Tuesday, September 13, 2022

SEBUAH JANJI 25

 

SEBUAH JANJI  25

(Tien Kumalasari)

 

Simbok menatap laki-laki ganteng dihadapannya. Lampu jalan terletak tepat di depan pagar rumah keluarga Winarno, jadi bibik bisa menatap wajah ganteng dengan mata teduh itu dengan jelas. Ada senyum tersungging ketika si ganteng mengucapkannya.

“Maaf Bik, saya tidak pantas ya menanyakannya. Maaf ya,” kata penuh sesal tiba-tiba terlontar dari bibir tipisnya.

Bibik langsung tersadar.

“Eh, mengapa … mengapa Mas Seno meminta maaf. Itu tidak salah kok. Cuma sayangnya, bibik tidak mengetahui persisnya, apa Non punya pacar atau tidak. Kan bibik itu selalu bekerja didapur, atau bersih-bersih rumah sehingga tidak tahu bagaimana Non cantik berteman, atau bahkan kalau dia sudah punya pacar.”

“Iya Bik, saya tahu kok. Tidak apa-apa, anggap saja saya tidak pernah mengatakan itu.”

“Iya Mas, maaf, bibik sudah ditunggu ojol nih.”

“Oh iya, sebenarnya kalau belum terlanjur memanggil ojol, saya mau kok mengantarkan Bibik.”

“Tidak apa-apa Mas, kasihan mas ojol sudah kelamaan menunggu.”

“Sampaikan salam saya untuk Sekar ya.”

“Baik Mas, akan saya sampaikan.”

“Juga salam untuk bapak, semoga segera pulih dan sehat kembali.”

“Baik, akan saya sampaikan semuanya,” kata bibik yang kemudian langsung naik ke atas boncengan mas ojol.

“Ayo Mas, kita pergi,” katanya kepada si tukang ojol.

Seno mengawasi kepergian bibik, lalu kembali ke dalam mobilnya. Ada sedikit kecewa karena tidak mendapat jawaban yang pasti dari si bibik, tentang Sekar.

“Benarkah Sekar belum punya pacar? Tapi dia sangat dekat dengan anaknya bibik tadi, dan kelihatannya memang laki-laki terpelajar. Tapi masa sih, Sekar pacaran sama anak pembantu? Bukan apa-apa sih, tapi agak aneh saja, dan rasanya aku agak cemburu nih,” katanya sambil memarahi dirinya sendiri, lalu menjalankan mobilnya pergi dengan pelan.

Tapi di sepanjang perjalanan itu wajah Sekar selalu terbayang.

“Heran aku, ketika dia masih bekerja dan setiap saat bertemu, aku merasa tidak ada perasaan apa-apa. Tapi setelah beberapa hari Sekar tidak masuk kerja, aku kok merasa seperti ada yang hilang, begitu. Apakah aku suka sama dia? Jatuh cinta? Ya Tuhan, bukankah aku sudah ditunangkan dengan anak sahabat ibuku? Tapi aku tidak suka dengan pertunangan itu. Aku juga tidak suka sama dia. Kami kan belum pernah bertemu sebelumnya, dan dia gadis pintar lulusan luar negeri. Tapi kok aku merasa bahwa sifatnya terlalu berlebihan. Duh, entahlah, kok tiba-tiba aku bingung begini?” gumam Seno sambil terus menjalankan mobilnya, entah kemana, karena dia memang hanya ingin berputar-putar mencari angin.

Tiba-tiba ponsel Seno berdering. Seno melihat wajah cantik tunangannya di layar ponsel, dan enggan mengangkatnya. Tapi dering itu berbunyi tanpa henti. Tidak enak kalau harus mematikannya. Akhirnya dia mengangkatnya.

“Ya, Elsa,” sahutnya enggan.

“Seno, kamu di mana?”

“Aku di … jalan.”

“Kok di jalan sih, datanglah kemari, aku sedang bersama teman-temanku di sebuah diskotik yang_”

“Tidak, aku tidak suka ke diskotik. Kan aku pernah bilang.”

“Sesekali kan tidak apa-apa Seno, teman-temanku ingin kenal sama kamu. Aku tunjukin foto kita waktu kita bertunangan, tapi mereka ingin ketemu orangnya, katanya.”

“Aku capek sekali, ingin pulang dan tidur.”

“Seno, ayolaah,” terdengar rengek manja dari seberang, tapi Seno segera mematikan ponselnya, dan melajukan mobilnya menuju pulang.

