SEBUAH JANJI 37
(Tien Kumalasari)
Sekar menutup pembicaraannya dengan Barno. Ia
menyimpan ponselnya ke dalam laci, kemudian menghirup teh di atas meja
kerjanya. Minuman yang sudah dingin, tapi lumayan menghilangkan dahaganya.
Kemudian dia ke kamar mandi, mengambil wudhu dan shalat, di ruangan itu juga.
Ia merasa lega setelah melakukannya.
Kemudian ia membuka bekal yang dibawanya dari rumah,
untuk dimakannya. Bibik selalu membawakan bekal makan siang untuk non
cantiknya.
“Biar irit, Non tidak usah makan di luar,” pesannya
waktu itu.
Perlahan Sekar membuka bekalnya. Ada nasi, ca kangkung
dan lele goreng, serta sambal. Sekar tersenyum. Ia memiliki ruang sendiri,
sehingga tidak sungkan ketika saat makan dia memakan makanan bekalnya.
“Sekar, mau makan di kantin?” sapa salah seorang rekan
kerjanya sambil menjenguk ke arah ruangannya.
“Tidak, terima kasih, saya membawa bekal,” jawabnya
sopan.
Teman-teman Sekar senang karena Sekar selalu ramah
kepada siapapun, dan santun kepada yang lebih tua.
Sekar mengeluarkan botol air putih yang juga dibawakan
bibik bersama dengan makanannya. Diletakkannya botol itu di meja kerjanya.
Tapi tiba-tiba seorang OB datang dengan membawa kotak makanan,
lalu diletakkannya di mejanya.
“Mbak Sekar, ini makan siang untuk Mbak.”
Sekar terkejut.
“Lhoh, aku tidak memesan makanan. Pasti kamu salah Jo.”
“Tidak, seseorang menyuruh saya untuk memberikan ini
untuk Mbak.”
“Siapa?”
“Saya … tidak tahu namanya.”
“Lhoh, masa nggak kenal kok nyuruh-nyuruh sih?”
“Dia salah seorang petinggi di perusahaan ini.”
“Petinggi?”
“Ya. Mana berani saya menolaknya.”
“Siapa sih dia? Aku tidak mau menerima kalau tidak
tahu siapa orangnya.”
“Mbak jangan begitu. Saya bisa mendapat hukuman kalau
Mbak menolaknya.”
Sekar mengerutkan dahinya. Siapa orang yang membuat OB
ini ketakutan? Dan aneh, kalau petinggi, masa seorang bawahan tidak tahu
namanya?”
“Ya sudah Mbak, makan saja. Tidak bagus menampik
rejeki,” kata OB itu kemudian berlalu.
Sekar menghela napas kesal. Siapa yang tiba-tiba
memberi aku makanan? Padahal dis sudah membawa bekal? Karena penasaran Sekar
membuka kardus berwarna putih itu.
“Haa, nasi … rendang … sayuran …lalu ada jus buah juga?”
“Sekar memang sudah lapar. Hampir menetes air liurnya
ketika melihat makanan itu. Ia sudah mengambil sendok untuk mencicipinya, tapi
dia ragu-ragu.
“Jangan-jangan makanan ini beracun. Bagaimana kalau
setelah makan, kemudian aku merasa mual, pusing, muntah lalu tak sadarkan diri
dan … mati?” gumamnya sambil menghentikan keinginannya menyendok makanannya.
Tiba-tiba OB itu kembali lagi.
“Mbak Sekar, buahnya ketinggalan di meja saya,”
katanya sambil meletakkan sebuah jeruk besar werwarna kuning emas.
“Jo … “
“Segera makan Mbak, jangan takut, makanan itu tidak
beracun, saya juga mendapatkannya, dan sudah saya makan sampai habis, dan saya
masih hidup nih.”
Sekar tertawa lucu. OB bernama Warjo ini sangat lucu dan mnyenangkan. Dia heran Warjo seperti bisa membaca kata hatinya. Khawatir tentang makanan, yang jangan-jangan beracun dan membuat dia mati. Kok dia bilang bahwa dirinya makan nyatanya masih hidup, Itu yang membuatnya tertawa.
