Thursday, August 25, 2022

SEBUAH JANJI 13

 

SEBUAH JANJI  13

(Tien Kumalasari)

 

Sekar meletakkan ponselnya ke atas meja. Wajahnya muram dan tampak sangat kesal, bahkan matanya kembali berlinang.

“Ada apa?” tanya Barno dengan tatapan prihatin.

“Sangat mengherankan ibu ini.”

“Apa yang mengherankan?”

“Dia menemui temannya, seperti yang dikatakan tadi, dan sudah ada di sana, Tapi mengapa aku disuruh menjemputnya, sementara dia bisa memesan taksi online.”

“Iya, kok aneh … biasanya juga naik taksi,” sambung bibik.

“Tadi alasannya adalah lama menunggu taksi tapi tidak segera datang, sementara ibu sudah sangat lelah.”

“Tapi tetap saja aneh. Tampaknya non Sekar harus berhati-hati. Jangan-jangan sebenarnya non Sekar mau dipertemukan dengan laki-laki yang mau dijodohkan itu,” kata bibik lagi.

Sekar menutup mulutnya.

“Benarkah begitu? Tapi bagaimana aku bisa menolak kemauan ibu ini? Dia pasti menunggu, karena dia sudah bilang aku harus menjemputnya. Nah, ini dia sudah mengirim alamatnya,” kata Sekar ketika membuka ponselnya setelah ada dering kiriman pesan singkat.

Barno meraih ponsel tersebut.

“Wah, ini jauh.”

“Apa yang harus aku lakukan?” Sekar tampak panik.

“Nggak usah dijemput saja Non, paling nanti dia hanya marah.”

“Aduh, aku takut kalau ibu marah.”

“Begini saja. Non berangkat menjemput, saya kira tidak apa-apa.”

“Jadi aku tetap harus menjemput ibu?”

“Saya akan mengikuti Non dari belakang. Kalau ada hal yang membuat Non tidak suka, Non langsung pergi saja. Saya akan ada di dekat tempat di mana ibu menyuruh Non menjemputnya.”

Bibik mengangguk lega, mendengar Barno ingin mengikuti non cantiknya.

“Aku kok jadi khawatir mendengar kata-kata bibik tadi.”

“Maaf Non, bibik hanya mengira-ira. Jangan cemas. Semoga tidak terjadi apa-apa.

Sekar mengangguk, kemudian berganti baju untuk bersiap berangkat. Ada rasa lega ketika Barno ingin mengawalnya.

“Simbok membuat non Sekar takut,” tegur Barno setelah Sekar masuk ke kamarnya.

“Simbok tidak bermaksud menakut-nakuti. Kan simbok bilang ‘jangan-jangan’.”

“Tapi itu membuat Non jadi takut.”

“Ya, maaf, simbok kelepasan bicara.”

“Ya sudah mbok, saya bersiap di depan ya. Semoga tidak terjadi hal-hal yang mengkhawatirkan.”

“Aamiin. Hati-hati ya Nak.”

***

Ketika bibik mengantarkan teh hangat ke kamar pak Winarno, dilihatnya majikannya sudah terjaga.

“Kamu bik ?”

“Iya, Pak. Ini tehnya, apa mau diminum sekarang? Sambil tiduran tidak apa-apa. Saya bawa sedotan ini Pak.”

“Iya, baiklah.”

Bibik membantu pak Winarno meminum teh hangatnya.

“Anakmu masih ada di sini?”

“Mm … masih Pak.”

“Mana Sekar?”

“Non Sekar … sedang menjemput ibu.”

“Menjemput? Tak biasanya dia minta dijemput.”

“Saya juga tidak tahu, tadi telpon non Sekar, minta dijemput, begitu.”

“Aku kasihan sama Sekar.”

Bibik menatap majikannya, yang menatap ke arah langit-langit kamar.

“Ibunya terlalu menekan dia.”

