Monday, January 16, 2023

KANTUNG BERWARNA EMAS 36

 

KANTUNG BERWARNA EMAS  36

(Tien Kumalasari)

 

Rian tersenyum mendengar jawaban Nurani. Ditepuknya bahunya untuk menunjukkan rasa senangnya.

“Semangat Nur, mas Andre laki-laki yang baik. Bapak sama ibu kamu tidak salah memilih,” kata Rian sambil meraih baki berisi minuman, dibawanya ke depan, sementara Nurani masuk ke dalam kamar untuk mengganti baju.

Ketika sampai di depan, dilihatnya ayahnya sudah ngobrol dengan Andre.

“Rian, kalian memang mau pergi malam ini?”

“Iya. Siswati ulang tahun, saya mengajak mas Andre dan Nurani untuk ikut merayakannya.

“Bawa saja mobil bapak, jadi nanti pulangnya tidak merepotkan Andre.”

“Saya masih mau nyamperin Siswati, sementara mas Andre dan Nurani akan mampir membeli sesuatu untuk yang berulang tahun,” kata Rian.

“Itulah, kamu bawa mobil bapak nyamperin Siswati, biar Andre sama Nurani. Tinggal janjian saja, ketemunya nanti di mana, kan beres?”

“Benar Rian. Kalau kamu ikut mampir-mampir, Siswati kelamaan nunggunya,” kata Andre.

“Baiklah, begitu juga tidak apa-apa.”

“Ini kunci mobilnya, sudah bapak siapkan. Pamit sama ibu kamu, sana.”

“Tadi sudah bilang sama ibu. Sekarang tinggal pamit sama Bapak,” kata Rian sambil menerima kunci mobil, kemudian mencium tangan ayahnya.

“Hati-hati di jalan, dan jangan pulang terlalu larut. Kamu membawa anak gadis orang,” pesan pak Candra.

“Iya Pak, Rian mengerti,” jawab Rian sambil tertawa, lalu masuk ke dalam mobilnya.

“Duluan maas!” teriaknya kepada Andre.

Andre menjawabnya dengan lambaian tangan.

Nurani terkejut, ketika keluar, tak melihat Rian di teras.

“Mana mas Rian?” tanyanya.

“Rian sudah berangkat, pakai mobil bapak,” kata pak Candra.

“Jadi ….?”

“Jadi kamu berangkat sama Andre. Kok seperti bingung begitu?”

“Bukan, tadi bilang mau mengantar beli kado untuk mbak Sis.”

“Aku juga mau beli, jadi kita bisa belanja kado sama-sama,” kata Andre sambil tertawa.

“Ya sudah, berangkatlah, jangan pulang terlalu malam.”

“Saya pergi dulu Pak,” kata Andre sambil mencium tangan pak Candra, diikuti Nurani yang tak mengucapkan apapun, karena hatinya berdebar-debar.

Ketika mereka berangkat, pak Candra masuk ke rumah dengan membawa senyuman. Anak-anak sudah dewasa, sudah mendapat pasangan yang pas.

“Semoga pilihanku tidak salah.”

“Apa Bapak mau makan sekarang?” tiba-tiba bu Candra muncul dari arah belakang.

“Nanti saja, aku masih kenyang,” jawab pak Candra dingin.

Bu Candra merasa kesal, suaminya malah duduk di ruang tengah, menyalakan televisi.

***

“Mana Nurani? Kenapa sendirian?” tanya Siswati ketika sudah bersama Rian, didalam mobil.

“Nurani akan datang bersama mas Andre.”

“Oh, mas Andre yang itu … asisten ayah kamu itu kan?”

“Iya. “

“Aku ingin menanyakan sesuatu, kebetulan Nurani tidak bersama kita sekarang.”

“Ada apa? Kenapa dengan Nurani?”

“Tidak ada apa-apa sih, cuma ada sedikit ganjalan saja.”

“Maksudnya?”

