SEBUAH JANJI 42
(Tien Kumalasari)
“Jangan berteriak, tak akan ada yang
bisa mendengarmu. Semua sudah pulang, satpam penjaga malam ada jauh di depan.”
Sekar mengayunkan tangannya., memukul
tangan kekar yang membekap mulutnya. Matanya menatap nanar, penuh kemarahan dan
merasa jijik. Ia segera menggeser tempat duduknya, dan berdiri. Dengan segera ia
menarik laptopnya, dan menutupnya. Ia berusaha segera keluar dari ruangan.
“Kamu gadis liar yang pernah membuat
aku marah. Tapi kali ini kamu tidak akan lepas dari aku. Aku penguasa di sini,
dan aku bisa melakukan apa saja yang aku inginkan,” kata laki-laki yang adalah
Samadi, dengan menyeringai.
“Aap..ppa yang akan kamu lakukan?”
tak urung gemetar Sekar dibuatnya. Ia memang tak lagi melihat ada orang
disekitar tempat itu.
“Baru hari ini aku tahu bahwa kamu
bekerja di sini. Heran juga ya, sebenarnya kita ini berjodoh. Dulu kamu lari
dari aku, tapi ternyata sekarang kita kembali ketemu, dan kamu malah menjadi
bawahan aku.”
Sekar tak menanggapi. Dia sedang berpikir untuk bisa melewat Samadi, dan segera kabur dari tempat itu. Kalau dia
melangkah keluar, pasti Samadi akan menghalanginya.
“Kamu jangan takut, masa sih aku mau
ngapa-ngapain kamu di sini. Kalau kamu mau, aku akan bicara baik-baik. Kamu
tidak perlu bekerja menjadi pembantu administrasi, gajinya tidak seberapa, aku
akan mencukupi semua kebutuhan kamu. Bagaimana?”
Sekar tak menjawab. Ia merapikan
mejanya, kemudian menggantungkan tas di pundaknya, lalu berjalan mengitari
meja, menuju ke luar. Tapi benar seperti dugaannya, Samadi menghadang di
depannya.
“Kamu mau ke mana? Kita belum selesai
bicara.”
“Tolong biarkan aku pergi."
“Boleh, asalkan kamu mau bersikap
manis sama aku. Ingat, aku ini atasan kamu.”
Sekar melangkah ke arah samping, tapi
lagi-lagi Samadi menghalanginya.
“Apa sebenarnya maksud kamu?”
“Kamu harus mau bicara sama aku
sebelum pergi. Jadilah kekasihku.”
“Dasar tak tahu diri,”
“Apa katamu? Aku ini walaupun tidak
muda lagi, tapi masih gagah dan perkasa. Kamu akan membuktikannya nanti, dan
tidak akan kecewa.”
Mendengar perkataan Samadi yang
semakin ngelantur, Sekar berteriak.
“Tolooong !”
“Hee, aku bekap mulut kamu kalau
sekali lagi berteriak. Diajak ngomong baik-baik kok sikapmu kasar. Kamu tidak
tahu bahwa aku bisa melakukan apa saja?” Samadi mendekati Sekar, membuat Sekar
mundur beberapa langkah.
“Biarkan aku pergi.”
“Tidak sopan kamu! Diajak bicara
baik-baik kok berteriak.”
“Biarkan aku pergi.”
Tapi Samadi terus medekatinya, Sekar
semakin mundur, dan sekarang dia sudah menabrak tembok.
“Kalau mau bersikap manis sama aku,
maka aku biarkan kamu pergi. Bersikaplah manis, tersenyum, dan memanggil namaku
dengan_”
“Biarkan aku pergi !”
“Panggil aku Pak Samad, dengan
manis.”
“Tolooong!!” Sekar justru berteriak.
Membuat Samadi marah. Dia merangsek maju, dan mengungkung tubuh Sekar dengan
kedua lengannya.
“Tolooong!”
“Diam!!”
Tiba-tiba entah dari mana datangnya,
sebuah tarikan keras membuat Samadi terjengkang, jatuh di tubuh seorang lelaki
kekar yang menatapnya dengan mata menyala.