“Jadi kamu juga mendapat makan siang seperti ini?”
“Iya Mbak. Kok dari tadi Mbak hanya memegangi sendok
dan tidak segera dipakai untuk menyendok?”
“Iya Jo, masih agak ragu, soalnya nggak jelas dari
siapa.”
“Iya sih, tapi kalau bagi saya jelas sekali. Dia itu
kan atasan kita. Cuma tidak setiap hari datang kemari.”
“Oh, begitu ya.”
“Ya sudah Mbak, segera makan, nanti saat istirahat
keburu habis.”
“Terima kasih ya Jo.”
Warjo mengacungkan jempolnya, kemudian berlalu. Mau tak
mau Sekar menikmati nasi rendang itu, dan sejenak melupakan lele goreng dan
sambal buatan bibik.
“Aku akan minta maaf nanti pada bibik, karena telah
mengabaikan bekal yang dibawakannya,” gumam Sekar yang kemudian mulai makan.
Sejauh ini tak ada yang dikeluhkan dengan
pekerjaannya. Dia bisa menjalaninya, dan menemukan rekan-rekan kerja yang
sangat baik.
***
“Mengapa Sekar resign? Apa dia membuat kesalahan dan
kamu menegurnya?” tanya pak Ridwan kepada Seno saat datang ke kantor. Seminggu
yang lalu pak Ridwan pergi, dan baru kembali. Ia terkejut ketika tahu bahwa
Sekar telah tidak ada di ruangan Seno.
“Bukan karena kesalahan atau apa. Dia bilang akan
fokus pada kuliahnya.”
“Sayang sekali. Dia bekerja dengan baik.”
“Benar.”
“Bagaimana dengan cabang baru itu? Berjalan dengan
baik?”
“Baik. Pengelolanya orang yang sudah berpengalaman.
Semoga menjadi semakin baik, kan baru tiga bulanan berjalan.”
“Bagus. Bapak senang kamu bisa mengatur semuanya
dengan baik."
“Bapak kan yang mengajarkannya pada saya.”
“Kemarin ibumu menanyakan lagi, tentang kemungkinan
Elsa untuk menjadi sekretaris kamu. Dengan resign-nya Sekar, tidak ada alasan
untuk menolaknya.”
“Tidak. Banyak alasan untuk menolaknya. Seorang
sekretaris harus mengerti tentang perusahaan. Tidak asal cantik dan bisa
mengetik.”
“Jadi kamu tetap akan menolak kalau ibumu membicarakannya
lagi?”
“Iya pak. Alasan agar kami bisa selalu dekat itu tidak
masuk akal. Ini sebuah perusahaan. Membutuhkan keseriusan kerja, bukan asal
dekat dan hati senang. Apakah Bapak setuju dengan keinginan ibu?”
“Tidak. Bapak sudah memarahi ibumu saat
membicarakannya.
“Syukurlah.”
“Tapi kamu tampak tidak bersemangat. Karena tidak ada Sekar?”
Seno menunduk, tersipu. Dan itu benar. Semangatnya
agak surut, karena setiap dia memandang ke arah meja kerja yang diduduki Sekar,
ia mendapatkan pemandangan yang kosong. Tak ada siapapun, kosong, seperti
jiwanya.
“Apa kamu menyukai Sekar?”
Seno terkejut. Ia menatap wajah ayahnya lekat-lekat.
Mencari jawab, apakah ayahnya akan menunjukkan sikap tak suka seandainya dia berterus
terang.
“Benarkah?” ulang pak Ridwan.
“Apakah Sekar tidak pantas seandainya menjadi menantu Bapak?”
“Jadi benar, kamu menyukainya?”
“Bapak akan memarahi saya?”
Pak Ridwan tertawa.
“Kamu itu, mengapa belum-belum sudah ketakutan seperti
itu?”
“Sekar adalah anak dari keluarga sederhana. Bukan
pengusaha, bukan konglomerat seperti keluarganya Elsa.
