Saturday, September 10, 2022

SEBUAH JANJI 23

 

SEBUAH JANJI  23

(Tien Kumalasari)

 

“Sekar?” Laki-laki tampan yang dipanggil Seno itu menatap Sekar lekat-lekat, seakan sudah berabad-abad tidak ketemu.

“Kok mas Seno ada di sini?” tanya Sekar membuyarkan keterkejutannya, setelah benar-benar berhasil menemukan Sekar.

“Kamu tidak masuk beberapa hari, aku tidak berhasil menghubungi kamu. Lalu aku ke rumah kamu ternyata kosong. Berkali-kali aku ke sana, selalu kosong, lalu seorang tetangga memberi tahu bahwa ayah kamu ada di rumah sakit. Aku mencarinya kemari."

“Ya ampun Mas, ia sih. Aku minta maaf karena tidak pamit lagi setelah minta ijin dua hari. Bingung memikirkan bapak.”

“Baiklah, aku bisa mengerti.”

“Mana bapak?” tanya Seno.

Sekar mengantarkan Seno ke arah ayahnya, yang masih terbaring dengan infus tersambung di tangannya.

“Bapak, ini mas Seno, putra pemilik perusahaan, di mana Sekar bekerja. Ini atasan Sekar langsung.”

“Iya Pak, Saya Suseno,” kata Seno sambil mengulurkan tangannya.”

Pak Winarno menatapnya takjub. Seorang putra pemilik perusahaan, bersikap sangat santun, dan mau menjenguk keluarga karyawannya. Senyumnya mengembang ketika Seno menggenggam erat tangannya.

“Terima kasih Nak. Ini luar biasa, orang penting yang peduli kepada bawahannya.”

“Sekar karyawan terbaik kami Pak. Beberapa hari tidak masuk, semua merasa kehilangan.”

“Terima kasih Nak. Maaf, Sekar sudah melalaikan tugasnya karena saya. Biar besok dia masuk bekerja kembali.”

“Tidak, jangan dulu, selama Bapak masih sakit.”

“Tapi_”

“Bapak sakit apa?”

“Namanya orang tua Nak, onderdilnya juga sudah pada aus,” canda pak Winarno, membuat Sekar dan Seno tertawa.

“Harus banyak istirahat ya Pak, supaya segera pulih.”

“Iya Nak, sudah pengin pulang saja, sebenarnya.”

“Setelah benar-benar sehat, baru boleh pulang. Dan kamu Sekar, tidak boleh tergesa-gesa masuk dulu, ada yang bertugas menggantikan semua pekerjaan kamu, jadi kamu tenang saja, sampai bapak benar-benar sembuh.”

“Terima kasih banyak ya Mas. Sampaikan maaf saya pada pak Ridwan.”

“Iya, bapakku bisa mengerti kok.”

Mereka berbincang beberapa waktu, dan pak Winarno merasa senang mendapat perhatian dari atasan anaknya. Sekar bahkan sudah pasrah seandainya dia dipecat dari perusahaannya. Sekarang dia bersyukur, masih bisa bekerja kembali nanti, setelah ayahnya sembuh, tentu saja.

Sebelum Seno pulang, Sekar memperkenalkannya pada bibik dan Barno.

“Mas Seno, ini bibik, yang merawat saya sejak kecil, dan ini Barno, sahabat saya, anaknya bibik.”

Mereka bersalaman dengan ramah.

“Senang berkenalan dengan Bibik, dan Barno,” kata Seno ramah.

Barno hanya mengulas senyum ramah, dan mengiringinya sampai Seno keluar dari kamar inap pak Winarno. Tapi Sekar mengiringinya sampai Seno tiba di lobi.

“Sekali lagi, jangan terburu-buru masuk kerja.”

“Terima kasih Mas. Sebenarnya saya malah sudah punya niat untuk resign saja.”

“Apa yang kamu katakan? Kamu itu keryawan teladan. Kalau kamu resign, kami semua akan kehilangan,” kata Seno serius.

“Mas Seno bisa saja. Saya merasa bersalah telah mengabaikan tugas saya, jadi daripada dipecat lebih baik resign atas kemauan sendiri,” kata Sekar sambil tersenyum.