Bibik tak menjawab. Itu memang benar. Tapi bibik sungkan mengomentari. Dia kan hanya pembantu.

“Tapi Sekar itu kan selalu menutupi apa yang dirasakannya. Aku tahu dia tertekan, tapi pura-pura bahagia.”

Pak Winarno diam sejenak.

“Aku sedih memikirkannya.”

“Bapak jangan sedih. Non Sekar sudah besar. Sudah dewasa. Kalau Bapak sedih, non Sekar pasti juga akan sedih,” akhirnya bibik bersuara.

“Apa kamu menyayangi anakku?”

“Mengapa Bapak meragukannya?  Saya menyayangi non Sekar seperti anak saya sendiri.”

“Benarkah?”

“Dengan sepenuh hati saya. Bapak tidak usah khawatir.”

“Terima kasih Bik. Berarti dia tidak kekurangan kasih sayang.”

“Tentu saja Pak. Kita semua menyayangi non Sekar. Non Sekar gadis yang baik. Hatinya sungguh mulia, penuh kasih sayang kepada siapa saja.”

“Dia kebanggaanku. Aku berharap dia akan bisa melanjutkan kuliahnya.”

“Semoga bisa Pak.”

“Tapi aku tidak lagi punya uang yang cukup untuk itu. Yanti selalu merasa kurang. Aku hanya mengambil sedikit untuk uang saku.”

Bibik menghela napas prihatin. Ia juga kesal atas sikap majikannya yang satu itu.

“Keinginan yang baik dan mulia, pasti akan diridhoi oleh Allah Yang Maha Pengasih.”

“Aamiin,” kata pak Winarno dengan suara gemetar.

“Bapak ingin makan apa? Ada roti pisang kesukaan Bapak. Tadi non Sekar membelinya.”

“Tidak sekarang bik, nanti saja kalau Sekar sudah pulang.”

“Baiklah Pak.”

“Barno mana?”

“Barno … “ bibik ragu-ragu mengatakannya. Ia tak ingin majikannya khawatir, mengapa Barno harus mengawalnya, seperti Sekar benar-benar dalam bahaya saja.

“Belum pulang kan? Kamu bilang belum pulang.”

“Benar, tadi pamit keluar sebentar, entah kemana dia. Nanti kalau datang saya suruh ketemu Bapak.”

Pak Winarno mengangguk.

“Ya sudah, tinggalkan saja aku. Jangan lupa Barno suruh menemui aku sebelum pulang.”

“Baiklah Pak.”

***

“Minar, kamu tidak pulang?” tanya Ari yang bersiap mau pulang.

“Aku menunggu mas Samad dulu.”

“Lhoh, bukannya mas Samad mau pulang malam?”

“Oh, ya ampuun….”

Minar menepuk jidatnya sendiri karena lupa.

“Aku lupa … ya udah, aku cari taksi dulu.”

“Nggak usah, aku antar aja Minar.”

“Biasanya kamu ngantar Yanti?”

“Yanti udah pulang dari tadi, ada urusan katanya.”

“Oh ya?” jawab Minar tampak tak suka.

“Iya, katanya ada urusan, begitu.”

***

“Aku kok merasa aneh ya. Kenapa kalau Yanti ada urusan, kebetulan suami aku juga pas ada urusan?”

“Ya ampun, kamu curiga?”

"Iya lah, apa pun … di mana mas Samad ada urusan, pasti Yanti juga pasti tidak pulang bersama kamu. Yang ada urusan lah, yang apa lah.”

“Mungkin hanya kebetulan saja. Bukan masalah kan?”

“Kalau memang tidak ada apa-apa, memang bukan masalah. Tapi kalau ada apa-apa?”

“Minar, sebaiknya tidak mengisi hatimu dengan segala macam kecurigaan. Yanti juga kan punya suami. Masa sih dia mau macam-macam?”

“Suami kan hanya status. Apa benar dia sungguh-sungguh setia kepada suaminya? Setia dan menjaga perkawinannya?”

