Saturday, April 16, 2022

BUKAN MILIKKU 40

 

BUKAN MILIKKU  40

(Tien Kumalasari)

 

“Sebentar, ini dari siapa?” tanya pak Siswanto heran, dan membiarkan dering panggilan itu.

“Terima saja Pak, siapa tahu penting," timpal bu Siswantu.

“Hallo,” sapa pak Siswanto akhirnya.

“Bapaaak,” sebuah suara tangisan menggelitik kupingnya.

“Siapa ?”

“Bapaaak, saya Kori pak.”

“Kori? Ada apa?”

“Bapaak, tolonglah saya Pak, saya tidak mau dipenjara.”

“Lhoh, apa maksudmu? Kalau kamu tidak bersalah, pasti tidak akan dipenjara.”

“Bapak kan punya banyak uang. Tolong keluarkan saya Pak.”

“Apa? Tidak … tidak … aku tidak mau. Aku kecewa sama kamu. Jadi jalani saja apa yang harus kamu terima.”

“Sampai hati Bapak melihat saya dipenjara?”

“Itu jalan yang kamu pilih. Aku kecewa. Keinginan untuk menyenangkan kamu ternyata tidak menghasilkan apapun. Kamu melakukan hal buruk dan nyaris membunuh cucuku.”

“Maaf Bapak, saya hanya tidak ingin kehilangan mas Sapto.”

“Kamu tidak akan kehilangan kalau kamu diam dan menerima apa yang terjadi. Sekarang kamu benar-benar akan kehilangan. Itu urusan kamu.”

“Bapak benar-benar tidak mau menolong Kori? Kori berjanji akan merawat bayi itu Pak, Kori bersedia berdampingan dengan Retno, menerima apa yang harus saya terima.”

“Sudah terlambat.”

“Bapaaak, tolong Pak, ampuni saya,” Kori terus meraung.

“Jangan lagi menghubungi aku.”

Lalu pak Siswanto menutup pembicaraan itu.

“Kenapa Kori?”

“Dia minta aku membantunya, mengeluarkannya. Aku tidak mau, lagian mana bisa, dia sudah berurusan dengan yang berwajib.”

“Dia minta begitu, karena Bapak kelewat menyayangi dia.”

“Aku mengakui, memang sangat menyayangi dia. Maksudku melakukan semua itu, juga untuk dia. Tapi sekarang aku sadar, bahwa yang aku lakukan itu salah. Aku juga berdosa ingin memisahkan Retno dengan Sapto. Aku membuat Retno tersiksa, dan membuat Sapto marah sekali sama aku. Aku harus meminta maaf. Ini semua salahku.”

“Ya sudah, nanti meminta maaf pada mereka, tapi Bapak harus memohon ampun kepada Allah Yang Maha Kuasa. Apa yang Bapak lakukan itu tidak benar.”

“Iya Bu.”

“Sekarang Bapak ganti pakaian dulu, sepertinya Budi sudah selesai makan.”

***

Sapto mendorong kursi roda dimana Retno duduk di atasnya. Sapto juga memegangi botol  infus yang masih terpasang, karena dokter belum mengijinkan untuk melepasnya. Mata Retno berbinar, lalu air matanya kembali menitik, ketika melihat Qila tergolek di dalam inkubator. Ia merasa lega ketika dokter anak mengatakan perkembangan yang baik atas kesehatan Qila.

“Cepatlah sembuh ya nak, lalu kita pulang,” bisiknya.

Bayi itu tampak bergerak-gerak, lalu membuka matanya sebentar. Barangkali ia ingin menyambut kata ‘pulang’ yang diucapkan ibunya, dan itu membuatnya senang.

Retno tersenyum, sementara Sapto melambaikan tangannya.

“Cepatlah sembuh, dan tumbuh besar. Kelak aku akan meminta ibumu agar rambutmu dibiarkan panjang lalu dikepang dua,” bisik Sapto yang tidak dimengerti Retno.

“Mas bilang apa? Mengapa ingin rambut Qila dikepang dua?”

“Aku ingin melihatnya, seperti apa kalau dia bisa berlari-lari kecil dengan rambut dikepang dua.”

“Kok tiba-tiba ingin begitu?”

“Ia pernah datang dalam mimpiku.”

“Apa?”

“Sungguh lucu. Nanti saja aku ceritakan. Lihat, matanya berkedip-kedip.”

“Dia cantik kan? Hidungnya mancung, bibirnya tipis, matanya bening, kulitnya putih bersih.”

“Dia seperti kamu,” kata Sapto.

“Benarkah?”

“Kamu juga harus segera sehat, supaya bisa segera pulang.”

“Aku tidak mau pulang, sampai Qila boleh dibawa pulang.”