“Kami tidak bisa sembarangan memecat karyawan. Kalau alasannya bisa diterima, mana mungkin dipecat? Kami justru prihatin mendengar ayah kamu sakit. Harusnya kamu mengabari kami, supaya ada perhatian perusahaan untuk keluarga karyawannya.

“Saya minta maaf.  Saya sungguh kebingungan karena memikirkan semuanya sendiri, hanya dibantu bibik dan Barno, sementara Barno kan baru saja menyelesaikan skripsinya, dan akan menghadapi ujian.”

“Oh, Barno kuliah?”

“Sudah hampir selesai.”

“Luar biasa. Tapi aku senang kamu diantara orang-orang yang dengan suka rela mandampingimu, sehingga kamu tidak merasa sendirian.”

“Itu benar Mas.”

“Apakah ibu kamu sudah tidak ada?”

“Ibu saya meninggal ketika saya masih kecil.”

“Oh, jadi ayah kamu sudah sendirian?”

“Ada ibu tiri saya,” kata Sekar, tapi kemudian dia menyesal telah mengatakannya.

“Ibu tiri kamu mana? Aku tidak melihatnya tadi.”

Tuh kan, jadi panjang nih, mengapa juga tadi Sekar mengatakannya.

“Ibu, sibuk … mm … bekerja,” jawabnya sekenanya padahal bicara tentang ibu tirinya, seharusnya uraiannya sangatlah panjang bukan?

“O, bekerja juga ya.”

Sekar hanya mengangguk.

“Baiklah, aku mau kembali ke kantor ya Sekar, semoga ayah kamu segera membaik, dan kamu bisa kembali bekerja.”

“Iya Mas, terima kasih banyak.”

Seno melangkah pergi, setelah sebelumnya menatap Sekar dengan pandangan yang membuat Sekar berdebar.

“Ih, kenapa juga mas Seno menatapku begitu? Biasanya tidak pernah lho,” gumamnya sambil membalikkan tubuhnya untuk kembali ke ruang rawat ayahnya. Tapi debar itu masih tersisa, sampai dia membuka pintu ruangan itu.

***

“Untunglah Non, juragan Non ternyata orang baik,” celetuk bibik ketika dilihatnya Sekar sudah masuk.

“Aku tadinya mengira bahwa aku pasti dipecat, karena lama tidak memberi kabar ke kantor,” gumam Sekar sambil duduk diantara bibik dan Barno.

“Memangnya Non tidak mengabari ke kantor, bahwa bapak dirawat?” tanya Barno.

“Tidak No. Aku bingung harus melakukan apa, akhirnya sebetulnya aku malah berniat resign dari tempat aku bekerja.”

“Jangan Non, sayang. Mencari pekerjaan itu kan susah,” sela bibik.

“Soalnya aku merasa bersalah telah mengabaikan tugas aku di kantor.”

“Maka dari itu, Non beruntung masih bisa diterima. Lumayan kan Non, katanya Non mau nabung untuk kuliah lagi.”

“Iya Bik, itu benar.”

“Barno,” tiba-tiba pak Winarno memanggil.

Baro bergegas mendekat.

“Ya Pak.”

“Apakah kira-kira uang untuk membeli rumah itu masih tersisa?”

“Mudah-mudahan masih ada pak.”

“Setelah membeli perabotan secukupnya, berikan sisanya untuk Sekar, biar dia melanjutkan kuliahnya lagi," kata pak Winarno yang rupanya mendengarkan perbincangan mereka.

“Tentu saja Pak, nanti Non Sekar sendiri yang akan mengaturnya, saya kan hanya membantu.”

“Yang aku serahi tanggung jawab itu kan kamu. Sekar lah yang membantu,” kata pak Winarno bersungguh-sungguh.

“Baiklah, saya mengerti.”

“Bapak tidak usah memikirkan saya dulu. Soal kuliah, nanti Sekar yang akan mengaturnya. Bapak tidak usah khawatir.”

“Sekarang aku akan bercerita sama kamu Sekar. Dulu, ketika Yanti menyuruhmu berhenti kuliah, bapak tidak berdaya, karena memang uang itu belum ada. Kalau saja uang itu sudah ada, mana mungkin bapak membiarkan kamu berhenti kuliah?”

