Monday, September 12, 2022

SEBUAH JANJI 24

 

SEBUAH JANJI  24

(Tien Kumalasari)

 

Sekar dan Barno saling pandang. Mereka tentu saja heran, bu Yanti memesan perabot satu mobil colt penuh untuk dikirim ke rumah.

“Bagaimana Mbak?” tanya sang pengirim.

“Saya tidak tahu ada pengiriman itu, benarkah alamatnya ke sini? Bu Yanti yang mana, barangkali Bapak salah,” kata Barno.

“Ini ... tadi yang memesan langganan kami, pak Samadi. Tapi yang memberikan alamat, namanya bu Yanti.”

Tiba-tiba ponsel tukang kirim itu berdering.

“Ya, hallo,” jawabnya.

“Sudah dikirim, barangnya?”

“Sudah, ini sudah di rumah, tapi yang menerima bingung tuh Pak. Apa alamatnya salah?”

“Salah? Dimana kalian kirim barang-barang itu?”

“Jalan Jago no 14.”

“Lhoh, kok ke situ sih? Bodoh kalian!”

“Tapi ibu yang tadi, yang kata Bapak namanya Yanti, memberikan alamat ini. KTP diberikan, lalu kami mencatatnya.”

“Bodoh! Bodoh? Cepat pergi dari situ, aku berikan alamatnya yang benar.”

“Baik Pak, jangan marah Pak, kami hanya sekedar tukang kirim. Alamat yang diberikan memang ini,” kata si tukang kirim kesal. Tapi tampaknya dari seberang sana sudah menutup sambungan telponnya.

“Maaf Pak, benar, kami salah kirim. Tapi bukan kami yang salah, alamat yang diberikan memang ke sini.”

“Tidak apa-apa Pak, namanya juga salah.”

“Kami permisi,” kata tukang kirim itu sambil mengomel, entah berkata apa, tapi langsung naik ke mobil dan membawanya pergi.

Sekar dan Barno kembali saling pandang.

“Samadi itu kan laki-laki setengah tua itu? Yang saya hajar sampai terjungkal-jungkal?”

“Dan Yanti itu kan ibu tiriku?”

“Berarti memang benar mereka ada hubungan, dan pemilik rumah yang di sana itu bilang bahwa Samadi membelikan rumah untuk istri mudanya bukan?”

“Ya Tuhan, apa yang dilakukan ibu tiriku? Meninggalkan bapak saat bapak sedang sakit, tanpa peduli, lalu tiba-tiba mengadakan hubungan dengan laki-laki itu? Yang semula akan dijodohkannya sama aku, tapi kemudian diambilnya sendiri?”

“Ada-ada saja kelakuannya. “

“Aku harus bilang pada bapak.”

“Jangan dulu Non. Kita harus menjaga perasaan bapak. Biarlah kita sendiri dulu yang mengetahuinya.

“Benar No.”

“Sekarang saatnya kembali ke rumah sakit.”

“Aku rapikan dulu almari bapak yang diacak-acak, aku juga harus melihat almariku, dia mengambil buku tabungan aku dan diletakkannya begitu saja. Entah sadar atau tidak, tapi itu menunjukkan bahwa dia juga mengacak almariku.”

“Benar Non.”

“Pasti dia melihat tabungan aku. Mana mungkin transferan dari bapak sudah tertulis di di situ, aku kan belum pernah mencetaknya.” Kata Sekar sambil masuk lagi ke dalam.

***

“Yanti bagaimana sih, kenapa barang-barang dikirim ke rumah kamu?” tegur Samadi saat mereka ada di sebuah kamar hotel.

“Tadi kan supaya cepat, aku berikan saja KTP aku.”

“Rupanya kamu itu tidak begitu pintar ya? Di KTP mana ada tertulis alamat rumah yang baru saja kita beli?”

“Iya, aku lupa. Lalu tadi bagaimana?”