“Baiklah, semoga kalian bisa segera pulang.”

“Kita akan pulang kemana?”

“Ke rumah kita dong. Gimana sih kamu?”

“Bukankah pak Siswanto tidak suka sama aku, bahkan ingin agar kita segera bercerai?”

“Tidak Retno, kamu tetap menjadi menantuku,” sebuah suara mengejutkan mereka berdua.

Sapto dan Retno menoleh, dan melihat pak Siswanto sudah berada dibelakang mereka, diikuti oleh bu Siswanto.

“Bapak?” sapa Sapto, sementara Retno menundukkan wajahnya.

“Bapak merasa bersalah sama kamu Retno," kata pak Siswanto sambil berdiri dihadapan Retno yang kemudian mengangkat wajahnya. Ditatapnya wajah ayah mertuanya, yang tampak teduh dan bersahabat. Retno mengerutkan dahinya, tak percaya.

“Retno, maafkan Bapak ya? Kamu jangan membenci Bapak. Bapak banyak salah, Bapak sangat kotor dan tak berharga,” bisiknya sambil berlinang air mata, bahkan kemudian  menjatuhkan dirinya berlutut dihadapan menantunya. Retno terkejut, dengan kedua tangannya ia mengangkat tubuh ayah mertuanya.

“Jangan begitu, saya berdosa kalau membiarkan Bapak berlutut di depan saya.”

“Maukah kamu memaafkan Bapak?” katanya menahan isak.

“Retno sudah memaafkannya sebelum Bapak memintanya. Retno tahu siapa diri Retno ini.”

“Kamu adalah permata dalam keluargaku. Kamu membuat hidup kami semarak dengan hadirnya Qila, cucuku. Kamu adalah menantuku, wanita terbaik bagi Sapto,” katanya sambil memegangi pundak Retno.

“Terima kasih, Bapak.” Tak urung Retno juga menitikkan air mata melihat sikap ayah mertuanya.

“Lihatlah Pak, itu cucu kita?” kata bu Siswanto untuk mengalihkan suasana haru yang menyesakkan dadanya juga.

“Ya Allah. Karunia terbesarku. Dia sehat kan? Dia hampir celaka karena ulah wanita jahat itu,” kata pak Siswanto sambil terus menatap Qila yang sekarang sudah kembali tertidur.

Sapto hanya terdiam. Tenggelam dalam perasaan yang mengharu biru. Dalam bahagia yang membuncah, karena merasa memiliki keluarga yang utuh dan penuh cinta kasih, tak ada lagi kebencian yang menggigit rasa.

***

“Mengapa kamu baru sekarang datang? Kamu senang melihat aku ditahan ya?” pak Kartomo marah-marah ketika bu Kartomo menjenguknya pada keesokan hari.

“Aku tidak tahu caranya, ini juga karena diantar pak RT. Dia banyak memberi petuah sama aku, menceritakan semuanya, dan berharap aku bisa menerimanya.”

Pak Kartomo terdiam.

“ Bagaimana keadaan Bapak? Aku bawakan makanan nih, makanlah.”

“Keadaanku, sudah jelas tidak baik. Mengapa aku harus ikut ditahan? Pelaku sebenarnya ya menantunya pak Siswanto itu. Aku hanya disuruh.”

“Bapak membantu sebuah kejahatan, ya berarti Bapak melakukan kejahatan. Malah membawa-bawa yu Semi juga, dan keponakan yu Semi. Ya kan?”

“Kamu sudah tahu semuanya?”

“Pak RT sudah mendatangi kantor polisi dan mendengar semuanya. Demi uang, Bapak dan mereka tega melakukan hal yang sangat kejam. Aku malah belum ketemu Retno, tidak tega mengabarkan semua ini. Dia masih lemah.”

“Kasihan Semi,” keluh pak Kartomo.

“Ya itulah, karena tergiur uang, dia mau membantu melakukan kejahatan. Bapak mengira, akan bisa bersenang-senang bersama Semi setelah menerima uang banyak kan?” kata bu Kartomo sambil berlinang air mata.

“Lakukan sesuatu Bu, kamu punya uang kan?”

“Maksud Bapak apa? Uang untuk apa? Menyogok, agar Bapak dikeluarkan dari tahanan, dan terbebas dari perkara ini? Apa itu bisa?”

“Bicaralah sama polisi.”

“Tidak, aku tidak mau. Nanti aku malah ikutan dipenjara. Ya sudah, jalani saja, aku sudah bicara sama pak RT, kata pak RT semua diserahkan kepada yang berwajib saja. Aku juga bicara soal uang, tapi pak RT melarangnya. Aku sebenarnya sedih Pak. Biarpun Bapak itu sama saya sering membentak-bentak, tidak pernah menghargai, bahkan membohongi aku, tapi ketika bapak mengalami hal seperti ini sehingga harus berurusan dengan polisi, aku sedih pak, Kamu itu suamiku, berpuluh-puluh tahun kita hidup bersama, aku terima saja apa perlakuan Bapak terhadap aku dan Retno. Aku rela menerimanya, tapi ketika  sekarang menjadi begini, aku tetap saja ikut terluka. Tapi ...  mau bagaimana lagi?”

