Monday, January 2, 2023

KANTUNG BERWARNA EMAS 24

 

KANTUNG BERWARNA EMAS  24

(Tien Kumalasari)

 

Nurani masih menundukkan wajahnya, sedangkan pak Candra menatap tajam anaknya.

“Apa kamu bilang? Coba kamu ulangi, bapak tidak begitu jelas mendengarnya.”

Nurani mengangkat wajahnya.

“Nurani mohon maaf Pak, kalau Nurani telah mengecewakan Bapak. Tapi Nurani kasihan melihat Karina. Dia kan masih gadis, inginnya bergaul dengan semua orang, bermain ke mana saja dengan bebas. Tapi karena keadaannya, dia lebih sering mendekam di kamar. Kalaupun keluar, dia harus memakai cadar untuk menutupi cacatnya. Bukankah itu sangat membuatnya tertekan?”

Pak Candra terpana mendengar jawaban anak gadisnya. Begitu mulia hatinya, bahkan sampai rela mengorbankan kuliahnya demi membuat Karina sembuh dan bisa bergaul dengan bebas. Sementara pak Candra tahu, bagaimana sikap Karina terhadapnya.

“Nurani, terbuat dari apakah hatimu, maka kamu bisa melakukan hal semulia itu?”

“Mengapa Bapak berkata begitu? Kalau Nurani melakukan sesuatu untuk saudara Nurani, apakah itu sesuatu yang luar biasa?”

“Ya Tuhan ….”

Pak Candra mengusap wajahnya kasar. Nurani bahkan menganggapnya sebagai saudara yang harus dikasihaninya. Ada rasa bangga memiliki anak semulia itu, tapi lebih banyak rasa iba mengingat pengorbanan yang akan dilakukannya.

“Nurani, kamu tahu tidak, bahwa pendidikan itu sangatlah penting untuk kamu?”

Nurani mengangkat wajahnya.

“Bapak sudah semakin tua, dan suatu hari nanti, bapak pasti akan meninggalkan kamu. Satu-satunya orang yang akan mewarisi usaha bapak, hanyalah kamu. Kamu mengerti maksud perkataan bapak ini, tidak?”

“Nurani mengerti. Tapi apakah untuk itu Nurani harus memiliki pendidikan tinggi?”

“Tentu saja Nur. Memimpin sebuah perusahaan diperlukan otak yang cerdas dan pengetahuan yang luas. Boleh jadi kamu cerdas, pinter, terbukti kamu bisa menyelesaikan SMA kamu hanya dalam waktu satu setengah tahun. Tapi pengalaman, pengetahuan tentang perusahaan, hanya bisa kamu miliki ketika kamu bisa menempuh pelajaran di pendidikan yang memiliki jenjang yang lebih tinggi. Jangan bilang kamu tak ingin menggantikan ayah kamu untuk memegang perusahaan itu. Puluhan tahun bapak merintisnya, mulai sebelum kamu lahir, sampai sekarang. Yang aku harapkan hanya kamu, dan Rian, yang hanya akan mendampingi kamu karena dia tidak mau. Kalau kamu juga tidak mau, haruskah perusahaan itu bubar? Bapak tak ingin perusahaan itu dipegang oleh tangan yang tidak terampil.”

“Bapak, saya mengerti, tapi apakah Bapak tidak mau peduli pada penderitaan Karina? Bukankah dia juga Bapak anggap sebagai putri kandung sendiri?”

Pak Candra terdiam. Sebenarnya dia tidak ingin melakukan apapun untuk Karina. Ia kecewa dengan sikapnya, lebih-lebih terhadap Nurani . Pak Candra heran tak ada dendam di hati Nurani.

“Baiklah, bapak akan memikirkannya. Tapi kamu urus juga kuliah kamu, jangan sampai tidak. Mengerti?”

“Tapi Bapak akan memperhatikan Karina juga kan?”

“Akan bapak pikirkan.”

Lalu pembicaraan itu terhenti. Namun Nurani merasa puas, sudah megutarakan keinginannya untuk Karina. Karina yang begitu jahat terhadap dirinya, bahkan ingin membunuhnya. Tetap saja ada rasa iba dihati Nurani. Tapi sebenarnya bukan hanya rasa iba itu yang membuat dia harus bicara dengan ayahnya. Sehari setelah kelulusannya, ia mendengar pembicaraan ibunya dan Karina di dalam kamar, yang waktu itu pintunya sedikit terbuka. Nurani sebenarnya tak ingin menguping pembicaraan itu, tapi ia mendengar namanya di sebut, sehingga ia memperlambat langkahnya yang sebenarnya mau menuju ke arah depan.