“Maksudku, jangan kamu menyakiti diri kamu dengan rasa curiga. Sementara semua itu belum tentu benar. Apalagi Yanti kan teman kita juga.”

“Kamu bisa menyalahkan aku, karena kamu tidak tahu siapa mas Samad.”

“Ayo lah Minar, jangan lagi berpikir yang tidak-tidak. Aku kira Yanti begitu karena suaminya sakit.”

“Kemarin kamu bilang bahwa sebenarnya nggak sakit.”

“Aku curiga, dia bohong.”

“Mengapa suami sakit bilang enggak?”

“Bisa jadi karena nggak mau merepotkan aku.”

Minar terdiam. Wajah cantik Yanti lah  sebenarnya yang membuat dia khawatir. Bukankah suaminya seorang penggemar wajah cantik? Lagipula Yanti terlihat sangat akrab dengan suaminya. Begitu juga suaminya, selalu menampakkan sikap manis di depan Yanti.

“Sudah, ini sudah sampai rumah kamu. Jangan berpikir yang tidak-tidak,” kata Ari sambil menghentikan mobilnya, sementara Ari terus saja berlalu.

Minar melangkah ke rumah dengan langkah gontai. Ia ingin percaya pada suaminya, tapi sikap manis sang suami kepada Yanti sangat membuatnya tidak senang.

Begitu masuk ke dalam rumah, Minar segera menelpon suaminya. Semenit lebih dia menunggu, baru ada jawaban, dan tampaknya dengan nada kesal.

“Ada apa sih Minar?”

“Mas lagi ngapain?”

“Ini lagi ada rapat penting, jangan mengganggu supaya konsentrasiku tidak buyar.”

Minar menutup ponselnya. Nada suara suaminya tidak semanis biasanya, seperti setiap kali dia sedang merajuk.

Kesal, Minar mencoba menelpon lagi, tapi ponsel suaminya sudah mati.

***

Bibik bolak balik melangkah ke depan rumah, tapi dengan kecewa dia masuk kembali ke belakang. Ia heran Sekar perginya lama sekali. Apa yang sebenarnya terjadi?

Lalu Bibik menelpon Barno.

Ketika ponsel Barno dibuka, bibik mendengar suara hiruk pikuk lalu lintas. Tapi Barno menjawab diantara hiruk pikuk itu.

“Ya Mbok? Ada apa? Bapak tidak apa-apa kan?”

“Tidak, simbok menunggu, kok lama sekali non Sekar perginya?”

“Barno juga sedang menunggu, entah mengapa lama sekali mereka tidak muncul.”

“Jangan-jangan ibu sudah pulang.”

“Tidak, sepertinya ada, tadi aku melihat sekilas ada di teras sebuah rumah, lalu masuk bersama non Sekar.”

“Bukankah tadi bilang mau dijemput dan ingin segera pulang?”

“Entahlah. Coba simbok telpon non Sekar, aku juga sudah capek menunggu ini mbok.”

“Kenapa bukan kamu saja yang menelpon? Bukankah kamu sudah tahu berapa nomor telponnya?”

“Jangan aku mbok, sungkan aku. Apalagi kalau nanti ibu tahu bahwa aku lah yang menelponnya.”

“Baiklah, simbok akan menelponnya.”

Lalu simbok beranjak ke belakang untuk mengambil ponselnya.

Tapi begitu panggilan itu diangkat, ternyata yang mengangkat adalah Aryanti.

“Ini kamu Bik?”

“Oh, iya Bu, mana Non Sekar?”

“Untuk apa kamu nanya-nanya Sekar?”

“Tadi itu non Sekar kan pamit untuk menjemput Ibu, tapi kok lama sekali tidak pulang, apalagi Ibu bilang ingin segera pulang.”