“Bagaimana uang itu tiba-tiba ada?” tanya Sekar heran.

“Ada rumah di desa peninggalan kakek kamu almarhum. Rumah itu, karena tidak dipakai, kemudian dibeli oleh seorang perangkat desa. Lalu oleh orang yang bapak titipi rumah itu, uangnya diberikan kepada bapak.”

“O,  begitukah? Sebenarnya Sekar juga terkejut ketika mengetahui tiba-tiba Bapak punya uang sebanyak itu.”

“Uang itu segera bapak transfer ke rekening kamu, karena khawatir terjadi sesuatu atas uang itu. Bapak tidak usah mengatakannya, pastinya kamu sudah tahu mengapa. Ya kan?”

“Sekar tersenyum sambil mengangguk. Tentu saja dia tahu maksud ayahnya. Dan kenyataannya kan ibunya akhirnya tahu tentang uang itu, kemudian ditanyakannya bukan? Sampai sekarang Sekar tidak mengerti, bagaimana ibu tirinya bisa mengetahui tentang uang itu. Tapi dia enggan menceritakannya kepada ayahnya. Sekar masih khawatir, hal-hal yang tidak mengenakkan tetap akan melukai dan membuat ayahnya sedih.

“Ya sudah, selesaikan tentang rumah itu, lalu urus kepulangan bapak, bapak tidak kerasan berada di sini lebih lama lagi.”

“Tentu saja Pak, mana ada orang kerasan di rumah sakit? Maka dari itu, Bapak tidak boleh sakit lagi. Ya?”

“Doakan saja, bapak masih kuat, bisa menunggui kamu menikah, dan punya anak,"  kata pak Winarno sambil melirik ke arah Barno. Sekar tertunduk tersipu.

“Belum-belum sudah memikirkan cucu, bapak tuh,” kata Sekar sambil menjauh, lalu mendekati bibik.

“Bik, tadi Bibik bawa makanan apa? Aku lapar nih. Pasti Barno juga lapar.”

“Sampai lupa Non, ada tamu segala tadi tuh. Baiklah, bibik siapkan dulu.”

***

“Inikah rumahnya?” tanya Yanti ketika Samadi membawanya memasuki sebuah rumah yang tadi dipilihnya.

“Iya, kamu suka? Tidak begitu besar, kalau terlalu besar juga kamu akan capek, soalnya kan kamu hanya sendirian?”

“Kapan kamu akan menemani aku?”

“Setiap ada waktu untuk kita berduaan. Kamu tidak akan kesepian.”

“Rumah ini lumayan bagus, hanya belum ada perabotannya bukan?”

“Itu soal mudah, aku akan memesannya, dan dalam sehari semuanya akan siap. Hari inipun bisa dikirim kok.”

“Baiklah, terserah kamu saja.”

“Kalau begitu aku akan menemui pemilik rumah ini, agar mereka menyuruh orang membersihkan. Lalu kita pergi untuk memesan semua perabotan, kamu juga yang harus memilihnya lho.”

“Baiklah.”

“Nanti setelahnya, kita jalan-jalan.”

“Kemana?”

“Pokoknya bersenang-senang. Akan aku tunjukkan bahwa aku laki-laki yang tidak mengecewakan.”

Yanti tersenyum, lalu membiarkan Samadi menemui pemilik rumah.

“Kok lama sih kamu, aku sudah menunggu dari tadi,” tegur Samadi ketika pemilik rumah itu datang.

“Iya, baru mengantarkan orang melihat rumah saya yang satunya. Yang kemarin Bapak inginkan itu kan akhirnya batal dibeli, untunglah ada orang lain yang mau.”

“Yang aku pilih pertama kali itu?”

“Iya Pak, susah-susah saya menolak Bapak, ee, mereka nggak jadi beli.”

“Memangnya kenapa?”

“Nggak tahu saya Pak, apa kurangnya. Tampaknya istrinya atau apanya itu, orangnya susah. Tapi nggak apa-apa, ini sudah ada yang mau kok. Lalu bagaimana dengan Bapak?”

“Ya sudah, oke, nanti segera aku urus pembayarannya. Tolong bersihkan rumah ini sampai sebersih-bersihnya, soalnya aku mau langsung membeli perabotan.”

