KANTUNG BERWARNA EMAS
23
(Tien Kumalasari)
Karina menangis menggerung-gerung, membuat bingung
seisi rumah.
“Ya sudah, ini namanya musibah, terima saja dengan
lapang dada. Nanti mencari dokter yang baik untuk menghilangkan cacat kamu itu,”
kata bu Candra yang bukannya membuat berhenti menangis tapi justru membuat
tangisnya semakin keras.
“Ibu bagaimana? Ini musibah yang harus aku terima
dengan lapang dada? Bagaimana aku bisa menerima keadaan seperti ini Bu? Aku
malu dong Bu, mana berani aku keluar? Mana wajah cantikku? Mana ada orang yang
mengagumi aku? Aku tidak mau. Aku tidak mau begini.”
“Karin, tenanglah dulu. Nanti kita cari jalan untuk menyembuhkan
luka itu.”
“Bagaimana caranya Bu, dokter sudah bilang, bekas luka
ini tidak akan bisa hilang.”
“Kamu diamlah dulu, menangis setahun pun kalau tidak
ada upaya, ya tidak akan bisa menjadi pulih. Jadi diam dulu sambil memikirkan
bagaimana cara keluar dari masalah ini. Jangan seperti anak kecil dong Karin,”
kesal ibunya.
Tiba-tiba Nurani memasuki kamar Karin, membawakan jus
buah segar untuk Karina.
“Karin, ini jus buah segar, minumlah.”
“Apa kamu? Kamu pura-pura baik sama aku, sementara
sebenarnya kamu mensyukuri penderitaan aku ini bukan?”
“Karin, kamu salah terima, aku juga prihatin melihat
keadaanmu ini.”
“Bohong! Pergi kamu, pergi!”
“Karin, luka itu kan belum sembuh benar. Bahwa nanti
akan menjadi bopeng, itu kan kata dokter. Siapa tahu nanti setelah kulit luka
itu kering dan mengelupas, wajahmu bisa menjadi cantik lagi.”
“Omong kosong kamu! Memangnya kamu itu siapa? Kamu SMA
saja belum selesai, sok tahu tentang masalah kulit. Keluar kamu. Kamu hanya
mengejek aku.”
“Tidak Karin, aku sungguh sedih melihatmu seperti ini.”
“Keluaaar!!”
Karin mengambil bantal, melemparkannya kepada Nurani
yang sedang membawa gelas jus, sehingga jus itu tumpah, membasahi lantai.
“Karin!” kali ini ibunya berteriak.
Nurani beranjak keluar, membawa bantal yang basah dan
gelas yang sudah kosong. Kemudian dia kembali untuk membersihkan lantai yang basah dan lengket terkena tumpahan jus.
“Itulah kamu. Pantasnya kamu jadi pembantu!” Karina
masih bisa mengejek Nurani yang berjongkok di lantai sambil mengepel.
“Sudah Karin, kamu diam. Pusing ibu mendengarkan semua
omongan kamu,” kata bu Candra sambil keluar dari kamar.
Nurani keluar setelah membersihkan lantai. Wajahnya
tampak murung. Ia memendam rasa kesalnya dalam hati. Ia bermaksud baik, walau
Karina begitu jahat terhadap dirinya. Ia tak ingin membalasnya, ia justru ikut
merasakan kesedihan adik tirinya, tapi balasannya sungguh menyakitkan. Nurani ingin
berteriak atas ketidak adilan itu, tapi selalu dia bisa menahannya.
Bu Candra beranjak ke belakang. Ia melihat Nurani
keluar dari kamar mandi di belakang, setelah selesai mencuci kain pel yang baru
saja dipergunakannya. Tiba-tiba dia teringat perkataan Rian, beberapa hari yang
lalu, yang mengatakan bahwa suaminya sudah tahu perlakuan buruknya terhadap
Nurani.
Ia duduk di kursi dapur, melihat Nurani menjemur kain
pel di luar.
“Nurani,” panggilnya ketika Nurani masuk kembali ke dapur.
Nurani mendekati ibu tirinya.
“Ya Bu.”
“Apa kamu mengadu kepada bapak kamu?”
Nurani terkejut, ia tidak mengerti apa yang dimaksud
sang ibu tiri.
“Saya tidak mengerti apa maksud ibu.”
