Thursday, April 28, 2022

ADUHAI AH 10

 

ADUHAI AH  10

(Tien Kumalasari)

 

“Tutut, apa maksudmu?” seru Tindy kaget.

“Aku akan menemuinya besok, di kampus,” katanya enteng.

“Untuk apa kamu menemuinya, nak?”

“Mengapa kalau aku bertemu mas Sarman? Aku merasa Ibu seperti menghalangi keinginan Tutut ini? Memangnya salah apa mas Sarman ?”

“Tidak ada yang salah, dia baik-baik saja.”

“Mengapa Ibu seperti terkejut ketika Tutut mengatakan ingin menemuinya di kampus?”

“Tidak ada gunanya kamu menemuinya, kan dia sudah pamit dan itu tidak akan lama, dia bilang akan kembali kok.”

Tutut hanya diam, sampai ibunya meninggalkan kamarnya.

“Kenapa dia?” tanya Haryo.

“Dia sepertinya ngambeg. Sarman pergi tanpa pamit sama dia.”

“Memangnya tidak pamit sama dia?”

“Katanya begitu.”

“Kok aneh, Desy dipamiti tuh,” sela Desy.

“Mungkin pas dia pamitan, Tutut nggak ada,” kata Haryo lagi.

“Besok dia mau ke kampusnya.”

“Biarkan saja Bu, mungkin dia cuma mau protes. Anak manja kalau tidak diperhatikan pasti ngamuk deh,” kata Desy.

Tak ada yang menjawab, baik Haryo maupun Tindy. Tapi mereka menangkap sikap Sarman itu sebagai sikap yang aneh. Mengapa Sarman tidak berpamit sama Tutut? Mungkinkah memang ada apa-apa di hati mereka?

“Ayo kita berangkat Bapak, simbok sudah menunggu di depan tuh.”

“Baiklah, ayo kita berangkat,” kata Haryo pada akhirnya.

“Saya saja yang membawa mobilnya ya Pak,” kata Desy.

“Terserah kamu saja. Simbok di depan sama Desy, aku dibelakang sama ibu,” jawab Haryo.

Tutut mendengar mereka berangkat pergi, ia tetap bergeming di kamarnya. Tiba-tiba ia merasa ada yang hilang dari hatinya. Sosok Sarman yang ngemong dan penuh perhatian, membuatnya menemukan seorang kakak yang penuh kasih sayang. Apakah aku jatuh cinta? Tidak, ini hanya cinta kepada seorang kakak. Kehadiran mas Sarman yang kemudian diangkat anak oleh bapak sama ibu, membuat aku kemudian menemukan seorang kakak. Kakak yang baik, yang penuh pengertian, dan yang penting selalu bisa momong adik-adiknya. Tapi kenapa mas Sarman membeda-bedakan aku dengan yang lain? Masa sama mbak Desy dia pamitan, kok aku enggak?

Tutut akhirnya tertidur sebelum keluarganya pulang, dengan tekat esok hari akan menemui Sarman di kampusnya.

***

“Tutut, mau diantar Bapak?”

“Tidak Pak, Tutut naik mobilnya ibu seperti biasa saja, boleh kan?”

“Tapi sepertinya hari ini ibu akan pergi lho, itu sebabnya Bapak menawarkan untuk mengantar. Kalau bareng kakakmu, nanti dia jalan mutar, bisa terlambat sampai di rumah sakit, soalnya lalu lintas di daerah kampus pasti ramai di jam-jam seperti ini.”

“Oh, begitu ya? Baiklah, diantar Bapak juga nggak apa-apa,” kata Tutut pasrah. Dan sekali lagi Tutut merasa bahwa ayahnya yang pastinya sudah tahu bahwa dia akan menemui Sarman, menghalanginya naik mobil sendiri. Supaya tidak jadi ke kampusnya Sarman? Bukankah banyak taksi online, atau ojol yang bisa mengantarnya kemana pun?

Ia tidak perlu menanyakan kepada ibunya akan pergi kemana, karena ia tahu bahwa itu hanya alasan untuk menghalanginya saja. Haryo dan Tindy lupa bahwa Tutut bukan lagi anak kecil yang bisa dijerat langkahnya.