“Aku tidak mau dipenjara …” rintih pak Kartomo.

“Siapa yang menanam akan mengunduh buahnya. Jalanilah semuanya dan bertobat Pak, hanya itu yang bisa Bapak lakukan sekarang.”

“Temuilah Semi, katakan aku minta maaf,” tak urung menitik juga air mata Kartomo.

Ada rasa mengganjal dihati bu Kartomo mendengar permintaan suaminya, tapi tak sampai hati menolaknya.

Bergunakah tangis setelah sesal menderanya? Tapi air mata adalah tumpahan rasa. Ada sedih, duka, bahkan senang dan bahagia, tercurah dari sana.

***

“Nak Yudi, ternyata Wuri tidak perlu di operasi, karena hanya retak, dan katanya hari ini sudah boleh pulang,” kata Bu Mantri yang tampaknya baru saja dari kantor administrasi.

“Hanya retak bu? Syukurlah. Jadi bisa di gips saja, tidak usah operasi.”

“Senang saya Nak. Dan syukur juga nak Wahyudi selalu membantu keluarga saya.”

“Tidak apa-apa Bu, kita bukan orang lain kan, bertetangga sejak Wuri masih kecil.”

“Lha iya Nak. Sebenarnya terbersit keinginan saya untuk mengambil nak Yudi sebagai menantu lho.”

Wahyudi terkejut, tapi dia tertawa lirih.

“Wuri sudah seperti adik saya Bu.”

“Saya ini berhutang banyak sama nak Yudi. Dan sebetulnya saya mau mengucapkan terima kasih. Tadi saya mau membayar beaya perawatan Wuri, ternyata sudah lunas sampai hari ini. Bagaimana saya harus membalas semua ini?”

Wahyudi menatap bu Mantri dengan heran.

“Tapi Bu, saya tidak pernah membayar apapun, kecuali saat masih perawatan di UGD.”

“Lhoh, kok tadi saya mau bayar, karena katanya mungkin sudah boleh pulang. Maksud saya tuh, kira-kira berapa, uang saya cukup enggak, tapi mereka bilang sudah lunas sampai hari ini?”

“Tapi bukan saya Bu. Wuri sendiri barangkali.”

“Wuri dapat uang dari mana?”

“Mungkin … dia … “

“Dia siapa Nak?”

“Mas Budiono.”

“Waduh, kapan dia datang kemari? Dari kemarin saya tidak melihatnya.”

“Nanti akan saya tanyakan.”

“Baiklah, tapi yang saya bicarakan tadi masih berlaku lho Nak.”

“Tentang apa Bu?”

“Bahwa saya ingin menjadikan nak Yudi sebagai menantu saya. Biarpun umur terpaut jauh, tapi tidak mengapa kan, yang penting bisa saling mengerti. Saya pikir Wuri kok cocoknya sama nak Yudi.”

“Ibu, percayalah bahwa kalau memang jodoh, pati akan bisa bersatu. Tapi saya belum bisa mengatakan bahwa saya bersedia Bu, apalagi yang menjalani kan Wuri. Kita lihat saja, apakah kami memang berjodoh.”

“Ya … ya, saya bisa mengerti. Tapi susah ya, mencari orang baik seperti Nak Yudi.”

“Ibu bisa saja. Soalnya Ibu hanya mengenal saya saja.”

“Baiklah, entah bagaimana nanti, saya juga belum bicara sama Wuri.”

Mereka sudah sampai di kamar rawat Wuri, dan Wuri tampak sedang bersiap-siap.

“Susah jadinya. Aku harus berjalan dengan memakai kruk,” keluh Wuri.

“Tidak apa-apa, kan hanya sementara.”

“Yang aku pikirkan ialah bagaimana caranya membantu Ibu? Dengan keadaan ini, apa aku bisa pergi ke pasar?”

“Aduuh, kamu tidak usah memikirkan hal itu. Ibu pasti bisa mengatasinya.”

***

Retno sangat terkejut ketika ibunya datang sambil menangis dan mengatakan bahwa ayahnya ditahan polisi sejak dua hari lalu.

“Jadi bapak juga terlibat dalam penculikan itu?”

Bu Kartomo mengangguk lemas. Waktu itu Retno sedang sendirian, Sapto baru saja keluar bersama Budi.