“Ketika aku datang ke rumah kamu bersama Nurani, aku juga ketemu ibu kamu.”

“Oh ya? Ibu bilang apa?”

“Kata ibu, kamu sama Nurani itu sudah sangat dekat. Kata-katanya tidak begitu jelas, dan aku agak lupa. Cuma intinya, ibu kamu bilang bahwa bagusnya kamu berjodoh sama Nurani.”

“Apa? Ibu bilang begitu?”

“Iya, itu menjadi ganjalan buat aku. Jangan-jangan Nurani tidak suka kalau aku dekat sama kamu.”

“Kenapa Nurani? Yang ngomong kan ibuku?”

“Benar, tapi aku khawatir, kalau aku dianggap merusak hubungan kalian.”

“Apa yang dikatakan ibu, kamu tidak usah memikirkan, apa lagi merasakannya. Nurani juga sudah punya calon. Dan dia itu adik aku. Sejak kecil kami sudah menjadi kakak adik.”

“Aku tuh, soalnya pernah juga mengajak Nurani bareng pulang, tapi dia nggak mau. Wajahnya kelihatan aneh, sepertinya dia tidak suka sama aku.”

“Itu kan perasaan kamu saja. Nurani sangat baik, dan mendukung hubungan kita kok.”

“Benar?”

“Tentu saja benar. Sekarang ini mas Andre sedang berusaha mendekati Nurani. Mereka sebenarnya sudah dijodohkan.”

“Oh ya?”

“Tapi tampaknya Nurani belum bisa menerimanya.”

“Bukankah mas Andre itu baik, ganteng dan sudah mapan?”

“Iya, aku tahu. Tapi tampaknya Nurani belum memikirkan itu. Barangkali dia akan mengedepankan kuliahnya dulu.”

“Keburu tua dong mas Andre nya?”

“Iya sih. Sebenarnya kalau dulu tidak ada kendala, Nurani pasti sudah bisa menyelesaikan kuliahnya. Tapi yah … ada kendala, dia harus mogok sekolah selama empat tahunan.”

“Berarti kira-kira dia seumuran dong, sama aku?”

“Ya, begitulah.”

“Ya sudah kalau memang tidak ada apa-apa.”

“Memang tidak, kami hanya kakak beradik, tidak lebih. Aku menyayangi dia sebagai adik, dan dia menyayangi aku sebagai kakak.”

“Syukurlah.”

“Aku harap kamu tidak usah mendengarkan apa kata ibu, seandainya ketemu lagi.”

“Baiklah.”

***

Andre dan Nurani masih berada di toko, dan memilih hadiah yang baik untuk hadiah ulang tahun Siswati. Andre sudah membelikan boneka, tapi Nurani membelikannya sebuah buku.

“Mengapa memberi hadiah buku?”

“Mbak Siswati sedang mengerjakan skripsi, barangkali buku ini berguna.”

Andre tersenyum, dan merasa salut atas pemikiran Nurani.

“Dasar anak pintar, hadiah yang akan diberikan juga yang berisi ilmu. Itu bagus. Aku yakin Siswati akan senang menerimanya.

“Aamiin.”

Nurani berjalan ke arah kasir, tapi Andre sudah mendahului membayarnya.

“Kok dibayarin sih.”

“Tidak apa-apa, yang pantas membayar itu laki-laki,” kata Andre.

“Kalau begitu yang memberi hadiah bukan aku dong,” sergah Nurani.

Andre tertawa.

“Oh ya, maaf. Baiklah,” kata Andre yang kemudian mengambil kembali uangnya. Ia tahu Nurani sangat keras hati. Kalau Andre memaksa, bisa-bisa gagal upayanya untuk mendekati.

Nurani tersenyum manis.

“Aku yang minta maaf. Bukannya aku sombong, tapi ini kan sebuah hadiah. Biarlah yang berulang tahun tahu, seberapa besar artinya sebuah jerih payah untuk mewujudkan hadiah ini. Ini dari uang saku aku, karena aku belum punya penghasilan,” kata Nurani panjang lebar.