“Kamu mengadu kepada bapak, bahwa aku melakukan hal
buruk terhadap kamu?”
“Tidak. Mengapa ibu mengira demikian?”
“Bapakmu menuduh aku melakukan perlakuan buruk sama
kamu.”
“Saya sama sekali tidak pernah bicara apapun sama
bapak. Apalagi mengadu. Tidak pernah Bu. Ibu harus percaya sama Nurani.”
“Baiklah. Tapi awas saja kalau sampai kamu mengadu
yang tidak-tidak,” katanya sambil meninggalkan dapur.
Nurani menghela napas panjang. Hari masih siang. Pak
Candra belum pulang dari kantor, Rian juga belum pulang dari kuliah, sehingga
bu Candra berani menanyakannya kepada Nurani.
“Yang iya-iya saja tidak pernah aku katakan kepada
siapapun, apalagi yang tidak-tidak,” kata batinnya.
Tapi kemudian Nurani mengejar ibu tirinya.
“Ibu.”
Bu Candra berhenti melangkah.
“Kalau boleh saya usulkan, selama wajahnya belum
pulih, Karina kan bisa memakai penutup wajah, sehingga bekas luka itu tidak
kelihatan. Dengan begitu, Karina tidak usah mengurung diri di kamar. Maaf Bu,
saya hanya mengusulkan.”
Bu Candra tak menjawab, tapi tampaknya dia bisa menerima
apa yang dikatakan Nurani.
***
“Lukanya saja belum kering benar, belum tentu kalau
bekas luka itu menyebabkan bopeng,” kata pak Candra ketika sore hari itu sang
istri membicarakannya.
“Tapi memang ada banyak luka yang dalam, karena dulu
Karina menggaruknya sangat keras. Itu karena dia tak tahan rasa gatalnya. Nah
bekas garukan itu membuat luka yang lebih dalam, sehingga akan susah pulihnya,”
kata bu Candra.
“Mau bagaimana lagi, kalau memang harus begitu? Paling
bisa ditutupi dengan bedak yang agak tebal.”
“Bapak kok gitu, kalau bekas lukanya dalam, mana bisa
ditutupi dengan bedak tebal sekalipun?”
“Lalu apa yang akan kamu lakukan?”
“Bagaimana kalau operasi plastik?”
Pak Candra terkejut.
“Operasi plastik itu tidak murah.”
“Bapak kan punya banyak uang?” kata bu Candra memaksa.
“Memang ada, tapi kan aku juga punya kebutuhan lain.
Nanti Nurani akan kuliah, dan pasti juga membutuhkan biaya banyak.”
“Nurani lagi,” keluh bu Candra dalam hati.
“Kita tunggu saja nanti bagaimana hasilnya. Kan
lukanya belum kering benar, sehingga kulitnya belum mengelupas semuanya.”
“Karina tidak bisa terus menerus berada di kamar. Tapi
dia malu untuk keluar.”
“Dia juga harus bekerja kan? Masih mau kerja tidak?”
“Maka dari itu, harus ada penanganan untuk membuat
wajahnya bersih kembali.”
“Itu kita pikirkan nanti. Sekarang ini lebih baik memakai
cadar untuk menutupi bekas lukanya.”
“Bapak punya ide dari mana? Usulan dari Nurani?”
“Mengapa kamu membawa-bawa Nurani?”
“Soalnya tadi Nurani mengusulkan hal yang sama.
Memakai cadar.”
“Aku bahkan belum bertemu Nurani sejak pulang dari
kantor, kecuali ketika dia menyajikan susu coklat di meja ini,” kata pak Candra
sambil mengerutkan keningnya.
“Oh, kirain. Soalnya kok bisa punya pemikiran yang
sama.”
“Itu ide terbaik daripada terus mendekam di kamar kan?”
“Ya, tampaknya itu masuk akal. Nanti ibu mau bilang
sama Karina.”
“Katakan juga, dia masih mau bekerja tidak? Kalau terlalu
lama absen juga tidak bisa, apalagi hanya dengan alasan malu dilihat orang.
Jadi kalau mau menutup wajahnya pakai cadar, suruh dia melakukannya, lalu kembali bekerja. Kalau
tidak mau, aku akan mencari orang lain untuk menggantikannya."