“Kok bapak tega melakukannya pada cucu sendiri. Sedikit saja terlambat, Qila tidak akan tertolong, karena bayi itu lahir belum waktunya Bu, jadi harus ada penanganan khusus.”

“Lha itulah Ret. Katanya hanya menjalankan perintah yang namanya Kori itu, isteri tua nak Sapto, yang ingin menjauhkan kamu dari nak Sapto. Lha kok bayi tak berdosa dijadikan korban, malah dia bekerja sama dengan yu Semi dan keponakannya yang katanya menyamar jadi perawat,” sedih bu Kartomo, yang kemudian juga menceritakan tentang keterlibatan yu Semi dalam kejahatan itu.

Retno menghela napas sedih, lalu kembali meneteskan air mata.

“Tapi untunglah Bu, sekarang Qila sudah mendapat pertolongan, dan keadaannya semakin membaik. Semua atas pertolongan mas Wahyudi.”

Lalu Retno juga menceritakan bagaimana Wahyudi bisa menemukan Qila dan membawanya kembali ke rumah sakit semula.

“Syukurlah Ret, bayi tak berdosa, dan atas kehendak Allah Yang Maha Asih, bisa kembali dan tertolong. Sekarang aku mau melihatnya,” kata bu Kartomo.

“Lalu bagaimana dengan bapak bu?”

“Ya sudah, bagaimana lagi? Kita tak bisa apa-apa. Sudah begitu, kamu tahu tidak, ibu disuruh oleh bapakmu untuk menemui yu Semi dan memintakan maaf sama dia.”

“Sudah Ibu lakukan?”

“Belum, besok mungkin. Sambil mengirimi makan ayah kamu juga.”

Kasihan juga bapak.

“Ibu mau melihat Qila dulu Ret, dan besok kalau sudah sembuh, pulang ke rumah Ibu saja. Daripada mertua kamu nggak suka sama kamu.”

“Bapak mertua sudah baik Bu, dia mengakui kesalahannya. Beliau juga sudah datang kemari dan bersikap sangat baik sama Retno.”

“Syukurlah Ret, akhirnya kamu bisa hidup tenang. Tentang ayahmu, biarlah semua itu menjadi pelajaran bagi dia, agar bisa mengerti tentang hidup yang bersih dan tidak dikotori oleh nafsu ingin memiliki banyak uang.”

“Iya Bu. Mari kita melihat Qila, tapi Retno masih harus duduk di kursi roda, dan membawa botol infus kemana-mana.”

“Apa Ibu sendiri saja?”

“Tidak Bu, Retno juga senang seringkali menengok Qila.”

“Baiklah, aku ambilkan kursi rodanya dulu.”

***

“Iya Mas Yudi, maaf saya melakukannya tanpa bilang, soalnya kalau bilang pasti mereka menolaknya. Yang saya lakukan itu, semoga bisa menjadi penebus dosa saya dulu, waktu menabrak Wuri sehingga dia ketumpahan kuah bakso panas. Saya kan sudah bilang waktu mas Yudi menelpon tadi,” kata Budi sambil tersenyum, ketika ia menjemput Wuri yang akan pulang, lalu Wahyudi menanyakan tentang pelunasan pembayaran beaya Wuri.

“Iya, saya juga sudah bilang sama ibunya Wuri, bahwa Mas Budi yang membayarnya. Tadinya  bu Mantri mengira saya yang melakukannya,” kata Wahyudi sambil berjalan beriringan menuju ke kamar inap Wuri, yang hari itu bersiap untuk pulang ke rumah.

“Nak Budi, saya jadi nggak enak, jadi merepotkan Nak Budi,” sambut bu Mantri ketika Budi dan Wahyudi datang.

“Sudahlah Bu, nggak apa-apa. Saya kan pernah bersalah sama Wuri, jadi saya menebusnya dengan hal yang tak seberapa itu.”

“Saya harus membalasnya dengan apa, coba?”

“Ibu ingin membalasnya? Ijinkan saya melamar Wuri saja.”

Bu Mantri terkejut. Demikian juga Wahyudi. Dalam hati dia bertanya, apakah Budiono  bercanda, atau bersungguh-sungguh?

Tiba-tiba ada perasaan aneh menyergapnya.

***

T A M A T

 

 

Biarkan mereka bahagia, dan biarkan yang bersalah mengunduh buah yang ditanamnya. Disuatu hari nanti Wahyudi pasti akan memburu cintanya dan tak akan melepaskannya. Sungguh dia tak ingin gagal lagi.

 

Masih ingat Lala, Desy dan Tutut ?

Apakah mereka memiliki kisah cinta yang mulus? Bagaimana dengan Sarman yang tidak tahu siapa ayah kandungnya?

Bagaimana kalau judulnya adalah ADUHAI AH ?

