Tuesday, September 27, 2022

SEBUAH JANJI 37

 

SEBUAH JANJI  37

(Tien Kumalasari)

 

Sekar menutup pembicaraannya dengan Barno. Ia menyimpan ponselnya ke dalam laci, kemudian menghirup teh di atas meja kerjanya. Minuman yang sudah dingin, tapi lumayan menghilangkan dahaganya. Kemudian dia ke kamar mandi, mengambil wudhu dan shalat, di ruangan itu juga. Ia merasa lega setelah melakukannya.

Kemudian ia membuka bekal yang dibawanya dari rumah, untuk dimakannya. Bibik selalu membawakan bekal makan siang untuk non cantiknya.

“Biar irit, Non tidak usah makan di luar,” pesannya waktu itu.

Perlahan Sekar membuka bekalnya. Ada nasi, ca kangkung dan lele goreng, serta sambal. Sekar tersenyum. Ia memiliki ruang sendiri, sehingga tidak sungkan ketika saat makan dia memakan makanan bekalnya.

“Sekar, mau makan di kantin?” sapa salah seorang rekan kerjanya sambil menjenguk ke arah ruangannya.

“Tidak, terima kasih, saya membawa bekal,” jawabnya sopan.

Teman-teman Sekar senang karena Sekar selalu ramah kepada siapapun, dan santun kepada yang lebih tua.

Sekar mengeluarkan botol air putih yang juga dibawakan bibik bersama dengan makanannya. Diletakkannya botol itu di meja kerjanya.

Tapi tiba-tiba seorang OB datang dengan membawa kotak makanan, lalu diletakkannya di mejanya.

“Mbak Sekar, ini makan siang untuk Mbak.”

Sekar terkejut.

“Lhoh, aku tidak memesan makanan. Pasti kamu salah Jo.”

“Tidak, seseorang menyuruh saya untuk memberikan ini untuk Mbak.”

“Siapa?”

“Saya … tidak tahu namanya.”

“Lhoh, masa nggak kenal kok nyuruh-nyuruh sih?”

“Dia salah seorang petinggi di perusahaan ini.”

“Petinggi?”

“Ya. Mana berani saya menolaknya.”

“Siapa sih dia? Aku tidak mau menerima kalau tidak tahu siapa orangnya.”

“Mbak jangan begitu. Saya bisa mendapat hukuman kalau Mbak menolaknya.”

Sekar mengerutkan dahinya. Siapa orang yang membuat OB ini ketakutan? Dan aneh, kalau petinggi, masa seorang bawahan tidak tahu namanya?”

“Ya sudah Mbak, makan saja. Tidak bagus menampik rejeki,” kata OB itu kemudian berlalu.

Sekar menghela napas kesal. Siapa yang tiba-tiba memberi aku makanan? Padahal dis sudah membawa bekal? Karena penasaran Sekar membuka kardus berwarna putih itu.

“Haa, nasi … rendang … sayuran …lalu ada jus buah juga?”

“Sekar memang sudah lapar. Hampir menetes air liurnya ketika melihat makanan itu. Ia sudah mengambil sendok untuk mencicipinya, tapi dia ragu-ragu.

“Jangan-jangan makanan ini beracun. Bagaimana kalau setelah makan, kemudian aku merasa mual, pusing, muntah lalu tak sadarkan diri dan … mati?” gumamnya sambil menghentikan keinginannya menyendok makanannya.

Tiba-tiba OB itu kembali lagi.

“Mbak Sekar, buahnya ketinggalan di meja saya,” katanya sambil meletakkan sebuah jeruk besar werwarna kuning emas.

“Jo … “

“Segera makan Mbak, jangan takut, makanan itu tidak beracun, saya juga mendapatkannya, dan sudah saya makan sampai habis, dan saya masih hidup nih.”

