Friday, February 24, 2023

SETANGKAI BUNGAKU 28

 

SETANGKAI BUNGAKU  28

(Tien Kumalasari)

 

Dua buah mobil yang berhenti di luar gerbang kantor Megah Perkasa itu sudah sejak lama tak bergerak. Tapi kemudian setelah ada mobil keluar dari halaman, seperti saling kontak, pengemudinya turun. Dua orang laki-laki gagah, yang kemudian ternyata saling mengenal.

“Mas Bondan?”

“Ini kan mas Ardian?”

Lalu keduanya berjabatan tangan.

“Kok kita sama-sama berhenti di sini?” tanya Bondan.

“Saya tidak tahu kalau ada mas Bondan, jadi saya diam saja. Saya mau menjemput Pratiwi, tapi tadi bertanya pada satpam yang di dalam, katanya Pratiwi lembur, jadi saya menunggu.

“Kok sama, saya juga tadi bertanya. Tapi lihat, kok sepedanya di bawa ke ruang satpam?” tanya Ardian yang kemudian memasuki halaman sambil berjalan kaki, diikuti Bondan.

“Mas Satpam, kok sepeda Pratiwi ada di sini?” tanya Ardian.

“Lhoh, ini sepedanya gembos, dia diantar mobil perusahaan, belum lama.”

“Mobil yang barusan keluar?”

“Tanpa menunggu jawaban. Ardian berlari ke luar, menghampiri mobilnya. Demikian juga Bondan. Entah mengapa, tiba-tiba ada perasaan tak enak diantara keduanya. Mereka memacu mobilnya ke arah rumah Pratiwi.

Satpam itu geleng-geleng kepala, lalu kembali duduk di dalam ruangannya. Tapi baru saja ia meletakkan pantatnya di kursi, sebuah mobil meluncur, dan berhenti persis di depan ruangannya.

“Kok sepeda Pratiwi ada di sini?” tanya penumpang mobil yang kemudian turun.

“Oh, Bu Susan sudah kembali?”

“Aku bertanya, kenapa sepeda Pratiwi ada disini?” kata Susana dengan nada tinggi.

“Iya Bu, ban sepeda bu Pratiwi gembos dua-duanya. Tadi barusan pulang karena lembur.”

“Pratiwi pulang naik apa?”

“Tadi diantar sopir, eh … sopirnya pak Sony.”

“Apa?”

“Ya, pak Marsam yang kebetulan ada di sini.”

“Bersama pak Sony?”

“Tadi sama pak Sony, tapi pak Sony hanya sebentar, kemudian pergi lagi, pastinya ke hotel. Saya tidak tahu.”

Susana langsung memasuki mobilnya, dan memerintahkan kepada sopir untuk segera membawanya pergi, tentu saja ke rumah Pratiwi.

Sang satpam semakin heran akan kejadian di awal malam itu. Beberapa orang bertanya tentang Pratiwi. Tapi ia tak begitu memusingkan semuanya, karena dia sudah letih, dan sedang menunggu petugas lain yang menggantikannya berjaga malam itu.

***

Pratiwi baru saja mau memberi tahu kepada sopir yang mengantarkannya, bahwa jalan menuju ke rumahnya adalah belok kiri di perempatan di depan mereka, ketika tiba-tiba mobil itu dibelokkannya ke arah yang berlawanan.

“Lho, Mas, kok ke sini, rumah saya belok ke sana.”

“Oh, iya Mbak, maaf, sebenarnya saya di suruh mengantarkan barang yang di belakang itu untuk saudaranya pimpinan kita, jadi saya harus ke sana dulu. Maaf tidak langsung memberi tahu sama Mbak, tadi.”

“Ke mana? Jauhkah?”

“Tidak begitu jauh kok, sebentar juga sampai.”

Tapi tiba-tiba perasaan tak enak segera menyeruak ke dalam benaknya.

“Pak, kalau begitu saya turun di sini saja, rumah saya sudah dekat, saya bisa naik taksi.”

“Jangan Mbak. Saya nanti bisa kena tegur oleh pimpinan, menurunkan karyawan di jalan, sembarangan. Sabar dulu ya Mbak.”

“Saya lebih baik turun saja, saya harus segera sampai di rumah, ibu saya sudah menunggu.”

“Mbak ini bagaimana? Kalau Mbak turun, kemudian memanggil taksi, lalu Mbak kan harus menunggu taksinya datang? Sama saja dengan menunggu saya menyampaikan pesanan, baru mengantarkan Mbak. Ya kan?” kata si pengemudi yang ternyata adalah Marsam itu, sambil memacu mobilnya lebih cepat.