“Apakah menurutmu bapak punya ukuran tentang menantu
yang bapak inginkan? Tentang derajatnya, kekayaannya ….”
“Entahlah, Seno tidak mengerti.”
“Bagi bapak, kebahagiaan kamu adalah kebahagiaan
bapak.”
“Jadi ….”
“Sekar gadis yang baik, dan bersemangat tinggi. Bapak
kagum sama dia.”
“Sayangnya dia menjauhi Seno karena dia tahu Seno
sudah punya tunangan.”
“Oh ya? Kenapa kamu risau? Kejar dia.”
Semo tersenyum senang. Ada yang disembunyikannya dalam
senyum itu. Apa yang dikatakan ayahnya adalah penyemangatnya dalam mengejar
cintanya.
***
“Bik, aku minta maaf ya,” kata Sekar begitu sampai di
rumah, dan langsung menemui bibik di belakang.
“Kenapa Non? Datang-datang kok minta maaf?”
“Ini lho bik, bekal yang bibik bawakan, tidak sempat
Sekar makan.
“Waduh, banyak pekerjaan sampai nggak sempat makan ya?
Kasihan Non, pasti Non lapar dong. Kalau begitu makan saja sekarang. Nanti Non
bisa kurus.”
Sekar tertawa sambil meletakkan kotak makan yang masih
utuh.
“Bibik jangan khawatir. Tadi Sekar mendapat makanan
dari sana.”
“Dari kantor? Biasanya tidak kan?”
“Tadi, katanya ada petinggi perusahaan yang datang,
kemudian memberi Sekar makan.”
“O, sudah dapat jatah? Ya sudah nggak apa-apa, sini,
nanti bibik makan saja.”
“Jangan Bik, nanti akan Sekar makan setelah mandi.
Sayang, lele gorengnya enak sih.”
Bibik tertawa.
“Ya sudah, nanti bibik ganti saja tempatnya di piring,
supaya lebih enak Non Sekar makannya.”
Sekar mengangguk, lalu membalikkan tubuhnya, menuju ke
kamarnya.
***
Tapi hari itu,
Sekar kembali mendapatkan sekotak nasi yang lagi-lagi diantarkan oleh sang OB
yang baik hati.
“Jo, ini apa lagi?”
“Saya juga nggak tahu Mbak, disuruh menyerahkan sama
Mbak. Bahkan pesannya setiap hari begitu.”
“Apa?” Sekar terkejut. Setiap hari mendapat jatah
makan siang? Dan hari ini adalah nasi ayam goreng dan sayuran serta sambal.
“Jo, tunggu Jo,” teriak Sekar menghentikan langkah
Warjo.
“Ya Mbak.”
“Apakah semua karyawan mendapat makan seperti ini
juga?”
“Tidak Mbak, hanya Mbak, dan saya,” jawab Warjo sambil
tersenyum, kemudian melanjutkan langkahnya.
“Sebentar Jo!”
Warjo terpaksa kembali mendekati meja kerja Sekar.
“Mengapa begitu? Mengapa hanya saya? Saya kan jadi tidak
enak sama yang lain.”
“Mungkin karena kerja Mbak bagus, jadi mendapatkan
ekstra makan siang. Kalau saya, diberi juga tapi karena saya mendapat tugas
mengantarkannya kemari.”
“Ini aneh. Bagaimana kalau teman lain tahu? Jadi nggak
enak aku Jo.”
“Tidak ada yang tahu Mbak, mereka tahunya adalah Mbak
memesan makanan melalui saya.”
“Siapa sebenarnya dia?”
“Permisi Mbak,” dan kali ini Warjo benar-benar keluar
dari ruangan.
Sekar terpaku di tempat duduknya. Hari ini bekal yang
dibawakan bibik kembali hangus tak termakan. Tapi Sekar berpikir kembali, besok
akan ada dan besoknya, dan besoknya, karena Warjo bilang setiap hari akan ada
makanan untuk dirinya.
***
“Ibu, kapankah Elsa boleh bekerja di kantor Seno?”
tanya Elsa ketika siang itu kembali datang ke rumah Seno.