Bu Candra termakan oleh ancaman pak Candra. Sebagai
apapun, Karina harus dilibatkan dalam pekerjaan di perusahaan suaminya, kalau
tidak, bu Candra khawatir Karina tidak akan tahu apa-apa tentang perusahaan,
dan pada suatu hari akan dikalahkan Nurani.
Itu sebabnya, bu Candra segera mencarikan cadar untuk
Karina, dan memaksanya masuk bekerja pada keesokan harinya.
***
Hari berjalan begitu cepat. Luka Karina sudah
benar-benar mengering, dan benar saja, bekas luka itu meninggalkan
lobang-lobang seperti bopeng, bahkan ada bekas yang memanjang. Benar perkiraan
bu Candra, bahwa salah satu pemicunya adalah karena luka garuk yang sangat
dalam.
Karina sangat sedih karena ia harus memakai cadar
selama berbulan-bulan, bahkan hampir setahun. Harapan untuk bisa merebut hati
Andre pupus sudah. Saat masih kelihatan cantik saja susah, apalagi dengan wajah
bopeng seperti sekarang. Hal itu membuat kebenciannya terhadap Nurani semakin
bartambah. Padahal Nurani selalu bersikap baik, bahkan setelah Karina pernah
bermaksud membunuhnya.
***
Hari itu Nurani dipanggil oleh bapak kepala
sekolahnya. Nurani berdebar.
“Nurani, melihat prestasi kamu di sekolah, kami
menawarkan sesuatu untuk kamu,” kata pak kepala sekolah sambil tersenyum ramah.
Selama di sekolah Nurani selalu berprestasi, dan bersikap baik, bukan hanya
kepada para guru, tapi juga kepada teman-temannya yang umurnya tentu saja jauh
di bawahnya. Itu sebabnya dia juga disayangi oleh para guru di sekolah itu.
Nurani hanya menatap kepala sekolahnya, menunggu apa
yang akan dikatakannya.
“Maukah kamu mengikuti ujian akhir tahun ini?”
“Ujian akhir? Apakah itu berarti, kalau saya lulus,
maka saya tidak lagi sekolah di sini?”
Kepala sekolah yang sudah separuh baya itu tersenyum
lucu.
“Tentu saja Nurani. Kalau kamu lulus, berarti kamu
sudah lulus, sudah bukan lagi murid SMA, tapi bisa melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi, yaitu masuk ke perguruan tinggi.”
Mata Nurani berbinar. Kalau demikian halnya, ia bisa
mempersingkat waktu dalam menjalani pelajaran sekolah SMA nya. Tapi Nurani
masih ragu.
“Apa saya bisa? Bagaimana kalau gagal?”
“Namanya orang berusaha itu, bisa gagal, bisa juga
berhasil. Kalau berhasil, bersyukurlah, kalau tidak berhasil, ya terimalah
dengan ikhlas. Begitu kan? Tapi boleh dong, berusaha.”
“Saya sebenarnya ragu.”
“Kamu itu pintar. Kamu menguasai hampir semua
pelajaran dengan sangat baik. Apa selama di rumah kamu banyak membaca buku-buku
sekolah?”
“Iya Pak, kakak saya yang memberikan buku-bukunya.”
“Mengapa juga dulu kamu tidak langsung masuk sekolah?”
Nurani terdiam. Tentu ada sebabnya, mengapa setelah
SMP dia berhenti. Bahkan tetap tidak mau walau ayahnya memaksa. Ia sangat takut
kepada ibu tirinya. Tapi yang namanya Nurani, mana mau dia menjelekkan orang
lain?
“Baiklah, tidak apa-apa. Barangkali ada penyebabnya
mengapa kamu tidak sejak dulu melanjutkan sekolah, tapi aku tak ingin tahu. Yang
jelas kamu mampu dan kamu bisa.”
Nurani mengangguk.
“Jadi kamu mau ya, didaftarkan ikut ujian akhir?”
“Baiklah, saya akan mencobanya Pak.”
“Bagus. Kamu punya semangat tinggi. Kami para guru
akan mendukung kamu.”
“Terima kasih banyak, Pak,” jawab Nurani dengan wajah
berseri.
***
Sepulang dari sekolah, Nurani berharap Rian
menjemputnya. Ia ingin segera menceritakan tawaran kepala sekolah yang sangat
membahagiakannya.Tapi Nurani terkejut, ketika yang menunggunya adalah Siswati,
teman Rian.
