KANTUNG BERWARNA EMAS
24
(Tien Kumalasari)
Nurani masih menundukkan wajahnya, sedangkan pak
Candra menatap tajam anaknya.
“Apa kamu bilang? Coba kamu ulangi, bapak tidak begitu
jelas mendengarnya.”
Nurani mengangkat wajahnya.
“Nurani mohon maaf Pak, kalau Nurani telah
mengecewakan Bapak. Tapi Nurani kasihan melihat Karina. Dia kan masih gadis,
inginnya bergaul dengan semua orang, bermain ke mana saja dengan bebas. Tapi
karena keadaannya, dia lebih sering mendekam di kamar. Kalaupun keluar, dia
harus memakai cadar untuk menutupi cacatnya. Bukankah itu sangat membuatnya
tertekan?”
Pak Candra terpana mendengar jawaban anak gadisnya.
Begitu mulia hatinya, bahkan sampai rela mengorbankan kuliahnya demi membuat
Karina sembuh dan bisa bergaul dengan bebas. Sementara pak Candra tahu,
bagaimana sikap Karina terhadapnya.
“Nurani, terbuat dari apakah hatimu, maka kamu bisa
melakukan hal semulia itu?”
“Mengapa Bapak berkata begitu? Kalau Nurani melakukan
sesuatu untuk saudara Nurani, apakah itu sesuatu yang luar biasa?”
“Ya Tuhan ….”
Pak Candra mengusap wajahnya kasar. Nurani bahkan
menganggapnya sebagai saudara yang harus dikasihaninya. Ada rasa bangga
memiliki anak semulia itu, tapi lebih banyak rasa iba mengingat pengorbanan
yang akan dilakukannya.
“Nurani, kamu tahu tidak, bahwa pendidikan itu
sangatlah penting untuk kamu?”
Nurani mengangkat wajahnya.
“Bapak sudah semakin tua, dan suatu hari nanti, bapak
pasti akan meninggalkan kamu. Satu-satunya orang yang akan mewarisi usaha
bapak, hanyalah kamu. Kamu mengerti maksud perkataan bapak ini, tidak?”
“Nurani mengerti. Tapi apakah untuk itu Nurani harus
memiliki pendidikan tinggi?”
“Tentu saja Nur. Memimpin sebuah perusahaan diperlukan
otak yang cerdas dan pengetahuan yang luas. Boleh jadi kamu cerdas, pinter,
terbukti kamu bisa menyelesaikan SMA kamu hanya dalam waktu satu setengah
tahun. Tapi pengalaman, pengetahuan tentang perusahaan, hanya bisa kamu miliki
ketika kamu bisa menempuh pelajaran di pendidikan yang memiliki jenjang yang
lebih tinggi. Jangan bilang kamu tak ingin menggantikan ayah kamu untuk
memegang perusahaan itu. Puluhan tahun bapak merintisnya, mulai sebelum kamu
lahir, sampai sekarang. Yang aku harapkan hanya kamu, dan Rian, yang hanya akan
mendampingi kamu karena dia tidak mau. Kalau kamu juga tidak mau, haruskah perusahaan itu bubar? Bapak tak ingin perusahaan itu dipegang oleh tangan yang
tidak terampil.”
“Bapak, saya mengerti, tapi apakah Bapak tidak mau peduli
pada penderitaan Karina? Bukankah dia juga Bapak anggap sebagai putri kandung
sendiri?”
Pak Candra terdiam. Sebenarnya dia tidak ingin
melakukan apapun untuk Karina. Ia kecewa dengan sikapnya, lebih-lebih terhadap
Nurani . Pak Candra heran tak ada dendam di hati Nurani.
“Baiklah, bapak akan memikirkannya. Tapi kamu urus
juga kuliah kamu, jangan sampai tidak. Mengerti?”
“Tapi Bapak akan memperhatikan Karina juga kan?”
“Akan bapak pikirkan.”
Lalu pembicaraan itu terhenti. Namun Nurani merasa
puas, sudah megutarakan keinginannya untuk Karina. Karina yang begitu jahat
terhadap dirinya, bahkan ingin membunuhnya. Tetap saja ada rasa iba dihati
Nurani. Tapi sebenarnya bukan hanya rasa iba itu yang membuat dia harus bicara
dengan ayahnya. Sehari setelah kelulusannya, ia mendengar pembicaraan ibunya
dan Karina di dalam kamar, yang waktu itu pintunya sedikit terbuka. Nurani
sebenarnya tak ingin menguping pembicaraan itu, tapi ia mendengar namanya di
sebut, sehingga ia memperlambat langkahnya yang sebenarnya mau menuju ke arah
depan.