Ada banyak ketidak cocokan diantara Seno dan Elsa. Gadis itu masih suka berhura-hura bersama teman-temannya, terlalu manja dan suka memaksakan kehendak, juga sering berselisih paham dalam banyak hal. Ketika itu Seno ingin menolaknya, tapi orang tuanya, terutama ibunya, memaksanya.

“Elsa gadis cantik dan pintar. Ibu dan ibunya Elsa bersahabat sejak masih sekolah, dan pernah berjanji kalau anak kami masing-masing laki-laki dan perempuan, maka kami harus berbesan.”

“Mengapa ibu memaksakan kehendak? Seno tidak suka gadis itu.”

“Cinta bisa tumbuh dengan berjalannya waktu. Percayalah pada ibu. Dulu ketika ibu menikah dengan ayah kamu, cinta itu sama sekali tidak ada. Tapi lama kelamaan kami bisa saling menyesuaikan diri, akhirnya saling jatuh cinta juga.”

Seno tak menjawab. Daripada mendengarkan omelan ibunya yang tak pernah berhenti menggelitik telinganya, dia memilih menurut. Tapi dia belum ingin menikahi Elsa. Sungguh dia tidak menyukainya.

Seno memasuki sebuah halaman luas milik orang tuanya, memarkirkan mobilnya di garasi, langsung masuk ke rumah dan bermaksud segera tidur. Tapi sebelum dia naik tangga karena kamarnya ada di atas, ibunya yang masih duduk di ruang tengah memanggilnya.

“Seno, kamu tadi jalan sama Elsa?”

Sebelah kaki Seno sudah naik ke tangga pertama. Ia menoleh ke arah ibunya.

“Tidak Bu.”

“Bagaimana kamu ini? Tadi Elsa menelpon ke rumah, bilang bahwa akan mengajak kamu bertemu dengan teman-temannya.”

“Iya, tadi sudah menelpon, tapi Seno sangat lelah, ingin segera tidur,” katanya sambil melangkah menaiki tangga.

“Tega kamu, membuat Elsa kecewa?”

Seno tak menjawab, ia segera masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya dari dalam.

Sang ibu menggerutu kesal.

“Aku kan sudah bilang, Seno tidak suka pada gadis itu, kamu memaksa saja,” tegur pak Ridwan, ayah Seno.

“Bukankah Elsa itu cantik dan pintar? Bodoh sekali kalau Seno tidak menyukainya.”

“Suka itu bukan selalu karena ada wajah cantik.”

“Elsa itu bukan hanya cantik. Pokoknya tidak akan mengecewakan untuk menjadi menantu kita. Ibu yakin, lama kelamaan Seno juga pasti akan jatuh cinta.”

Pak Ridwan tak menjawab. Ia menatap ke arah televisi dan menikmati acaranya, membiarkan istrinya mengomel tak henti-hentinya.

***

Ketika bibik sampai di rumah sakit, dilihatnya pak Winarno sudah tertidur, sedangkan Sekar berbaring di sofa tapi masih membuka matanya.  Banyak yang dipikirkannya. Tentang rumah, sudah ada yang membantu mengurusnya, pembayaran rumah sakit sudah ada yang dicadangkan, sisa dari pembelian rumah setelah dibelikan perabot sederhana masih sisa. Ia akan membawa almarinya sendiri dan almari ayahnya saja, sehingga tidak usah membeli almari lagi. Juga tempat tidur, bukankah bisa dibawanya juga?

“Non…” sapa bibik karena tampaknya Sekar tidak memperhatikan kedatangannya.

“Eh, Bibik sudah datang?”

“Non sedang melamun, sehingga tidak tahu kalau bibik duduk di sini sejak tadi.”

“Iya sih Bik,” kata Sekar yang kemudian bangkit dan duduk.

Bibik menggelar tikar yang dibawanya dari rumah, yang tadinya dipakai Barno ketika tidur diluar setiap malam.

Kelasnya memang bukan kelas vip, hanya ada sebuah sofa untuk penunggu dan sedikit tempat untuk menggelar tikar. Mereka berbincang pelan-pelan, takut mengganggu tidur pak Winarno.

“Nanti bibik tidur disini ya Non, biar saja nggak pulang, ketika bibik berangkat, bu Yanti juga belum pulang.”