Sekar merasa seperti bermimpi. Ia
melihat Barno? Bagaimana Barno tiba-tiba ada di situ?
“Kurangajar!”
Barno melemparkan tubuh Samadi ke lantai,
membuat laki-laki setengah tua itu mengaduh karena kepalanya terantuk kaki
meja.
“Tolooong ! Satpaaaam! Tolong aku !!
Ada maliiiing!” teriak Samadi tiba-tiba.
“Laki-laki tua bangka tak tahu diri
kamu!!” Barno menghantamkan lagi kepalan tangannya pada wajah Samadi yang tak
mampu melawan.
Tapi Barno sama sekali tidak mengira,
teriakan Samadi terdengar oleh Satpam yang sedang masuk karena akan mematikan lampu di setiap ruang-ruang kerja yang sudah tidak terpakai. Begitu mendengar teriakan Samadi,
Satpam itu masuk, dan melihat sang pimpinan tergeletak dan seorang laki-laki berdiri
di atasnya dengan mengajarnya bertubi-tubi, lalu melihat Samadi terkulai
pingsan.
Tanpa berpikir panjang satpam yang
membawa pentungan itu memukulkan pentungannya ke arah punggung Barno, membuat
Barno roboh terguling.
“Jangaaaan!!” Sekar berteriak, tapi
satpam itu kembali memukulkan pentungannya di dada Barno, membuat Barno tak
bergerak.
“Barnooo!!” Sekar berlari menubruk
Barno, menangisinya dengan pilu.
“Kamu sudah gila ya? Dia kerabatku!”
“Maaf Mbak Sekar, tapi dia memukul
pak Samadi sampai pingsan,” satpam itu membela diri.
“Karena Samadi berbuat kurangajar
sama aku!”
Sekar menangis sambil merangkul tubuh
Barno yang diam tak bergerak.
Saat itu tiba-tiba seseorang masuk.
Dan terkejut melihat dua tubuh tergeletak. Samadi dan Barno, sedangkan Sekar
menangisinya.
“Ada apa ini?”
“Saya melihat laki-laki itu memukuli
pak Samadi, lalu saya memukul dia dengan pentungan ini.”
“Mas Seno, tolong Barno,” kata Sekar
sambil terisak.
Seno memanggil ambulans dengan
segera.
Sekar terus meratapi Barno.
“Barno, jangan mati … aku cinta sama
kamu, Barno, aku mencintai kamu, jangan tinggalkan aku," tangisnya pilu.
Seno terpaku di tempatnya.
***
Raungan mobil ambulans bagai membelah
malam yang mulai gelap. Sekar duduk di samping Seno yang memegang kemudi
mobilnya. Keduanya terdiam. Sekar masih terkadang terisak. Tapi Seno tetap
diam. Bisikan Sekar di telinga Barno yang tak berdaya, terdengar jelas di
telinganya. Serasa ada pisau tajam yang merajang-rajang hatinya, membuatnya
pedih dan perih. Kenyataan bahwa Sekar ternyata mencintai Barno, membuat
hidupnya seperti kehilangan pegangan. Ada cinta yang disenandungkan setiap hari, setiap pagi, siang dan malam, untuk Sekar Tanjung yang cantik dan sederhana.
Ada tangan menggapai mengharap cinta itu akan berbalas. Tapi dalam sedetik
harapan itu sirna. Tak perlu bertanya, dan tak perlu lagi merayu dengan
kidung-kidung indah. Karena semua itu tak ada gunanya.
Harapan dan mimpi itu telah terbang
ditiup angin malam yang kemudian membuatnya menggigil.
Seno sadar ketika mendengar Sekar
kembali terisak. Ia menoleh ke arah gadis di sampingnya. Gadis yang menolak
cintanya karena ada laki-laki lain yang dicintainya. Seno menatapnya sendu.
Sendu karena prihatin atas kesedihan Sekar, sendu karena dirinya juga merasa
tersakiti.
“Tenanglah Sekar,” Seno menguatkan
hatinya untuk menghibur gadis cantik di sampingnya.
Tanpa bertanya dia sudah tahu apa
yang terjadi. Ada Sekar, ada Samadi, lalu
ada Barno. Cerita tentang Samadi yang pernah berusaha memperkosa Sekar masih
tercatat di ingatannya, dan malam ini, rupanya Samadi ingin melakukannya lagi.