“Mana mungkin bapakmu mau membeayai kamu operasi
plastik? Sekarang ini Nurani sudah lulus, dia pasti akan melanjutkan kuliah,
jadi bapakmu sudah jelas akan lebih mementingkan beaya kuliah anaknya dong.”
“Apakah selamanya Karina akan seperti ini Bu?”
“Ibu sudah pernah bicara dengan bapak kamu, tapi
tampaknya dia acuh saja.”
“Tapi Karina kan jadi tidak bisa melepas cadar ini Bu?
Karina malu wajah buruk Karina dilihat orang,” kata Karina sambil menangis.
Nurani melanjutkan langkahnya. Dari tangisan Karina
itulah rasa iba itu timbul.
***
Malam itu juga, pak Candra memanggil Rian. Tak ada
yang bisa diajak bicara di rumah itu kecuali Rian. Pak Candra juga heran,
mengapa Rian punya sifat yang berbeda dengan ibunya, juga dengan adik
kandungnya. Barangkali Rian meniru sifat ayahnya almarhum, entahlah. Yang jelas
pak Candra senang, apalagi ia tahu bahwa Rian sangat menyayangi Nurani.
“Tampaknya ada yang penting ya Pak?”
“Penting nggak penting, aku sudah lama tidak mengajak
kamu berbincang, bukan?”
“Iya Pak, mohon maaf, Rian sedang mengerjakan skripsi,
jadi jarang menyempatkan waktu untuk Bapak.”
“Tidak apa-apa. Bapak senang, sekolah kamu lancar,
kuliah kamu juga lancar.”
“Atas doa Bapak juga kan.”
“Doa orang tua selalu ada untuk anak-anaknya, bukan?”
“Terima kasih, Pak.”
“Aku ingin bicara tentang adikmu, Nurani.”
“Memangnya kenapa Nurani?”
“Dia tadi bilang sama bapak, tidak ingin melanjutkan
kuliah.”
“Apa? Mengapa begitu Pak? Nurani sangat pintar, sayang
sekali kalau dia tak mau melanjutkan kuliah. Ada apa dengan dia?” pekik Rian,
kecewa.
“Dia mengatakan, beaya untuk kuliah dia, biar dipakai
untuk pengobatan Karina.”
“Karina kan sudah tidak sakit?”
“Maksudnya, untuk operasi plastik, agar wajahnya
kembali cantik.”
“Ya ampun Pak, dengan itu Nurani mau mengorbankan masa
depannya?”
“Kamu tidak usah khawatir. Bapak bisa melakukannya.
Dua-duanya. Nurani tetap kuliah, dan Karina mendapatkan pengobatan.”
Rian menghela napas panjang. Begitu mulianya hati adik
tirinya, sementara sebenarnya Karina amat jahat terhadap Nurani. Rian tidak
tahu, Karin bukan hanya jahat dalam sikap dan perbuatan. Ia bahkan pernah
bermaksud menghabisi nyawa Nurani.
“Syukurlah kalau Bapak bersedia melakukannya. Rian
akan sedih kalau sampai Nurani tidak bisa melanjutkan kuliah.”
“Ya, tentu saja. Bapak juga harus berterima kasih sama
kamu, karena kamu begitu mengasihi Nurani.”
“Tentu saja Pak, Nurani kan adik Rian juga.”
“Baiklah, sekarang lanjutkan tugas kamu. Kapan selesai
mengerjakan skripsi kamu?”
“Sebentar lagi Pak, besok mau konsultasi dulu sama dosen
pembimbing.”
“Bagus. Sukses ya Nak,” kata pak Candra sambil menepuk
bahu Rian.
***
Nurani sedang berada di ruang kepala sekolah untuk
urusan kelulusannya. Kepala sekolah menepuk bahu Nurani dengan hangat.
“Bapak bangga sama kamu Nur, lulusan terbaik tahun ini
dipegang oleh sekolah ini, yaitu kamu.”
“Benarkah?”
“Tentu saja benar. Kamu telah membawa nama besar bagi
sekolah ini.”
“Alhamdulillah, Pak. Saya juga senang.”
“Kamu berhak mengikuti program bea siswa.”
“Saya?” Nurani sangat gembira.
“Kamu akan diterima di beberapa perguruan tinggi negri
favorit. Kamu bisa mengurusnya mulai sekarang, terserah jurusan apa yang kamu
inginkan.”
“Benarkah? Jadi kalau diterima, orang tua saya tidak
akan mengeluarkan banyak beaya untuk saya?”