“Kamu itu tahu apa? Memang benar tadi Sekar aku suruh menjemput karena aku kelamaan menunggu taksi, tapi ternyata temanku masih meminta aku kembali karena ada yang harus dibicarakan.”

“Oh, begitu ya? Apakah Ibu pulangnya masih lama?”

“Bik, kamu itu kan hanya pembantu, jadi tidak berhak mengurus apa keperluan majikan. Mengerti?”

“Soalnya Bapak kan sedang sakit Bu, jadi_”

“Stop, dan jangan menelpon lagi. Bilang saja pada Bapak kalau Sekar sedang menjemput ibunya.”

“Tapi_”

Bibik tak sempat mengucapkan apapun, karena Yanti langsung menutup ponselnya.

Simbok semakin gelisah. Sepertinya ada yang tak beres. Lalu ia menelpon kembali anaknya.

“Bagaimana Mbok?”

“Sepertinya ada yang tidak beres.”

“Tidak beres kenapa Mbok?”

“Aku menelpon non Sekar, tapi yang menerima adalah bu Yanti. Dia marah-marah karena aku menanyakan non Sekar.”

“Apa Simbok tidak menanyakan, bukankah tadi ingin buru-buru pulang?”

“Sudah, jawabnya adalah simbok ini hanya pembantu, tidak pantas ikut mengurusi majikan, begitu antara lain yang dikatakannya.”

“Ada apa ya?”

“Kamu tidak masuk saja ke dalam dan menanyakannya?”

“Aku menunggu di jalan, tidak tepat di depan rumahnya, tertutup pohon besar, kalau seandainya ada yang keluar dari sana, tak mungkin bisa melihat aku.

“Tapi perasaanku nggak enak No.”

“Sebentar Mbok, itu bu Yanti sepertinya sudah keluar.”

“Syukurlah kalau begitu, berarti non Sekar juga segera keluar. Ya sudah, hati-hati di jalan No.”

“Sebentar mbok … sebentar ….”

“Ada apa No?”

“Itu, bu Yanti ternyata sudah memesan taksi, sekarang dia naik taksi.”

“Lha non Sekar?”

“Tidak keluar Mbok.”

“Waduh, tidak bisa dibiarkan No, kamu harus mencarinya ke rumah itu.”

“Baiklah, sekarang, mau tidak mau aku harus masuk, perasaanku juga tidak enak mbok.”

“Aduuh, iya … cepatlah le.”

Bibik menutup ponselnya, tapi tiba-tiba dilihatnya sebuah mobil berhenti. Simbok urung masuk kedalam rumah.

“Itu seperti mobil teman ibu yang setiap pagi menjemput.

Dan memang benar, Ari turun dari mobil dan melangkah mendekati bibik yang masih berdiri di depan teras.

“Selamat sore Bik.”

“Sore Bu.”

“Bu Yanti ada?”

“Oh, bu Yanti belum pulang.”

“Oh, belum ya. Kemana dia?”

“Saya tidak tahu Bu, semenjak pagi tadi pergi bersama ibu, sampai sekarang belum pulang juga.”

“Oh, begitu ya. Bagaimana keadaan bapak?”

“Bapak masih sakit Bu.”

“Jadi bapak sakit?”

“Sudah tiga hari ini bapak sakit.”

“Lho, Yanti bilang tidak apa-apa, katanya hanya masuk angin?”

“Masuk angin bagaimana Bu, sampai dibawa ke dokter segala sama non Sekar, sekarang juga masih terbaring di kamar.”

“Ya ampun, mengapa Yanti membohongi aku ya. Dan sekarang malah pergi kemana dia? Padahal pulang dari warung sudah lama, aku kira sudah sampai di rumah.”

“Belum Bu.”

“Memangnya pak Winarno sakit apa?”

“Beberapa hari yang lalu sempat panas, lalu sesak napas juga. Sudah dibawa ke dokter, tapi belum kelihatan berkurang sakitnya.”

“Yanti kok begitu ya,” gumam Ari.