“Baiklah, akan saya urus segera. Besok saat Bapak datang, semuanya sudah oke.”

“Ini, sebagai uang muka, nanti aku transfer kekurangannya.”

“Baik Pak.”

***

“Bik, apakah bibik mau pulang sekarang?”

“Rasanya nanti saja Non, masih agak siang. Bu Yanti biasanya pulang sore menjelang  maghrib.”

“Kalau begitu, sekalian capeknya, aku mau mengajak Barno ke rumah itu dulu ya, supaya segera selesai.”

“Baiklah Non, bibik nungguin di sini dulu, selesaikan urusan Non.”

Lalu Sekar segera menggamit lengan Barno, diajaknya pergi.

Tapi belum sempat keduanya keluar, terdengar ketukan pintu. Ketika Barno membukanya, dilihatnya dua orang laki-laki. Seorang laki-laki membawa parsel buah dan seorang lagi parsel roti.

“Benarkah ini ruangan Bapak Winarno?”

“Iya benar,” jawab Barno.

“Ada yang mengirimi ini.”

Kedua laki-laki itu mengulungkan barang yang dibawanya, yang diterima Sekar dan Barno dengan perasaan heran.

“Dari siapa?”

“Itu ada kartunya mbak. Saya permisi.”

Kedua orang itu berlalu. Barno dan Sekar kembali masuk dan meletakkan kedua parsel itu di meja.

“Apa itu?” tanya pak Winarno.

Sekar membaca kedua kartu yang tertempel.

“Semoga cepat sembuh, dari Suseno.”

“Dari yang tadi,” gumam Barno. Ada rasa aneh yang menggumpal di dada Barno, tapi perasaan itu, Barno tidak mengerti. Ia hanya menatap wajah Sekar yang tersenyum cerah.

“Bapak, ini dari mas Suseno.”

“O. kok ya repot-repot sih dia.”

“Bik, kalau bapak ingin makan buahnya, tolong dibantuin ya, aku pergi dulu,” katanya sambil memberi isyarat kepada Barno agar mengikuti.

Simbok mendekat sambil membawa parsel yang telah dibukanya.

“Bapak ingin makan apa? Apel? Atau apa?”

“Jangan apel Bik, gigiku mana kuat mengunyah apel? Adakah pisang saja?”

“Ada pak, pisang cavendish, ini, betul kan namanya cavendish? Non Sekar sering membelinya,” kata bibik tersipu, takut salah mengucapkannya.

“Iya, itu benar.”

“Saya kupaskan ya Pak.”

“Biar aku sendiri saja, masa mengupas pisang saja harus dilayani.”

“Yang namanya mas Seno itu orang baik dan penuh perhatian ya Pak.”

“Iya, benar.”

“Bapak ingin mengambilnya menantu?”

Pak Winarno tertawa.

“Begitu gampangkah mengambil menantu?”

“Dia kan sudah jelas kaya, ganteng, baik hati.”

“Itu bukan ukuran untuk memilih menjadi menantu,” kata pak Winarno sambil mengupas pisangnya.

***

Sekar dan Barno baru saja selesai mengurus rumah yang akan dibelinya. Mereka mampir ke bank dan melihat uangnya, lalu mengambilnya sebagian untuk tanda jadi.

“Barno, mampir ke rumah sebentar ya? Sudah lama tidak melihat rumah.”

“Iya Non, tidak apa-apa. Kan simbok masih di rumah sakit. Tapi apa Non bawa kuncinya?”

“Aku selalu membawa kunci serepnya No.”

Sekar langsung memasuki rumah, Barno ke belakang untuk mengambil air minum.

Begitu Sekar memasuki kamar ayahnya, dia terkejut melihat kunci almari ayahnya masih tergantung. Seingatnya ia tak pernah membuka almari itu setelah ayahnya ada di rumah sakit. Bibik juga pasti tak akan berani membukanya, karena ia hanya membawakan baju harian ayahnya yang tidak tersimpan di dalam almari. Barangkali bibik hanya membersihkan kamar, menata tempat tidur, tapi tidak memperhatikan almari itu, sehingga dia tidak mengatakan apa-apa. Perlahan Sekar membukanya, dan terkejut melihat laci yang ada di dalamnya sedikit terbuka, dan isinya berserakan. Ia melihat buku tabungan terletak di tumpukan paling atas. Sekar membukanya, dan melihat cetakan laporan transaksi yang masih baru.