“Tentu saja Nurani.”
Nurani begitu bahagia. Dengan bea siswa itu ayahnya
tak akan terlalu banyak mengeluarkan beaya. Untuk kuliahnya, dan juga untuk
pengobatan Karina. Nurani bersyukur untuk itu.
***
Sore hari itu begitu pulang dari kampus, Rian menemui Karina
di kamarnya.
“Kenapa di dalam kamar terus?” tegur Rian.
“Memangnya kenapa? Aku lelah setelah bekerja hampir
seharian.”
“Lelah saja alasan kamu. Dengar ya, kamu begitu jahat
sama Nurani, tapi Nurani begitu baik terhadap kamu.”
“Terus saja memuji dia,” kesal Karina.
“Memang iya. Semalam bapak bilang sama aku, bahwa
bapak akan membeayai pengobatan kamu.”
“Benarkah? Operasi plastik, sehingga aku kembali
menjadi cantik?”
“Tapi itu semua karena Nurani.”
“Apa? Mengapa Nurani dibawa-bawa lagi?”
“Nurani yang minta kepada bapak, agar bapak
melanjutkan pengobatan kamu.”
“Apa tanpa Nurani, bapak tak akan melakukannya?”
“Nggak tahu aku, tapi bapak belum pernah bicara
tentang pengobatan itu sebelumnya.”
“Belum tentu itu karena Nurani juga kan?”
“Kamu tahu, ketika meminta agar bapak melakukan
pengobatan untuk cacat kamu itu, Nurani meminta agar dia tidak usah kuliah,
agar beaya kuliah bisa diperuntukkan untuk pengobatan kamu. Mengerti kamu? Jadi.
Ingat oleh kamu ya, kamu harus meminta maaf pada Nurani.”
“Apa? Mengapa aku harus meminta maaf?”
“Kamu sering menyakiti hati Nurani. Memperlakukan
Nurani seperti pembantu. Ya kan? Dan dia tidak membalasnya dengan kejahatan,
justru melakukan hal baik untuk kamu.”
“Apa? Itu kan dulu, karena dia tidak sekolah, jadi
untuk apa di rumah, kalau tidak disuruh-suruh?”
“Karina! Kamu tidak mau meminta maaf dan berterima
kasih sama dia?” hardik Rian.
“Baiklah … aku akan meminta maaf.”
Rian keluar dengan kesal. Jawaban Karina terasa tidak
tulus.
***
Bu Candra sangat senang ketika Karina mengatakan apa yang
Rian ceritakan.
“Syukurlah Karin, jadi tidak lama lagi kamu akan
kembali menjadi cantik.”
“Iya Bu, tentu saja. Senang sekali mendengarnya. Ibu
tanyakan sama bapak dong, kapan operasi plastik itu dijalankan?”
“Iya, nanti pasti ibu tanyakan, dan minta secepatnya.
Dengar Karina, setelah wajahmu pulih, kamu harus kuliah.”
“Apa? Kuliah? Aku ogah Bu, berat kebanyakan mikir,”
kata Karina sambil cemberut.
“Kamu harus mau. Jangan sampai kalah sama Nurani. Setelah
Nurani entah bagaimana caranya, bisa lulus, dia pasti juga akan melanjutkan
kuliah. Jadi kalau kamu memilih tetap menjadi lulusan SMA, kamu tidak ada
apa-apanya bagi bapakmu.”
“Tapi males banget sekolah lagi bu.”
“Karina, kamu harus. Kamu tidak boleh kalah sama
Nurani. Kalau kita tidak bisa melenyapkan Nurani, berarti kita harus berada di
atasnya. Paling tidak sejajar, begitu lah.”
Karina terdiam, wajahnya murung tiba-tiba.
“Dengar, kamu pokoknya harus kuliah. Harus.”
“Iya Bu, tapi Karina jalani dulu operasinya, soalnya
itu sangat penting bagi Karina. Sekarang ibu bilang sama Bapak, kapan operasi
plastik itu dijalankan? Kalau bisa secepatnya Bu, aku sudah nggak tahan lagi,”
rengek Karina.
“Iya .. iya, sabar kenapa sih. Bicara sama bapakmu itu
harus mencari waktu yang baik, kalau dia sudah istirahat dan sedang santai,
begitu,” kata bu Candra sambil keluar dari kamar anaknya.
***
Rian sudah menyelesaikan skripsi dan ujian. Dia lulus
dengan nilai yang baik. Pak Candra sangat senang mendengarnya. Ia lebih senang
lagi ketika Nurani mengatakan bahwa dia akan kuliah dengan bea siswa.
