SETANGKAI BUNGAKU
28
(Tien Kumalasari)
Dua buah mobil yang berhenti di luar gerbang kantor Megah
Perkasa itu sudah sejak lama tak bergerak. Tapi kemudian setelah ada mobil
keluar dari halaman, seperti saling kontak, pengemudinya turun. Dua orang
laki-laki gagah, yang kemudian ternyata saling mengenal.
“Mas Bondan?”
“Ini kan mas Ardian?”
Lalu keduanya berjabatan tangan.
“Kok kita sama-sama berhenti di sini?” tanya Bondan.
“Saya tidak tahu kalau ada mas Bondan, jadi saya diam
saja. Saya mau menjemput Pratiwi, tapi tadi bertanya pada satpam yang di dalam,
katanya Pratiwi lembur, jadi saya menunggu.
“Kok sama, saya juga tadi bertanya. Tapi lihat, kok
sepedanya di bawa ke ruang satpam?” tanya Ardian yang kemudian memasuki halaman
sambil berjalan kaki, diikuti Bondan.
“Mas Satpam, kok sepeda Pratiwi ada di sini?” tanya
Ardian.
“Lhoh, ini sepedanya gembos, dia diantar mobil
perusahaan, belum lama.”
“Mobil yang barusan keluar?”
“Tanpa menunggu jawaban. Ardian berlari ke luar,
menghampiri mobilnya. Demikian juga Bondan. Entah mengapa, tiba-tiba ada
perasaan tak enak diantara keduanya. Mereka memacu mobilnya ke arah rumah
Pratiwi.
Satpam itu geleng-geleng kepala, lalu kembali duduk di
dalam ruangannya. Tapi baru saja ia meletakkan pantatnya di kursi, sebuah mobil
meluncur, dan berhenti persis di depan ruangannya.
“Kok sepeda Pratiwi ada di sini?” tanya penumpang
mobil yang kemudian turun.
“Oh, Bu Susan sudah kembali?”
“Aku bertanya, kenapa sepeda Pratiwi ada disini?” kata
Susana dengan nada tinggi.
“Iya Bu, ban sepeda bu Pratiwi gembos dua-duanya. Tadi barusan
pulang karena lembur.”
“Pratiwi pulang naik apa?”
“Tadi diantar sopir, eh … sopirnya pak Sony.”
“Apa?”
“Ya, pak Marsam yang kebetulan ada di sini.”
“Bersama pak Sony?”
“Tadi sama pak Sony, tapi pak Sony hanya sebentar,
kemudian pergi lagi, pastinya ke hotel. Saya tidak tahu.”
Susana langsung memasuki mobilnya, dan memerintahkan
kepada sopir untuk segera membawanya pergi, tentu saja ke rumah Pratiwi.
Sang satpam semakin heran akan kejadian di awal malam
itu. Beberapa orang bertanya tentang Pratiwi. Tapi ia tak begitu memusingkan
semuanya, karena dia sudah letih, dan sedang menunggu petugas lain yang menggantikannya
berjaga malam itu.
***
Pratiwi baru saja mau memberi tahu kepada sopir yang
mengantarkannya, bahwa jalan menuju ke rumahnya adalah belok kiri di perempatan
di depan mereka, ketika tiba-tiba mobil itu dibelokkannya ke arah yang
berlawanan.
“Lho, Mas, kok ke sini, rumah saya belok ke sana.”
“Oh, iya Mbak, maaf, sebenarnya saya di suruh
mengantarkan barang yang di belakang itu untuk saudaranya pimpinan kita, jadi
saya harus ke sana dulu. Maaf tidak langsung memberi tahu sama Mbak, tadi.”
“Ke mana? Jauhkah?”
“Tidak begitu jauh kok, sebentar juga sampai.”
Tapi tiba-tiba perasaan tak enak segera menyeruak ke
dalam benaknya.
“Pak, kalau begitu saya turun di sini saja, rumah saya
sudah dekat, saya bisa naik taksi.”
“Jangan Mbak. Saya nanti bisa kena tegur oleh
pimpinan, menurunkan karyawan di jalan, sembarangan. Sabar dulu ya Mbak.”
“Saya lebih baik turun saja, saya harus segera sampai
di rumah, ibu saya sudah menunggu.”
“Mbak ini bagaimana? Kalau Mbak turun, kemudian
memanggil taksi, lalu Mbak kan harus menunggu taksinya datang? Sama saja dengan
menunggu saya menyampaikan pesanan, baru mengantarkan Mbak. Ya kan?” kata si
pengemudi yang ternyata adalah Marsam itu, sambil memacu mobilnya lebih cepat.