“Nanti dulu Elsa, bersabarlah. Harus seijin ayahnya
Seno, ibu tidak bisa memastikannya.”
“Kalau tidak bisa juga, lalu kapan Elsa bisa berdekatan
dengan Seno? Setiap hari dia selalu menghindar. Apa Ibu tidak merasa aneh, sudah
bertunangan tapi tidak pernah pergi berdua?”
“Ibu sudah bilang sama Seno. Tapi dia itu selalu sibuk
dengan pekerjaannya. Apalagi sekarang ada perusahaan baru dibawah perusahaan
Seno juga.”
“Bagaimana kalau lama-lama Seno jatuh cinta pada
sekretarisnya yang kampungan itu?”
“Tidak mungkin-lah El, sama orang secantik kamu saja
dia tidak tertarik, dan susah untuk didekatkan, apalagi sama sekretarisnya yang
kampungan itu.”
“Tapi kalau setiap hari ketemu, lalu sekretaris
kampungan itu pintar merayu, apa tidak bisa terjadi, lama-lama Seno jatuh cinta
sama dia? Elsa sangat khawatir kalau hal itu benar-benar terjadi Bu.”
“Jangan khawatir Elsa, kamu itu jauh diatasnya, dia
bukan type Seno, percayalah.”
“Bagaimana kalau saya ke kantornya lagi saja Bu.”
“Jangan Elsa, nanti Seno marah lagi. Dia itu tak suka
kalau ada orang mengganggu saat dia bekerja.”
“Bagaimana kalau sama Ibu?”
“Ayahnya nanti yang akan marah.”
“Ya ampun Bu, tolonglah cari jalan, agar Seno mau
memperhatikan Elsa.”
“Dengar Elsa, Seno itu orang yang sangat susah
dimengerti. Itulah sebabnya, ibu ingin kamu bisa jadi sekretarisnya, supaya
kamu mengerti apa yang tidak disukai Seno, sehingga kamu bisa menghindari
hal-hal tersebut. Tapi bagaimana lagi, ibu sedang mencari jalan untuk
mendekatkan kalian.”
“Elsa sudah tak sabar lagi Bu, Elsa sangat mencintai
Seno.”
“Bersabarlah Elsa, Oh ya, baiklah. Tampaknya ada jalan
supaya kita bisa mempertemukan kamu dan Seno..”
“Benarkah?” sahut Elsa penuh harap.
“Tunggu sebentar, ibu mau ganti pakaian dulu. Nanti kita pergi bersama-sama.”
“Langsung ke kantornya Seno?”
“Tidak, sudahlah nanti kita bicara lagi. Tidak mungkin
langsung ke kantornya, nanti Seno marah, apalagi ayahnya.”
“Lalu bagaimana?”
“Tunggu, ibu ganti pakaian dulu ya.”
***
“Yanti, besok aku harus berangkat pagi-pagi.” Kata Samadi
yang siang itu pulang untuk makan siang.
“Aku mendapat tugas ke Jakarta. Ada urusan perusahaan
di sana.”
“Lhoh, kok Mas yang mendapat tugas? Mas kan pemilik perusahaan
itu?”
“Iya, benar. Tapi ada urusan perijinan yang harus aku
tangani sendiri.”
“Berarti bukan mendapat tugas dong namanya. Masa bos
kok disuruh-suruh?"
“Aku sendiri yang menyuruhnya, bukan siapa-siapa.”
“Mas istilahnya aneh-aneh.”
“Pengusaha itu memang istilahnya terkadang tidak
dimengerti. Kamu tidak usah ikut-ikutan, biar semua aku yang urus.”
“Tapi sekali-sekali aku ingin dong, ikut Mas ke
kantor.”
“Untuk apa ikut? Kamu juga tidak akan mengerti
apa-apa.”
“Sesekali kan nggak apa-apa sih Mas, aku ingin, supaya
orang tahu, bahwa aku ini istri Mas.”
“Mengapa juga ingin begitu?”
“Ya supaya pada tahu kalau aku istri bos-nya. Kalau
sudah tahu, tak akan ada karyawan perempuan yang akan menggoda Mas.”