Sekar tertawa lucu. OB bernama Warjo ini sangat lucu dan mnyenangkan. Dia heran Warjo seperti bisa membaca kata hatinya.  Khawatir tentang makanan, yang jangan-jangan beracun dan membuat dia mati. Kok dia bilang bahwa dirinya makan nyatanya masih hidup, Itu yang membuatnya tertawa.

“Jadi kamu juga mendapat makan siang seperti ini?”

“Iya Mbak. Kok dari tadi Mbak hanya memegangi sendok dan tidak segera dipakai untuk menyendok?”

“Iya Jo, masih agak ragu, soalnya nggak jelas dari siapa.”

“Iya sih, tapi kalau bagi saya jelas sekali. Dia itu kan atasan kita. Cuma tidak setiap hari datang kemari.”

“Oh, begitu ya.”

“Ya sudah Mbak, segera makan, nanti saat istirahat keburu habis.”

“Terima kasih ya Jo.”

Warjo mengacungkan jempolnya, kemudian berlalu. Mau tak mau Sekar menikmati nasi rendang itu, dan sejenak melupakan lele goreng dan sambal buatan bibik.

“Aku akan minta maaf nanti pada bibik, karena telah mengabaikan bekal yang dibawakannya,” gumam Sekar yang kemudian mulai makan.

Sejauh ini tak ada yang dikeluhkan dengan pekerjaannya. Dia bisa menjalaninya, dan menemukan rekan-rekan kerja yang sangat baik.

***

“Mengapa Sekar resign? Apa dia membuat kesalahan dan kamu menegurnya?” tanya pak Ridwan kepada Seno saat datang ke kantor. Seminggu yang lalu pak Ridwan pergi, dan baru kembali. Ia terkejut ketika tahu bahwa Sekar telah tidak ada di ruangan Seno.

“Bukan karena kesalahan atau apa. Dia bilang akan fokus pada kuliahnya.”

“Sayang sekali. Dia bekerja dengan baik.”

“Benar.”

“Bagaimana dengan cabang baru itu? Berjalan dengan baik?”

“Baik. Pengelolanya orang yang sudah berpengalaman. Semoga menjadi semakin baik, kan baru tiga bulanan berjalan.”

“Bagus. Bapak senang kamu bisa mengatur semuanya dengan baik."

“Bapak kan yang mengajarkannya pada saya.”

“Kemarin ibumu menanyakan lagi, tentang kemungkinan Elsa untuk menjadi sekretaris kamu. Dengan resign-nya Sekar, tidak ada alasan untuk menolaknya.”

“Tidak. Banyak alasan untuk menolaknya. Seorang sekretaris harus mengerti tentang perusahaan. Tidak asal cantik dan bisa mengetik.”

“Jadi kamu tetap akan menolak kalau ibumu membicarakannya lagi?”

“Iya pak. Alasan agar kami bisa selalu dekat itu tidak masuk akal. Ini sebuah perusahaan. Membutuhkan keseriusan kerja, bukan asal dekat dan hati senang. Apakah Bapak setuju dengan keinginan ibu?”

“Tidak. Bapak sudah memarahi ibumu saat membicarakannya.

“Syukurlah.”

“Tapi kamu tampak tidak bersemangat. Karena tidak ada Sekar?”

Seno menunduk, tersipu. Dan itu benar. Semangatnya agak surut, karena setiap dia memandang ke arah meja kerja yang diduduki Sekar, ia mendapatkan pemandangan yang kosong. Tak ada siapapun, kosong, seperti jiwanya.

“Apa kamu menyukai Sekar?”

Seno terkejut. Ia menatap wajah ayahnya lekat-lekat. Mencari jawab, apakah ayahnya akan menunjukkan sikap tak suka seandainya dia berterus terang.

“Benarkah?” ulang pak Ridwan.

“Apakah Sekar tidak pantas seandainya menjadi menantu Bapak?”

“Jadi benar, kamu menyukainya?”

“Bapak akan memarahi saya?”

Pak Ridwan tertawa.

“Kamu itu, mengapa belum-belum sudah ketakutan seperti itu?”