Pratiwi berdebar. Jalanan ramai, tapi sang sopir
memacu kendaraannya seperti sedang dikejar setan.
“Ya ampun Mas, pelan-pelan,” kata Pratiwi ketakutan.
“Mbak kan sedang terburu-buru?”
“Saya turun saja Mas, tidak usah ikut mengantarkan
pesanan, entah pesanan apapun itu.” kata Pratiwi sambil memegang handel pintu.
Tapi pintu itu, tentu saja terkunci.
“Jangan main-main dengan pintu lho Mbak, nanti Mbak
terjatuh, bagaimana?” kata Marsam yang sudah tahu bahwa Pratiwi tak akan bisa
membukanya, tapi dia tetap mengingatkannya.
Pratiwi diam, tapi perasaannya tetap tak enak.
“Sabar sebentar Mbak, ini hampir sampai.”
Pratiwi yang sudah mengetahui banyak hal, tiba-tiba
merasa dirinya tidak akan nyaman, apalagi aman. Diam-diam dia mengambil
ponselnya, menulis pesan singkat, kepada Ardian. Entah kenapa kepada Ardian,
dia tidak tahu. Ia berpikir bahwa keluarga Luminto dekat dengan keluarganya.
Jadi kalau ada apa-apa, ibunya akan segera tahu.
“Saya memasang GPS.” Tulisnya .
Barangkali pesan singkat itu bisa dimengerti, atau
entahlah. Pratiwi sangat panik, ketika sang sopir menoleh ke arahnya.
“Menelpon siapa Mbak?”
“Itu … mengabari ke rumah, bahwa saya pulang
terlambat,” jawabnya sekenanya.
“Oh …”
Pratiwi semakin panik, karena yang katanya sudah
hampir sampai, ternyata tidak sampai-sampai.
Sementara itu Ardian dan Bondan sudah sampai di depan
gang yang menuju ke arah rumah Pratiwi. Ardian terkejut mendapat pesan Pratiwi.
Ia segera tahu, Pratiwi sedang dalam bahaya. Ia dengan cepat memutar balik
mobilnya. Bondan yang curiga, segera mengikutinya. Walaupun dia tak menerima
pesan apapun, tapi sikap Ardian yang tiba-tiba memutar mobilnya, menunjukkan
bahwa ada sesuatu yang sangat penting, bahkan gawat.
“Kok lama sekali ya Mas, saya mau turun saja. Tolong
turunkan saya,” kata Pratiwi yang semakin cemas, karena sikap sang sopir.
Kalaupun ada pesanan, mestinya dia mengantarkannya pulang dulu, karena rumahnya
lebih dekat, bukannya mengantarkan pesanan dulu yang ternyata jauh.
“Itu, sudah hampir sampai, tenanglah Mbak.”
Sopir itu turun, dan mengambil dua bungkusan besar di
jok belakang.
“Mbak, maukan menolong membawa bungkusan yang satunya?
Ini sangat berat, yang tertinggal itu sangat ringan. Tolong Mbak, supaya kita
bisa cepat kembali dan mengantarkan Mbak.”
Pemikiran ‘supaya cepat kembali dan diantar pulang’, membuat
Pratiwi kemudian turun, mengambil satu bungkusan yang tersisa, dan mengikuti
Marsam memasuki sebuah rumah kecil yang tampak bagus, tapi pintunya tertutup.
“Ayo Mbak, tolong bawa masuk.”
Pratiwi terpaksa mengikuti sang sopir, yang kemudian
membuka pintu dengan mudah, kemudian meletakkan bungkusan besar di dalamnya.
Namun begitu Pratiwi meletakkan bungkusan yang
dibawanya, sang sopir kemudian mengunci pintunya.
Pratiwi terbelalak kaget.
“Ke … kenapa … dikunci?” tanyanya panik.
“Iya Mbak, kita keluar lewat pintu samping saja,”
katanya sambil berjalan masuk semakin ke dalam. Pratiwi tegak di tempatnya.
Perkataan sang sopir sangat susah diterimanya. Mengapa harus mengunci pintu,
lalu harus lewat pintu samping? Itu tampak mengada-ada. Pratiwi nekat mendekati
pintu, dimana dia masuk, tapi ia tak berhasil membukanya, sementara sang sopir
sudah tak kelihatan batang hidungnya. Lewat pintu samping seperti yang
dikatakannya? Pratiwi masih menggerak-gerakkan handel pintu dengan gemetar dan
perasaan cemas. Ia masih memegangi handel pintu, ketika tiba-tiba seseorang
menyentuh bahunya, dan memegangnya erat.