“Oh, apakah ini yang membuat ibu menanyakan dimana uang bapak? Rupanya dia melihat ada banyak uang yang kemudian sudah ditransfer keluar, melalui hasil cetakan itu.

“Non, apakah ini buku tabungan Non?” tanya Barno sambil mengulurkan sebuah buku.

“Lho, kamu temukan di mana No?”

“Di meja diluar kamar Non.”

“Rupanya ibu telah mengobrak abrik almari bapak, dan juga almariku.”

“Permisiii …”

Barno dan Sekar bergegas keluar, dan terkejut melihat seseorang datang membawa sebuah mobil box terbuka.

“Ada apa ya?”

“Mengirimkan perabot yang dipesan ibu Yanti,” katanya sambil menunjuk ke arah mobilnya.

***

Besok lagi ya.

57 comments:

  1. Makasih Mbak Tien met malam sehat selalu

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah.. semakin dibuat deg2 an ..
    Suwun bu tien🥰🥰

    ReplyDelete
  3. Wah...Barno dpt saingan ini..🤭
    Matur nuwun bunda Tien...🙏🙏

    ReplyDelete
  4. Yang ditunggu2 telah hadirc...
    Gasik
    Maturvnuwun bu Tien
    Semoga sehat selalu
    Dan tetap semangat

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah *eSJe_23* sdh hadir…
    Terima kasih bu Tien, semoga "gebres-gebres/wahing-wahing-e" enggal ilang lan sehat seperti sedia kala demikian juga cucunda, waras-wiris, tamba teka lara lunga.
    Aamiin ya Robbal:aalamiin.

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah, maturnuwun, sehat dan bahagia selalu Bunda Tien ..

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah SEBUAH JANJI 23 telah tayang, terima kasih bu Tien salam sehat n bahagia selalu bersama keluarga. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  8. Matur nuwun mbak Tien-ku Sebuah Janji telah tayang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ternyata Seno atasan Sekar, mungkin naksir juga. Barno mendapat saingan berat.
      Kok perabot dikirim ke rumah lama, ke rumah baru dong. Jadi ketahuan saja...
      Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

      Delete
  9. Alhamdulillah
    Terima kasih bu tien
    Semoga bu tien sehat2 selalu

    ReplyDelete
  10. Matur nuwun, bu Tien

    Selamat malming untuk semua

    ReplyDelete
  11. Terimakasih bunda Tien.. Sekar sdh tayang..

    ReplyDelete
  12. Dasar Yanti .... .....beli perabotan pakai alamat rumah .....akhirnya kebusukanmu, kamu sendiri yang membukanya .......

    Ayo Barno .....jangan sampai keduluan Seno ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nanti bu Tien yg akan menjodohkan Sekar..
      dg Barno or Seno..?
      Nunggu besok lg.. eeh.. kita ketemu hr Senin ya pak Hadi..
      Bsk hr minggu libur dlu.

      Delete
  13. Waduh...Barno dan Seno, sekar pilih mana ya..
    Terimakasih, salam sehat bu Tien..

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah ..
    Matur nuwun nggih Mbak Tien ... 🌷🌷🌷🌷🌷

    ReplyDelete
  15. Pesanan Yanti.. apkh tdk salah alamat?
    Dasar hrs ketahuan.. pdhl barang" pesanan Yanti mgkn utk rmh baru dari pa Samadi.. waah tambah seruu.. Yanti hrs nunggu proses cerai dong ..
    Salam Aduhai utk bunda Tien..
    Semoga sehat dan bahagia selalu bersama kelg tercinta..

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah, matursuwun bu Tien
    Semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  17. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagida family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys, Adelina,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih bunda Tien sdh menyapa kami..
      Selamat malam..
      dan Selamat beristirahat..
      Semoga sehat selalu..