Sikap Nurani membuat Andre semakin suka. Nurani gadis yang unik. Dia cantik, baik hati, susah ditundukkan, dan dia keras hati untuk sebuah kebaikan.

Andre mundur selangkah, sambil mengacungkan dua jempol tangannya di hadapan Nurani, yang ditepis Nurani dengan senyuman yang sedari tadi ditebarkannya untuk Andre, membuat Andre terpesona.

Tapi ketika Andre minta untuk membawakan bungkusan hadiahnya, Nurani tidak menolaknya.

Kedatangan mereka ke sebuah restoran, ternyata kalah dari Rian dan Siswati, karena keduanya lebih dulu datang.

“Maaf, terlambat.”

Siswati langsung berdiri, ketika Andre dan Nurani memberikan salam dan ucapan selamat.

“Selamat milad, Siswati, semoga bahagia, dan sukses, dan dipanjangkan usiamu dengan penuh berkah,” kata Andre, yang kemudian memberikan boneka besar, hadiahnya.

“Terima kasih, mas Andre. Aduh, ini boneka beruang yang lucu,” kata Siswati dengan wajah sumringah.

“Selamat ya Mbak, pokoknya doa terbaik untuk Mbak Sis,” peluk Nurani hangat, lalu diberikannya hadiahnya.

“Terima kasih ya Nur. Doa terbaik adalah doa yang luar biasa.

“Hadiah ini tak seberapa. Tapi semoga bermanfaat,” sambung Nurani.

“Apapun itu, aku bahagia menerima semuanya, dan pasti akan sangat bermanfaat. Aduh, tidak mengira ya, mas Rian bisa membuat gara-gara. Padahal hanya makan malam rame-rame saja bagi aku sudah sangat membuat bahagia.”

“Tidak apa-apa Sis, namanya juga hari bahagia, apapun bentuknya harus diterima dengan bahagia pula. Ya kan Nur?” kata Andre kemudian pada Nurani.

“Benar.”

Lalu tiba-tiba Rian berdiri kemudian berlutut di depan Siswati, lalu membuka sebuah kotak kecil yang ternyata berisi sebuah cincin.

“Eeh, apa-apaan ini, dilihat orang, tahu, berdiri lah,” kata Siswati tersipu.

“Selamat ulang tahun, Sis, semoga bahagia dan panjang usia. Terimalah hadiah ini, hanya sebentuk cincin, tidak ada berlian menghiasinya, tapi ini aku beli dari sebagian gaji pertamaku. Terima ya,”

 Kata Rian sambil masih tetap berlutut.

Siswati menerima kotak perhiasan kecil itu, lalu meminta Rian untuk berdiri.

“Berdirilah dulu, aku malu, tahu,” kata Siswati sambil mendekap kotak kecil itu di dadanya,

Rian tersenyum, dan kemudian berdiri.

“Silakan duduk semuanya. Aku jadi malu nih.”

Semuanya duduk, tapi Nurani segera meminta agar Siswati mengenakan hadiah yang diberikan Rian.

“Pakai dong … pakai … pakai …” kata Nurani serentak bersama Andre dan Rian.

Siswati tersipu, tapi kemudian cincin itu dikenakannya.

“Pas sekali Mas, bagaimana kamu bisa mengira-ira seberapa besar jariku?”

“Tiap ketemu aku melirik jarimu, dan aku hanya mengira-ira. Itu benar-benar cincin sederhana, dan jangan mencari berlian di sana.”

“Ya ampun Mas, kalaupun ini dari perunggu sekalipun, aku akan menerimanya dengan sangat bahagia,” kata Siswati yang terus mengamati cincin berhiaskan jantung hati dan ada tulisan ‘love’ yang sangat kecil tapi tetap terbaca.

“Cincin itu artinya, sebagai pembuka hati, sebelum Rian benar-benar melamar kamu,” kata Andre yang sekarang membuat Rian tersipu juga.”