“Nurani!”
Nurani mendekati Siswati.
“Kok Mbak Sis ada di sini?”
“Aku menjemput kamu Nur.”
“Menjemput saya? Mengapa bukan mas Rian?”
“Mas Rian sedang giat mencari bahan untuk skripsi, dia
minta agar aku nyamperin kamu di sekolah.”
“Ya ampun, mengapa jadi repot untuk saya? Saya kan
bisa pulang sendiri.”
“Kamu tidak suka, aku yang menjemput kamu?” tanya
Siswati kecewa.
“Tidak … tidak … mengapa Mbak Sis mengira begitu? Saya
hanya sungkan karena jadi merepotkan.”
“Tidak repot kok. Kebetulan aku pulang di jam ini, dan
kebetulan pula, rumahku melewati sekolah kamu. Dan kebetulannya lagi, aku juga
membawa motor sendiri. Biasanya aku membonceng mas Rian, tapi karena motor di
rumah tidak dipakai, jadi aku bawa motornya untuk kuliah.”
“Benar nih, tidak merepotkan?”
“Tidak Nur, aku senang melakukannya.”
Akhirnya Nurani pulang dengan dibonceng Siswati.
Mereka mampir di warung bakso atas permintaan Nurani. Ia ingin mentraktir
Siswati karena telah susah payah menjemputnya.
“Mbak Sis, hari ini aku mentraktir Mbak ya.”
“Biar aku saja, kita kan belum pernah makan bareng.”
“Tidak, tadi bapak memberi uang saku, jadi aku punya
uang lebih,” kata Nurani.
Mereka makan dengan nikmat, dan ternyata Nurani mulai
menyukai Siswati. Dia gadis yang cantik dan ramah, membuat Nurani cepat menjadi
akrab.
“Sebenarnya aku ingin segera ketemu mas Rian, jam
berapa ya mas Rian pulang?”
“Katanya sih agak siang, kalau sudah cukup bahan-bahan
yang dibutuhkan. Memangnya kenapa?”
“Aku ingin bilang, bahwa aku ditawarin ikut ujian
akhir oleh kepala sekolah aku.”
“Oh ya? Benarkah?”
Nurani mengangguk.
“Mas Rian sudah sering cerita tentang kamu. Katanya
kamu pintar. Bagus kalau kamu bisa melewatinya, sehingga bisa segera kuliah
nanti.”
“Belum tentu juga lulus. Aku kan hanya mencoba saja.”
“Kamu pasti lulus, aku doakan kamu Nur.”
“Terima kasih.”
“Nanti telpon saja mas Rian, supaya segera mendengar
berita menyenangkan ini.”
“Baiklah. Tapi nanti saja kalau dia sudah pulang,
takutnya mengganggu.”
***
Waktu begitu cepat berlalu, dan perkiraan semua orang
adalah benar. Nurani lulus dalam ujian itu. Membuat pak Candra begitu bahagia.
Malam itu pak Candra mamanggil Nurani. Ia ingin bicara
tentang kelanjutan pendidikan untuk Nurani. Pak Candra sudah mempersiapkan
semuanya.
“Nur, sekarang katakan pada bapak, kamu mau
melanjutkan ke mana. Bapak sudah mempersiapkan semuanya untuk kamu."
Tapi pak Candra heran, melihat Nurani menundukkan
wajahnya.
“Jangan bilang kamu tak ingin melanjutkan pendidikan
kamu ya,” kata pak Candra.
Nurani diam beberapa saat lamanya, sebelum kemudian
mengatakannya dengan tegas.
“Memang benar Pak, lebih baik Nurani tidak melanjutkan
kuliah saja.”
Pak Candra terhenyak. Ia menatap tajam anaknya. Sangat
kecewa dengan jawabannya.
“Kamu membuat bapak kecewa Nur.”
“Ada yang lebih penting daripada membiayai kuliah
Nurani Pak.”
“Apa itu?”
“Operasi plastik untuk Karina.”
***
Besok lagi ya,
Mtrnwn
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteKok kacrit karo heng Mimiet ?
DeleteAlhamdulillah KaBeE_23 sdh tayang.