“Mana mungkin bapakmu mau membeayai kamu operasi plastik? Sekarang ini Nurani sudah lulus, dia pasti akan melanjutkan kuliah, jadi bapakmu sudah jelas akan lebih mementingkan beaya kuliah anaknya dong.”

“Apakah selamanya Karina akan seperti ini Bu?”

“Ibu sudah pernah bicara dengan bapak kamu, tapi tampaknya dia acuh saja.”

“Tapi Karina kan jadi tidak bisa melepas cadar ini Bu? Karina malu wajah buruk Karina dilihat orang,” kata Karina sambil menangis.

Nurani melanjutkan langkahnya. Dari tangisan Karina itulah rasa iba itu timbul.

***

Malam itu juga, pak Candra memanggil Rian. Tak ada yang bisa diajak bicara di rumah itu kecuali Rian. Pak Candra juga heran, mengapa Rian punya sifat yang berbeda dengan ibunya, juga dengan adik kandungnya. Barangkali Rian meniru sifat ayahnya almarhum, entahlah. Yang jelas pak Candra senang, apalagi ia tahu bahwa Rian sangat menyayangi Nurani.

“Tampaknya ada yang penting ya Pak?”

“Penting nggak penting, aku sudah lama tidak mengajak kamu berbincang, bukan?”

“Iya Pak, mohon maaf, Rian sedang mengerjakan skripsi, jadi jarang menyempatkan waktu untuk Bapak.”

“Tidak apa-apa. Bapak senang, sekolah kamu lancar, kuliah kamu juga lancar.”

“Atas doa Bapak juga kan.”

“Doa orang tua selalu ada untuk anak-anaknya, bukan?”

“Terima kasih, Pak.”

“Aku ingin bicara tentang adikmu, Nurani.”

“Memangnya kenapa Nurani?”

“Dia tadi bilang sama bapak, tidak ingin melanjutkan kuliah.”

“Apa? Mengapa begitu Pak? Nurani sangat pintar, sayang sekali kalau dia tak mau melanjutkan kuliah. Ada apa dengan dia?” pekik Rian, kecewa.

“Dia mengatakan, beaya untuk kuliah dia, biar dipakai untuk pengobatan Karina.”

“Karina kan sudah tidak sakit?”

“Maksudnya, untuk operasi plastik, agar wajahnya kembali cantik.”

“Ya ampun Pak, dengan itu Nurani mau mengorbankan masa depannya?”

“Kamu tidak usah khawatir. Bapak bisa melakukannya. Dua-duanya. Nurani tetap kuliah, dan Karina mendapatkan pengobatan.”

Rian menghela napas panjang. Begitu mulianya hati adik tirinya, sementara sebenarnya Karina amat jahat terhadap Nurani. Rian tidak tahu, Karin bukan hanya jahat dalam sikap dan perbuatan. Ia bahkan pernah bermaksud menghabisi nyawa Nurani.

“Syukurlah kalau Bapak bersedia melakukannya. Rian akan sedih kalau sampai Nurani tidak bisa melanjutkan kuliah.”

“Ya, tentu saja. Bapak juga harus berterima kasih sama kamu, karena kamu begitu mengasihi Nurani.”

“Tentu saja Pak, Nurani kan adik Rian juga.”

“Baiklah, sekarang lanjutkan tugas kamu. Kapan selesai mengerjakan skripsi kamu?”

“Sebentar lagi Pak, besok mau konsultasi dulu sama dosen pembimbing.”

“Bagus. Sukses ya Nak,” kata pak Candra sambil menepuk bahu Rian.

***

Nurani sedang berada di ruang kepala sekolah untuk urusan kelulusannya. Kepala sekolah menepuk bahu Nurani dengan hangat.

“Bapak bangga sama kamu Nur, lulusan terbaik tahun ini dipegang oleh sekolah ini, yaitu kamu.”

“Benarkah?”

“Tentu saja benar. Kamu telah membawa nama besar bagi sekolah ini.”

“Alhamdulillah, Pak. Saya juga senang.”

“Kamu berhak mengikuti program bea siswa.”

“Saya?” Nurani sangat gembira.

“Kamu akan diterima di beberapa perguruan tinggi negri favorit. Kamu bisa mengurusnya mulai sekarang, terserah jurusan apa yang kamu inginkan.”