“Nggak tahu aku, sepertinya di rumah ada orang, karena pengirim barang bilang, mereka tidak tahu. Berarti ada orang.”

“Pasti bibik sama Sekar.”

“Bagaimana kalau suami kamu tahu?”

“Suami aku? Dia kan ada di rumah sakit?”

“Haa, di rumah sakit? Sakit apa?”

“Namanya juga orang tua, ya sakit ‘tua’ lah namanya,” kata Yanti enteng.

“Kamu masih muda dan cantik, tidak pantas punya suami tua. Bagaimana kalau kamu minta cerai sekalian?”

“Cerai?”

“Lalu aku akan menikahi kamu.”

“Bagaimana dengan istri kamu?”

“Biarkan saja tetap menjadi istri aku, yang penting kamu lebih aku sayangi. Percayalah, kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan.”

Senyum Yanti mengembang. Memang sih, menjadi isteri Winarno kan sudah tidak ada yang menarik. Sakit-sakitan, uang tidak seberapa, lalu apa yang diharapkan? Agak lama dia berpikir, tapi akhirnya dia mengangguk.

“Kamu akan minta cerai?”

“Besok aku akan mengurusnya. Kepalang tanggung, kalau suami aku mendengar dari siapapun yang tadi melihat barang-barang kiriman itu, pasti dia akan marah. Jadi lebih baik aku menggugat cerai sekalian.”

Samadi tertawa, mengelus kepala Yanti dengan mesra. Mereka sedang berada di sebuah hotel, sementara hari telah menjelang malam. Janji yang muluk, rayuan yang manis, membuat Yanti lupa segala-galanya. Mana mungkin suaminya bisa menyenangkannya lagi saat tubuhnya semakin renta? Hal manis yang dulu dilaluinya telah lama terlewat. Sesungguhnya dia sangat kesepian. Dan malam itu Samadi berhasil mengisi kesepian itu dengan mendendangkan kidung-kidung cinta yang membuatnya terlena.

“Apa kita akan menginap?” tanya Yanti.

“Tentu saja, tapi aku nanti akan pulang sebentar, lalu kembali lagi kemari.”

“Mengapa harus pulang dan tidak sekalian menginap sampai besok pagi?”

“Jangan, nanti istriku curiga.”

“Kalau nanti kamu pergi lagi, apakah Minar tidak akan curiga?”

“Kamu tenang saja, banyak cara untuk meninggalkan  dia, setelah aku membuat dia senang.”

“Oh, kamu juga akan menyenangkan istri kamu dulu?” tanya Yanti, agak cemburu.

“Supaya dia tidak curiga. Kenapa cemberut? Kamu cemburu? Bukankah aku sudah bilang bahwa kamu lah yang nomor satu dalam hidup aku?”

“Nggak, aku nggak cemburu. Jangan lama-lama meninggalkan aku sendirian disini.”

“Tidak, percayalah sebelum tengah malam aku pasti sudah kembali. Besok, satu dua hari lagi, kamu sudah boleh menempati rumah baru kamu. Aku akan memeriksa, bagaimana orang-orangku menatanya. Kalau sudah beres, kamu boleh tinggal di sana.”

Dan kedua manusia sesat itu kembali berasyik masyuk dalam lautan nikmat yang ditebarkan setan.

***

Ari terkejut ketika malam-malam Yanti menelponnya.

“Ada apa Yanti? Suami kamu baik-baik saja kan?” kata Ari yang mengira bahwa Yanti mengabarkan keadaan suaminya.

“Iya, baik-baik saja kok. Aku menelpon kamu, hanya untuk mengatakan bahwa besok dan selanjutnya kamu tidak usah nyamperin aku ya.”

“Kenapa?”

“Aku kan … ada di rumah sakit, jadi … aku berangkat dari sana,” bohong Yanti.

“Oh, ya ampuuun, istri yang penuh pengertian nih. Bagus lah. Tidak apa-apa, tapi keadaan suamimu baik kan? Ada kemajuan?”