Samadi terbahak.
“Aku kan sudah tua, mana ada yang menarik hati perempuan?”
“Perempuan itu terkadang tertarik bukan karena tua
atau muda. Bisa jadi mereka tertarik karena uangnya. Ya kan?”
“Kamu ada-ada saja. Aku itu malah tidak tahu karyawan-karyawan
di perusahaan aku.”
“Kok aneh, pemilik perusahaan tidak mengenal
karyawannya?”
“Kan ada yang mengurus. Masa aku harus mengurus
hal-hal kecil.”
“Jadi Mas juga tidak tahu, apakah ada karyawan cantik
di kantor Mas?”
“Tidak, mana bisa aku tahu, aku tidak mau mengurus
soal itu. Yang penting semua berjalan dengan baik.”
“Bolehkah besok aku ikut ke Jakarta?”
“Aduh Yanti, untuk apa ikut? Aku hanya akan mengurus
perijinan, lalu pulang.”
“Tidak lama perginya?”
“Kalau lancar ya dua tiga hari bisa pulang. Kamu
bersenang-senanglah, bukankah kamu masih punya uang banyak?”
“Ya sudah, terserah kamu saja, yang penting kalau
urusannya selesai, harus cepet pulang ya.”
“Iya. Masa aku betah pergi meninggalkan kamu berlama-lama.”
***
Hari mulai sore, dan Seno sedang bebenah untuk pulang.
Selama belum menapat sekretaris baru, Seno masih mengerjakan semuanya sendiri,
dan hanya terkadang dibantu oleh orang yang sudah dianggapnya mengerti.
Tiba-tiba ponselnya berdering, Seno buru-buru
mengambil ponselnya. Dari ibunya.
“Ya Bu, ada apa?”
“Tolong kemari Nak, ibu kecelakaan.”
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah.. hadir
ReplyDeleteAlhamdulillah SEBUAH JANJI~37 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏
ReplyDeleteYeessss
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Sebuah Janji telah tayang
ReplyDeleteYessss
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bu tien
Semoga bu tien sehat2 terus
Alhamdulillah akhirnya datang juga SJ 37
ReplyDeleteAlhamdulillah, akhirnya yg ditunggu hadir, matur nuwun sanget Bunda, salam Aduhai
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah, suwun Bu Tien.....😊🙏
ReplyDeleteSemoga sehat selalu...Aamiin 🤲
Iyeeess...🥰
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien ..🙏
Makasih mbak Tien.. sehat selalu
ReplyDeleteHallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen Rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina, Sari Usman
Alhamdulillah .....
DeleteYg ditunggu2 sdh datang...
Matur nuwun bu Tien ...
Semoga sehat selalu....
Tetap semangat
Alhamdulillah Bunda Tien, matur nuwun. Salam sehat selalu 🙏🌹🦋
ReplyDeleteHallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem, Boston Massachusetts, Bantul, Mataram, Palembang,Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Matur nuwun mbakyuku Tienkumalasari dear,
ReplyDeleteSalam sehat, tetap semangat & Aduhai dari Cibubur
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah .....
ReplyDeleteYg ditunggu2 sdh datang...
Matur nuwun bu Tien ...
Semoga sehat selalu....
Tetap semangat
Alhamdulillah... Suwun bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah, akhirnya...
ReplyDeletematursuwun bu Tien, salam sehat selalu
Terima kasih mbak Tien...
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien, salam sehat selalu dan aduhai...
ReplyDeleteAlhamdulillah yg ditunggu sdh hadir mksh Bu Tien salam sehat selalu
ReplyDeleteApa Sekar akan dibawa ke Jakarta oleh Samad?? Gawat kalau begitu.
ReplyDeleteTerus Seno akan dipertemukan dengan Elsa dengan pura" kecelakaan? Untuk apa? Aneh aneh saja orang itu.
Salam sukses untuk mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat.