Jelek ya. Bodo amat ah, semoga seru. Tungguin !

___________

 

90 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah
      Selamat ya Kek... juara 1
      Selamat menjalankan ibadah puasa untuk bunda Tien dan semua muslimin dan muslimat yg ada disini 😍😍

      Delete
    2. Kakek ki diintili kok malah dihapus 🙈

      Delete
  2. Replies
    1. Juara 1 jeng Wiwik Suharti Bojonegoro
      Selamat ya......

      Terima kasih sahabat² WAG PCTK Malang, Jember, Pasuruan, Mojokerto yang sdh membentuk Panitia Kecil Temu Kangen PCTK JATIM. inshaa Allah kami datang.

      Delete
  3. “Saya baru mau berangkat menjemput, ternyata sudah keduluan mas Budi,” kata Yudi sambil menoleh ke arah Budi yang senyum-senyum sendiri melihat ulah Wuri, yang tadi banyak mengeluh, sekarang didepan ibunya bersikap seakan tidak merasakan apa-apa.

    Aduh nasibmu Yud...

    Memelas temen

    ReplyDelete
    Replies
    1. Udah Yud..
      Santai aja, kamu laki-laki Yud...

      Nggak jadi bapak nggak apa-apa...
      Jadi begawan aja Yud..

      Tuh lihat durna tuh sukses tuh jadi juragan balapan ..

      Butuh pesawat cargo tinggal angkat telpon... kerèn kan;

      ADUHAI

      Percaya dasar hatimu damai jadi yang bening bening senantiasa ada, nggak ada rasa kuatir, takut kalah, apalagi benci...

      Siiip
      Sukses selalu doaku untukmu Yud ..



      Terimakasih Bu Tien,
      Bukan milikku yang ke empat puluh sudah tayang
      dan tamat.
      Setia menanti dengan cerita dan judul baru yang mengasyikan pasti.

      Sehat sehatlah selalu doaku,
      sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
      🙏🏻

      Delete
  4. Panitia temu kangen Malang sdh terbentuk tunggu Agustus kita kumpul lagi

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah BeeM_40 sdh tayang.
    Terima kasih bunda. Tetap semangat menghibur para penyemangat bunda.
    Dalam ADUHAI dari mas kakek mbandung.🌷🌹🌸👀🙏🙏

    ReplyDelete
  6. Alhamdulilah bisa hadir lebih awal..

    Matur nuwun bunda Tien..

    Salam ADUHAI selalu..🙏

    ReplyDelete
  7. Susi lihat masih kosong ,, eh ,, masuk makah eror 😭😭

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah BM 40 sudah tayang

    ReplyDelete
  9. Matur nuwun bu Tien
    Semoga sehat selalu
    Salam aduhai dr Cilacap

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah, BM40 sdh hadir, matur nuwun mb Tien, salam sehat dan bahagia selalu. Aamiin

    ReplyDelete
  11. alhamdulillah....
    maturnuwun bu Tien
    salam sehat selalu

    ReplyDelete
  12. Horee pak Siswanto sadar akan kesalahannya dan mau minta maaf pada anak n.menantunya ,Aduhai bunda Tien untuk BM 40 ,terimakasih ,di tunggu cerita selanjutnya

    ReplyDelete
  13. Terima ksih bunda Tien BM 40 sdh tayang dan Tamat. Smp jumps di episode berikutnya..Semoga bunda Tien sll sehat dan tetap berkarya..slm seroja dan aduhai dri 🙏🙏🥰🥰🌹🌹

    ReplyDelete
  14. ADUHAI AH.... ditunggu Bu Tien 😘😘😘

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah BM 40 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah.. matur nuwun mbak Tien telah menamatkan BM dengan cantik.
    Salam sehat dan salam hangat

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah... BM 40 sudah tayang dan tamat, apakah langsung bersambung ceritanya? Jadi penasaran.. terima kasih bunda Tien salam sehat dan aduhai, tak lupa selamat berakhir pekan

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah TAMAT , semoga ada lanjutan nasib Yudi yg baik dan rendah hati ... Syukron Mbak Tien yang selalu *ADUHAI* 😊🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  19. Waduh ..kok Budi mau melamar Wuri..kasian Yudi...
    Terima kasih bu Tien..salam sehat dan semangat

    ReplyDelete
  20. Terima kasih bu Tin.Semua berakhir dg happy.Semoga aduhay bisa menghibur kita semua.

    ReplyDelete
  21. Matur nuwun mbak Tien-ku Bukan Milikku sudah tayang.
    Hhooorreeeee....tamat, cocok dengan perkiraan, akan dilanjutkan cerita yang lalu.
    Lala pulang dari luar negeri. Dan seterusnya bagaimana ya... tunggu tanggal tayangnya.
    Salam ADUHAI Ah Ah mbak Tien-ku.