Dan akhirnya Tutut hanya diam saja selama diperjalanan bersama ayahnya.

“Tutut,” panggil Haryo.

Tutut menatap kearah depan, menikmati hiruk pikuk lalu lintas yang mulai sibuk di jam-jam seperti itu.

“Kok diam sih, dipanggil Bapak?” protes Haryo.

Tutut menoleh ke arah ayahnya.

“Kamu marah sama Bapak?”

“Nggak …”

“Beberapa hari ini kok Bapak merasa Tutut tidak bermanja di depan Bapak ya? Biasanya menggelendot dipundak Bapak, merengek-rengek minta sesuatu,” kata Haryo sambil meraih sebelah tangan Tutut.

“Lagi males saja,” kata Tutut singkat.

“Pasti ada sebabnya dong.”

“Nggak ada.”

“Hm.. bapak tahu, pasti karena mas Sarman nggak pamit sama kamu saat mau pergi. Kamu tahu, dia pergi pagi-pagi sekali, baru Bapak sama ibu yang bangun.”

“Mbak Desy ?”

“Oh iya, mbak mu juga sudah bangun, jadi karena kamu masih tidur, dia nggak pamit sama kamu.”

“Mengapa dia pergi?”

“Dia bilang sama Bapak, katanya kangen sama ibunya, dan ingin tinggal sementara di tempat yang dekat dengan makam ibunya.”

“Cuma karena itu, kok tiba-tiba?”

“Bisa saja dong, tiba-tiba kangen.”

“Bapak marah sama dia kan?”

“Ah, nggak lah, mana pernah Bapak marah sama dia. Dia itu kan selalu baik, santun, pengertian.”

“Tutut merasa menemukan kakak yang sangat baik.”

“Kamu tidak perlu merasa sedih, nanti dia akan kembali kok. Kalau hatinya sudah tenang, dan rasa kangen sama ibunya sudah terpuaskan.”

“Tutut tidak sedih.”

“Lalu?”

“Tutut ingin bertanya sama dia, mengapa dia tidak pamit sama Tutut.”

“Kan Bapak sudah jawab, perginya ketika kamu belum bangun.”

“Itu kan jawaban Bapak, jawaban mas Sarman harus Tutut dengar.”

Haryo menghela napas. Tutut sudah biasa protes sama ayahnya setiap kali ada yang tidak memuaskannya. Kali ini protesnya diiringi rasa curiga, seperti ada apa-apanya.

“Nanti dijemput jam berapa?” tanya Haryo ketika sudah sampai di depan kampus.

“Nanti gampang, Tutut bisa naik ojol atau taksi.”

“Baiklah, tapi kalau bisa kabari Bapak ya, biar Bapak jemput.”

Tutut tak menjawab, langsung turun setelah mencium tangan ayahnya.

Haryo menghela napas. Ada rasa ingin meruntuki dirinya karena kelakuannya maka keadaan bisa sekacau ini.

“Ya Allah, ampunilah hambamu ini,” bisiknya pelan, lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangan, dan memacu mobilnya menuju pulang.

***

“Mengapa wajahmu kelihatan muram? Ada yang tidak menyenangkan?” tanya Danarto ketika Desy menemaninya setelah praktek.

“Memikirkan Tutut aku tuh.”

“Memangnya kenapa dia?”

“Beberapa hari ini bawaannya marah-marah terus.”

“Gara-gara apa?”

“Nggak tahu. Mungkin karena mas Sarman pergi, dan tidak pamit sama dia, sementara semua orang di rumah itu dipamitin semua.”

“Memangnya mas Sarman pergi kemana?”

“Alasannya sih kangen sama ibunya, lalu ingin menginap didekat makam, agar bisa merasa dekat.”

“Mas Sarman sudah hampir selesai kuliahnya bukan?”

“Ya, saat ini lagi mengerjakan tugas akhir. Tutut disalip sama dia.”

“Dia pintar kayaknya.”