“Iya Bik, nggak apa-apa. Tapi sebenarnya tidak ditemani kan juga tidak apa-apa, bukankah tidur di lantai itu dingin Bik? Kalau bibik masuk angin bagaimana?”

“Nggak apa-apa Non. Nggak tega membiarkan Non menungguin bapak sendirian. Oh ya, ini, bibik bawakan makan untuk Non.”

“Oh ya, terima kasih Bik.”

“Non tadi sedang memikirkan apa?” kata bibik sambil membuka rantang berisi makanan untuk Sekar.

“Banyak Bik. Besok kan Barno mau datang, lalu menemani Sekar membeli perabot rumah. Tapi saya pikir tidak semuanya kita beli. Tempat tidur dan almari bapak, dan punyaku juga, serta punya bibik, bisa dibawa ke rumah baru.”

“Iya betul Non, tadi saya juga berpikir begitu.”

“Jadi kita hanya beli meja kursi saja untuk teras dan ruang tengah, serta peralatan dapur.”

“Benar. Kapan kita bisa mengangkuti barang-barang Non?”

“Apakah ibu akan marah kalau kita membawa barang-barang itu? Aku kira tidak kan Bik?”

“Kenapa marah? Kan kita sisakan yang sekiranya ibu butuhkan. Peralatan dapur, padahal juga tidak pernah memasak. Isi di dalam kamar yang ditempatinya, dan masih banyak yang tersisa.”

“Barangkali ibu juga tidak lagi membutuhkan semuanya.”

Lalu mata Sekar menerawang, mengingat kelakuan ibu tirinya yang tampaknya akan meninggalkan ayahnya karena sudah ada laki-laki lain yang akan mengambilnya sebagai istri.

“Beberapa hari yang lalu, bapak bilang mau menceraikan bu Yanti,” kata bibik sangat pelan.

“Benarkah?”

“Benar. Bapak mengatakannya ketika Non pergi bersama Barno.”

“Kalau begitu saya lega Bik,” kata Sekar sambil menghela napas. Kemudian menyendok nasi yang disiapkan bibik.

“Lega kenapa Non? Karena bapak akan merasa tenang dengan tanpa adanya ibu?”

Lalu Sekar menceritakan tentang ibu tirinya yang kemungkinan memang bermaksud meninggalkan ayahnya karena sudah ada laki-laki lain yang akan menjadikannya istri. Sekar juga cerita tentang perabot yang tersesat datang ke rumah yang dipesan ibu tirinya.

“Ya Tuhan,” kata bibik sambil menutup mulutnya karena agak bersuara keras.

Mereka menoleh ke ranjang pak Winarno, dan merasa lega karena pak Winarno tidak terusik dalam tidurnya.

“Kelakuannya sungguh sangat buruk. Tidak pantas,” omel bibik.

“Biarkan saja Bik, kan bapak juga sudah ingin melepaskannya. Jadi barangkali tidak ada masalah seandainya harus bercerai dengan bu Yanti.”

“Ya Tuhan, apakah berdosa kalau saya mensyukuri perceraian bapak dan bu Yanti?” kata bibik sambil mengemasi rantang dan akan mencucinya.

“Bukankah yang kita harapkan adalah yang terbaik?” kata Sekar.

“Benar. Semoga memang semuanya yang terbaik untuk bapak, dan juga untuk Non Sekar.”

“Aamiin.”

“Oh ya Non, Non Sekar dapat salam tadi.”

“Salam? Dari siapa Bik?”

“Dari orang ganteng.”

“Eh, Bibik ada-ada saja. Siapa sih? Jadi penasaran nih.”

“Dari mas Seno.”

“Lhoh, bibik ketemu di mana?”

“Tadi, ketika bibik sudah mau naik ojol kemari.”

“Dia datang ke rumah?”

“Dia hanya lewat, kebetulan melihat bibik, lalu berhenti. Dia juga menanyakan, apakah Non sudah punya pacar atau belum.”

Sekar tersenyum lucu.

“Mengapa dia nanya-nanya begitu?”

“Ya nggak tahu Non, sepertinya dia itu naksir sama Non.”

“Bibik ngarang deh.”

“Benar Non, soalnya kalau tidak naksir, untuk apa dia bertanya begitu, coba?”

 “Bibik ada-ada saja.”

“Eh, Non … dia itu ganteng … kaya … baik hati … santun … kurang apa coba?”

“Siapa yang ganteng Bik?”

Keduanya terkejut, ternyata pak Winarno mendengarnya.