Terima kasih bu Tien, salam sehat dan tetap ADUHAI
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtnuwun mbk Tien 🙏🙏
Matur nuwun mbak Tien-ku Kantung Berwarna Emas sudah tayang
ReplyDelete👍👍👍
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien
🙏🙏
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien
Semoga sehat selalu.
Salam*ADUHAI*
Alhamdulilah, matur nuwun mbakyuku Tienkumalasari sayang, salam aduhaai dan selamat menyongsong thn 2023, sehat selalu injih, wassalam dari Gn, Tanggamus, Lampung
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien KBE 23 sudah tayang , selamat menyambut tahun baru 2023 ,semoga semakin banyak pecintanya dan terus semangat berkarya .
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteAlhamdulillah.. tayang
ReplyDeleteSelamat tahun baru 2023.. semoga bu tien senantiasa sehat.. menghibur kita semua..🥰🥰
Alhamdulillah
ReplyDeleteSugeng wilujeng 2023. Mugi tansah binerkahan Gusti.
ReplyDeleteAlhamdulillah KANTUNG BERWARNA EMAS~23 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏
alhamdulillah...🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah... Salam sehat bund... 🧕
ReplyDeleteTrimakasih ... Bu Tien
ReplyDeleteSalam sehat selalu
Operasi plastik untuk Karina. Bagi Nurani lebih penting dari pada untuk kuliah. Tapi pak Candra kan banyak duit, jadi semua dapat dilakukan sekaligus.
ReplyDeleteSalam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Alhamdulillah
ReplyDelete🌸🍃🌸 Alhamdulillah KBE 23 telah hadir. Salam Aduhai Bunda Tien. Semoga sehat selalu dan tetap smangaaats...
ReplyDeleteMatur nuwun🙏🦋🌹
Matur nuwun bu Tien... selamat Tahun baru 2023M, semoga sll sehat, bahagia bersama kel.besar tercinta, barakallah fiikum.
ReplyDeleteAlhamdulillahi rabbil'alamiin
ReplyDeleteAlhamdulillah, KANTUNG BERWARNA EMAS (KBE) 23 telah tayang,terima kasih bu Tien salam sehat, sejahtera dan bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien....
Alhamdulillah .....
ReplyDeleteYg ditunggu2 sdh datang...
Matur nuwun bu Tien ...
Semoga sehat selalu....
Tetap semangat ....
Terima kasih
ReplyDeleteHadeeh sptnya ancaman Bu Chandra tuh
ReplyDeleteGa usah kuliah biar biayanya buat operasi Karina
Tuh muka di kantongin kresek aj biar bopengnya gak klhtn
Wow makin seru nih
Mksh bunda Tien sehat selalu doaku
Terimakasih mbak Tien Kumalasari... Sepertinya mbak Tien tidak ingin bikin sengsara orang yang telah berbuat jahat bahkan tega untuk membunuh seseorang. Heran aja koq ada orang yang sebaik Nurani, mungkin ada 1 diantara sejuta. Yahh kita ikuti ceritanya walaupun menggemaskan, toh yang punya kuasa penulis....
ReplyDeletePerbuatan jahat dibalas dengan kebaikan, akan menumbuhkan kebaikan berikutnya...
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, salam sehat dari mBantul
Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip sehingga KBE 23 sudah hadir bagi kami penggandrungnya.
ReplyDeleteNurani, percayalah pd orang2 yg mencintaimu, yg mendukungmu untuk maju...
Tidak membalas kejahatan dg kejahatan itu sangat baik, tapi jangan sampai mengorbankan diri sendiri...
Matur nuwun ibu Tien, Berkah Dalem...
Bu tien dan bapak ibu group pctk selamat tahun baru 2023 semoga di tahun 2023 ini kita selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien cerbung nya semakin seru😊😊👍👍
ReplyDeleteWah nurani sdh diancam bu chandra .... semangat nurani jangan beri kesempatan penjahat menguasaimu ...
ReplyDeleteSalam sehat bu tien.... srlamat tahum baru 2023 ..tambah sehat dan tambah sukses ya bu
Matur nuwun, bu Tien. Selamat Tahun Baru 2023. Semoga selalu sehat dan Bahagia
ReplyDeleteAlhamdulillah terima kasih Bu Tien. Nurani hatimu sungguh mulia, pasti pak Chandra mengabulkan operasi Karina dengan syarat Nurani tetap kuliah. Semoga operasi nya tidak berhasil...(baru kali ini doa jelek utk orang mau operasi). Salam sehat selalu Bu Tien
ReplyDeleteHallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman, Caecilia RA, Mimiet, Sofi, Mamacuss, Manggar Ch.,
Alhamdulillah Maturnuwun
ReplyDeleteLuar biasa...