“Memang pintar. Tapi dia itu rendah hati banget. Kalau orang memuji dia pintar, maka jawabnya adalah karena keburu tua, maka dia ngebut.”

“Oh ya?”

“Mas Sarman itu lebih tua dari aku, bahkan lebih tua dari mbak Lala. Makanya dia dianggap kakak sulung, terutama oleh Tutut yang suka bermanja sama dia.”

“Dia baik sekali ya.”

“Sebenarnya aku tuh ingin menjodohkan mas Sarman sama Tutut, tapi bapak sama ibu melarangnya. Bahkan melarang keras, menilik nada suara mereka ketika aku mengutarakan niatku itu.”

“Oh ya? Kenapa? Oh, perbedaan status ya?”

“Orang tuaku bukan yang suka membedakan status. Entah mengapa, aku tahu ada alasan yang disembunyikan.”

“Dari mana kamu tahu ada alasan disembunyikan?”

“Mereka bilang, pada suatu hari nanti aku akan mengerti. Bingung kan?”

“Ya sudah, kalau memang ada alasannya, kamu nggak perlu risau kan?”

“Semalam bapak juga nanya sama aku.”

“Tentang mas Sarman dan Tutut?”

“Bukan, tentang hubungan kita.”

“Nah, itu yang aku tunggu. Kamu sudah jawab ‘iya’ kan?”

“Belum.”

“Gimana sih? Masih tetap tidak mengerti tentang perasaan kamu sendiri? Aku saja tahu,” goda Danarto.

“Ah ….”

“Iya benar. Kamu saja yang tidak mau mengakui.”

“Nanti setelah sembuh kita bicara lagi. Sekarang bukan saatnya.”

“Aku sudah sembuh, tahu.”

“Oh ya? Pengin buru-buru pulang dong, sudah siap menghadapi susahnya mengurus rumah?”

“Bicara tentang rumah, aku mau minta tolong sama kamu.”

“Kok bisa, tentang rumah … lalu ngomongnya sama aku?”

“Aku mau kamu menemani aku melihat rumah yang akan aku beli.”

“Wauww, mau beli rumah?”

“Yang tidak terlalu jauh dari tempat aku bekerja. Aku sudah melihat rumah itu, tapi aku ingin kamu menyukainya. Itu sebabnya aku mau mengajak kamu.”

“Mengapa harus aku?”

“Karena nantinya yang akan tinggal di rumah itu adalah kita.”

“Ah ….”

“Senengnya, dua kali dapat ‘ah’ hari ini.”

Desy tersenyum manis.

“Aku serius. Mau ya? Minggu ini aku mau pulang. Lalu kita akan melihat rumah itu bersama. Okey?”

“Kita lihat saja nanti.”

“Aku juga tak ingin terlalu capek karena rumahku lumayan jauh. Dan aku juga berniat akan membuka praktek di rumah itu.”

“Bagus lah Mas, aku setuju.”

“Kita akan praktek bersama disana. Rumahnya lumayan luas, bisa untuk dua ruang praktek dan ruang tunggu yang nyaman. Nanti kita desain ulang kalau ada yang tidak sempurna.”

“Kedengarannya menyenangkan.”

“Kamu juga harus senang.”

“Aku antar kamu melihat rumahnya, tapi untuk yang lain-lain aku perlu bicara sama kamu.”

“Baiklah, tidak masalah. Yang penting aku sudah tahu bagaimana isi hati kamu.”

“Ah … sok tahu.”

Bagaimanapun apa yang dikatakan Danarto tak sedikitpun ditampik oleh Desy. Kata ‘iya’ belum terucap, tapi Danarto sudah merasa bahwa Desy tak akan menolaknya.

***

Sarman baru mau mengambil sepeda motornya di tempat parkir ketika mau pulang dari kampus, tapi tiba-tiba dilihatnya seorang gadis duduk termangu di bawah sebuah pohon besar yang ada di halaman. Sarman masih ingat, gadis itu bernama Hesti, yang pernah menabraknya saat mau menuju ke perpus, dan juga yang nyaris kehilangan ponsel lalu dia berhasil mengambilkannya. Dengan langkah ringan dia mendekati gadis itu.