      Delete
  18. Alhamdulillah .semoga selalu sehat nggih Bunda.Maturnuwun

    ReplyDelete
  19. Waduh Sekar simpanan perhiasan mu katut digaruk Aryanti, lah jian mbok jangan kemrungsung dibeliin rumah, ini malah perabotan nya dikirimkan alamat sesuai katépé, la ya salah kirim aturan dikirim sana di rumah baru, katanya mau Selayar ke Bulukumba menikmati kue uhu uhu.
    Jadi tahu; serius banget menjadikan hati gembira loka bagai nemu istana, sampai kebocoran, huh iya seeh lama garing, jadi emosian, nggak fokus.
    Ya diberi tahu tå, kalau nggak pesan kalau ada nomer kontak nya dihubungi saja.
    Mau dikirim kemana, gitu.. tuh kan kalau gabener kan pasti ketemu kelirumologi.
    Dari mana Aryanti dapat uang buat beli perabotan, banyak lagi, apa Aryanti dapat pesangon ya, itu berarti sebenernya uang Sekar dong.
    Ah biarlah, cuma sedikit menyarankan saja sama tukang paket, toh nggak ngerti maunya.
    Yang penting sudah mengatakan tidak merasa pesan.
    Lagi menelusuri jejak-jejak berantakan seisi lemari, dua lemari lagi, siapa yang melakukan semua ini, kok kaya ayam mau menyiapkan tempat bertelur maen berantakan aja.
    Yang dicari buku tabungan lagi.

    Terimakasih Bu Tien,
    Sebuah janji yang kedua puluh tiga sudah tayang,
    Sehat sehat selalu doaku, sejahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang membelikan p Samad ya ... mas Setukliwon. Kalau sy Kamis legi...

      Delete
  20. Alhamdulillah SJ 23 sdh hadir
    semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
    Terima kasih Bu Tien sdh menyapa kami jg, semoga Ibu sehat dan bahagia selalu
    Aamiin
    Salam ADUHAI selalu

    ReplyDelete
  21. Alhmdllh, trma kasih... wah ada saingan nich Barno.....

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah SEBUAH JANJI~23 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  23. Terimakasih bunda Tien, salam sehat selalu dan aduhai.

    ReplyDelete
  24. Selamat malam bu tien mohon maaf sdh lama tidak kasih coment, belakangan saya sibuk

    ReplyDelete
  25. Matur nuwun Bu Tien sudah tayang lanjutannya sebuah janji...
    Sehat selalu ...
    Berkah Dalem Gusti 🙏🛐😇

    ReplyDelete
  26. Ketahuan deh Yanti...
    Terima kasih mbak Tien...

    ReplyDelete
  27. Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip shg SJ23 hadir bagi kami para penggandrungnya.

    Mungkin pikiran Yanti terlalu fokus mau diajak jalan2 dan Samadi ingin buktiin sbg pria yg tdk mengecewakan shg kirim perabotan yg dibelinya salah alamat kirim.
    Barno cepet lulus ya, mungkin akan ditawari kerja diperusahaan mas Seno.
    Wah jadi ribet nanti kasihan Bano.Semoga semua baik2 ...

    Tambah penasaran aja nih... Monggo dilanjut aja. Matur nuwun, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  28. Terimakasih Ibu Tien K. Sdh bisa dilanjut bacanya.

    ReplyDelete
  29. Makasih mba Tien, salam sehat selalu dan aduhai.

    ReplyDelete
  30. Teeima ksih bunda Tien.. Slmthari minggu dan isteht bersm keluarga.. Slmshr sll🙏😘😘🌹🌹

    ReplyDelete
  31. minggu seperti biasa libur tik tik
    maka malam senin tdak tayang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mr jeboel baru muncul... kmn aja ?
      Jebul dlm bhs sunda artinya datang..
      Salken.. ini bpk or ibu? ga keliatan
      mgkn sih bpk ya..tp blog nya blm lngkap..

      Delete
  32. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  33. Bu Tien....salam sehat selalu didampingi keluarga tercinta...

    Menanti sebuah janji 24....

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah....
    Akhirnya bisa menyapa Bu Tien...
    Salam sehat selalu didampingi keluarga tercinta ...

    ReplyDelete
  35. Menunggu dan menunggu lagi........ SEBUAH JANJI

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 01

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...