ya bukan untuk kita Bu, kan saat ini ada yang butuh.”

“Iya, semoga Aliyah mau. Dia itu sebenarnya cantik ya Pak, kalau didandanin sedikit saja, pasti kelihatan cantiknya. Coba kalau dia sekolah agak tinggi sedikit, misalnya SMA, gitu, pasti pelayan toko juga mau menerima dia. Kalau sekolahnya hanya SMP, pelayan pun juga hanya yang bagian bersih-bersih, cuci piring, ngepel lantai.”

“Neneknya juga hanya pembantu rumah tangga, mana mampu menyekolahkan cucunya. Sampai SMP saja sudah lumayan.”

“Itu pun sudah lama lulusnya. Aliyah itu umurnya kan sudah sekitar delapan belas-an tahun, sama anak bungsu kita jauh di bawahnya.”

“Aku mau istirahat dulu Bu, coba sebentar lagi, ibu saja yang nyamperin ke rumahnya.”

***

Hari sudah sore, Aliyah membuka matanya, dan merasa heran karena dia berada di sebuah kamar yang asing. Ia mengingat-ingat, apa yang tadi dilakukannya. Jalan-jalan, istirahat di taman, lalu jalan lagi, melihat-lihat perkantoran dan rumah makan, lalu dia  merasa  pusing, lemas, lalu limbung, lalu tak ingat apa-apa lagi.

“Di mana aku ini? Ini jelas bukan rumahku. Ini kamar yang walaupun kecil, tapi bersih. Kamar siapa? Dan siapa yang membawaku kemari?” gumamnya lirih.

Aliyah mencoba bangun, kepalanya terasa berdenyut. Ia melihat segelas air di nakas, sebelah dia tidur.

“Itu minuman siapa? Bolehkah aku meminumnya?”

Tak tahan kerongkongannya kering, Aliyah meraih gelas berisi air putih itu, dan meneguk hampir setengahnya.

“Ya ampun, entah milik siapa minuman itu. Aku merasa lebih segar,” gumamnya lagi.

Aliyah bangkit, melihat ke sekeliling kamar. Ada kaca kecil di meja, ada sisir. Jelas meja itu untuk bersisir. Tak ada bedak, atau peralatan lainnya yang biasanya dipakai wanita.

“Ya Tuhan, ini kamar laki-laki,” Aliyah memekik.

Lalu tiba-tiba pintu kamar itu terbuka. Seorang laki-laki tegap muncul di depan pintu. Aliyah mundur sampai menyentuh tempat tidur, dimana tadi dia terbaring.

Laki-laki itu tersenyum, tapi Aliyah terkejut, ketika dia mendekatinya.

“Jangan,” pekik Aliyah yang tanpa sadar justru melompat ke atas tempat tidur.

***

Besok lagi ya.


49 comments:

  1. Alhamdulillah tayang perdana... Marhaban Yaa Ramadhan bunda Tien, mhn maaf lahir n batin

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah...
    Maturnuwun Bu Tien
    Yang ku nanti akhirnya hadir
    Sugeng dalu, mugiya ibu tansah pinaringan kasarasan...
    Aamiin Yaa Mujibassailiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Allahumma Aamiin.
      Matur nuwun , pak Suprawoto

      Delete
  3. Matur nuwun mbak Tien-ku, Cintaku Bukan Empedu tayang perdana.

    ReplyDelete
  4. Makasih mba Tien.
    Cintaku Bukan Empedu menyambut Ramadhan.

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah, CBE tayang perdana, matur nuwun bunda Tien.
    Semoga bunda selalu sehat dan bahagia bersama keluarga.
    Marhaban Yaa Ramadhan bunda Tien, mhn maaf lahir n batin.

    ReplyDelete
  6. Alhamdulilah..
    Terimakasih bunda Tien cerbung baru sdh tayang..
    Marhaban yaa Ramadhan..
    Mohon maaf lahir bathin.. 🙏🙏

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah, sudah tayang CERBUNG baru. Terimakasih bu Tien.
    Salam seroja.