“Heii … kok ngelamun disini sih.”

Hesti terkejut. Dia mengangkat wajahnya yang semula sedikit tertunduk.

“Mas Sarman?”

“Ngapain ngelamun disini? Kamu tahu nggak, pohon ini wingit lho,” kata Sarman sambil duduk di samping Hesti.

“Wingit itu apa?”

“Wingit itu keramat, angker, ada penunggunya. Bisa diculik kalau kamu duduk sendirian dan ngelamun disini.”

“Hiih, nakutin deh.”

Sarman terbahak.

“Benarkah?” tanya Hesti sambil menoleh kearah pohon besar berdaun rindang itu.

“Nggak, aku bohong. Lagi mikirin apa?”

“Mas, aku mau curhat nih.”

“Curhat soal apa?”

“Soal cinta.”

Sarman kembali terbahak.

“Kamu lagi jatuh cinta?”

“Gimana sih cara menaklukkan hati seorang cowok?” Mas kan cowok, jadi pasti tahu dong, cewek yang bisa menarik hati itu yang bagaimana?”

“Hm, perbincangan serius nih?”

“Serius lah.”

“Kamu tahu nggak, selera setiap orang itu berbeda. Misalnya, cowok yang kamu sukai itu sukanya yang seperti apa, yang cantik, kalem, lembut. Tapi ada lagi yang lebih suka gadis yang manja, kolokan, ada lagi yang suka gadis yang lucu, jenaka, suka bercanda. Jadi jangan tanya sama aku. Kecuali kamu jatuh cinta sama aku,” kata Sarman sambil tertawa.

“Oh, gitu ya," senyum Hesti.

“Kamu jatuh cinta sama siapa? Mahasiswa kampus ini?”

“Tidak. Dia seorang dokter.”

“Wouuw, seorang dokter? Bagus dong, pasti dia suka sama kamu, karena kamu kan cantik, menarik.”

“Nggak. Dia sudah punya pacar.”

“Wah, berarti cinta kamu salah alamat. Jangan sekali-sekali suka sama orang yang sudah punya pacar, apalagi punya istri.”

“Tapi ibuku suka sama dia, dan berharap dia bisa menjadi menantunya.”

“Rumit itu. Kalau cowoknya sudah punya pacar ya sia-sia dong.”

“Ibu meminta agar aku merebutnya, karena aku sama dokter itu sudah dijodohkan.”

“Waduh, nggak bener itu. Jaman sekarang bukan jamannya Siti Nurbaya, tahu. Bagaimana mungkin orang dijodoh-jodohkan, sama yang sudah punya pacar pula.”

“Tapi aku akan berusaha merebutnya.”

“Wieeet… kamu salah Hesti. Kamu kenal sama pacar dokter itu?”

“Nggak. Aku kenal ketika mas Danarto, tunanganku itu dirawat di rumah sakit, dan pacarnya sering menungguinya. Dia juga dokter.”

“Tunggu … tunggu … siapa nama tunangan kamu atau cowok yang kamu inginkan itu? Danarto? Dokter Danarto?”

“Iya. Pacarnya juga dokter, namanya Desy.”

“Astaga naga.” Sarman terbelalak.

“Mas Sarman kenal?”

“Bukan kenal lagi. Desy itu adik aku.”

Sekarang Hesti yang terbelalak.

“Adik mas Sarman?”

“Iya, adik aku. Hanya adik angkat sih, tapi dia  aku anggap sebagai adik beneran.”

“Oh, maaf.”

“Aku ingatkan kamu Hesti, cari pacar itu  yang tidak memiliki kekasih. Kamu akan mendapat masalah nanti.  Paling tidak, masalah dengan hati kamu sendiri. Sakit itu,” kata Sarman sambil berdiri., Ia hampir meninggalkan Hesti yang masih termangu di sana, ketika terdengar seseorang memanggilnya.

“Mas Sarman !”