“Ada, tapi kan masih harus di rawat.”

“Syukurlah, kabari kalau suami kamu sudah bisa dijenguk. Sebagai sahabat aku dan Minar kan juga ikut menunjukkan keprihatinan kami terhadap suami kamu.”

“Iya, tapi sekarang ini belum bisa. Nanti aku berangkat agak siang juga ya.”

“Tidak apa-apa, bahkan selama kamu masih merawat suami kamu, tidak usah kamu ke warung dulu. Biar aku dan Minar menyelesaikan semuanya.”

“Benarkah?”

“Iya, besok aku bicara sama Minar, dia pasti setuju.”

“Baiklah, terima kasih Ari, kamu selalu menjadi sahabatku yang paling baik.”

Yanti menutup ponselnya dan tersenyum cerah. Ia tidak akan ke warung selama entah nanti berapa lama, dan akan menghabiskan waktunya bersama Samadi yang juga sudah berjanji akan sering menemaninya.

Samadi baru saja meninggalkan hotel, lalu Yanti mencoba untuk beristirahat, sambil menunggu kedatangan laki-laki yang akhirnya membuatnya tergila-gila.

***

“Sudah tidur ya?” sapa Samadi dengan manis, ketika melihat istrinya berbaring di sofa dalam keadaan setengah tertidur. Terbukti begitu mendengar suara suaminya, dia langsung bangkit duduk lalu mengucek ke dua matanya.

“Jam berapa? Baru pulang Mas?” tegurnya kesal.

“Waduh, urusannya semakin banyak, ini juga sebenarnya belum selesai, aku tinggal dulu, habisnya kangen sama kamu,” katanya lembut sambil meraih tangan istrinya dan diciumnya.

“Aku tidak suka Mas terlalu banyak urusan.”

“Lho, kok gitu? Ini kan hasilnya juga untuk kamu, sayang.”

“Aku sudah merasa cukup.”

“Tidak, aku belum merasa cukup kalau belum bisa membelikan kamu berlian sebesar batu bata,” katanya sambil tersenyum.

Tapi Minar tetap cemberut.

“Buatkan aku minum dong, masa suaminya capek tidak disambut dengan segelas minuman hangat,” kata Samadi pura-pura merajuk.

Tak urung Minar berdiri, melangkah ke belakang karena pembantu di rumah sudah pulang sejak sore hari.

Samadi duduk di ruang tengah, melepas sepatunya, dan menyandarkan tubuhnya, tampak lelah. Minar datang dengan segelas susu coklat, diletakkannya di hadapan suaminya.

“Lelah kan?” ejek Minar.

“Enggak, biasa saja.”

“Tapi kamu tampak lelah.”

“Biasa kan, laki-laki bekerja keras. Lelah itu bukan sesuatu yang harus membuat kamu risau. Apalagi lelah ini sudah hilang begitu melihat wajah kamu,” rayuan Samadi memang aduhai. Sedikit demi sedikit senyuman Minar tampak mengembang.

“Kamu itu ya, rambut acak-acakan begitu juga bertambah cantik lhoh,” katanya sambil meraih gelas susu coklatnya.

Minar meraba rambutnya. Saat tidur di sofa tadi memang membuat rambutnya tampak acak-acakan. Ia merapikannya dengan jari tangan.

“Sudah, tidak usah dirapikan. Begitu sudah cantik kok."

“Mas sudah makan?”

“Makan tadi di kantor, tapi kalau kamu belum makan juga, biar aku temani sambil makan sedikit lagi.”

“Iya, si mbok masak gulai ayam, aku belum menyentuhnya, menunggu Mas pulang.”

“Aduh sayang sekali, ayo kita makan kalau begitu,” kata Samadi langsung berdiri, menarik tangan istrinya ke ruang makan.

“Mas tidak mandi dulu? Ganti baju juga?”