“Benarkah? Jadi kalau diterima, orang tua saya tidak akan mengeluarkan banyak beaya untuk saya?”

“Tentu saja Nurani.”

Nurani begitu bahagia. Dengan bea siswa itu ayahnya tak akan terlalu banyak mengeluarkan beaya. Untuk kuliahnya, dan juga untuk pengobatan Karina. Nurani bersyukur untuk itu.

***

Sore hari itu  begitu pulang dari kampus, Rian menemui Karina di kamarnya.

“Kenapa di dalam kamar terus?” tegur Rian.

“Memangnya kenapa? Aku lelah setelah bekerja hampir seharian.”

“Lelah saja alasan kamu. Dengar ya, kamu begitu jahat sama Nurani, tapi Nurani begitu baik terhadap kamu.”

“Terus saja memuji dia,” kesal Karina.

“Memang iya. Semalam bapak bilang sama aku, bahwa bapak akan membeayai pengobatan kamu.”

“Benarkah? Operasi plastik, sehingga aku kembali menjadi cantik?”

“Tapi itu semua karena Nurani.”

“Apa? Mengapa Nurani dibawa-bawa lagi?”

“Nurani yang minta kepada bapak, agar bapak melanjutkan pengobatan kamu.”

“Apa tanpa Nurani, bapak tak akan melakukannya?”

“Nggak tahu aku, tapi bapak belum pernah bicara tentang pengobatan itu sebelumnya.”

“Belum tentu itu karena Nurani juga kan?”

“Kamu tahu, ketika meminta agar bapak melakukan pengobatan untuk cacat kamu itu, Nurani meminta agar dia tidak usah kuliah, agar beaya kuliah bisa diperuntukkan untuk pengobatan kamu. Mengerti kamu? Jadi. Ingat oleh kamu ya, kamu harus meminta maaf pada Nurani.”

“Apa? Mengapa aku harus meminta maaf?”

“Kamu sering menyakiti hati Nurani. Memperlakukan Nurani seperti pembantu. Ya kan? Dan dia tidak membalasnya dengan kejahatan, justru melakukan hal baik untuk kamu.”

“Apa? Itu kan dulu, karena dia tidak sekolah, jadi untuk apa di rumah, kalau tidak disuruh-suruh?”

“Karina! Kamu tidak mau meminta maaf dan berterima kasih sama dia?” hardik Rian.

“Baiklah … aku akan meminta maaf.”

Rian keluar dengan kesal. Jawaban Karina terasa tidak tulus.

***

Bu Candra sangat senang ketika Karina mengatakan apa yang Rian ceritakan.

“Syukurlah Karin, jadi tidak lama lagi kamu akan kembali menjadi cantik.”

“Iya Bu, tentu saja. Senang sekali mendengarnya. Ibu tanyakan sama bapak dong, kapan operasi plastik itu dijalankan?”

“Iya, nanti pasti ibu tanyakan, dan minta secepatnya. Dengar Karina, setelah wajahmu pulih, kamu harus kuliah.”

“Apa? Kuliah? Aku ogah Bu, berat kebanyakan mikir,” kata Karina sambil cemberut.

“Kamu harus mau. Jangan sampai kalah sama Nurani. Setelah Nurani entah bagaimana caranya, bisa lulus, dia pasti juga akan melanjutkan kuliah. Jadi kalau kamu memilih tetap menjadi lulusan SMA, kamu tidak ada apa-apanya bagi bapakmu.”

“Tapi males banget sekolah lagi bu.”

“Karina, kamu harus. Kamu tidak boleh kalah sama Nurani. Kalau kita tidak bisa melenyapkan Nurani, berarti kita harus berada di atasnya. Paling tidak sejajar, begitu lah.”

Karina terdiam, wajahnya murung tiba-tiba.

“Dengar, kamu pokoknya harus kuliah. Harus.”

“Iya Bu, tapi Karina jalani dulu operasinya, soalnya itu sangat penting bagi Karina. Sekarang ibu bilang sama Bapak, kapan operasi plastik itu dijalankan? Kalau bisa secepatnya Bu, aku sudah nggak tahan lagi,” rengek Karina.

“Iya .. iya, sabar kenapa sih. Bicara sama bapakmu itu harus mencari waktu yang baik, kalau dia sudah istirahat dan sedang santai, begitu,” kata bu Candra sambil keluar dari kamar anaknya.