“Bu Yanti seperti tidak memikirkan sakitnya bapak, non Sekar yang kebingungan setiap hari.”

“Baiklah Bik, aku mau pulang dulu. Setelah istirahat aku mau ke sini lagi, syukur-syukur bu Yanti sudah pulang.”

“Baiklah Bu.”

Ari melangkah pergi dengan penuh tanda tanya.

Bibik yang kebingungan karena belum mendapat kabar lagi dari Barno, ingin kembali menelponnya. Tapi tiba-tiba sebuah taksi berhenti. Bibik melihat Yanti turun dari taksi sendirian. Persis seperti yang dikatakan Barno, bahwa bu Yanti pulang sendiri dengan naik taksi. Tapi bibik pura-pura tidak tahu.

“Mengapa kamu berdiri di situ?” tegur Yanti tak senang.

“Barusan ada tamu.”

“Tamu siapa?”

“Teman Ibu yang sering menjemput Ibu kalau pagi.”

“Oh, bu Ari? Ngomong apa dia?”

“Tidak ngomong apa-apa, hanya menanyakan Ibu, saya jawab kalau belum pulang.”

Yanti terus masuk ke dalam rumah.                                                                                                                                       

“Bu, non Sekar mana?”

Yanti menghentikan langkahnya.

“Bukankah tadi menjemput ibu?”

“Tadi sudah aku suruh pulang lebih dulu karena kamu menelpon dia. Apa belum sampai?”

Simbok tertegun. Wajahnya mendadak pucat pasi.

***

Besok lagi ya.

53 comments:

  1. Replies
    1. Alhamdulillah....walaupun mbk Tien posisi di Batu,Malang tetep tayang,Matur nuwun mbk Tien

      Delete
    2. Terima kasih Mbak Tien, meski posisi di Malang, tetap tayang. Sampai ketemu di Malang Mbak ku sayang.

      Delete
  2. Alhamdulillah SEBUAH JANJI 13 telah tayang, terima kasih bu Tien salam sehat n bahagia selalu bersama keluarga. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah sudah tayang....sehat selalu Bu Tien

    ReplyDelete
  4. Lho ya Non Cantiknya hadir...😍

    Matur nuwun bunda Tien..🙏

    ReplyDelete
  5. Aduh, ceritanya seru....
    Terima kasih mbak Tien...

    ReplyDelete
  6. Matur nuwun nu Tien SJ13 sudah tayang...salam Aduhai

    ReplyDelete
  7. Yang ditunggu² sudah hadir. Matur nuwun sanget Bu Tien....

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah sudah tayang....
    Matur nuwun bunda Tien cantik.
    Sehat selalu Buncan 😘❤😘❤😘❤

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah sdh tayang ... trimakasih bu Tien ... semoga seldlu sehat

    ReplyDelete
  10. Mudah²an bu tien buat adegan aduhai, samad kena bogem barno. Bug bag bug ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. tp deg degan juga ini... krn ibu tirinya sdh lama pulang naik taxi..
      menyerahkan Sekar sendirian dg kucing garong.. tega sekali
      Semoga Barno bs menyelamatkan Sekar..

      Delete
  11. Alhamdulillah SEBUAH JANJI~13 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah, matursuwun bu Tien SJ 13 sdh tayang, semoga sehat selalu. Aamiin

    ReplyDelete
  13. Matur nuwun mbak Tien-ku Sebuah Janji telah tayang.
    Jadi berdebar ni jantung, dibawa kemana non yang baik.
    Tunggu besok lagi ya...
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah..
    Bacanya di kereta menuju Malang in Sya Alloh
    Terima kasih nggih Mbak Tien 🌷🌷🌷🌷🌷