“Nggak usah, mandi nanti,  aku harus kembali lagi kan.”

Minar membelalakkan matanya, sambil duduk di samping suaminya.

“Kembali?”

“Maklum, masih banyak yang dibenahi. Jadi aku harus yakin semuanya benar-benar beres.”

“Ya ampun Mas.”

“Setelah makan, aku mandi, ganti baju, lalu menemani kamu tidur. Kalau kamu sudah tidur, aku baru berangkat lagi.”

“Aku tidak suka hidup seperti ini.”

“Minar, hanya malam ini. Tapi bener kok, aku tidurkan kamu dulu, baru berangkat lagi. Kangen aku sama kamu, seharian tidak ketemu,” katanya lembut sambil mengelus pipi istrinya.

“Bener ya, hanya malam ini?”

“Doakan semuanya baik dan lancar, sehingga setiap malam bisa menemani kamu di rumah.”

“Oh ya, tadi aku kan sebenarnya mau cerita, tapi Mas tiba-tiba mematikan ponsel Mas.”

“Mau cerita apa sih?”

“Itu, sebenarnya suami Yanti itu sakit, dan dirawat di rumah sakit.”

“Syukurlah,” celetuk Samadi tanpa sadar.

“Mas! Kok syukurlah sih? Temannya kesusahan kok di syukurin!” cela Minar tak suka.

“Maaf, maksudku … syukurlah kamu segera mengetahuinya. Jadi bisa ikut memikirkannya. Membezoeknya, atau …”

“Dia tidak boleh dibezoek. Parah barangkali.”

“Kalau begitu kirimi dia makanan, atau buah-buahan.”

“Iya, besok biar Ari memesannya.”

“Sekarang habiskan makanmu, aku mau mandi, lalu aku temani kamu tidur. Ya?” senyum Samadi membuat Minar tersipu. Ia hanya mengangguk.

Begitu pintarnya Samadi mengambil hati istrinya, sehingga ia benar-benar terlena, dan benar-benar kemudian ia pulas tertidur seakan dininabobokkan oleh dongeng sejuta satu malam.

***

Barno pulang ke rumah, karena ada sesuatu yang harus diurusnya di kampus. Ia juga ingin melihat jadwal ujian yang akan dijalaninya.

Simbok yang sudah ada di rumah dan menunggu nyonya majikan belum juga pulang, kemudian memilih meninggalkan rumah dan kembali ke rumah sakit.

Ia menyiapkan minum yang mungkin saja ketika sang majikan pulang sudah akan menjadi dingin, demikian juga sayur dan lauk yang disiapkan di meja makan. Bibik tak peduli. Ia kasihan pada non cantiknya yang menemani ayahnya sendirian karena Barno pulang sejak sore harinya. Ia mengunci rumah, meletakkannya dibawah taplak meja teras.

“Paling-paling nanti kalai bu Yanti pulang, kalau sampai tidak menemukan kunci rumah, juga pasti akan menelpon.”

Lalu simbok membawa bungkusan pakaian ganti pak Winarno, dan makanan untuk non cantiknya.

Ketika menunggu ojol yang sudah dipanggilnya, bibik menelpon Sekar.

“Ada apa Bik?”

“Ini bibik mau ke rumah sakit sekarang.”

“Ibu sudah mengijinkan?”

“Ijin dari mana, pulang juga belum. Jadi bibik tinggal saja. Sudah ada minum dan makan yang bibik siapkan.”

“Ya sudah, terserah bibik saja. Bibik naik apa?”

“Ojol. Tuh sudah datang Non.”

Tapi sebelum bibik naik di boncengan, dilihatnya sebuah mobil berhenti. Bibik menunggu, karena mobil itu berhenti persis di depan pagar. Seorang laki-laki ganteng turun mendekati bibik.

“Bibik ya?”

“Oh, ini kan … itu … mas … yang …”

“Saya Seno Bik, yang pernah ke rumah sakit.”