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah. Matur nuwun bunda Tien
    Sehat dan bahagia selalu.

    ReplyDelete
  23. Matur nuwun bu Tien, tamat sdh cerita BM..ditunggu kisah cerita Dessy, Lala, Tutut dan Sarman... salam aduhai

    ReplyDelete
  24. Matur nuwun BuTien, Bukan Milikku sdh tamat. Menunggu Aduhai Ah....

    ReplyDelete
  25. Matur nuwun untuk BM yg amat menghibur, bu Tien

    ReplyDelete
  26. Tamat yg terus menunggu kelanjutan untuk kita ikuti.
    Makasih M Tien yg selalu memberikan kisah2 yg bisa terjadi di dunia nyata.
    Semoga sehat terus dan menemukan keberkahan Romadhon dan mendapatkan LAILATUL QADAR. Aamiin

    ReplyDelete
  27. Terima kasih mbak Tien,akirnya Retno & kel pak Siswanto happy semuanya.
    Ditunggu kisah cinta Lala,Desy,Tutut dan Sarman yang semua anaknya bpk Haryo lanjutan dari Kembang jalanan.
    Terus semangat mbak Tien dan Salam Aduhai Ah dari Tegal.

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah BM 40 dah tayang dan Tamat
    Yerimakasih bunda Tien
    Kutunggu episode lain dengan cerita yang berbefa
    Salam sehat dan aduhai dari Purworejo

    ReplyDelete
  29. Puji Tuhan akhir cerita yg sangat melegakan.
    Bahagia bagi orang2 baik dan derita bagi orang2 jahat, pesan moral yg sangat bagus...

    Kami menunggu ADUHAI AH yg sepertinya lanjutan dari kisah terdahulu...

    Matur nuwun ibu Tien K, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  30. BM sdh tamat....smg mas Yudi ktm lala..tutut...hehe...asyiik...matur nuwun bunda Tien...ditunggu aduhai ah nya...

    ReplyDelete
  31. 𝐀𝐥𝐡𝐚𝐦𝐝𝐮𝐥𝐢𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐭𝐚𝐦𝐚𝐭 𝐝𝐢 𝐁𝐌40. 𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐛𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚.

    𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐜𝐞𝐫𝐛𝐮𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐫𝐮 𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐭𝐚𝐧 𝐤𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐋𝐚𝐥𝐚 𝐃𝐞𝐬𝐲 & 𝐓𝐮𝐭𝐮𝐭 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐒𝐚𝐫𝐦𝐚𝐧.🤩🤩🤩

    ReplyDelete
  32. Horeee...akhirnya hapy ending, unt Retno.
    Biarkan yg salah mendapat balasannya, yg baik akan menemukan kebahagiaan.
    Begitu ya bu Tien..
    Terimakasih, ditunggu cerita berikutnya.
    Salam sehat dan aduhaii..
    Bam's Bantul 🙏

    ReplyDelete
  33. Mksh mb Tien BM 40 tyt tamat.. rupanya Wahyudi hrs legawa kedua wanita terdekatnya tyt bukan milikku ... Akankan stlh MKJ berlanjut ke Aduhai Ah Lala, Desy dan Sarman akan dipertemukan dg Wahyudi yg sedang mencari cintanya? Akankah mb Tien membuka kntr cabang di Malang shg hadirlah Cinta dihati di Wahyudi utk Lala? Hanya mb Tien yg bs menjwb... Ditunggu bsk ya mb Tien... Aduhai Ah nya🤗🌈🌻

    ReplyDelete
  34. Aduhai ah....semoga segera hadir. Terima kasih Mbak Tien..bakal ada kelanjutan cerita kemarin...salam sehat dan aduhai selalu ...

    ReplyDelete
  35. Akhirnyaaa... Aduhaiii
    Makasih bu Tien 🙏👍❤❤

    ReplyDelete
  36. BM dah tamat semoga Sapto dan Retno menjadi kel.yg samawa
    Ditunggu cerbung barunya ibu
    Selamat malam selamat beristirahat...salam ADUHAI dari Blora

    ReplyDelete
  37. Makasih Bu cantik..sungguh indah.. salam sehat selalu Bu cantik dan bahagia bersama keluarga Amin YRA 🙏 mr wien

    ReplyDelete
  38. Alhamdulillah...tamatt
    Cerita bersambung yg byk pelajaran bisa dipetik
    Terimakasih mbak Tien...telah byk menghibur bagi penggemarnya

    Kita tunggu hari Senin dg cerbung barunya
    Aduhaiii

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah, Matur nuwun bu Tien, untuk BMnya,,sdh Tamat,, mantab 👍

    Kita tunggu yg ADUHAAII,,,, dari bu Tien

    Salam Sehat wal'afiat semua ya bu Tien 🤗💖

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah
    Akhirnya rampung juga bunda tien
    Di tunggu cerita berikutnya ya
    Sehat selalu bunda tien

    ReplyDelete
  41. Maturnuwun bu Tien sudah menamatkan BM di eps40 dengan membuat melongo karena lamaran Budi ke Wuri...aduhaiii sekaliii .😯😯

    Semoga Wahyudi nanti ketemu jodoh yg pas...