Pratiwi berdebar. Jalanan ramai, tapi sang sopir memacu kendaraannya seperti sedang dikejar setan.

“Ya ampun Mas, pelan-pelan,” kata Pratiwi ketakutan.

“Mbak kan sedang terburu-buru?”

“Saya turun saja Mas, tidak usah ikut mengantarkan pesanan, entah pesanan apapun itu.” kata Pratiwi sambil memegang handel pintu. Tapi pintu itu, tentu saja terkunci.

“Jangan main-main dengan pintu lho Mbak, nanti Mbak terjatuh, bagaimana?” kata Marsam yang sudah tahu bahwa Pratiwi tak akan bisa membukanya, tapi dia tetap mengingatkannya.

Pratiwi diam, tapi perasaannya tetap tak enak.

“Sabar sebentar Mbak, ini hampir sampai.”

Pratiwi yang sudah mengetahui banyak hal, tiba-tiba merasa dirinya tidak akan nyaman, apalagi aman. Diam-diam dia mengambil ponselnya, menulis pesan singkat, kepada Ardian. Entah kenapa kepada Ardian, dia tidak tahu. Ia berpikir bahwa keluarga Luminto dekat dengan keluarganya. Jadi kalau ada apa-apa, ibunya akan segera tahu.

“Saya memasang GPS.” Tulisnya .

Barangkali pesan singkat itu bisa dimengerti, atau entahlah. Pratiwi sangat panik, ketika sang sopir menoleh ke arahnya.

“Menelpon siapa Mbak?”

“Itu … mengabari ke rumah, bahwa saya pulang terlambat,” jawabnya sekenanya.

“Oh …”

Pratiwi semakin panik, karena yang katanya sudah hampir sampai, ternyata tidak sampai-sampai.

Sementara itu Ardian dan Bondan sudah sampai di depan gang yang menuju ke arah rumah Pratiwi. Ardian terkejut mendapat pesan Pratiwi. Ia segera tahu, Pratiwi sedang dalam bahaya. Ia dengan cepat memutar balik mobilnya. Bondan yang curiga, segera mengikutinya. Walaupun dia tak menerima pesan apapun, tapi sikap Ardian yang tiba-tiba memutar mobilnya, menunjukkan bahwa ada sesuatu yang sangat penting, bahkan gawat.

“Kok lama sekali ya Mas, saya mau turun saja. Tolong turunkan saya,” kata Pratiwi yang semakin cemas, karena sikap sang sopir. Kalaupun ada pesanan, mestinya dia mengantarkannya pulang dulu, karena rumahnya lebih dekat, bukannya mengantarkan pesanan dulu yang ternyata jauh.

“Itu, sudah hampir sampai, tenanglah Mbak.”

Sopir itu turun, dan mengambil dua bungkusan besar di jok belakang.

“Mbak, maukan menolong membawa bungkusan yang satunya? Ini sangat berat, yang tertinggal itu sangat ringan. Tolong Mbak, supaya kita bisa cepat kembali dan mengantarkan Mbak.”

Pemikiran ‘supaya cepat kembali dan diantar pulang’, membuat Pratiwi kemudian turun, mengambil satu bungkusan yang tersisa, dan mengikuti Marsam memasuki sebuah rumah kecil yang tampak bagus, tapi pintunya tertutup.

“Ayo Mbak, tolong bawa masuk.”

Pratiwi terpaksa mengikuti sang sopir, yang kemudian membuka pintu dengan mudah, kemudian meletakkan bungkusan besar di dalamnya.

Namun begitu Pratiwi meletakkan bungkusan yang dibawanya, sang sopir kemudian mengunci pintunya.

Pratiwi terbelalak kaget.

“Ke … kenapa … dikunci?” tanyanya panik.

“Iya Mbak, kita keluar lewat pintu samping saja,” katanya sambil berjalan masuk semakin ke dalam. Pratiwi tegak di tempatnya. Perkataan sang sopir sangat susah diterimanya. Mengapa harus mengunci pintu, lalu harus lewat pintu samping? Itu tampak mengada-ada. Pratiwi nekat mendekati pintu, dimana dia masuk, tapi ia tak berhasil membukanya, sementara sang sopir sudah tak kelihatan batang hidungnya. Lewat pintu samping seperti yang dikatakannya? Pratiwi masih menggerak-gerakkan handel pintu dengan gemetar dan perasaan cemas. Ia masih memegangi handel pintu, ketika tiba-tiba seseorang menyentuh bahunya, dan memegangnya erat.

Pratiwi membalikkan tubuhnya, dan melihat sosok orang yang amat dibencinya.