“Apakah Barno akan selamat?” katanya
dengan suara bergetar.
“Tentu saja Sekar, dia akan ditangani
dengan baik," hibur Seno walau batinnya teriris.
***
Mereka menunggu di ruang tunggu
dengan berbagai perasaan. Ada dua korban yang baru saja masuk ke ruang IGD.
Tapi hanya satu yang membuat hati Sekar sangat cemas. Tak sepatahpun kata
keluar dari mulutnya.
“Sekar, kamu harus tenang ya, Barno
sudah ditangani,” kata Seno.
“Mengapa tadi tidak bergerak sama
sekali? Pasti lukanya parah. Satpam itu memukulnya sekuat tenaga. Dikiranya
Barno adalah penjahat,” keluh Sekar sambil mengusap air matanya.
“Dia hanya pingsan. Jangan cemas.
Sekarang maukah kamu menceritakan apa yang terjadi?”
“Saya lembur hari ini. Selepas
maghrib, saya masih mengerjakan beberapa lembar pekerjaan. Sedikit sekali yang
tertinggal, dan nyaris saya selesaikan. Tiba-tiba Samadi muncul. Dia baru tahu
kalau saya bekerja di situ. Saya ingin segera pulang, tapi dia menghalangi
saya. Banyak kata-kata tak pantas, dan dia mengungkung tubuh saya di tembok ketika
saya nekat mau pulang. Saya berteriak minta tolong, lalu tiba-tiba muncul Barno
menghajarnya. Samadi tak berdaya, lalu berteriak maling … kebetulan ada satpam
lewat, yang mengira Barno benar-benar penjahat. Dia memukuli Barno sampai
pingsan.”
“Oh, ya Tuhan. Aku baru akan menindak
dia atas kebohongannya kepada istrinya, ini ada lagi kelakuan buruknya,” kata Seno penuh sesal.
“Aku kemari karena mendengar Samadi
sudah kembali, dan mengadakan pertemuan dengan para staf di sini. Tapi aku
terlambat. Mereka sudah bubar. Aku melihat lampu di ruang kerjamu masih menyala,
dan mendengar teriakan kamu. Lalu aku masuk ke ruangan kamu. Aku menyesal, terlambat
datang.”
Sekar berdiri secepatnya, ketika
melihat perawat membuka pintu IGD. Ia memburu mendekat, diikuti Seno.
“Bagaimana dia? Bagaimana keadaannya?”
“Lukanya sangat parah, dia belum
sadar,” kata perawat itu.
Kaki Sekar terasa lemas. Ia hampir
terjatuh, beruntung Seno segera menangkapnya.
“Tapi mas yang Bernama Barno sudah
sadar. Tapi mungkin harus masuk ke rawat inap dulu, untuk memantau perkembangan
kesehatannya. Ada pukulan keras di bahunya. Besok akan diperiksa lebih lanjut.
Sekar terkejut. Ternyata yang
dikatakan pada awal keterangannya, bukannya Barno. Ia merasa lega.
“Bolehkah kami menemuinya?”
“Silakan ,” kata perawat itu.
“Siapkan kamar terbaik untuk dia," perintah Seno.
"Baik.”
Seno mengikuti Sekar yang sudah masuk
lebih dulu.
“Barno,” Sekar terisak.
Barno tersenyum menatapnya.
“Mengapa Non menangis?”
“Aku mengira kamu tak tertolong,
Barno. Habis kamu diam tak bergerak,” kata Sekar sambil mengusap wajahnya.
“Bagaimana keadaan kamu, Barno?”
"Saya tidak apa-apa Pak, saya minta
segera pulang saja. Rawat jalan kan tidak apa-apa.”
“Tidak Barno, kamu harus diperiksa
lebih lanjut. Kata dokter malam ini harus menginap, aku sudah memesan kamar
terbaik untuk kamu.”
“Tapi saya tidak apa-apa,” sergah Barno.
“Sudahlah, menurut saja. Ini bukan
kemauan aku, tapi kemauan dokternya.