Pratiwi membalikkan tubuhnya, dan melihat sosok orang
yang amat dibencinya.
“Kamu?”
“Selamat bertemu, Pratiwi,” kata Sony lembut.
“Kk … kamu?”
“Hei, sapa aku dengan lembut, kamu belum tahu kalau
aku adalah atasan kamu?”
Pratiwi tiba-tiba menangkap bahaya yang akan terjadi.
Wajahnya menjadi pucat pasi.
“Biarkan ssaya pergi.”
“Pratiwi, sejak dulu kamu itu tidak pernah menaruh perhatian sama aku. Sekarang, bahkan setelah aku memberikan segala kebaikan untuk kamu, memberi kamu kemudahan dalam hal apapun, saat adik kamu operasi, saat kamu membutuhkan uang untuk mencukupi kebutuhan kamu. Mana rasa terima kasih yang ingin kamu berikan
sama aku?”
“Aaku … akan mengembalikan semuanya …” gemetar Pratiwi
ketika mengucapkannya, tanpa tahu bagaimana cara dia harus mengembalikan semua
uang yang diterimanya dari perusahaan, yang tentu saja karena kemurahan hati
Sony. Kemurahan? Atau jerat yang dipasang olehnya?”
Sony terbahak keras sekali. Sikap lembut yang pada
awalnya ditampakkannya, lenyap seketika. Ia melihat mata singa memancar, dan
siap menerkamnya dengan gigi-gigi tajamnya.
“Kamu akan mengembalikannya? Dengan apa sayang? Apa
kamu punya uang sebanyak itu? Bahkan di dalam perjanjian tertulis, kalau kamu
ingkar maka kamu akan mengembalikan sepuluh kali lipat dari tiga bulan gaji
pertama kamu. Kamu punya?”
Pratiwi mundur kebelakang, sampai tubuhnya tersandar
pada pintu.
“Pratiwi, dengar. Kamu tidak usah mengembalikan uang
kamu, tapi tetaplah bekerja untuk aku, dan menjadi kekasihku.”
“Tidaaaak,” Pratiwi menjerit.
“Kamu ini benar-benar kurangajar ya. Sama sekali tak
pernah peduli pada kebaikan orang?”
“Kebaikan yang berbau busuk, karena kamu punya maksud
tersembunyi.”
Sony meradang. Gadis cantik yang menjadi karyawannya
ini, yang mendapatkan perlakuan istimewa darinya, sama sekali tak peduli
padanya, bahkan memakinya. Tangan Sony terayun, kearah pipi Pratiwi.
Plaaakkk!!
Pratiwi menggigit bibirnya. Ia tak sudi mengeluh.
Bahkan tak sudi ia menitikkan air mata. Sekarang ia menatap wajah Sony yang
memerah. Menatap dengan kemarahan yang meluap. Ia melakukan semuanya demi
adiknya. Demi keluarganya, dan dia tidak ingin menyesalinya. Terbayang rumah
orang tuanya, yang akan dijualnya, untuk mengembalikan uang haram yang diberikan
Sony.
“Kamu itu bodoh atau apa? Ada solusi terbaik agar
bebanmu ringan. Kamu hanya memberikan senyuman, dan kepasrahan sama aku, dan
semuanya selesai. Ayo kita berdamai, mulai malam ini, Pratiwi. Lalu kamu
pulanglah. Semuanya akan baik-baik saja,” Sony masih bisa mengendapkan
kekesalannya, dan mencoba merayu dengan lembut. Tapi Pratiwi bergeming. Ia
menepiskan tangan Sony yang berusaha memeluknya.
“Jangan sentuh tubuhku,” pekiknya.
“Jangan berteriak Pratiwi. Memalukan,” lalu Sony
tertawa menjijikkan.
“Seberapa besar kekuatan kamu untuk melawan aku? Tak
ada siapa-siapa di sini. Hanya Marsam, yang menunggui jauh dari rumah. Dia yang
mengantarkan kamu kemari.”
Pratiwi baru sadar. Pengemudi mobil kantor tadi
Marsam. Ia tak begitu memperhatikan wajah Marsam, hanya sekilas. Lalu Pratiwi
menyesali semuanya. Kalau saja dia tahu, dia tak akan mau masuk ke mobilnya.
Tapi semuanya sudah terlambat. Dia merasa seperti anak kelinci di depan seekor
singa. Melompatpun, apa dayanya?