“Iyaa, aduh … bibik lupa,” kata bibik sambil menepuk jidatnya.

“Bibik mau ke rumah sakit?”

“Iya Mas. Kok Mas ada di sini? Apa sebenarnya mau mampir?”

“Tidak Bik, saya kebetulan lewat dan melihat Bibik berdiri di sini. Bagaimana keadaan pak Winarno?”

“Sudah semakin baik Mas, sudah ribut ingin pulang saja. Mas mau ke sana?”

“Tidak, ini sudah malam, lain kali saja. Sampaikan salam saya untuk Sekar ya. Bilang, jangan tergesa masuk kerja, sampai ayahnya sembuh.”

“Baik Mas, nanti bibik sampaikan. Bibik permisi dulu.”

“Tunggu Bik, saya mau bertanya,” kata Seno menghentikan langkah bibik.

“Apakah sebenarnya … Sekar … mm … sudah punya pacar?”

Bibik terpaku di tempatnya.

***

Besok lagi ya.

51 comments:

  1. Replies
    1. Alhamdulillah...
      Pa Bambang Soebekti juara 1
      Selamat pa Bambang.....

      Matur nuwun bu Tien

      Delete
    2. Alhamdulillah
      Selamat pak Bambang, ngibriiitt no. 1 🏃🏃🏃

      Delete
  2. Alhamdulillah SEBUAH JANJI~24 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  3. Met malam dan met istirahat mbak Tien, sehat selalu

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah .....
    Yg ditunggu2 sdh muncul...
    Matur nuwun bu Tien ...
    Semoga sehat selalu....
    Tetap semangat

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah
    SJ sdh tayang ...... terima kasih bu tien, semoga bu tien sehat2 & senantiasa dlm lindungan Allah SWT

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah SEBUAH JANJI 24 telah tayang, terima kasih bu Tien salam sehat n bahagia selalu bersama keluarga. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  7. Alhamdulilah.. Sekar sdh tayang gasik..
    Terimakadih bunda Tien ku..
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah...Matur nuwun Bunda Tien...

    ReplyDelete
  9. Matur nuwun mbak Tien-ku Sebuah Janji telah tayang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah beneran, Yanti mau gugat cerai.
      Dan Seno memang naksir Sekar, aduh...kacian Barno.
      Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

      Delete
  10. Alhamdulillah
    Matur nuwun Mbak Tien ... jaga sehat nggih ..isturahat yg cukup semoga sehat selalu Aamiin🌷🌷🌷🌷🌷

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah SJ 24 sudah hadir
    Terima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin
    Salam Aduhai selalu

    ReplyDelete
  12. Sudah tayang gasik SJ24
    Matur suwun bunda Tien
    Salam Tahes Ulales dari bumi Arema Malang...dan tetap Aduhaiiii...

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah, matursuwun bu Tien
    Selamat beristirahat, salam sehat selalu

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah...sehat selalu bu Tien

    ReplyDelete
  15. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo, Bam's, Mbah Wi, Tjoekherisubiyandono

    ReplyDelete
  16. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina,

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah sdh hadir..trims bu Tien ..sehat2 ya bu tien

    ReplyDelete
  18. Matur nuwun bu Tien, SJ 24 tayang lebih awal.
    Salam sehat dari mBantul

    ReplyDelete
  19. Terimakasih bu Tin ,semakin memuncak SJ

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah cerbung Sebuah Janji Eps 24 sudah hadir..
    Matur nuwun mbak Tien, salam sehat dan salam hangat.

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah... Sehat selalu bund...

    ReplyDelete
  22. Ceritanya memang ok...
    Terima kasih mbak Tien...