Alhamdulillah salam sehat selalu Bu Tien... Sepertinya Sekar kerja di perusahaan baru Seno. Jadi yg kirim makanan setiap hari semoga Seno. Lalu Samadi mungkin menipu Yanti, perusahaan baru yg dibilang nya itu fiktif karena Yanti ingin ikut selalu tidak boleh takut ketahuan. Semoga Seno berjuang terus untuk mendapatkan cintanya Sekar. Dan......yg bikin penasaran ulah Bu Ridwan pura2 kecelakaan itu kenapa ya? Semakin seru dan tak sabar menunggu kelanjutan ceritanya.
DeleteIya betul mb Ika.. Semoga aja Sekar kerja di perusahaan cabang Seno..
DeleteSptnya Seno sdh tau klo Sekar pindah kerja ke tempatnya juga..
Alhamdulilah Sekar bukan kerja di perusahaan abal" Samadi..
Kalau dugaan sy Sekar bekerja pd perusahaan Samad, terus akan ke Jakarta, menyuruh sekretaris membuat surat tugas untuk Sekar. Tanpa sepengetahuan Sekar berangkat bersama Samad.... dst.
DeleteHe he he he... ingin jadi pengarang tidak laku.
Alhamdulillah, matur nuwun, sehat selalu bunda Tien . .
ReplyDeleteTerima kasih, ibu Tien cantiik.... Semoga sehat dan semangat terus....
ReplyDeleteAlhamdulillah..... Terima kasih Bu Tien.
ReplyDeletealhamdulillah
ReplyDeleteSalam sehat selalu bunda...🙏🙏
ReplyDeleteWah bu ridwan apa sdh mulai bohong ya
ReplyDeleteAlhamdulillah SJ 37 sdh hadir
ReplyDeletewaduh siapa yg memberi makan Sekar setiap hari?
semakin penasaran cerita lanjutannya
Terima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan bahagia selalu.
Aamiin Yaa Robbal' Aalamiin
Ha ha ha ha, ruangan tersendiri tiap hari dapat jatah makan siang, waow pamitan sama Yanti mau keluar kota, aduhai
ReplyDeleteAda sesuatu yang di rahasiakan, bahaya mengancam Sekar kah, adakah sang satpam hadir untuk menyelamatkan Sekar, padahal sepulang kerja Seno mau menemui Sekar.
Malah Minar dan Ari yang memergoki.
Ben bundet sisan, bolah ruwet. Yen rambut la kênå nggo nggawé cemårå, oralah, sing laris gelungan tèmplèk, jiret rafia ireng.
Hé hé hé hé bundhêl.
Matur nuwun bu Tien paringanipun dongèng, mugio tansah winantu kawilujengan.
Rahayu 🙏
Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip shg SJ37 hadir bagi kami penggandrungnya.
ReplyDeleteJangan2 Sekar bekerja di perusahaan Seno yg baru, atau di perusahaan Samad? Atau Samad naruh modal pd perusahaan Seno? Kalau dikadalin Samad jangan mau ya Sekar, masih ingat bejadnya dia kan?
Makin penasaran. Matur nuwun ibu Tien. Berkah Dalem.
Salam Germas mbak Yustinhar.
DeleteAlhamdulillah Maturnuwun
ReplyDeleteSuwun Bu Tien
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien
ReplyDeleteSalam sehat selalu
Alhamdulilah..Tks bunda Tien
ReplyDeleteHati" Senooo.. Jangan terkecoh yaa.. bu Ridwan sdg bw ulet bulu Elsa..
DeleteTks bunda Tien.. ceritanya tambah serruu..
Semoga bunda sehat" dan bahagia selalu..
Salam aduhai..
Wah pasti Bu Ridwan mulai drama ini.biar Seno mau menerima Elsa jd sekretarisnya....trims Bu tien
ReplyDeleteterima ksih bunda sj nya..slm sht sll dri skbmi🙏🥰🌹
ReplyDeleteTerima kasih Ibu Tien, ceritanya semakin seru. Semoga Ibu sekeluarga tetap sehat penuh barakah, aamiin....
ReplyDeleteTerima kasih ..Alhamdulillah semoga bu Tien Sehat
ReplyDelete