Dan itu benar, tiba-tiba saja Sony sudah melompat dan
menerkam tubuhnya. Pratiwi meronta, tapi tak berdaya ketika Sony mengangkatnya
ke dalam sebuah kamar. Kamar yang bagus, dan wangi, dengan kasur yang sangat
empuk, sehingga bisa membuat tubuhnya mendat ketika Sony melemparkan keatasnya.
Pratiwi meronta, dan berusaha menjauhi Sony yang
berdiri di samping ranjang.
“Kamu seperti ikan koi yang menggelepar di dalam
kolam. Aku suka itu.”
Sony meraih baju Pratiwi dan menariknya keras sehingga
robek. Untunglah hanya baju luar semacam jas yang meninggalkan blous putih yang
masih setia menutupi tubuhnya. Pratiwi menggeser tubuhnya, dan melompat ke sisi
tempat tidur yang lain.
“Aku suka gadis liar. Tapi dengar Pratiwi, aku tidak
suka memperkosa. Aku ingin kamu menyerah dengan manis. Kalau kamu masih
melawan, aku masih punya cara lain untuk menundukkan kamu, agar kamu menyerah
dan melayani aku dengan manis.”
Pratiwi pucat pasi. Ia melihat Sony menjauh, dan
membuka sebuah almari kecil yang mengambil sesuatu didalam almari itu. Ia
segera tahu, Sony akan mencekokinya obat. Lalu Pratiwi teringat pesan
singkatnya kepada Ardian. Mengapa Ardian tak segera menyusulnya? Tidak membaca
pesannya? Atau …
Sony sudah mendekat, naik ke atas tempat tidur sambil
menggenggam sesuatu di tangannya.
Kali ini Pratiwi benar-benar meneteskan air mata.
“Tolong jangan lakukan. Tolonglah aku,” ratapnya
memelas.
Sony tertawa.
"Akhirnya kamu harus mengakui kekuatanku, Pratiwi. Kamu
tahu? Aku benci kesombonganmu, sekarang aku ingin kamu memohon-mohon belas kasihan di
hadapanku. Tapi semuanya sudah terlambat. Hukuman bagi kamu sudah aku jatuhkan.”
“Toloonglah aku… “
Tiba-tiba terdengar pintu ditendang dari luar. Sony
terkejut melihat siapa yang datang, sambil menatapnya dengan mata garang.
***
Besok lagi ya.
Matur nuwun... buu Tien, akhirnya bisa merasakan no.1..
ReplyDelete🌾🍎🥦🌷🥬🌹🐶🐧
DeleteAlhamdulillah eSBeKa eps 28 malam ini, Jum'at 24 Pebruari 2023, sdh tayang.
Matur nuwun bu Tien, salam SEROJA dan tetap semangat.
Tetap A D U H A I.......
🌾🍎🥦🌷🥬🌹🐶🐧
Alhamdulillah
ReplyDeleteGasik
Matur nuwun bu
Mtrnwn
ReplyDeleteAlhamdulilah tks bu tien
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeletealhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien sugeng ndalu
ReplyDeleteMatur nuwun inggih mbakyu Tienkumalasari dear...Salam aduhaai dan tetep semangat dariku di Cibubur
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSelamat jeng Nien (siapa ya kok blm kenal ? sebab diprofilnya gak ada fotonya) Untuk jati diri please call me 085101776038..... Salam kenal, jeng Nien (jika belum kenal aku Kakek Habi)
ReplyDeleteCARA MEMASANG FOTO DI KOMEN ANDA, DI BLOGSPOT TIEN KUMALASARI, sbb :
Delete1. Ketuk nama Anda / UNKNOWN di komentar Anda;
2. Ketuk EDIT PROFIL KANAN ATAS (orange);
3.Ketuk Kolom Foto (hapus gambar);
4. Pilih Foto tercantik/tercakep Anda, ketuk foto Anda;
5. Isi form yang tersdia data Anda, nomor telepon dll;
6. Baca lagi hasil editing data & foto Anda;
7. Lalu KETUK SIMPAN PROFIL (orange kiri bawah);
S E L E S A I
8. Keluar dari blogspot;
9. Masuk lagi ke blog Tienkumalasari22.blogspot.com;
Selamat mencoba, jika ada kesulitan hubungi saya Kakek Habi 0851 0177 6038
👍👍👍 Tks infonya pak kakek Habi
DeleteMaturnuwun Bu Tien...