    ReplyDelete
  23. Makasih mba Tien.
    Sehat dan bahagia selalu.
    Aduhai

    ReplyDelete
  24. Apa jawaban bibik atas pertanyaan Seno...??? Apa akan bilang sudah??? Atau tidak tahu..??
    Matur suwun & sehat selalu utk Bu Tien..🙏🙏🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bibi pasti bingung jawabnya ..
      Krn Barno spt seneng juga sm non Sekar..
      Bgmn perasaan bibi ???

      Delete
  25. Alhamdulillah....
    Mtnuwun mbk Tien
    Smg selalu sehat,Aamiin

    ReplyDelete
  26. Berantakan sudah, yang ada di rumah jadi tahu, kalau Aryanti ada pertemanan dengan Samadi malah sudah saling ad dilaman mereka masing-masing, wow Aryanti, sudah lama video call segala, foto profil; jangan tanya, wall papernya taman bunga, terlihat wajah agak menyamping dengan pulasan lirik mata menggoda, cling pokoknya.
    Apalagi Samadi kelihatan masih muda senyum bibir tipis dibawah kumis nya hmm
    ADUHAI
    gambar belakangnya terlihat tempat wisata yang terkenal mendunia, terlihat masih legan èh elegan hé hé hé.
    Nggak tahu awal mulanya yang jelas kepingin punya kegiatan diluar rumah yang bervariasi aromanya dan kesegaran apalagi habis tersiram embun awal hari; wau terasa bergairah menyambutnya apapun yang terbayang indah semua.
    Ha ha aku isih payu..
    Apané, la piyé mèh mutu waé; ånå sing kêsêngsêm ngono, malah ngabul abul janji sundhul langit, yå iyå ngingit ingit ati tå, hè èh yå.
    Dari pada rumah nggak berubah, perabotan juga jadul, sana sini susah mencari ide kreasi, kalau berharap sedikit harta kekayaan, kok kaya mengharap warisan, nunggu? sampai kapan!
    Ya sudah memerdekakan diri saja bersenang-senang di luaran, toh nggak di larang.
    Yå ojo di bandhing bandhingké tå, wong lagi ngegas sithik waé ndadak kudu nginêp nang ndoktêran, nganti minggon.
    Nah lho datang pangeran tampan mendatangi Sekar, segala dipunyai.
    Adakah tempat di hati, ah jangan-jangan orang berada hanya mengada adakan sebagian kecil yang tersisa karena rasa simpati, terheran-heran keuletan sebuah usaha mandiri; yang memang seharusnya di nyatakan dengan suatu tindakan nyata, pengabdian yang tulus, rasa hormat. Walau hampir kehormatannya hancur karena pemaksaan yang tidak sepantasnya, masihkah Sekar mengingat sang malaikat pelindung nya.

    ADUHAI


    Terimakasih Bu Tien;

    Sebuah janji yang kedua puluh empat sudah tayang,
    Sehat sehat selalu doaku,
    Sejahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  27. Selamat siaanf bund Tien.. Terimaksih SJ 24 nya.. Sekarsdh tahu tingkah lakunya ibu tirinya.. YAllah smg Sekar bahagia bersm anaknta bibi.. Slmshr sll dri skbmi

    ReplyDelete
  28. Semakin asyik bu.. Ternyata Yg jatuh cinta kepada Sekar ada Barno dan Seno. Sepertinya Barno yg berjodoh krn janji kepada pakWinarno untuk meli dungi Sekar. Semoga

    ReplyDelete
  29. Menunggu Sekar... Semoga Mbak Tien selalu sehat wal'afiat. Amin.

    ReplyDelete
  30. Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat semangat dan produktip, sehingga SJ24 hadir bagi kami para penggandrungnya.

    Hati bibik terasa runyam mendengar pertanyaan mas Seno tentang Sekar sdh punya pacar belum.
    Jodoh memang Tuhan yg atur, semoga non Sekar tidak menyakiti hati ayahnya maupun Barno.

    Monggo ibu, dilanjut aja makin penadaran... Matur nuwun, Berkah Dalem.

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 02

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...