    ReplyDelete
  8. Barokallahu fii umrik barokallahu fii rizqi barokallahu fii afiat barokallahu fii dunyaa wal akhiroh yaumil milad bu Tien Kumalasari tetap sehat tambah sukses dimudahkan segala urusan bahagia bersama keluarga aamiin³ ya rabbal allamiin

    ReplyDelete
  9. Horee...cerbung baru sudah tayang, istimewa sekali...bertepatan dengan hari raya Nyepi, persiapan puasa Ramadhan, dan syukuran ultah ibu Tien. Terima kasih, bu...semoga sehat selalu ya...tetap berkarya dan jadi berkat bagi banyak orang, semoga dikaruniai umur panjang yang berkah. Aamiin...🙏🙏🙏😘😘🌹🎉🎉🎉

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah cerbung baru dah tayang, makadih bunda Tien,.
    Sugeng ambal warso bunda ,mugi dipun paringi sisa yuswo ingkang barokhah.

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah cerbung Cintaku Bukan Empedu Episode 01 sudah tayang..
    Matur nuwun mbak Tien Kumalasari.
    Mohon maaf lahir batin atas semua khilaf dan kesalahan, serta selamat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan 1444 H, semoga lancar sampai Idul Fitri 1444 H.
    Semoga mbak Tien sekeluarga tetap sehat dan selalu dlm lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.

    ReplyDelete
  12. Aliyah... kasihan dia, maukah kamu bekerja di rumahku?
    Mudah mudahan pria baik yang akan menolongmu .
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  13. Waduh... Udah bikin kaget belum belum..

    ReplyDelete
  14. Alhamdulilah terima kasih bu Tien... selamat datang Aliyah semoga kamu kuat ...salam sehat bu tien

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat menunaikan ibadah puasa bu tien mohon maaf lahir batin

      Delete
  15. Alhamdulillah CINTAKU BUKAN EMPEDU~1 sudah hadir, terimakasih semoga tetap sehat bu Tien..🙏

    ReplyDelete
  16. Akhirnya yg ditunggu datang juga, terima kasih Bunda Tien Kumalasari

    ReplyDelete
  17. Matur nuwun bunda Tien...CINTAKU BUKAN EMPEDU telah tayang perdana...🙏
    Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1444H ..
    Marhaban Ya Ramadhan bunda Tien..mohon maaf lahir batin.
    Sugeng ambal warsa ugi, sehat2 selalu kagem bunda...

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien.

    ReplyDelete
  19. Terima kasih mbak Titin cerbung baru sdh nongol lagi Selamat Ulang Tahun mbak Tien semoga sehat2 dan bahagia selalu juga selamat menunaikan ibadah puasa.Dari Neni Tegal.

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah . Selamat datang Ramadhan & Selamat CBE sudah tayang .Maturnuwun Bunda salam SEROJA

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah Cerbung baru tayang menjelang Ramadhan.... Matur Nuwun mbak Tien
    Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan.... Semoga amal ibadah kita diterima Allah SWT 🙏😘😍❤️👍

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah...
    CerBung baru bersamaan dg 1 Romadhon ... Syukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah CBE - 01 sdh hadir
    Terima kasih Bunda Tien

    Barakallahu fii umrik Bunda, semoga diberi usia yg barokah, sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta.
    Aamiin Yaa Allah

    Selamat menunaikan ibadah puasa ramadhan 1444 H
    Marhaban Yaa Ramadhan
    Mohon maaf lahir dan batin🙏

    ReplyDelete
  24. Trimakasih bu Tien cerbung baru sdh tayang.
    Saya kira baru tayang bsk bu Tien sibuk pastinya krn bertepatan ultah.
    Ternyata perkiraan saya kliru...
    Karena kenyataannya sesibuk apapun bu Tien sll ingin menyenangkan hati penggemarnya.
    Trimakasih bu Tien smg sll bahagia bersama keluarga tercinta

    ReplyDelete
  25. 🌻🍃🌻🍃🦋🍃🌻🍃🌻
    Alhamdulillah CBE 01 telah
    hadir.Matur nuwun Bu Tien.
    Slamat menjalankan ibadah
    puasa Ramadhan 1444 H.
    Semoga sehat selalu &
    mendpt ridho Allah SWT.
    Aamiin Allahumma Aamiin.
    🌻🍃🌻🍃🦋🍃🌻🍃🌻