“Non Sekar tidak apa-apa? Ban**at itu
melakukan apa?”
“Dia mencegah aku pulang, bicara
tidak karuan. Terima kasih kamu segera datang menolong, kalau tidak, entah apa
yang terjadi.”
“Saya sudah berjanji, akan selalu
menjaga Non. Tak akan saya biarkan siapapun menyakiti Non.”
“Baiklah, aku sudah tahu semuanya.
Akan ada tindakan untuk dia, kalau dia sudah pulih.”
“Maaf Pak, pasien akan saya
pindahkan, kamarnya sudah siap.”
***
Saat Barno sudah dipindahkan ke ruang
rawat, Samadi baru saja sadar. Tapi ia mengeluh karena sakit di sekujur
tubuhnya.
“Sabar ya Pak, ada luka yang harus
dijahit juga.”
“Tolong hubungi istriku bahwa aku dirawat.”
“Di saku jas tadi ada ponselku,” lanjutnya menahan sakit.
Yanti yang dihubungi dari rumah sakit
sangat terkejut, ketika mendengar bahwa suaminya di rawat.
“Apa? Kenapa suamiku dirawat? Sakit
apa dia? Tadi dia baik-baik saja,” kata Yanti setengah berteriak.
“Saya tidak tahu Bu, pak Samadi luka
parah ketika dibawa ke rumah sakit. Beliau yang minta supaya saya mengabari ibu.
Terima kasih ya Bu. Alamat rumah sakit saya kirimkan sekarang.”
Tak ingin menjawab pertanyaan yang
berkepanjangan, perawat itu segera menutup ponselnya,
“Ini Pak, sudah saya sampaikan,” kata
perawat sambil meletakkan ponselnya di meja.
Samadi masih merintih terus. Sesambat
tak henti-hentinya. Dokter sudah memberikan obat penahan rasa sakit, dan
perawat sudah membersihkan luka serta mengobatinya, tapi ia masih saja
merintih.
“Bapak sabar ya, saya sudah meminta
agar istri Bapak datang kemari.”
***
Yanti berteriak histeris melihat
wajah suaminya lebam kehitaman, dan ada jahitan di bibirnya.
“Maaas, ada apa ini? Mas kecelakaan
atau apa? Di mana? Mobilnya bagaimana? Rusak berat atau tidak?”
“Kamu bicara tidak karuan, aku ingin
kamu datang, supaya kamu membuat rasa sakitku berkurang, tapi malah cerewet,
membuat kepalaku bertambah sakit.”
“Siapa orangnya yang tidak panik Mas,
suaminya luka seperti ini?”
“Pokoknya kamu tenang saja, pesankan
kamar terbaik kalau aku harus dirawat.”
“Baiklah, kamu seorang pemilik perusahaan,
tentu harus mendapat kamar terbaik.”
“Iya, Yanti.”
“Sebenarnya kamu kecelakaan di mana?”
“Aku tidak kecelakaan. Dihajar orang
gila.”
“Dihajar orang gila? Bagaimana dan di
mana kamu ketemu orang gila?”
“Aku belum bisa cerita banyak.
Bibirku sakit.”
“Sebaiknya Ibu menunggu di luar saja
dulu, Pak Samadi perlu perawatan lebih intensif karena lukanya cukup berat,”
kata salah seorang perawat.
“Ya ampuun, siapa pelakunya ini?”
“Mari ibu, menunggu di luar dulu.”
“Aku tidak mau menunggu di kursi
seperti mereka. Siapkan kamar untuk aku beristirahat,” kata Yanti dengan
angkuhnya.
“Di sini tidak ada kamar untuk
penunggu orang sakit. Kalau Ibu mau menunggu, ada beberapa orang yang duduk di sana
sambil menunggu.”
“Mas, lebih baik aku pulang saja.
Besok aku ke sini lagi.”
“Terserah kamu saja. Bawakan aku ganti."
Dan Yanti memang benar-benar pulang
dengan mengomel di sepanjang langkahnya.
“Besok aku akan ke kantornya mas
Samadi. Akan aku tegur mereka semua karena tidak memperhatikan keselamatan
direktur perusahaan dimana mereka bekerja,” omelnya.