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien...
Terimakasih Bu Tien...
ReplyDeleteSalam sehat sejahtera...
Baik hati sekali Nurani,walau selalu dijahati.
ReplyDeleteSemoga kesuksesan dan kebahagiaan mengiringi Nurani.
Makasih mba Tien.
Tetap semangat
Matur nwn mbak Tien, slmt memasuki tahun 2023, sukses semuanya ya
ReplyDeleteAlhamdulillah Matursuwun bu Tien
ReplyDeleteSalam sehat selalu
Waduh Nurani kuliah aja ..
ReplyDeleteTrima kasih ya Bu Tien
Matur nuwun bunda Tien...🙏
ReplyDeleteTrims Bu Tien salam. Sehat
ReplyDeleteAlhamdulillah KBE 23 sdh hadir
ReplyDeleteSemoga Pak Candra bisa memaksa Nurani kuliah.
Terima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan sukses selalu.
Aamiin
Matur nuwun bunda Tien...🙏
ReplyDeleteAlhamdulilah..
ReplyDeleteTks bunda Tien..Nurani sdh hadir..
waduuuh Nurani ngalah lg..pdhl demi harapannya di masa depan.. 😭😭
Penasaran..nunggu bsk lg
Semoga bunda sehat"selalu dan berbahagiabersama keluarga tercinta..
Aamiin.. yra 🙏🙏🙏🥰
Salam Aduhaai utk bunda tercinta.. 🌹🌹❤️
Alhamdulillah,, matur nuwun bu Tien
ReplyDeleteTambah sehat wal'afiat n bahagia bersama keluarga Aamiin, sukses ,🤗🥰
Aduhai deh bu Tien bikin gemes,,,tdk tega ya kl Nuraini jd jahat ,,subhaanallah
Sugeng warso enggal 2023 katur bu Tien soho keluarga besar PCTK, mugi mugi tansah pinaringan kesarasan, rizki lan ridho Allah SWT. Aamiin alhamdulillah Nurani sdh lukus SMA, semoga bisa melanjutkan kuliah, biaya sdh disiapkan bpknya..Ayo Nurani semangat.. operasi plastik tidak penting
ReplyDeleteTuh kan,
ReplyDeletenamanya juga Nurani, gitu deh sok idealis, kaya politikus ini yang di amanatkan Chandra masalah kelangsungan usaha Nur.
Aduh bagi Chandra juga soal Karina sudah biarin kehilangan muka, kan dari pertama nya juga diusahakan biyungnya; dikemukakan ke Chandra bapa sambungnya.
Masih aja Nurani belum mau ber anjak, ini masalah keberlangsungan orang orang yang bekerja di perusahaan Chandra.
Kartika itu statusnya nggak jelas. Kerja kalau memang nggak berkualitas buat apa, pegawai yang numpang nampang nggak punya kontribusi kemajuan perusahaan, ya keluar saja lebih bagus.
Tuh pak Chandra Nurani dikasih pengertian biar lebih faham tentang perusahaan yang memberi nafkah buat semua pekerja, berapa kk tuh.
Tanggung jawab pengusaha terhadap pegawainya
Jadi jangan masalah pribadi menjadikan usaha tersendat, malah bisa mundur.
Apalagi usaha warisan leluhur.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien
Kantung berwarna emas yang ke dua puluh tiga sudah tayang
Sehat sehat selalu doaku
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Waduh nggak nyadar ini episode tahun lalu ya..
ReplyDeleteBaru di koment setahun kemudian ..😁
Terima kasih Bu Tien
ReplyDeleteSelamat tahun baru 2023, semoga membawa lebih kebahagiaan bu Tien sekeluarga
Teroooss
ReplyDeleteMatur nuwun. Semoga pak Candra tdk sependapat dg Nurani. Kuliah bagiNurani itu penting nomor satu. Sbg bekal untuk masa depan. Operasi plastik untuk Karina nomor sepuluh
ReplyDelete