Sarman terkejut bukan alang kepalang. Dilihatnya seorang gadis melangkah cepat mendekatinya, dan itu adalah Tutut.

***

Besok lagi ya.




58 comments:

  1. Replies
    1. Alhamdulillah bunda Sis juara.. horreeey.. Terimakasih bunda Tien.. smg sehat sll❤️😘

      Delete
    2. Selamat priyantun Lampung/Cibubur, berhasil menjuarai AA_10 malam ini.

      Delete
    3. Alhamdulillah......
      Aduhai...Ah_eps-10 sdh hadir. Terima kasih bu Tien.... Semoga bunda selalu sehat & bahagia. Aamiin......

      Delete
  2. Alhamdulillah Aduhai Ah sdh tayang, manusang bu Tien

    ReplyDelete
  3. Hatur nuwun injih mbakyuku Tienkumalasari, sampun tayang salam kangen dan aduhaai dari Cibubur

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah AA10 sdh hadir, matur nuwun mbak Tien, salam sehat selalu. Aamiin

    ReplyDelete
  5. alhamdulillah gasik
    matur nuwun bu Tien
    semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  6. Makasih Bunda untuk cerbungnya, sehat selalu dan tetap semangat

    ReplyDelete
  7. Alhamdulilah ...AA 10 dah hadir ..matur nuwun bunda Tien....

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah.... salam aduhai bwt sobat2 disini

    ReplyDelete
  9. Alhamdulilah tayang gercep
    Makasih bunda
    Aduhai “ah”

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah ... yg di tunggu2 datang ... 🙂
    Matur nuwun nggih Mbak Tien ⚘⚘⚘⚘⚘

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah..
    Terima kasih Bu Tien
    Semoga sehat dan bahagia selalu
    Salam *ADUHAI AH*

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah, Matur nuwun bu Tien
    Aduhaaii Ah,, Sarman dg Hesti saja deh,,
    Salam Sehat wal'afiat semua ya bu Tien 🤗💖

    ReplyDelete
  13. Matur muwun mbak Tien .
    Aduhai ah

    ReplyDelete
  14. Alhamsulillah...
    Terimakasih Bunda Tien...

    ReplyDelete
  15. Alhamdulilah, teria kasih bu tien , salam sehat dan salam aduhai

    ReplyDelete
  16. Waa... keren... cerita yg unik...
    Terimakasih mbak Tien Cerbungnya...menghibur dan menyenangkan bagi pemba canya...salam sehat

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah, suwun Bu Tien.....salam sehat selalu....🙏🙏😊

    ReplyDelete
  18. Belum muncul ketegangan. Tegang kl nanti ibunda hesti datang, barang kali.
    Terima kasih banyak mbak tien. Semoga mbak tien sehat selalu. Salam sejahtera.

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah ADUHAI-AH 10 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  20. Alhamdullilah AA 10 sdh tayang..terima ksih bunda Tien..smoga sehat sll dan salam aduhai dri sukabumi🙏🥰

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah ADUHAI AH Episode 10 sudah tayang, mature nuwun mbak Tien.
    Semoga tetap sehat, bahagia bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Alamiin.

    ReplyDelete
  22. Matur nuwun mbak Tien-ku ADUHAI AH sudah tayang.
    Tampaknya Sarman berfikir secara dewasa, dengan nalar pula. Entah bagaimana nanti kalau tahu pak Haryo itu ayahnya.
    Salam sehat penuh semangat mbak Tien yang selalu ADUHAI AH.

    ReplyDelete
  23. Aduh....
    Terima kasih mbak Tien...