“Kamu?”

“Selamat bertemu, Pratiwi,” kata Sony lembut.

“Kk … kamu?”

“Hei, sapa aku dengan lembut, kamu belum tahu kalau aku adalah atasan kamu?”

Pratiwi tiba-tiba menangkap bahaya yang akan terjadi. Wajahnya menjadi pucat pasi.

“Biarkan ssaya pergi.”

“Pratiwi, sejak dulu kamu itu tidak pernah menaruh perhatian sama aku. Sekarang, bahkan setelah aku memberikan segala kebaikan untuk kamu, memberi kamu kemudahan dalam hal apapun, saat adik kamu operasi, saat kamu membutuhkan uang untuk mencukupi kebutuhan kamu. Mana rasa terima kasih yang ingin kamu berikan

 sama aku?”

“Aaku … akan mengembalikan semuanya …” gemetar Pratiwi ketika mengucapkannya, tanpa tahu bagaimana cara dia harus mengembalikan semua uang yang diterimanya dari perusahaan, yang tentu saja karena kemurahan hati Sony. Kemurahan? Atau jerat yang dipasang olehnya?”

Sony terbahak keras sekali. Sikap lembut yang pada awalnya ditampakkannya, lenyap seketika. Ia melihat mata singa memancar, dan siap menerkamnya dengan gigi-gigi tajamnya.

“Kamu akan mengembalikannya? Dengan apa sayang? Apa kamu punya uang sebanyak itu? Bahkan di dalam perjanjian tertulis, kalau kamu ingkar maka kamu akan mengembalikan sepuluh kali lipat dari tiga bulan gaji pertama kamu. Kamu punya?”

Pratiwi mundur kebelakang, sampai tubuhnya tersandar pada pintu.

“Pratiwi, dengar. Kamu tidak usah mengembalikan uang kamu, tapi tetaplah bekerja untuk aku, dan menjadi kekasihku.”

“Tidaaaak,” Pratiwi menjerit.

 “Heiii, mengapa  berteriak? Aku ini kurang baik apa sih Pratiwi. Aku ini ganteng, kaya raya, berkuasa, perempuan mana yang tidak tergila-gila sama aku? Coba tatap aku, hei … tatap wajahku, Pratiwi. Kamu selalu berpaling kalau berada di depanku. Coba pandang aku Pratiwi,” kata Sony sambil mencengkeram dagu Pratiwi dan memaksanya agar menatapnya. Tapi Pratiwi memejamkan matanya.

“Kamu ini benar-benar kurangajar ya. Sama sekali tak pernah peduli pada kebaikan orang?”

“Kebaikan yang berbau busuk, karena kamu punya maksud tersembunyi.”

Sony meradang. Gadis cantik yang menjadi karyawannya ini, yang mendapatkan perlakuan istimewa darinya, sama sekali tak peduli padanya, bahkan memakinya. Tangan Sony terayun, kearah pipi Pratiwi.

Plaaakkk!!

Pratiwi menggigit bibirnya. Ia tak sudi mengeluh. Bahkan tak sudi ia menitikkan air mata. Sekarang ia menatap wajah Sony yang memerah. Menatap dengan kemarahan yang meluap. Ia melakukan semuanya demi adiknya. Demi keluarganya, dan dia tidak ingin menyesalinya. Terbayang rumah orang tuanya, yang akan dijualnya, untuk mengembalikan uang haram yang diberikan Sony.

“Kamu itu bodoh atau apa? Ada solusi terbaik agar bebanmu ringan. Kamu hanya memberikan senyuman, dan kepasrahan sama aku, dan semuanya selesai. Ayo kita berdamai, mulai malam ini, Pratiwi. Lalu kamu pulanglah. Semuanya akan baik-baik saja,” Sony masih bisa mengendapkan kekesalannya, dan mencoba merayu dengan lembut. Tapi Pratiwi bergeming. Ia menepiskan tangan Sony yang berusaha memeluknya.

“Jangan sentuh tubuhku,” pekiknya.

“Jangan berteriak Pratiwi. Memalukan,” lalu Sony tertawa menjijikkan.

“Seberapa besar kekuatan kamu untuk melawan aku? Tak ada siapa-siapa di sini. Hanya Marsam, yang menunggui jauh dari rumah. Dia yang mengantarkan kamu kemari.”

Pratiwi baru sadar. Pengemudi mobil kantor tadi Marsam. Ia tak begitu memperhatikan wajah Marsam, hanya sekilas. Lalu Pratiwi menyesali semuanya. Kalau saja dia tahu, dia tak akan mau masuk ke mobilnya. Tapi semuanya sudah terlambat. Dia merasa seperti anak kelinci di depan seekor singa. Melompatpun, apa dayanya?