“Benar, mas Rian sudah siap melamar. Kapan Mas?” tanya Nurani kepada Rian.

“Kalau Siswati siap, sekarangpun akan aku lakukan,” kata Rian sambil menatap mesra kekasihnya.

“Nah, bagaimana jawabmu Sis?” tanya Andre.

“Norak ah, masa lamaran di sini? Itu, pesanan sudah datang, saatnya kita makan,” kata Siswati mengalihkan pembicaraan.

Pelayan menghidangkan beberapa macam makanan, yang rupanya sudah dipesan Rian dan Siswati sebelum mereka datang.

“Mas Andre nggodain aku terus sih, sekarang aku ganti nanya nih, kapan melamar Nurani?” goda Siswati sambil menata makanan yang dipesannya.

“Kalau Nurani siap, sekarangpun aku juga siap,” kata Andre tanpa sungkan.

“Apa?” pekik Nurani yang wajahnya langsung bersemu merah, tapi semuanya kemudian tertawa.

“Hiih, apaan sih,” kata Nurani yang kemudian menyibukkan diri membantu Siswati menata makanan dan minuman yang dipesan.

“Baiklah, ternyata yang bersangkutan belum siap, jadi sebagai saudara tua Nurani, saya persilakan melangkah lebih dulu,” kata Andre yang merasa bersyukur bisa menggoda Nurani, yang semoga benar-benar bisa mengena di hati.

“Itu tadi juga ucapan pembuka bagi mas Andre, agar setiap saat bisa dilangsungkan karena sudah saling mengerti,” sambung Rian.

Nurani memelototi kakaknya, tapi yang dipelototin justru tertawa terbahak.

Nurani meraih gelas minuman yang tersedia dengan tangan agak gemetar, kemudian meneguknya perlahan untuk menenangkan hatinya. Ucapan Andre, walau hanya sebuah gurauan, tapi membuat dadanya berdegup kencang.

“Maaf ya Nur, kalau kamu anggap aku lancang,” tak urung Andre ketakutan sendiri atas ucapannya.

Nurani mengangkat wajahnya, tapi Andre tak melihat sinar kemarahan di sepasang mata cantik itu.

“Kamu marah?” sambungnya.

“Tidak. Ini hari bahagia, tidak boleh ada yang marah,” kata Nurani yang mencoba melontarkan canda.

“Bagus, kalau begitu lamaran bisa diteruskan, Mas,” Rian nekat, tapi kemudian Nurani mencubit lengannya, membuat Rian berteriak kesakitan.

“Syukurin,” kata Andre sambil tertawa.

***

Di rumah, bu Candra sudah merasa ngantuk, tapi suaminya belum juga beranjak dari tempat duduknya di ruang tengah.

“Pak, ini sudah jam sembilan, apakah Bapak belum juga ingin makan?”

“Aku menunggu anak-anak. Kalau kamu lapar, makanlah sendiri dulu.”

“Aku bukan hanya lapar, tapi juga mengantuk.”

“Ya sudah, makan saja dulu, aku menunggu anak-anak.”

“Mereka pasti sudah makan malam di luar, mengapa ditunggu?”

“Setidaknya makan dengan adanya anak-anak, pasti terasa lebih enak. Kamu makan dulu saja, kalau mau tidur ya tidur sana.”

Bu Candra melangkah ke arah kamar, karena mendengar ponselnya berdering.

“Ya, mengapa menelpon malam-malam? Aku bilang besok ya besok,” katanya sambil menutup ponselnya dengan kesal.

“Telpon dari siapa?” tanya pak Candra yang sedang berjalan ke arah ruang makan untuk mengambil air dingin di kulkas.

“Oh, itu … dari … tukang sayur.”

“Apa? Mengapa tukang sayur menelpon kamu?”

“Menanyakan pesanan saja.”

“Pesanan apa?”