    Nungguin ADUHAI AH...

    Salam sehat selalu dan aduhaii bu Yien..🙏🌷😘😘

    ReplyDelete
  42. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aduuh mas Kakek luar biasaaah
      Aku malah nggak apal. Tak copy ah.
      Matur nuwun sanget

      Delete
    2. Lho mas Kakek piye ta arep dicopy ogh dibrusak

      Delete
    3. tak hapus untuk saya ganti merga ada yang salah ketik....

      Delete
  43. Purna sdh BUKAN MILIKKU di episode 40 yang mli tayang 1 Maret sd 16 April 2022, merupakan karya bunda Tien Kumalasari yang ke 22,
    Tunggu karya ke 23 dengan judul ADUHAI...AH.

    Dibawah ini cerbung² yang sdh beliau tayangkan disini, sbb:

    *KUMPULAN CERITA BERSAMBUNG DARI BUNDA TIEN KUMALASARI*
    *DARI PERTAMA SAMPAI SAAT INI*

    🍁🍁🍁☘️☘️☘️💐💐💐

    1. Sepenggal Kisah 1-151 eps : 20 Nop'18 - 30 Januari'19;

    2. Saat Hati Bicara 1-53 eps : 21 Mei -16 Juli'19;

    3. Sekeping Cinta Menunggu Purnama 1-59 eps: 19 Juli -13 Sept '19;

    4. Dalam Bening Matamu 1-90 eps: 16 Sept' 19 - 19 Jan'20;

    5. LASTRI 1-37 eps : 20 Jan - 28 Peb'20;

    6. Setangkai Mawar Buat Ibu 1-41eps : 2 Mar- 16 April ' 20;

    7.Kembang Titipan 1-31 eps : 18 Apr - 19 Mei'20;

    8. Lestari Punya Mimpi 1-30 eps : 21 Mei - 24 Juni'20;

    9. Cintaku Ada Diantara Mega 1 - 34 eps : 25 Jun - 30 July '20;

    10. Buah Hatiku 1-31 eps: 1 Agst - 3 Sept '20;

    11. Bagai Rembulan 1-36 eps : 5 Sept - 19 Okt '20;

    12. Ada Yang Masih Tersisa 1-38 eps : 20 Okt - 21 Nop'20;

    13. Sepenggal Perjalananku 01 eps : 22 Nop. 2020;

    14. Sang Puteri 1-50 eps : 23 Nop - 16 Jan'21;

    15. Sepenggal Perjalananku 02 eps : 17 Jan 2021;

    16. AYNA 1-44 eps : 18 Jan- 9 Mar 21;

    17. Jangan Bawa Cintaku 1-47 eps : 11 Maret - 7 Mei 2021;

    18. Mengais Cinta Yang Terserak 1-48 eps : 11 Mei - 10 Agustus 2021;

    19. Roti Cinta 1-52 eps : 12 Agust - 14 Okt.2021;

    20. Melani Kekasih ku 1-62 eps mli 16 Okt 2021 s/d 28 Des 2021.

    21. Memang Kembang Jalanan 1-50 eps, mli 31 Des'21 sd 26 Peb'22

    22. Bukan Milikku 1-40 eps. Mli 1 Maret 2022 sd 16 April 2022.

    23. ADUHAI...AH 1 - ....
    eps. Mulai tayang tgl
    sd tgl.

    🍁🍁🍁☘️☘️☘️💐💐💐

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih Bu Tien .... cerita yg sgt bagus. Ditunggu Aduhai ...

      Delete
  44. Makasiiiiih bu tien....ending yg membahagiakan klga kecil retno...tp kasihan mas yudi nya...berkorban trs, tp selalu kecewa...ditunggu kelanjutannya bu, smga yudi & wuri berjodoh...sehat selalu njih bu...

    ReplyDelete
  45. Yeayyy....tamat.
    Ada cerita baru lagi "Aduhai Ah" lanjutan kisah kembang jalanan. Yang pasti seru nya menunggu setiap episode dan cerita yg selalu menarik.sehat selalu Bu Tien

    ReplyDelete
  46. Kayak nya BUKAN MILIKKU akan ada cerita lanjutannya....
    Terimakasih bunda Tien...sangat bagus sekali....
    Siap menunggu ADUHAI AH....