“Sekar adalah anak dari keluarga sederhana. Bukan pengusaha, bukan konglomerat seperti keluarganya Elsa.

“Apakah menurutmu bapak punya ukuran tentang menantu yang bapak inginkan? Tentang derajatnya, kekayaannya ….”

“Entahlah, Seno tidak mengerti.”

“Bagi bapak, kebahagiaan kamu adalah kebahagiaan bapak.”

“Jadi ….”

“Sekar gadis yang baik, dan bersemangat tinggi. Bapak kagum sama dia.”

“Sayangnya dia menjauhi Seno karena dia tahu Seno sudah punya tunangan.”

“Oh ya? Kenapa kamu risau? Kejar dia.”

Semo tersenyum senang. Ada yang disembunyikannya dalam senyum itu. Apa yang dikatakan ayahnya adalah penyemangatnya dalam mengejar cintanya.

***

“Bik, aku minta maaf ya,” kata Sekar begitu sampai di rumah, dan langsung menemui bibik di belakang.

“Kenapa Non? Datang-datang kok minta maaf?”

“Ini lho bik, bekal yang bibik bawakan, tidak sempat Sekar makan.

“Waduh, banyak pekerjaan sampai nggak sempat makan ya? Kasihan Non, pasti Non lapar dong. Kalau begitu makan saja sekarang. Nanti Non bisa kurus.”

Sekar tertawa sambil meletakkan kotak makan yang masih utuh.

“Bibik jangan khawatir. Tadi Sekar mendapat makanan dari sana.”

“Dari kantor? Biasanya tidak kan?”

“Tadi, katanya ada petinggi perusahaan yang datang, kemudian memberi Sekar makan.”

“O, sudah dapat jatah? Ya sudah nggak apa-apa, sini, nanti bibik makan saja.”

“Jangan Bik, nanti akan Sekar makan setelah mandi. Sayang, lele gorengnya enak sih.”

Bibik tertawa.

“Ya sudah, nanti bibik ganti saja tempatnya di piring, supaya lebih enak Non Sekar makannya.”

Sekar mengangguk, lalu membalikkan tubuhnya, menuju ke kamarnya.

***

 Tapi hari itu, Sekar kembali mendapatkan sekotak nasi yang lagi-lagi diantarkan oleh sang OB yang baik hati.

“Jo, ini apa lagi?”

“Saya juga nggak tahu Mbak, disuruh menyerahkan sama Mbak. Bahkan pesannya setiap hari begitu.”

“Apa?” Sekar terkejut. Setiap hari mendapat jatah makan siang? Dan hari ini adalah nasi ayam goreng dan sayuran serta sambal.

“Jo, tunggu Jo,” teriak Sekar menghentikan langkah Warjo.

“Ya Mbak.”

“Apakah semua karyawan mendapat makan seperti ini juga?”

“Tidak Mbak, hanya Mbak, dan saya,” jawab Warjo sambil tersenyum, kemudian melanjutkan langkahnya.

“Sebentar Jo!”

Warjo terpaksa kembali mendekati meja kerja Sekar.

“Mengapa begitu? Mengapa hanya saya? Saya kan jadi tidak enak sama yang lain.”

“Mungkin karena kerja Mbak bagus, jadi mendapatkan ekstra makan siang. Kalau saya, diberi juga tapi karena saya mendapat tugas mengantarkannya kemari.”

“Ini aneh. Bagaimana kalau teman lain tahu? Jadi nggak enak aku Jo.”

“Tidak ada yang tahu Mbak, mereka tahunya adalah Mbak memesan makanan melalui saya.”

“Siapa sebenarnya dia?”

“Permisi Mbak,” dan kali ini Warjo benar-benar keluar dari ruangan.

Sekar terpaku di tempat duduknya. Hari ini bekal yang dibawakan bibik kembali hangus tak termakan. Tapi Sekar berpikir kembali, besok akan ada dan besoknya, dan besoknya, karena Warjo bilang setiap hari akan ada makanan untuk dirinya.