    ReplyDelete
  24. Wah wah Dr Danarto vs Dr Desy sippp jadi cucok cantik pintar & Ganteng pintar pula wuaaah teernyata Desy adik angkat Sarman makin susah ada Sarman akan menghalangi Hesty suka Dr DANARTO .ALAmak dah Tutut nanti di kenalkan teman Danarto😄😄😄🤲🤲🙏🙏

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah ....
    ADUHAI AH 10 dah tayang...terima kasih Bu Tien
    Selamat malam selamat beristirahat smoga sht sll dan bahagia bersama kelurga
    Salam ADUHAI dari blora

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah ADUHAI AH 10 sdh hadir
    Terima kasih Bu Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
    Salam ADUHAI AH

    ReplyDelete
  27. 𝐀𝐥𝐡𝐚𝐦𝐝𝐮𝐥𝐢𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐞𝐩𝐬 10 𝐭𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠....🤩🤩
    𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐮𝐭𝐤 𝐛𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 & 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚..🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  28. Ternyata Sarman bersanding dengan gadis yang waktu itu Tutut melihat bersama Sarman boncengan... Hmm

    Kini berlanjut di bangku halaman yang terlindung rindangnya pohon.

    Hanya ingin tanya mengapa nggak berpamitan sama Tutut.

    Nah lho tadi bilang sama Hesti kalau Desy itu adiknya; apakah juga Sarman mengakui Tutut sebagai adiknya juga.

    Kesan kalau ada sesuatu yang disembunyikan, itu yang Tutut ingin menanyakan dan dengar jawaban langsung dari Sarman.
    Kepergian Sarman terkesan mendadak.
    Ada apa dengan mu.

    Persiapan membangun sebuah karya bersama, Danar yang yakin Desy akan bakal ikut ambil bagian di dalamnya.
    Namanya juga nona ya nggak kepikiran betapa susahnya mendapatkan pacar bila bener bener putus di usia sudah tidak muda, yang ada dibenak Desy; masih aja idealisme nya masih tinggi.
    Pakai syarat dan ketentuan berlaku.

    La dari pada berlama-lama menunggu keponakan datang yå mending ber kepenakaan bersama Danarto yang jelas jelas mencintai mu tå Desy.
    Dicintai kan punya nilai lebih, tinggal kamu mengimbangi.
    Dari pada cinta setengah mati tapi kamu terus-terusan harus mengejar kan repot, capek deh.
    Kalau seumuran kamu Des, dikampung simbok sudah punya dua anak paling tidak.

    Itu saja dijodohkan, pake cocokologi, pétung weton; dari keduanya segala.
    Klamut klamut bener-bener nglangut..




    Terimakasih Bu Tien,
    ADUHAI AH yang ke sepuluh sudah tayang,
    sehat sehat selalu doaku,
    sedjahtera dan berbahagialah bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  29. Matur nuwun, bu Tien. Salam sehat. Saya sedang berada di Solo. Barusan nonton WO Sriwedari

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asyiik.
      Kok nggak mampir. Lakonnya apa?

      Delete
    2. Kresna Gugah , bu Tien.......hehehe lain Kali mampir, bu Tien

      Delete
  30. Salem(Boston) MA Kamis 28 April 2022, Terima kasih bunda Tien saya sudah baca Aduhai Ah seri ke 10 pagi ini seruuuuu bacanya! Salam sehat bunda Tien jangan lupa minum yang sering usahakan kata dokter saya tiap jam 1 gelas air hangat!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih ibu Willa, salam hangat dari Solo Indonesia, untuk Boston MA

      Delete
  31. Alhamdulillah......
    Aduhai...Ah 10 sdh hadir.
    Terima kasih mbak Tien.... Semoga selalu sehat & bahagia. Aamiin......

    ReplyDelete
  32. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo, Bam's, Tjoekherisubiyandono

    ReplyDelete
  33. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys,

    ReplyDelete
  34. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem, Boston Massachusetts, Bantul, Mataram, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  35. Aduh mulai ni..Sarman -Tutut , Danarto-Desy- Hesti...

    Matur nuwun bunda Tien, makin penasaran ini..

    Salam ADUHAI AH...🥰

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah sudah baca AA 10. Haturnuhun pisan bu Tien.
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  37. Aduhai sekaliii...
    Terimakasih bunda cerbungnya sdh tayang..
    Hiburan yg paling membahagiakanku...
    Yg selalu ditunggu tunggu..
    Salam sehat selalu bun dan semoga bahagia bersama keluarga dan Amancu tersayang... Love you..

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...