***

Rian sudah menyelesaikan skripsi dan ujian. Dia lulus dengan nilai yang baik. Pak Candra sangat senang mendengarnya. Ia lebih senang lagi ketika Nurani mengatakan bahwa dia akan kuliah dengan bea siswa.

“Anakku memang luar biasa. Kamu membuat bapak bangga Nur,” kata pak Candra sambil merangkul Nurani. Tak urung air matanya berlinang karena haru.

“Kalau ibumu masih ada, dia pasti juga bangga melihat kamu. Kamu tumbuh dewasa dengan kuat, dan berhasil dalam pendidikan yang kamu lewati.”

“Nurani jadi teringat almarhumah ibu,” kata Nurani sendu.”

“Tapi kamu tidak usah menangis, kalau kamu menangis, ibumu juga akan ikut sedih.”

“Tapi kenapa Bapak malah menangis?” tuduh Nurani sambil menyembunyikan tangisnya.

Pak Candra tertawa pelan.

“Iya, susah menahan tangis setiap teringat ibumu.”

“Kapan Bapak akan mengurus pengobatan untuk Karina?”

“Nanti akan bapak urus, kamu jangan khawatir. Bapak sudah mengatakan sanggup, dan itu pasti akan bapak lakukan.”

“Terima kasih, Pak. Karina pasti juga senang nanti.”

***

Di kantor, pak Candra mengatakan kegembiraannya. Rian sudah menyelesaikan kuliahnya, dan Nurani diterima kuliah dengan bea siswa.

“Anak itu benar-benar tak ingin menyusahkan orang tua,” kata pak Candra bangga.

Andre menanggapinya dengan kegembiraan yang sama.

“Saya ikut senang Pak, apa yang diinginkan Bapak akan menjadi kenyataan.”

“Andre, tolong buat acara yang meriah untuk merayakan ini.”

“Sebaiknya acara apa ya Pak?”

“Makan siang untuk seluruh karyawan hari ini. Suruh orang memesan makanan yang mereka sukai. Kita akan menikmati makan siang bersama-sama. Tolong juga, kalau sudah siap, kamu jemput Nurani di rumah. Telpon Rian juga.”

“Siap Pak, sekarang saya akan menyuruh orang untuk memesan makanan. Mudah-mudahan bisa soalnya mendadak.”

“Orangmu kan ahlinya, nanti dia bisa mencari akal, mungkin tidak di satu rumah makan, atau bagaimana. Pokoknya serahkan saja sama dia.”

“Baik Pak.”

“Setelah ini coba kamu cari informasi ke rumah sakit, aku mau Karina menjalani operasi untuk menghilangkan cacat di wajahnya. Tidak sekarang, nanti kalau sudah selesai acaranya.”

“Baik Pak.”

Saat Andre keluar, sekretaris mengatakan bahwa ada yang ingin menemui pak Candra.

“Persilakan dia masuk.”

Ternyata tamunya adalah orangnya Andre yang dulu disuruh menyelidiki teman Karina yang menurut pengamatan adalah seorang penjual obat terlarang. Tak ada berita lanjutan soal itu, karena ternyata Karina tidak ikutan dalam perdagangan haram itu.

“Apa kabar mas? Andre sedang keluar sebentar. Ada berita apa?”

“Gadis yang dulu teman Karina, tertangkap ketika mengadakan transaksi di rumahnya. Ketika saya iseng-iseng bertanya tentang hubungannya dengan Karina, dia mengatakan bahwa dulu Karina membeli obat dari dia, untuk meracuni saudara tirinya.”

Pak Candra terkejut bukan alang kepalang.

***

Besok lagi ya.

 

52 comments:

  1. Alhamdulillah....

    Mtnuwun mbk Tien πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Kantung Berwarna Emas sudah tayang

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah...

    Maturnuwun Bu Tien
    πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  4. Alhamdulilah
    Terimakasih cerbungnya bunda Tien

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah, KANTUNG BERWARNA EMAS (KBE) 24 telah tayang,terima kasih bu Tien salam sehat, sejahtera dan bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah...
    KBE 24 sudah hadir...
    Terimakasih bu Tien, sugeng ndalu...
    Salam sehat selalu ...

    ReplyDelete
  7. Sugeng ndalu Bu Tien, matur nuwun KBE 24 sampun tayang. Mugi tansah pinaringan sehat wal afiat 🀲🏻

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah, matur nuwun sehat selalu Bunda Tien . .