***
“Non sebaiknya pulang saja, saya
belum mengabari simbok, karena kalau lewat telpon seperti kurang jelas, dan
simbok pasti berteriak-teriak histeris. Jadi lebih baik Non saja yang memberi
tahu pelan-pelan."
“Kamu tidak apa-apa sendirian? Atau
nanti Bibik aku suruh kemari saja.”
“Terserah Non saja, yang penting Non
katakan adalah bahwa saya tidak apa-apa, hanya untuk menjalani pemeriksaan
lebih lanjut, supaya jelas bahwa saya baik-baik saja.”
“Sekar, ayo pulang saja, aku
antarkan.”
“Ya Non, pulanglah bersama pak Seno.”
Ketika Sekar mengangguk, Seno
mendahului keluar.
“Aku ambil mobilku dulu, tunggu di
lobi ya,” kata Seno sambil menjauh.
“Ya sudah Barno, aku pulang dulu,
kalau ada apa-apa kabari ke rumah.”
“Baik Non. Tapi sebelumnya saya mau
mengucapkan terima kasih dan menyatakan rasa bahagia saya, karena Non ternyata
mencintai saya.”
Sekar tertegun.
“Apa?”
***
Besok lagi ya.
mbk Tien...
ReplyDeleteMtnuwun 🙏🙏
Alhamdulillah mb Nani gantiin kakek
DeleteAlhamdulillah eSJe eps 42 sdh ditayangkan bunda Tien, mari kita baca bgmn kelanjutan ocehan Yanti si perempuan Oon?
DeleteTerima kasih bunda, salam sehat selalu dan selalu sehat. Aamiin.
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Sebuah Janji telah tayang.
ReplyDeleteAlhamdulilah ..tks bu tien
ReplyDeletealhamdulillah
ReplyDeleteYeeeee...... asyiiik
ReplyDeletematur nuwun bunda Tien
ReplyDeleteAlhamdulilah..
ReplyDeleteTks bunda Tien..
Alhamdulillah .....
ReplyDeleteYg ditunggu2 sdh datang...
Matur nuwun bu Tien ...
Semoga sehat selalu....
Tetap semangat
Iyeesss...sdh tayang 😍
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien...🙏
Alhamdulillah.....
ReplyDeleteHallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem, Boston Massachusetts, Bantul, Mataram, Palembang,Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Salam Aduhai buat bunda Tien..
DeleteSemoga bunda sehat" dan bahagia selalu dlm berkarya dan mendpt kemudahan, keberkahan dari Alloh swt.. Aamiin..YRA
Nah...benar, Samad dihajar Barno, besok dicopot jabatannya. Yanti tinggal gulung Koming sakkarepe dhewe.
ReplyDeleteSalam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Tebakan pak Latif benar ..nasib Samadi bsk jabatannya dicopot dan lngsung dipecat..
DeleteUdah senior hatinya kotor..
tinggal menuai hslnya..
semoga tobat dan sadar..
Bagaimana dengan perkiraan teteh Hermin... mungkin sudah mendekati ending ya teh.
DeleteAlhamdulillah. terimakasih bunda
ReplyDeleteTerima kasih mbu Tien..... Mantaaaapppp...
ReplyDeleteAlhamdulillah ...Syukron nggih Mbak Tien 🌷🌷🌷🌷🌷🌷
ReplyDeleteAlhamdulillah SEBUAH JANJI 42 telah tayang, terima kasih bu Tien salam sehat n bahagia selalu bersama keluarga. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Matur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah SEBUAH JANJI~42 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien Kumala....
Salam sehat selalu nggih...
Aamiin....
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien .....semoga dibalas dng pahala yg berlipat dari Allah SWT
Asik ceritanya bagus banget. Bikin greget dan bikin seneng....barno udah tau klau non cantiknya jg cinta...trims Bu tien
ReplyDeleteIbu Tien......alhamdulillah matur suwun
ReplyDeletePuji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip sehingga SJ42 hadir gasik dan asyik bagi kami penggandrungnya...
ReplyDeleteYanti yg akan datang marah2 dikantor justru akan menerima malu dan kecewa besar setelah Seno menjelaskan semuanya.