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  16. Nih seru, mulai menggiring kemana dia mau, kelihatan Tante lega setelah merampas hape Sekar, switch off.
    Sekar terlalu takut sama Tante Yanti, biasa ajaran moyang, kualat kalau berani sama orang tua.
    Nah lho, ketuk pintu kapten muslihat yang nampak ditanya mana Sekar, mungkir dia nerobos masuk terdengar suara sesenggukan.
    Nah benar kata simbok, kali ini nggak takut dicubit simbok yang bukan maen sakitnya, Barno pede aja karena iramanya sama kawatir,
    simbok dan Barno.
    Pakai berantem nggak ya, asyik kalau pakai berantem kaya suporter bola, Barno pasti yang disalahin kalau sampai kalah dia kan penjaga gawang,
    Tante Yanti sewot ngedenger pertanyaan simbok, karena Sekar menjemput Yanti tapi kok pulang sendiri, terus Sekar nggak pulang².

    Nah tuh Sekar sudah sampai rumah, datang sama Barno pas Ari sudah ada disana ketemuan sama Yanti, heboh donk, iya biasalah emak² ngerumpi jadi Ari tahu Yanti bohong dan sadis sama suami dan anak tiri nya, apa yang diimpikan dari Yanti.
    Kerèn nya lagi kalau Barno berani langsung laporan pandangan mata didepan Ari; sang Tante Yanti mengurung Sekar dengan orang setengah baya di sebuah rumah.
    Gempa bumi dah, tapi Winarno kan sakit.

    Ah kurang seru, nanti aja di take berikutnya, ini bagian mua sudah siap belum; biar kelihatan pahlawan, muka Barno dikasih warna biru biru disana sini.
    Biar kelihatan heboh.

    ADUHAI

    Mantap deh dihati Sekar, ini nich pahlawan hatiku.


    Terimakasih Bu Tien,
    Sebuah janji yang ke tiga belas sudah tayang,
    Sehat sehat selalu doaku,
    Sejahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  17. Ya Alloh selamatkan lah Sekar semoga TDK terjadi apa2.....trims Bu tien

    ReplyDelete
  18. Semoga Yanti selamat.
    Makasih mba Tien.
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  19. alhamdulillah.... Terima kasih Bu Tien.

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah Sebuah Janji Eps 13 sudah tayang.
    Matur nuwun mbak Tien dan salam sehat.
    Semoga mbak Tien selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Aamiin YRA

    ReplyDelete
  21. Alhamdullilah ahkirnya tayang jg SJ 13..trima ksih bunda.. Slmsht sll🙏🥰🌹

    ReplyDelete
  22. Aduuuuh! Apakah yang terjadi padamu sekar?

    ReplyDelete
  23. Aduh di kasih u bayar ke pak Samadi ..dasar ibu tiri sinting..di talak aja oleh bpk Sekar ..sinting..hahahah Makasih Bu Tien Gemes

    ReplyDelete
  24. Belum nongol SJ-14 ya?
    Mudah²an mbak Tien sehat-sehat saja

    ReplyDelete
  25. Sambil menunggu Bu Tien pulang dari batu mari kita doakan semoga bu Tien selalu dalam keadaan sehat walafiat dan dalam lindungan Allah SWT...Aamiin YRA. Insyaallah Sekar pasti selamat kan ada Barno..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin.....
      semoga Bu Tien sehat selalu....
      sekar jg aman...ada Barno

      Delete
  26. Terimakasih Bunda Tien cerbung SJ 13 dah tayang dan semakin seruuuuu
    sehat-sehat selalu Bun....🙏🥰🌹

    ReplyDelete
  27. Met malam bu tien , semoga bu tien sehat sehat ya bun... salam ...

    ReplyDelete
  28. Selamat malam semua, bunda Tien masih capai, sampai jumpa hari Senin.