    ReplyDelete
  9. Akhirnya... akan segera terkuak nih.
    πŸ’ƒπŸ’ƒπŸ’ƒ

    ReplyDelete
  10. Alhsmdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah...
    KBE 24 sudah hadir...
    Terimakasih mbakyu Tien Kumalasari sugeng ndalu...
    Salam sehat selalu dari Gn3, Tanggamus, Lampung

    ReplyDelete
  12. Terima kasih, bu Tien...ceritanya seru nih. Semoga sehat selalu...πŸ™

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillaah tsyang
    Makin gemes aja sama karina dan ibuna, mudah" an tidak jadi di operasinya

    ReplyDelete
  14. Baru akan senang ada kesanggupan untuk operasi plastik, Karina harus menghadapi masalah pembelian obat terlarang. Dapatkah dia lepas dari pertanggungjawaban tersebut..
    Nurani pasti cepat lulus dan mendapat nilai bagus, terus menerima estafet kepemimpinan dari ayahnya. Itu harapan saya.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karina akan menuai hasil kelakuannya yg selalu jahat sm Nurani..
      anak itu tdk pernah ada baiknya ...
      karakter org malas, tdk mau berusaha dan kerja keras, dia menyangka hidupnya akan senang terus...
      skrg pa Chandra sdh tau boroknya.. syukurin Karina..

      Delete
  15. Matur nuwun bunda Tien...πŸ™

    ReplyDelete
  16. Terbuat dari apa hatimu Nurani...
    Kejahatan kau balas dgn kebaikan...
    Matur nwn bu Tien, salam sehat..

    ReplyDelete
  17. Seharusnya Pak Candra membatalkan niatnya untuk mengobati Karina karena tidak merasa dirinya bersalah...
    Terima kasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  18. Tks bunda Tien.. Nurani sdh hadir
    Alhamdulilah..
    Semoga bunda sehat" dan selalu berbahagia ..
    Aamiin.. πŸ™πŸ™❤️🌹

    ReplyDelete
  19. Wah semakin seru, bisa jadi karina batal operasi plastiknya.

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah Matur nuwun bu Tien
    Salam sehat wal'afiat πŸ€—πŸ₯°

    Aduhai ,,g jd operasi deh karina krn terbongar aksinya. Kita tunggu selanjutnya ,,,

    ReplyDelete
  21. Wah wah mau Oprasi plastok eee jgn harap yaa Nurani harus kuliah jgn Karina yg di urus. Terima kasih ya Bu Tien

    ReplyDelete
  22. πŸŒΈπŸƒπŸŒΈ Alhamdulillah KBE 24 telah hadir. Salam Aduhai Bunda Tien. Semoga sehat selalu dan tetap smangaaats...
    Matur nuwunπŸ™πŸ¦‹πŸŒΉ

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah KBE 24 sdh hadir
    Waah Karina ketahuan mau meracuni Nurani, semoga jd bahan pertimbangan bagi Pa Candra utk mengobati Karina
    Terima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. pa Candra terkaget kaget..
      segitu jahatnya Karina sm ibu tirinya kpd Nurani anak kandungnya...
      Sediiih .. waah jd baper deh..
      kesseel sm Karina dan ibunya
      🀭🀭🀭

      Delete
  24. Tyg perdana KBE di tgl 02 Jan 2023 ... Trmksh mb Tien kbe makin menggemaskan... Sptnya p Candra akan membatalkan renc membiayai operasi plastik Kirani krn ada info atas renc nya mencelakai Nurani. Akan kah kali ini p Candra akan mendengarkan permintaan Kirani agar tdk menunda opplast utk sdr tirinya? Kita tunggu sj KBE esok mlm?πŸ™

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah KBE 24 sdh hadir
    Matursuwun Bu Tien, salam sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  26. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman, Caecilia RA, Mimiet, Sofi, Mamacuss, Manggar Ch.,

    ReplyDelete

  27. Alhamdulillah KANTUNG BERWARNA EMAS~24 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien πŸ™

    ReplyDelete
  28. Terimakasih Bu Tien...
    Semoga selalu sehat sejahtera..

    ReplyDelete
  29. Selamat pagii bunda Tien sayang..terima KBE nya..salam sehat sll dan tetap Aduhai bangetπŸ™πŸ˜πŸŒΉ❤️

    ReplyDelete
  30. Sabaaar bunda" yg cantiiik.. πŸ₯°πŸ₯°

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 02

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  02 (Tien Kumalasari)   Arumi menyandarkan tubuhnya, menikmati rasanya naik mobil bagus nan halus hampir tak ...