Sepandai pandai membungkus barang busuk akan tercium juga.
Semoga hikmah peristiwa ini mempercepat Sekar-Barno bahagia. Posisi Samad akan segera digantikan Barno.
Semakin penasaran. Matur nuwun, Berkah Dalem.
Alhamdulillah Barno dtg menolong Sekar,meskipun hrs berkorban jalani aj dulu
ReplyDeleteTunggu sampai Seno memarahi Samad,moga di depak dari kantornya Seno
Laki2 tak tau diri congkak mang harta siapa dia sombongkan dikiranya Seno gak tau ulahnya
Yanti tmbh terlihat bloonnya
Mksh bunda Tien yg telah bikin pemirsa emosi....
Tenang mbak I'in... yang buruk sudah tampak belangnya. Sing salah bakal seleh.
DeleteAlhamdulillah, matur nuwun, sehat selalu bunda Tien . .
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh hadir Yg ditunggu 2 tambah penasaran sj ceritanya mksh Bu Tien salam sehat selalu.
ReplyDeleteWah yanti sangat angkuh dan seno kecewa berat. Terima kasih bu tien
ReplyDeleteAlhamdulillah Maturnuwun
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun Bunda Tien. Salam sehat selalu 🙏🦋🌹
ReplyDeleteAlhamdulillah Bu Tien, semoga Sekar benar benar menjadi istri Barno, jangan seperti cintanya Wahyudi kepada Retno yang kandas
ReplyDeleteCerita semakin seru...
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien...
Bu Tien trm ksh. Salam SEROJA ( Sehat Jasmani Rohani)
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun Bu Tien eSJe 42nya. Salam sehat selalu 🙏🦋🌹
ReplyDeleteKasian seno... Mana tim seno??
ReplyDeleteSeno baik " saja Bu dokter, sebentar lagi mendapat ganti.
DeleteTerimakasih bu Tien
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien salam sehat selalu.
ReplyDeleteK
Sekar kaget ketika tahu Barno mendengar bisikan nya..
Seno jangan putus asa terus perjuangkan cintamu, sebelum janur kuning melengkung masih ada kesempatan...haha ngarep#
Sekar knp kaget ya mba?
DeleteApkh tdk nyadar wkt mengucapkannya?
Apkh benar Sekar tdk serius... tambah penasaran ..
kita tunggu lanjutannya..
Sekar wooo senang nya Barno..Seno merana...ternyata Sekar suka Barno.Samadi hmmm kena lo eee ngaku2 jadi pemilik perusahaan ..terima kasih bu Tien
ReplyDeleteGeli aja, kepura puraan Barno pingsan, membuat Sekar panik; karena Barno dipukul pakai pentungan dua kali lagi huh.
ReplyDeleteKandas sudah harapan Seno; tapi saya kira masih nekat minta ijin Winarno.
Biar buat legitimasi aja, soal ditolak ya nggak masalah, toh yang njawab sekar juga.
Halah masa seeh kamu nekad banget, kan status mu masih bertunangan dan itu menjadi kan ganjelan, padhaké ban sèrêp.
Lega; dengan trik pura pura klenger, jadi tahu kalau cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.
Tadinya minta pulang aja, mau bilang sama simbok; yakin kalau non juga mencintainya.
Tentu Sekar meminta simbok nengok Barno, nungguin, eh Winarno bilang Sekar suruh ngantar, biar kêtemu Barno nggak perlu mencari cari lagi katanya, waduh si bos jadi sopir antar jemput.
Pagi pagi heboh di kantor kedatangan Yanti; sok jadi juragan semua karyawan di omelin.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien,
Sebuah janji yang ke empat puluh dua sudah tayang, sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama dengan keluarga tercinta
🙏
Kasihan Seno, patah hati.
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Tetap sehat dan selalu bahagia. Aduhai
Bu Tien biasanya sudah menyiapkan cerita selanjutnya..ngarep.com
DeleteSelamat pagi bu Tien,,,,,
ReplyDeleteSelalu sehat dan bahagia. Tuhan memberkati 😘
slmt soree bunda..terima ksih SJ nya..slm sht sll dri skbmi🙏🥰🌹
ReplyDelete