    ReplyDelete
  47. Huraaaa tamat yg manis
    Terus nya Wahyudi mencari Cinta?

    ReplyDelete
  48. Ya sudah tamat....
    Trims akhirnya Retno bahagia
    Wuri jg bahagia
    Kasihan Wahyudinya
    Trims Bu Tien selalu menghibur...

    ReplyDelete
  49. Wah udah tamat u Lala..Dr Desi ma Tutuh hore deh bersambung ..gmn pak Haryo ma Sarman anak nya ya..suka mau judul apa aja sipp lah..salam sehat bu tien

    ReplyDelete
  50. Ending yang bagus. Tetap saja dengan kalimat menggantung yang bikin penasaran. Terimakasih Bu Tien. Sehat selalu.

    ReplyDelete
  51. Alhamdulillah... sudah tamat ya, semoga mas Yudi segera menemukan cintanya yg lebih ADUHAI... mangga bu Tien waelah
    Salam sehat selalu bu Tien.q yang makin ADUHAI

    ReplyDelete
  52. Kok Wahyudi dibuat menderita begini?
    Terima kasih mbak Tien...

    ReplyDelete
  53. Makasih mba Tien.
    Ditunggu yang baru. Semua cerita mba Tien selalu asiik
    Aduhai

    ReplyDelete
  54. Kebahagiaan selalu menjadi milik orang2 baik.
    Terimakasih bu Tien, saya tunggu *ADUHAI AH* nya bu 😍

    ReplyDelete
  55. Tq berat mbak Tien , semoga sehat sll. Kutunggu Aduhai

    ReplyDelete
  56. Ternysta angan" Wuri utk.mendapatkan suami Budiono menjadi kenyataan kasihan Wahyudi blm mendapatkan cintanya akankah Aduhay menjadikan Wahyudi mendapatkan salah satu anak Tindy Lala atau Tutut

    ReplyDelete
  57. Alhamdulillah sdh tammat. Trimakasih banyak Bu Tien...... Saya tunggu "Aduhai Ah" lanjutan Kembang Jalanan semoga makin seru....... lala. DESY. Tutut. Sarman

    ReplyDelete
  58. Terimakasih Bu Tien. Yang Tulisannya Selalu Menyentuh Hati. Salam Spesial Aduhai.

    ReplyDelete
  59. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo, Bam's, Tjoekherisubiyandono

    ReplyDelete
  60. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys,

    ReplyDelete
  61. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem, Boston Massachusetts, Bantul, Mataram, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  62. Assalamualaikum wr wb. Senang dan merasa terhibur dgn cerbungnya Mbak Tien saja deh, agar lbh akrab. Saya sdh membaca cerbungnya sejak Sepenggal Kisah sampai Bukan Milikku (tamat, Sabtu, 16-04-2022) dan mohon maaf baru mengenalkan diri. Saya mungkin lbh senior, mengingat cucu saya 6 anak dan cucu yg terbesar sudah kuliah di ITB, semester IV. Saluut dan selalu mendo'akan mbak Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, semangat dlm berkarya dan ditunggu di Episode baru ADUHAI AH... Salam sehat dari Pondok Gede... Wassalam..

    ReplyDelete
  63. Alhamdulillah sdh Tamat.. Akhirnya Retno bahagia walaupun awalnya nikah.karena terpaksa. Semoga Wahyudipun segera mendapat pendamping.yg se cantik dan sebaik Retno..
    Terima kasih IbubTien.. sdh sangat menghibur kami.. Bnyk juga pelajaran dan hikmah yg dpt di petik...
    Salam sehat *ADUHAI*

    ReplyDelete
  64. Wah pas episode 40 pas tamat. Semoga cerita baru lebih menarik. Sy do'akan bu Tien sehat dan semangat selalu. Aamiin

    ReplyDelete
  65. Terima kasih mbak Tin.
    Kalau Wuri dengan Budiono terus Wahyudi dengan siapa ya? Kasihan wahyudi...selama ini menjaga calon isteri orang lain hi...hi ..hi..

    ReplyDelete
  66. Maturnuwun ibu....Ditenggo cerita saklajengipun

    ReplyDelete
  67. Sedang ngebut baca ternyata sudah tamat.awal2 kehilangan mood baca krna di awal2 sudah menyedihkam, tp saat lanjut baca semakin penasaran. Cerita bu tien memang selalu aduhai... Terimakasih bu Tien... Sehat selalu...

    ReplyDelete
  68. Wau keren judulnya ADUHAI AH...... aku suka akdu suka... 😂😂

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 39

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  39 (Tien Kumalasari)   Dengan heran Saraswati mengangkat ponselnya. Sudah lama sekali, sejak Dewi kabur sa...