Sebenarnya bibik sangat sedih, karena dia tahu anaknya naksir Non cantik. Tapi kan bibik tidak berani terlalu bermimpi. Dia sadar Barno hanyalah anaknya. Anak seorang pembantu yang tidak punya derajat. Jadi dia sering memarahinya kalau Barno memperlihatkan rasa sukanya pada Non cantik.

“Siapa Bik?” pak Winarno mengulang pertanyaannya.

“Itu Pak, atasannya non Sekar di kantor, yang pernah datang kemari, dan mengirimi bapak buah-buahan dan makanan.”

“O, itu. Memangnya kenapa kalau dia ganteng?”

“Itu Pak, saya hanya menggoda Non Sekar saja, siapa tahu Non Sekar suka.”

“Sembarangan kamu ini Bik. Ganteng atau kaya itu bukan ukuran untuk suka. Dan jodoh itu tidak usah dicari, nanti akan datang sendiri. Malu, perempuan membahas lelaki,” tegur pak Winarno.

“Iya Pak, bibik yang salah. Maaf,” kata bibik yang kemudian membawa perabot kotor yang tadi dipakai makan non cantiknya.

“Bibik tidak makan? Kok aku sendiri, tuh masih sisa.”

“Bibik sudah makan di rumah Non.”

“Kamu mau tidur di sini Bik?”

“Iya Pak, menemani non Sekar, soalnya Barno baru pulang, besok katanya mau ada urusan di kampus, entahlah, saya tidak mengerti Pak.”

“Biarlah dia menyelesaikan urusannya. Kasihan kalau selalu menunggui aku di sini. Lagian aku sudah sembuh. Segera selesaikan rumah itu dan segala urusannya, kalau pulang aku akan langsung ke sana.”

“Besok setelah selesai dari kampus, dia akan mengurus soal rumah itu. Bapak tidak usah memikirkannya. Semuanya beres.”

“Syukurlah. Senang mendengarnya. Dan kalau sudah, kamu boleh kembali bekerja, atau mengurus kuliah kamu lagi.”

“Iya, Sekar akan memikirkan semuanya. Bapak tenang saja. Ya?”

***

Tapi pagi itu ketika bibik pulang ke rumah, kunci rumah didapatinya masih terletak di bawah taplak meja, dan semua yang disajikan untuk nyonya majikannya, ternyata tidak tersentuh.

Berarti sang nyonya tidak pulang.

“Ya ampun, benar-benar tidak pulang? Barangkali benar apa yang dikatakan non Sekar, bu Yanti sudah terpikat dengan laki-laki lain dan melupakan suaminya. Kebangetan … kebangetan,” kata bibik sambil mengelus dadanya.

Ia mulai mengangkuti semua makanan yang masih tertata rapi di meja. Ia terpaksa membuangnya, karena sebagian besar makanan sudah basi dan tidak layak dikonsumsi.

Tiba-tiba bibik mendengar ketukan di pintu. Bibik bergegas ke arah depan.

“Bik,” sapa sang tamu.

“Oh, bu Ari?”

***

Besok lagi ya.


49 comments:

  1. Replies
    1. Horse mb Nani lg yes Alhamdulillah

      Delete
    2. maaf bun, keblabasan setelah sholat 'isya nguantuk banget. Selamat uti Nani juara 1.
      Terima kasih bun sdh tayang semoga bunda sudah sehat dan benar-2 sehat. Salam ADUHAI

      Delete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Sebuah Janji telah tayang.

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah.. Sehat selalu bunda.. Terimakasih

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah.... Mb Tien Mugi tansah pinaringan keberkahan sehat

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah SEBUAH JANJI~25 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah ...
    Matur nuwun nggih Mbak Tien .. smg selalu sehat Aamiin🌷🌷🌷🌷🌷

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah...Matur nuwun Bunda Tien. Salam sehat selalu..🙏🌹🦋

    ReplyDelete
  8. Menunggu Sekar yang digoda lelaki ganteng,kaya, sopan. Atau pilih Barno yang sederhana...
    Besok lagi ya...
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah tayang juga akhirnya...
    Terimakasih Bu Tien....
    Bisa melepas kerinduanku pada non cantik Sekar....

    Salam sehat selalu Bu Tien....
    Moga Bu Tien dimudahkan rejekinya....

    Aamiin...