“Anakku memang luar biasa. Kamu membuat bapak bangga
Nur,” kata pak Candra sambil merangkul Nurani. Tak urung air matanya berlinang
karena haru.
“Kalau ibumu masih ada, dia pasti juga bangga melihat
kamu. Kamu tumbuh dewasa dengan kuat, dan berhasil dalam pendidikan yang kamu
lewati.”
“Nurani jadi teringat almarhumah ibu,” kata Nurani sendu.”
“Tapi kamu tidak usah menangis, kalau kamu menangis,
ibumu juga akan ikut sedih.”
“Tapi kenapa Bapak malah menangis?” tuduh Nurani
sambil menyembunyikan tangisnya.
Pak Candra tertawa pelan.
“Iya, susah menahan tangis setiap teringat ibumu.”
“Kapan Bapak akan mengurus pengobatan untuk Karina?”
“Nanti akan bapak urus, kamu jangan khawatir. Bapak
sudah mengatakan sanggup, dan itu pasti akan bapak lakukan.”
“Terima kasih, Pak. Karina pasti juga senang nanti.”
***
Di kantor, pak Candra mengatakan kegembiraannya. Rian
sudah menyelesaikan kuliahnya, dan Nurani diterima kuliah dengan bea siswa.
“Anak itu benar-benar tak ingin menyusahkan orang tua,”
kata pak Candra bangga.
Andre menanggapinya dengan kegembiraan yang sama.
“Saya ikut senang Pak, apa yang diinginkan Bapak akan
menjadi kenyataan.”
“Andre, tolong buat acara yang meriah untuk merayakan
ini.”
“Sebaiknya acara apa ya Pak?”
“Makan siang untuk seluruh karyawan hari ini. Suruh
orang memesan makanan yang mereka sukai. Kita akan menikmati makan siang bersama-sama.
Tolong juga, kalau sudah siap, kamu jemput Nurani di rumah. Telpon Rian juga.”
“Siap Pak, sekarang saya akan menyuruh orang untuk
memesan makanan. Mudah-mudahan bisa soalnya mendadak.”
“Orangmu kan ahlinya, nanti dia bisa mencari akal,
mungkin tidak di satu rumah makan, atau bagaimana. Pokoknya serahkan saja sama
dia.”
“Baik Pak.”
“Setelah ini coba kamu cari informasi ke rumah sakit,
aku mau Karina menjalani operasi untuk menghilangkan cacat di wajahnya. Tidak
sekarang, nanti kalau sudah selesai acaranya.”
“Baik Pak.”
Saat Andre keluar, sekretaris mengatakan bahwa ada
yang ingin menemui pak Candra.
“Persilakan dia masuk.”
Ternyata tamunya adalah orangnya Andre yang dulu
disuruh menyelidiki teman Karina yang menurut pengamatan adalah seorang penjual
obat terlarang. Tak ada berita lanjutan soal itu, karena ternyata Karina tidak
ikutan dalam perdagangan haram itu.
“Apa kabar mas? Andre sedang keluar sebentar. Ada
berita apa?”
“Gadis yang dulu teman Karina, tertangkap ketika mengadakan
transaksi di rumahnya. Ketika saya iseng-iseng bertanya tentang hubungannya
dengan Karina, dia mengatakan bahwa dulu Karina membeli obat dari dia, untuk
meracuni saudara tirinya.”
Pak Candra terkejut bukan alang kepalang.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtnuwun mbk Tien ππ
Mb Nani juara 1
DeleteSelamat uti Nani.number one
DeleteIndonesia vs Philipina 2 - 0
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Kantung Berwarna Emas sudah tayang
ReplyDeleteYessss
ReplyDeleteMtrnwn
ReplyDeleteDatang gasik
ReplyDeleteMatur nuwun bu
Alhamdulillah...
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien
ππ
matur nuwun Bunda Tien
ReplyDeleteAlhamdulilah
ReplyDeleteTerimakasih cerbungnya bunda Tien
Alhamdulillah Maturnuwun
ReplyDeleteAlhamdulillah, KANTUNG BERWARNA EMAS (KBE) 24 telah tayang,terima kasih bu Tien salam sehat, sejahtera dan bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdulillah...
ReplyDeleteKBE 24 sudah hadir...
Terimakasih bu Tien, sugeng ndalu...
Salam sehat selalu ...
Matur nuwun,bu Tien
ReplyDeletealhamdulillah...maturnuwun bu Tien
ReplyDeleteSugeng ndalu Bu Tien, matur nuwun KBE 24 sampun tayang. Mugi tansah pinaringan sehat wal afiat π€²π»
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun sehat selalu Bunda Tien . .