ReplyDelete🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah SETANGKAI BUNGAKU~28 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏
Alhamdulilah
ReplyDeleteTerimakasih cerbungnya bunda Tien
Semoga bunda Tien sekeluarga selalu sehat wal'afiat aamiin
Matur nuwun mbak Tien-ku Tiwi sudah hadir.
ReplyDeleteWuiiih...seru niih, sayang lanjutannya msh nunggu besok mlm, matur nuwun bunda Tien sdh tayang gasik, salam sehat sllu
ReplyDeleteAlhamdulillah tayang awal. Semoga Pratiwi dapat diselamatkan oleh Ardian dan Bondan
ReplyDeleteSemakin deg deg -an
ReplyDeleteAlhamdulillahi rabbil'alamiin
ReplyDeleteYg dituggu tayang awal... semakin menegangkan mnunggu besok.... Sehat² sllu Mbu Tien bersama keluarga
ReplyDelete🌺🌿🌺🌿🦋🌿🌺🌿🌺
ReplyDeleteAlhamdulillah SB 28 telah
hadir. Matur nuwun Bunda
Tien. Salam sehat, bahagia
dan tetap Aduhai...
🌺🌿🌺🌿🦋🌿🌺🌿🌺
Alhamdulillah Maturnuwun
ReplyDeleteAlhamdulillah, maturnuwun, sehat dan bahagia selalu bunda Tien ..
ReplyDeleteAlhamdulillaah dah tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah mksh Bu Tien salam sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah, sdh tayang matur nuwun bu Tien
ReplyDeleteSehat wal'afiat selalu
Duh Tiwi sabar ya ,,,ada bantuan tuh ,,,Adrian atau Susana ya,,,
Matur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien
ReplyDeleteWiw keren Adrian di kasih tahu lewat GPS,
ReplyDeleteeh siapa tahu Bondan ikutan nguntit Ardian karena tiba tiba berbalik arah, nah Susana baru terakhir belakangan datang, tapi itu rumah kontrakan malah dirusak pintunya.
Waduh, Pratiwi langsung mendekat Ardian,
mudah mudahan nggak menjalar.
Disana masih ada Roy, ini Bondan aja sudah cukup kalau jadi nguntit.
Bubar donk kantornya, dibalik permasalahan perjanjian kerja, yang dihitung utang ditukar dengan tuntutan pemaksaan kehendak, terencana.
Tercemar sudah dan habis karir Sony.
Berita itu masuk surat kabar, sudah pasti berjarak dengan keluarga Yuwono, Ratih yang menggaris bawahi, iya Sony memang begitu kelakuannya setelah ditinggal pacarnya.
Dengan kekayaan nya mengumbar kuasa.
Tapi beraninya sama kaum lemah, cèmèn lho son, anak mama dihajar habis, muka bengeb kapok lho.
Pratiwi satpamnya banyak
Terimakasih Bu Tien
Setangkai bungaku yang ke dua puluh delapan sudah tayang
Sehat sehat selalu doaku
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Alhamdulillah SB- 28 sdh hadir
ReplyDeletekereen...pertolongan utk Pratiwi sdh datang
Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat dan bahagia selalu.
Aamiin
Terimakasih Mbak Tien...
ReplyDeletePasti Sony si licik semoga Bondan cepat nolong,Ratih2🤲🤲🤲😭
ReplyDeleteMoga yg dobrak pintu Ardian dan Bondan
ReplyDeleteAyo Pratiwi hrs di selamat kan moga Susana juga dtg utk damprat Sony keparat
Mksh bunda Tien sehat selalu doaku
Yuuk bikin hati pembaca penasaran
ADUHAI
Alhamdulilah..
ReplyDeleteTks bunda Tien..
Semoga Pratiwi selamat..
Salam sehat selalu utk bunda Tien 🙏🙏🌹🤲
Ardiankah yg datang,pasti disusul Bondan.
ReplyDeleteMoga Pratiwi selamat dari kejahatan Soni.
Makasih mba Tien.
Tetap sehat dan selalu semangat.Aduhai
Slmt pgiii bunda Tien..alhamdullilah sdh bc SB..y Allah seneng banget krn Adrian yg mau nolong Pratiwi...ditgu slnjutnya..slm serojadri skbmi y bunda🙏😘😘🌹
ReplyDeleteSemalam seperti sudah komen kok hilang ya...
ReplyDeleteNah tertangkap tangan oleh Bondan, Ardian dan Susan. Jadi urusan polisi yang akan berbuntut panjang.
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Terima kaaih Bu Tien
ReplyDelete