    ReplyDelete
  29. Alhamdulilah.. serasa mimpi sy bs bertemu & bersapa dg sang idola kita bunda Tien Kumalasari.. dlm acr Jumpa Fans WAG pctk.. yg mepersatukan para penggemar cerbung bu Tien Kumalasari menjadi suatu komunitas yg berbeda suku, pendidikan, agama, umur dll
    Terimakasih bunda Tien. sdh .berkenan hadir di JF ke 3 di Batu-Malang 26-27 Agustus 2022 dan memberikan kuis utk para penggemarnya sambil wisata alam.. Serrruuu ..

    ReplyDelete
  30. Mohon izin ya pa Hadi Sujarwo.. utk share kesan" yg bp ungkapkan di WAG pctk di blog bunda Tien..

    *Kesan dan kenangan Jumpa Fans 3 PCTK -* *Batu, Malang 26 - 27 Agustus 2022*

    *Luwar biasa*

    Luar biasa, ini suatu keunikan yang luar biasa.
    Sebuah pertemanan yang direkatkan oleh karena suatu hobby yang sama. Karena memiliki idola yang sama.
    Dimulai dengan canda dan tawa, melepaskan rasa lelah dan kejenuhan akibat rutinitas se hari². Lambat laun rasa kebersamaan saling bertaut. Walaupun ber beda², namun merasa menjadi satu dan menghapus perbedaan yang sifatnya duniawi.
    Yang senada dan seirama semakin terekat, yang memiliki perbedaan dan bisa jadi merasa berbeda mengeleminasikan diri.
    Suatu pertemanan yang terasa unik karena masing² individu saling tidak mengenal satu sama lain sebelumnya, tidak mengetahui latar belakang kehidupan serta semua yang melekat besertanya.

    Namun disaat pertemuan itu tiba, seakan terasa perjumpaan para sahabat lama yang sekian lama tak bersua.
    Luar biasa ....hanya itu satu kata yang mampu terucap dengan seribu arti dan makna.
    Kita seakan berada dalam lingkaran cakrawala penuh makna.
    Terasa terekat bagaikan saudara. Semua perbedaan terabaikan, lebur dalam satu komunitas baru. Komunitas yang berangkat dari hobby membaca yang sama.
    Ternyata mampu terekat erat bagai saudara, sesuai dengan tema dan jargon kita semua *SÊDULURAN SAKLAWASÉ*

    Semoga pertemanan ini membawa kehangatan dan manfaat dalam menghabiskan sisa usia yang tidak selamanya kita hidup didunia fana.

    Sekaligus apreasi dan ucapan terima kasih atas pelayanan para saudara dari Malang, yang telah mencurahkan waktu, tenaga, pikiran dan segalanya, demi terselenggaranya pertemuan luar biasa ini.
    Hanya Yang Maha Kuasa yang bisa membalas semua kebaikan ini.
    Tak lupa juga kami ucapkan selamat atas julukan baru untuk saudara kita mbak Lina Pratikni yang mendapat gelar baru *Lini O A* yang siap meng obong acara . ..🤪🤪🤪🤭

    Nuwun 🙏

    ***

    Batu, 27 Agustus 2022.
    🙏🙏

    ReplyDelete
  31. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  32. Bu Tien kenapa ya.... semoga sehat2 selalu. Aamiin yra

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin.. bunda Tien kemarin sehat" bugar dan tetap ceria.. ada bersama kami di acara Jumpa Fans WAG PCTK (penggemar cerbung Tien Kumalasari) di Batu-Malang 26-27 Agustus 2022

      Delete
  33. Ayo mbak Iswatun Purwanto, kirim data ke mb. Nur 'aini , ditunggu.

    ReplyDelete
  34. Kalo boleh saya juga mau bergabung ke WAG pctk

    ReplyDelete
  35. Tidak ketemu 3 hari dengan neng Sekar, sdh kangen berat hik 🤭

    ReplyDelete

BULAN HANYA SEPARUH

BULAN HANYA SEPARUH (Tien Kumalasari) Awan tipis menyelimuti langit Lalu semua jadi kelabu Aku tengadah mencari-cari Dimana bulan penyinar a...