ReplyDeleteAkhirnya... akan segera terkuak nih.
ReplyDeleteπππ
Alhsmdulillah
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien πΉπΉπΉπΉπΉ
Alhamdulillah...
ReplyDeleteKBE 24 sudah hadir...
Terimakasih mbakyu Tien Kumalasari sugeng ndalu...
Salam sehat selalu dari Gn3, Tanggamus, Lampung
Terima kasih, bu Tien...ceritanya seru nih. Semoga sehat selalu...π
ReplyDeleteMakasih mba Tien
ReplyDeleteAlhamdulillaah tsyang
ReplyDeleteMakin gemes aja sama karina dan ibuna, mudah" an tidak jadi di operasinya
Baru akan senang ada kesanggupan untuk operasi plastik, Karina harus menghadapi masalah pembelian obat terlarang. Dapatkah dia lepas dari pertanggungjawaban tersebut..
ReplyDeleteNurani pasti cepat lulus dan mendapat nilai bagus, terus menerima estafet kepemimpinan dari ayahnya. Itu harapan saya.
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Karina akan menuai hasil kelakuannya yg selalu jahat sm Nurani..
Deleteanak itu tdk pernah ada baiknya ...
karakter org malas, tdk mau berusaha dan kerja keras, dia menyangka hidupnya akan senang terus...
skrg pa Chandra sdh tau boroknya.. syukurin Karina..
Matur nuwun bunda Tien...π
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien
Terbuat dari apa hatimu Nurani...
ReplyDeleteKejahatan kau balas dgn kebaikan...
Matur nwn bu Tien, salam sehat..
Seharusnya Pak Candra membatalkan niatnya untuk mengobati Karina karena tidak merasa dirinya bersalah...
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien...
Tks bunda Tien.. Nurani sdh hadir
ReplyDeleteAlhamdulilah..
Semoga bunda sehat" dan selalu berbahagia ..
Aamiin.. ππ❤️πΉ
Wah semakin seru, bisa jadi karina batal operasi plastiknya.
ReplyDeleteAlhamdulillah Matur nuwun bu Tien
ReplyDeleteSalam sehat wal'afiat π€π₯°
Aduhai ,,g jd operasi deh karina krn terbongar aksinya. Kita tunggu selanjutnya ,,,
Wah wah mau Oprasi plastok eee jgn harap yaa Nurani harus kuliah jgn Karina yg di urus. Terima kasih ya Bu Tien
ReplyDeleteπΈππΈ Alhamdulillah KBE 24 telah hadir. Salam Aduhai Bunda Tien. Semoga sehat selalu dan tetap smangaaats...
ReplyDeleteMatur nuwunππ¦πΉ
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah KBE 24 sdh hadir
ReplyDeleteWaah Karina ketahuan mau meracuni Nurani, semoga jd bahan pertimbangan bagi Pa Candra utk mengobati Karina
Terima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan bahagia selalu.
Aamiin
pa Candra terkaget kaget..
Deletesegitu jahatnya Karina sm ibu tirinya kpd Nurani anak kandungnya...
Sediiih .. waah jd baper deh..
kesseel sm Karina dan ibunya
π€π€π€
Tyg perdana KBE di tgl 02 Jan 2023 ... Trmksh mb Tien kbe makin menggemaskan... Sptnya p Candra akan membatalkan renc membiayai operasi plastik Kirani krn ada info atas renc nya mencelakai Nurani. Akan kah kali ini p Candra akan mendengarkan permintaan Kirani agar tdk menunda opplast utk sdr tirinya? Kita tunggu sj KBE esok mlm?π
ReplyDeleteAlhamdulillah KBE 24 sdh hadir
ReplyDeleteMatursuwun Bu Tien, salam sehat dan bahagia selalu.
Aamiin
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman, Caecilia RA, Mimiet, Sofi, Mamacuss, Manggar Ch.,
ReplyDeleteAlhamdulillah KANTUNG BERWARNA EMAS~24 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien π
Terimakasih Bu Tien...
ReplyDeleteSemoga selalu sehat sejahtera..
Trims Bu Tien...sehat selalu
ReplyDeleteSelamat pagii bunda Tien sayang..terima KBE nya..salam sehat sll dan tetap Aduhai bangetπππΉ❤️
ReplyDeleteLagi menuggu
ReplyDeleteMenunggu KBE 25
ReplyDeleteSabaaar bunda" yg cantiiik.. π₯°π₯°
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah KBE25
ReplyDelete