***

“Ibu, kapankah Elsa boleh bekerja di kantor Seno?” tanya Elsa ketika siang itu kembali datang ke rumah Seno.

“Nanti dulu Elsa, bersabarlah. Harus seijin ayahnya Seno, ibu tidak bisa memastikannya.”

“Kalau tidak bisa juga, lalu kapan Elsa bisa berdekatan dengan Seno? Setiap hari dia selalu menghindar. Apa Ibu tidak merasa  aneh, sudah bertunangan tapi tidak pernah pergi berdua?”

“Ibu sudah bilang sama Seno. Tapi dia itu selalu sibuk dengan pekerjaannya. Apalagi sekarang ada perusahaan baru dibawah perusahaan Seno juga.”

“Bagaimana kalau lama-lama Seno jatuh cinta pada sekretarisnya yang kampungan itu?”

“Tidak mungkin-lah El, sama orang secantik kamu saja dia tidak tertarik, dan susah untuk didekatkan, apalagi sama sekretarisnya yang kampungan itu.”

“Tapi kalau setiap hari ketemu, lalu sekretaris kampungan itu pintar merayu, apa tidak bisa terjadi, lama-lama Seno jatuh cinta sama dia? Elsa sangat khawatir kalau hal itu benar-benar terjadi Bu.”

“Jangan khawatir Elsa, kamu itu jauh diatasnya, dia bukan type Seno, percayalah.”

“Bagaimana kalau saya ke kantornya lagi saja Bu.”

“Jangan Elsa, nanti Seno marah lagi. Dia itu tak suka kalau ada orang mengganggu saat dia bekerja.”

“Bagaimana kalau sama Ibu?”

“Ayahnya nanti yang akan marah.”

“Ya ampun Bu, tolonglah cari jalan, agar Seno mau memperhatikan Elsa.”

“Dengar Elsa, Seno itu orang yang sangat susah dimengerti. Itulah sebabnya, ibu ingin kamu bisa jadi sekretarisnya, supaya kamu mengerti apa yang tidak disukai Seno, sehingga kamu bisa menghindari hal-hal tersebut. Tapi bagaimana lagi, ibu sedang mencari jalan untuk mendekatkan kalian.”

“Elsa sudah tak sabar lagi Bu, Elsa sangat mencintai Seno.”

“Bersabarlah Elsa, Oh ya, baiklah. Tampaknya ada jalan supaya kita bisa mempertemukan kamu dan Seno..”

“Benarkah?” sahut Elsa penuh harap.

“Tunggu sebentar, ibu mau ganti pakaian dulu.  Nanti kita pergi bersama-sama.”

“Langsung ke kantornya Seno?”

“Tidak, sudahlah nanti kita bicara lagi. Tidak mungkin langsung ke kantornya, nanti Seno marah, apalagi ayahnya.”

“Lalu bagaimana?”

“Tunggu, ibu ganti pakaian dulu ya.”

***

“Yanti, besok aku harus berangkat pagi-pagi.” Kata Samadi yang siang itu pulang untuk makan siang.

“Aku mendapat tugas ke Jakarta. Ada urusan perusahaan di sana.”

“Lhoh, kok Mas yang mendapat tugas? Mas kan pemilik perusahaan itu?”

“Iya, benar. Tapi ada urusan perijinan yang harus aku tangani sendiri.”

“Berarti bukan mendapat tugas dong namanya. Masa bos kok disuruh-suruh?"

“Aku sendiri yang menyuruhnya, bukan siapa-siapa.”

“Mas istilahnya aneh-aneh.”

“Pengusaha itu memang istilahnya terkadang tidak dimengerti. Kamu tidak usah ikut-ikutan, biar semua aku yang urus.”

“Tapi sekali-sekali aku ingin dong, ikut Mas ke kantor.”

“Untuk apa ikut? Kamu juga tidak akan mengerti apa-apa.”