Dan itu benar, tiba-tiba saja Sony sudah melompat dan menerkam tubuhnya. Pratiwi meronta, tapi tak berdaya ketika Sony mengangkatnya ke dalam sebuah kamar. Kamar yang bagus, dan wangi, dengan kasur yang sangat empuk, sehingga bisa membuat tubuhnya mendat ketika Sony melemparkan keatasnya.

Pratiwi meronta, dan berusaha menjauhi Sony yang berdiri di samping ranjang.

“Kamu seperti ikan koi yang menggelepar di dalam kolam. Aku suka itu.”

Sony meraih baju Pratiwi dan menariknya keras sehingga robek. Untunglah hanya baju luar semacam jas yang meninggalkan blous putih yang masih setia menutupi tubuhnya. Pratiwi menggeser tubuhnya, dan melompat ke sisi tempat tidur yang lain.

“Aku suka gadis liar. Tapi dengar Pratiwi, aku tidak suka memperkosa. Aku ingin kamu menyerah dengan manis. Kalau kamu masih melawan, aku masih punya cara lain untuk menundukkan kamu, agar kamu menyerah dan melayani aku dengan manis.”

Pratiwi pucat pasi. Ia melihat Sony menjauh, dan membuka sebuah almari kecil yang mengambil sesuatu didalam almari itu. Ia segera tahu, Sony akan mencekokinya obat. Lalu Pratiwi teringat pesan singkatnya kepada Ardian. Mengapa Ardian tak segera menyusulnya? Tidak membaca pesannya? Atau …

Sony sudah mendekat, naik ke atas tempat tidur sambil menggenggam sesuatu di tangannya.

Kali ini Pratiwi benar-benar meneteskan air mata.

“Tolong jangan lakukan. Tolonglah aku,” ratapnya memelas.

Sony tertawa.

"Akhirnya kamu harus mengakui kekuatanku, Pratiwi. Kamu tahu? Aku benci kesombonganmu, sekarang aku ingin kamu memohon-mohon belas kasihan di hadapanku. Tapi semuanya sudah terlambat. Hukuman bagi kamu sudah aku jatuhkan.”

“Toloonglah aku… “

Tiba-tiba terdengar pintu ditendang dari luar. Sony terkejut melihat siapa yang datang, sambil menatapnya dengan mata garang.

***

Besok lagi ya.

40 comments:

  1. Matur nuwun... buu Tien, akhirnya bisa merasakan no.1..

    ReplyDelete
    Replies
    1. 🌾🍎πŸ₯¦πŸŒ·πŸ₯¬πŸŒΉπŸΆπŸ§

      Alhamdulillah eSBeKa eps 28 malam ini, Jum'at 24 Pebruari 2023, sdh tayang.

      Matur nuwun bu Tien, salam SEROJA dan tetap semangat.
      Tetap A D U H A I.......

      🌾🍎πŸ₯¦πŸŒ·πŸ₯¬πŸŒΉπŸΆπŸ§

      Delete
  2. Matur nuwun inggih mbakyu Tienkumalasari dear...Salam aduhaai dan tetep semangat dariku di Cibubur

    ReplyDelete
  3. Selamat jeng Nien (siapa ya kok blm kenal ? sebab diprofilnya gak ada fotonya) Untuk jati diri please call me 085101776038..... Salam kenal, jeng Nien (jika belum kenal aku Kakek Habi)

    ReplyDelete
    Replies
    1. CARA MEMASANG FOTO DI KOMEN ANDA, DI BLOGSPOT TIEN KUMALASARI, sbb :

      1. Ketuk nama Anda / UNKNOWN di komentar Anda;
      2. Ketuk EDIT PROFIL KANAN ATAS (orange);
      3.Ketuk Kolom Foto (hapus gambar);
      4. Pilih Foto tercantik/tercakep Anda, ketuk foto Anda;
      5. Isi form yang tersdia data Anda, nomor telepon dll;
      6. Baca lagi hasil editing data & foto Anda;
      7. Lalu KETUK SIMPAN PROFIL (orange kiri bawah);
      S E L E S A I
      8. Keluar dari blogspot;
      9. Masuk lagi ke blog Tienkumalasari22.blogspot.com;

      Selamat mencoba, jika ada kesulitan hubungi saya Kakek Habi 0851 0177 6038

      Delete
    2. πŸ‘πŸ‘πŸ‘ Tks infonya pak kakek Habi

      Delete
  4. Maturnuwun Bu Tien...
    πŸ™πŸ™

    ReplyDelete

  5. Alhamdulillah SETANGKAI BUNGAKU~28 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien πŸ™

    ReplyDelete
  6. Alhamdulilah
    Terimakasih cerbungnya bunda Tien
    Semoga bunda Tien sekeluarga selalu sehat wal'afiat aamiin

    ReplyDelete
  7. Matur nuwun mbak Tien-ku Tiwi sudah hadir.