    ReplyDelete
  11. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina,

    ReplyDelete
  12. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem, Boston Massachusetts, Bantul, Mataram, Palembang,Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulilah..
      Hatur nuhun bunda Tien sapaannya menenangkan hati..
      Salam aduhai dari Sukabumi

      Delete
  13. Alhamdulillah .....
    Yg ditunggu2 sdh muncul...
    Matur nuwun bu Tien ...
    Semoga sehat selalu....
    Tetap semangat

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah .....
    Yg ditunggu2 sdh muncul...
    Matur nuwun bu Tien ...
    Semoga sehat selalu....
    Tetap semangat

    ReplyDelete
  15. Trimakasih bu Tien salam sehat selaluselslu

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah SEBUAH JANJI 25 telah tayang, terima kasih bu Tien salam sehat n bahagia selalu bersama keluarga. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  17. Ceritanya tetap menarik...
    Terima kasih mbak Tien...

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah suwun, semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  19. Ach..aku cemburu...seno lho yg cem..cem..😁

    Matur nuwun bunda Tien...🙏

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah... Trm ksh bu Tien cerbungnya sudah tayang..

    ReplyDelete
  21. alhamdullilah SJ 25 sdh tayang..terima kasih bunda..salam sehat dan slmt beristrhat..🙏🥰🌹

    ReplyDelete
  22. Akankah kebongkar rahasia Yanti ? Karena Ari kerumah dan ketemu Bibi?

    Semakin seru dan bikin baper

    Matur suwun bunda Tien
    Salam Tahes Ulales dari bumi Arema Malang dan selalu Aduhaiiii...

    ReplyDelete
  23. Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip, sehingga SJ25 hadir bagi kami para penggandrungnya.

    Sepandai pandai membungkus barang busuk akhirnya akan tercium juga.
    Selingkuh itu sepaket dgn berbohong . Bu Ari akhirnya tahu bahwa Yanti sering berbohong setelah ngobrol sama Bibik.
    .
    Makin penasaran. Monggo dilanjut aja, matur nuwun, berkah Dalem.

    ReplyDelete
  24. Selamat malam bu tien terima kasih cerbungnya. Salam sehat

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah, matursuwun bu Tien SJ 25 nya
    selamat rehat bu Tien salam sehat selalu

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah
    Terima kasih ibu tien

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien.
    Salam sehat dan Aduhai..
    Dari mBantul

    ReplyDelete
  28. Nglilir langsung njujug SJ, matur nuwun bunda Tien 🙏🙏

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah
    Terimakasih bu tien
    Semoga bu tien sehat2 selalu

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah.sehat selalu ibu Tien..terima kasih

    ReplyDelete
  31. Sebuah usaha simbok agar menjaga Sekar nya tidak terlepas darinya.
    Walau terbaca ketakutan akan kehilangan, berdalih tidak lah mungkin bisa tahu kegiatan di luar rumah.
    Peristiwa pagi itu kembali menggaris bawahi bahwa Aryanti menikmati kebersamaan di rumah yang baru dibeli Samadi, selagi pemilik rumah tanpa sadar mengatakan bahkan berseloroh rumah buat istri muda, apakah Simbok menceritakan keterangan Sekar dan Barno apa adanya pada Bu Ari. Tapi niat itu tersampaikan kah, atau sedikit menutupi aib Aryanti.
    Telepon semalam membuat Ari ingin lebih jelas keadaan Winarno.
    Oh berbohong lagi?
    Sudah bisakah Ari mengambil kesimpulan, ada sesuatu antara Aryanti dan Samadi berhubungan dengan utang Aryanti.
    Bisa kah Ari menerima alasan kecemburuan Minar, setelah mendapatkan beberapa keterangan dari orang-orang yang dia temui.
    Ari semakin penasaran, berhasil kah Ari menyelamatkan persahabatan antara mereka bertiga.
    Hmm.. detektif Ari


    Terimakasih Bu Tien,

    Sebuah janji yang kedua puluh lima sudah tayang,
    Sehat sehat selalu doaku,
    Sejahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  32. Ketahuan deh Yanti... Ari pasti nyariin Yanti.
    Makasih mba Tien.
    Salam hangat selalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mb Sul..
      sptnya kelakuan Yanti akan ketahuan sm Ari..
      mgknkah Minar juga akan tau kelakuan suaminya?..
      Tunggu nanti mlm..
      Tks bunda Tien..
      Semoga bunda sehat dan bahagia selalu..
      Aamiin yra..

      Delete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 02

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...