“Sesekali kan nggak apa-apa sih Mas, aku ingin, supaya orang tahu, bahwa aku ini istri Mas.”

“Mengapa juga ingin begitu?”

“Ya supaya pada tahu kalau aku istri bos-nya. Kalau sudah tahu, tak akan ada karyawan perempuan yang akan menggoda Mas.”

Samadi terbahak.

“Aku kan sudah tua, mana ada yang menarik  hati perempuan?”

“Perempuan itu terkadang tertarik bukan karena tua atau muda. Bisa jadi mereka tertarik karena uangnya. Ya kan?”

“Kamu ada-ada saja. Aku itu malah tidak tahu karyawan-karyawan di perusahaan aku.”

“Kok aneh, pemilik perusahaan tidak mengenal karyawannya?”

“Kan ada yang mengurus. Masa aku harus mengurus hal-hal kecil.”

“Jadi Mas juga tidak tahu, apakah ada karyawan cantik di kantor Mas?”

“Tidak, mana bisa aku tahu, aku tidak mau mengurus soal itu. Yang penting semua berjalan dengan baik.”

“Bolehkah besok aku ikut ke Jakarta?”

“Aduh Yanti, untuk apa ikut? Aku hanya akan mengurus perijinan, lalu pulang.”

“Tidak lama perginya?”

“Kalau lancar ya dua tiga hari bisa pulang. Kamu bersenang-senanglah, bukankah kamu masih punya uang banyak?”

“Ya sudah, terserah kamu saja, yang penting kalau urusannya selesai, harus cepet pulang ya.”

“Iya. Masa aku betah pergi meninggalkan kamu berlama-lama.”

***

Hari mulai sore, dan Seno sedang bebenah untuk pulang. Selama belum menapat sekretaris baru, Seno masih mengerjakan semuanya sendiri, dan hanya terkadang dibantu oleh orang yang sudah dianggapnya mengerti.

Tiba-tiba ponselnya berdering, Seno buru-buru mengambil ponselnya. Dari ibunya.

“Ya Bu, ada apa?”

“Tolong kemari Nak, ibu kecelakaan.”

***

Besok lagi ya.

48 comments:

  1. Alhamdulillah SEBUAH JANJI~37 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Sebuah Janji telah tayang

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah
    Terimakasih bu tien
    Semoga bu tien sehat2 terus

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah, akhirnya yg ditunggu hadir, matur nuwun sanget Bunda, salam Aduhai

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah, suwun Bu Tien.....😊🙏
    Semoga sehat selalu...Aamiin 🤲

    ReplyDelete
  6. Iyeeess...🥰

    Matur nuwun bunda Tien ..🙏

    ReplyDelete
  7. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah .....
      Yg ditunggu2 sdh datang...
      Matur nuwun bu Tien ...
      Semoga sehat selalu....
      Tetap semangat

      Delete
  8. Alhamdulillah Bunda Tien, matur nuwun. Salam sehat selalu 🙏🌹🦋

    ReplyDelete
  9. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem, Boston Massachusetts, Bantul, Mataram, Palembang,Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  10. Matur nuwun mbakyuku Tienkumalasari dear,
    Salam sehat, tetap semangat & Aduhai dari Cibubur

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah .....
    Yg ditunggu2 sdh datang...
    Matur nuwun bu Tien ...
    Semoga sehat selalu....
    Tetap semangat

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah, akhirnya...
    matursuwun bu Tien, salam sehat selalu

    ReplyDelete
  13. Terimakasih bunda Tien, salam sehat selalu dan aduhai...