“Aku kan biasanya memesan sayuran untuk besok. Kesal malam-malam dia menelpon.”

Pak Candra diam, melanjutkan langkahnya menuju kulkas.

***

Besok lagi ya.

42 comments:


  1. Alhamdulillah KANTUNG BERWARNA EMAS~36 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  2. 🌻🌿🌻 Alhamdulillah KBE 36 telah hadir. Matur nuwun Bunda Tien. Semoga sehat selalu dan tetap smangaaats...Salam Aduhai 🙏🦋🌻

    ReplyDelete
  3. Alhamdulilah..
    Tks bunda Tien.. Nurani sdh dtg

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah...
    Yang dinanti telah hadir...
    Maturnuwun Bu Tien, salam sehat selalu...

    ReplyDelete
  5. Makasih mba Tienkumalasari.
    Semakin seru.
    Salam sehat selalu aduhai

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah sampun tayang.
    Matur nembah nuwun Bu Tien, saking Jember kula sakeluarga namung saget dedonga: mugi2 panjenengan tansah pinaringan sehat wal afiat, tinebihna saking bala' musibah, bagya mulya sakeluarga.
    Aamiin yaa robbal alamiin.

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah Nurani sudah tayang...
    matur nuwun bu Tien...

    ReplyDelete
  8. Matur nuwun mbak Tien-ku Kantung Berwarna Emas sudah tayang.

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah..
    Terima kasih Bu Tien
    Semoga sehat selalu..

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah, KANTUNG BERWARNA EMAS (KBE) 36 telah tayang,terima kasih bu Tien salam sehat, sejahtera dan bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  11. Alhamdulilah.... sdh tayang kbe 36. Salam sehat bu tien

    ReplyDelete
  12. Walah ini pasti firasat tidak baik Bu Candra pasti mau berulah lagi....trims Bu tien

    ReplyDelete
  13. Bu Candra pasti akan mengulangi perbuatan jahatnya. Tunggu saja pembelaan si bulu keemasan.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  14. Waduuh, ada rahasia apalagi dgn bu Candra, semoga tidak ingin mencelakai Nurani lagi.
    Matur nwn bu Tien, salam seha dan aduhai dari mBantul

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah, matur nuwun mbak Tien Cerbung KBE Episode 36 sudah tayang..
    Salam sehat dan salam hangar.

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah, terimaksih mbakyu 🧕

    ReplyDelete
  17. Terima kasih mbak tien, didoakan semoga mbak tien sehat selalu.

    ReplyDelete
  18. Jadi ingin segera tahu, akal licik apa lagi yg sedang disiapkan oleh bu chandra.

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah, mtr nuwun, sehat dan bahagia selalu Bunda Tien . .

    ReplyDelete
  20. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman, Caecilia RA, Mimiet, Sofi, Mamacuss, Manggar Ch., Indrastuti,

    ReplyDelete
  21. Terima kasih .bu Tien..wes wes tambah rame

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah KBE 36 sudah hadir
    Bu Candra sepertinya mau jahat lagi, semoga kejahatannya berbalik ke dia sendiri.
    Terima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien
    Salam sehat wal'afiat 🤗🥰

    Mantab mereka berbahagi,,,

    ReplyDelete
  24. Siapa lagi tuh yg nelfon Bu Candra malam². Mencurigakan ini.
    Makasih mba Tien.
    Salam sehat selalu aduhai

    ReplyDelete
  25. Chandra di sayurin Amirah, mana ada malam malam tukang sayur, tukang sayur rahasia rupanya.
    Dua pasangan saling ledek, keren Siswati lega dapat jawaban Rian, tapi dalam hati masih saja merasa unik keluarga Rian.
    Untuk apa ibunya Rian mengatakan pada Siswati begitu.

    Terimakasih Bu Tien
    Kantung berwarna emas yang ke tiga puluh enam sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  26. Dengan penuh kesabaran kita tunggu KBE 37 ya dulur2

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 02

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...