    ReplyDelete
  8. Wuiiih...seru niih, sayang lanjutannya msh nunggu besok mlm, matur nuwun bunda Tien sdh tayang gasik, salam sehat sllu

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah tayang awal. Semoga Pratiwi dapat diselamatkan oleh Ardian dan Bondan

    ReplyDelete
  10. Yg dituggu tayang awal... semakin menegangkan mnunggu besok.... Sehat² sllu Mbu Tien bersama keluarga

    ReplyDelete
  11. πŸŒΊπŸŒΏπŸŒΊπŸŒΏπŸ¦‹πŸŒΏπŸŒΊπŸŒΏπŸŒΊ
    Alhamdulillah SB 28 telah
    hadir. Matur nuwun Bunda
    Tien. Salam sehat, bahagia
    dan tetap Aduhai...
    πŸŒΊπŸŒΏπŸŒΊπŸŒΏπŸ¦‹πŸŒΏπŸŒΊπŸŒΏπŸŒΊ

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah, maturnuwun, sehat dan bahagia selalu bunda Tien ..

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah mksh Bu Tien salam sehat selalu

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah, sdh tayang matur nuwun bu Tien
    Sehat wal'afiat selalu

    Duh Tiwi sabar ya ,,,ada bantuan tuh ,,,Adrian atau Susana ya,,,

    ReplyDelete
  15. Wiw keren Adrian di kasih tahu lewat GPS,
    eh siapa tahu Bondan ikutan nguntit Ardian karena tiba tiba berbalik arah, nah Susana baru terakhir belakangan datang, tapi itu rumah kontrakan malah dirusak pintunya.
    Waduh, Pratiwi langsung mendekat Ardian,
    mudah mudahan nggak menjalar.
    Disana masih ada Roy, ini Bondan aja sudah cukup kalau jadi nguntit.
    Bubar donk kantornya, dibalik permasalahan perjanjian kerja, yang dihitung utang ditukar dengan tuntutan pemaksaan kehendak, terencana.
    Tercemar sudah dan habis karir Sony.
    Berita itu masuk surat kabar, sudah pasti berjarak dengan keluarga Yuwono, Ratih yang menggaris bawahi, iya Sony memang begitu kelakuannya setelah ditinggal pacarnya.
    Dengan kekayaan nya mengumbar kuasa.
    Tapi beraninya sama kaum lemah, cèmèn lho son, anak mama dihajar habis, muka bengeb kapok lho.
    Pratiwi satpamnya banyak

    Terimakasih Bu Tien
    Setangkai bungaku yang ke dua puluh delapan sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    πŸ™

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah SB- 28 sdh hadir
    kereen...pertolongan utk Pratiwi sdh datang
    Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  17. Pasti Sony si licik semoga Bondan cepat nolong,Ratih2🀲🀲🀲😭

    ReplyDelete
  18. Moga yg dobrak pintu Ardian dan Bondan
    Ayo Pratiwi hrs di selamat kan moga Susana juga dtg utk damprat Sony keparat
    Mksh bunda Tien sehat selalu doaku
    Yuuk bikin hati pembaca penasaran
    ADUHAI

    ReplyDelete
  19. Alhamdulilah..
    Tks bunda Tien..
    Semoga Pratiwi selamat..
    Salam sehat selalu utk bunda Tien πŸ™πŸ™πŸŒΉπŸ€²

    ReplyDelete
  20. Ardiankah yg datang,pasti disusul Bondan.
    Moga Pratiwi selamat dari kejahatan Soni.
    Makasih mba Tien.
    Tetap sehat dan selalu semangat.Aduhai

    ReplyDelete
  21. Slmt pgiii bunda Tien..alhamdullilah sdh bc SB..y Allah seneng banget krn Adrian yg mau nolong Pratiwi...ditgu slnjutnya..slm serojadri skbmi y bundaπŸ™πŸ˜˜πŸ˜˜πŸŒΉ

    ReplyDelete
  22. Semalam seperti sudah komen kok hilang ya...
    Nah tertangkap tangan oleh Bondan, Ardian dan Susan. Jadi urusan polisi yang akan berbuntut panjang.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...