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah yg ditunggu sdh hadir mksh Bu Tien salam sehat selalu

    ReplyDelete
  15. Apa Sekar akan dibawa ke Jakarta oleh Samad?? Gawat kalau begitu.
    Terus Seno akan dipertemukan dengan Elsa dengan pura" kecelakaan? Untuk apa? Aneh aneh saja orang itu.
    Salam sukses untuk mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah salam sehat selalu Bu Tien... Sepertinya Sekar kerja di perusahaan baru Seno. Jadi yg kirim makanan setiap hari semoga Seno. Lalu Samadi mungkin menipu Yanti, perusahaan baru yg dibilang nya itu fiktif karena Yanti ingin ikut selalu tidak boleh takut ketahuan. Semoga Seno berjuang terus untuk mendapatkan cintanya Sekar. Dan......yg bikin penasaran ulah Bu Ridwan pura2 kecelakaan itu kenapa ya? Semakin seru dan tak sabar menunggu kelanjutan ceritanya.

      Delete
    2. Iya betul mb Ika.. Semoga aja Sekar kerja di perusahaan cabang Seno..
      Sptnya Seno sdh tau klo Sekar pindah kerja ke tempatnya juga..
      Alhamdulilah Sekar bukan kerja di perusahaan abal" Samadi..

      Delete
    3. Kalau dugaan sy Sekar bekerja pd perusahaan Samad, terus akan ke Jakarta, menyuruh sekretaris membuat surat tugas untuk Sekar. Tanpa sepengetahuan Sekar berangkat bersama Samad.... dst.
      He he he he... ingin jadi pengarang tidak laku.

      Delete
  16. Alhamdulillah, matur nuwun, sehat selalu bunda Tien . .

    ReplyDelete
  17. Terima kasih, ibu Tien cantiik.... Semoga sehat dan semangat terus....

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah..... Terima kasih Bu Tien.

    ReplyDelete
  19. Wah bu ridwan apa sdh mulai bohong ya

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah SJ 37 sdh hadir
    waduh siapa yg memberi makan Sekar setiap hari?
    semakin penasaran cerita lanjutannya
    Terima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin Yaa Robbal' Aalamiin

    ReplyDelete
  21. Ha ha ha ha, ruangan tersendiri tiap hari dapat jatah makan siang, waow pamitan sama Yanti mau keluar kota, aduhai
    Ada sesuatu yang di rahasiakan, bahaya mengancam Sekar kah, adakah sang satpam hadir untuk menyelamatkan Sekar, padahal sepulang kerja Seno mau menemui Sekar.
    Malah Minar dan Ari yang memergoki.
    Ben bundet sisan, bolah ruwet. Yen rambut la kênå nggo nggawé cemårå, oralah, sing laris gelungan tèmplèk, jiret rafia ireng.
    Hé hé hé hé bundhêl.

    Matur nuwun bu Tien paringanipun dongèng, mugio tansah winantu kawilujengan.
    Rahayu 🙏

    ReplyDelete
  22. Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip shg SJ37 hadir bagi kami penggandrungnya.

    Jangan2 Sekar bekerja di perusahaan Seno yg baru, atau di perusahaan Samad? Atau Samad naruh modal pd perusahaan Seno? Kalau dikadalin Samad jangan mau ya Sekar, masih ingat bejadnya dia kan?

    Makin penasaran. Matur nuwun ibu Tien. Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  23. Terimakasih bu Tien
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  24. Replies
    1. Hati" Senooo.. Jangan terkecoh yaa.. bu Ridwan sdg bw ulet bulu Elsa..
      Tks bunda Tien.. ceritanya tambah serruu..
      Semoga bunda sehat" dan bahagia selalu..
      Salam aduhai..

      Delete
  25. Wah pasti Bu Ridwan mulai drama ini.biar Seno mau menerima Elsa jd sekretarisnya....trims Bu tien

    ReplyDelete
  26. terima ksih bunda sj nya..slm sht sll dri skbmi🙏🥰🌹

    ReplyDelete
  27. Terima kasih Ibu Tien, ceritanya semakin seru. Semoga Ibu sekeluarga tetap sehat penuh barakah, aamiin....

    ReplyDelete
  28. Terima kasih ..Alhamdulillah semoga bu Tien Sehat

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...