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah bund, sehat selalu, Marhaban yaa Ramadhan, sugeng siam, sedaya kalepatan nyuwun pangapunten 🙏🙏🙏
    (Barokallah fii umrik?) 👍🙏

    ReplyDelete
  27. Nyatanya kalau dirumah jadi ingat neneknya.
    Hiling saja cari suasana yang beda berusaha cari sesuatu yang dapat untuk menyambung hidupnya.
    Awal perjalanan hidup sendiri tanpa sanak saudara, yå ora sråntå selak kepingin kêrja nggo nyambung urip, saking asyik jalan jalan lali mangan, ora gêlêm sråntå malah ketemu dèn bagusé ngarså, susah payah manggul di gletak ké nang ambèn kos kosané.
    Siuman malah ketakutan dikamar cowok.
    Lho itu orang baek baek, sudah nolongin biar bisa istirahat, ditaruh ambèn, dari pada tidur di trotoar, ditungguin sampai siuman, walau nggak demo dibawakan nasi bungkus lagi. Jangan takut nggak ngigit. Mau nanya kelihatan berat banget beban yang dipikul sampai pingsan gitu, ada apa, itupun kalau boleh tahu, kalau enggak mau cerita juga nggak apa-apa.
    Kalau perlu pulang dianter biar tahu rumah mu. Lho baek ta.
    Waduh tiwas ditunggu jawabannya sama Bu Waskita malah ngilang, terpaksa besok lagi mendatangi rumah Iyah.
    Mudah mudahan sudah dirumah.
    Kemana perginya ya.
    Wau indekos, biar memang begitu; indekos, nanti kan kalau sudah dapat yang cocok kan indekis biasanya.

    Terimakasih Bu Tien
    Perdana cerita baru cintaku bukan empedu sudah tayang,
    Selamat ulang tahun, selamat menjalankan ibadah puasa, Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah
    Terima kasih Bu Tien
    Semoga Bu Tien sehat selalu

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah .. terimakasih Bu Tien ... Selamat menjalankan puasa Ramadhan dan Sugeng ambal warsa Mugi sehat selalu

    ReplyDelete
  30. Matur nuwun Bu Tien. Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan, semoga Allah senantiasa memberi kesehatan, kekuatan, dan barakah, aamiin.

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien
    Perdana CBE di malam bulan Ramadhan
    Baarakallaahu fiik 🤗🥰

    ReplyDelete
  32. Terima kasih pada para saudaraku, atas perhatian dan doa, atas cinta yang tak ada putusnya. Semoga cinta dan persahabatan akan terjalin selamanya. Guyup rukun sak lawase. Moto indah PCTK.

    Semoga ibadah kita di bulan suci Ramadhan lancar, penuh berkah dan barokah.

    Salam sehat hangat jabat erat buat semuanya.

    Mohon maaf lahir batin dari saya dan keluarga.

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah cerbung baru sudah tayang. Selamat menjalankan ibadah puasa bu Tien dan keluarga. Juga utk kelg lain yg menjalankan. Smg kita srmua selalu diberikan kesehatan. Aamiin..

    ReplyDelete
  34. Alhamdullilah cerbung baru CBE perdana sdh hadir..trima ksih bunda..mohon maaf lahir batin..Marhaban y Ramadhan🙏Selamat ulang tahun jg bunda..smg panjg umur diberi keshtan yg prima dan lancar rezekinya..bahagia dunia akherat..Aamiin yra🤲🤝😘😘🌹🌹

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah.. jumpa lagi dengan cerbung baru karya bunda Tien , terimakasih bunda, selamat menjalankan ibadah puasa, semoga lancar dan sehat sekalu dalam beribadah di bukan Ramadhan sampai Hari Raya Idul Fitri...Aamiin Yaa Rabbal Alaamiin 🤲🤗😍

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah, akhirnya yg ditunggu sudah muncul, terimakasih bu Tien, salam sehat

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 42

CINTAKU JAUH Di PULAU SEBERANG  42 (Tien Kumalasari)   Arum terkejut, sekaligus tersipu. Ia melihat Listyo turun dari mobil dan menghampirin...