MEMANG KEMBANG JALANAN
50
(Tien Kumalasari)
“Aku mau membayar administrasi dulu ya Man,” kata
Tindy.
Tapi melihat Sarman terpaku di tempatnya berdiri,
Tindy merasa heran. Tampaknya Sarman pun juga akan ke kantor yang sama.
“Kamu juga mau kemari Man? Siapa yang sakit?” tanya
Tindy sambil menatap Sarman yang tampak kebingungan.
“Sedianya saya juga mau membayar Bu,” katanya ragu.
“Ya sudah ayo sama-sama, boleh kamu dulu atau biar aku
dulu, nggak masalah. Yang sakit saudara kamu, atau orang tua kamu?”
“Ti_ tidak Bu, saya juga mau membayar untuk … untuk … pak
Haryo.”
Tindy heran, ia mengurungkan langkahnya yang sudah hampir
sampai di antrean loket. Ia mendekati Sarman.
“Maksudmu apa Man? Pak Haryo yang kamu maksud itu …
apakah pak Haryo suamiku?”
Sarman mengangguk pelan.
“Tunggu … sini bicaralah,” kata Tindy yang kemudian
mengajak Sarman duduk.
Sarman bingung, diantara harus memegang rahasia yang
di amanatkan Haryo, atau berterus terang. Tapi kalau bu Haryo sudah mengurus
suaminya, apa yang harus dirahasiakan lagi? Ia duduk di samping Tindy. Rasanya
memang sudah saatnya dia berterus terang, karena menyimpan rahasia menurutnya
seperti sedang memikul beban.
“Apa yang sebenarnya terjadi? Tiba-tiba aku merasa
bahwa kamu ada hubungannya dengan keadaan pak Haryo saat ini. Lalu ketika kamu
menyerahkan amplop itu, bukankah sebenarnya kamu tahu dimana pak Haryo berada?”
Sarman tertunduk malu, karena ketahuan telah
berbohong.
“Saya mohon maaf Bu, sebenarnya saya memang berbohong
pada Ibu.”
“Baiklah, aku percaya bahwa kamu anak baik, jadi pasti
kamu punya alasan, bukan?”
Lalu Sarman menceritakan perihal pertemuannya dengan
Haryo sejak Haryo memintanya agar menjemput ke rumah sakit, untuk mengantarkannya
pulang dengan permintaan bahwa Sarman harus merahasiakan tempat tinggalnya. Dan
karena iba melihat keadaan Haryo, maka Sarman sering datang untuk membantunya.
Baik untuk membersihkan rumah maupun membelikan apa yang Haryo butuhkan. Bahkan
Haryo juga menyuruhnya menjual mobilnya lalu mengirimkan amplop kepada Tindy.
Tindy menghela napas sedih. Ia merasa bahwa suaminya
merasa sangat terbebani atas semua kesalahan yang dilakukannya, sehingga tak
punya keberanian untuk menemuinya, apalagi pulang ke rumahnya.
“Pak Haryo sangat menyesali perbuatannya. Itu membuat
saya iba, Bu,” lanjut Sarman sambil terus menundukkan wajahnya.
Kemarin sore ketika saya pulang dari bekerja, saya
mampir ke rumah pak Haryo, karena saya melihat bahwa pak Haryo seperti orang
sakit, setelah mengajak saya makan, kemudian mampir di rumah saya. Dan benar
saja, ketika saya datang, pak Haryo tampak lemas di tempat tidurnya, badannya
sangat panas. Saya berusaha mengompresnya, tapi karena ketakutan, saya
membawanya ke rumah sakit. Saya memilihkan kamar inap karena pak Haryo memang
harus rawat inap. Dokter menghawatirkan keadaannya dan harus diperiksa lengkap
keesokan harinya. Semalam saya menemaninya di ruangannya, tapi pagi tadi saya
tinggalkan pak Haryo karena saya harus bekerja. Saya menitipkannya kepada
suster perawat,” kata Sarman panjang lebar.
“Apa kamu tahu? Pagi tadi pak Haryo pulang paksa.”
“Masa Bu? Saya sama sekali tidak tahu. Saya tadi
mengambil uang untuk membayar sebagian beaya perawatan pak Haryo.”
“Dan aku bertemu di jalan saat dia hampir pingsan.”
“Ya Tuhan, mengapa Bapak melakukan itu?”
“Aku belum banyak bicara. Tapi nanti kita pasti akan
menemukan jawabannya. Aku harus berterima kasih karena kamu telah membantunya
dalam banyak hal.”
“Tidak usah berterima kasih Bu, siapapun akan
melakukan hal yang sama kalau melihat keadaan seperti yang pak Haryo alami.”
“Tidak, menurutku kamu telah melakukan hal yang luar
biasa. Sebentar, aku ke loket dulu, nanti kita temui pak Haryo bersama-sama.
Mungkin kamarnya telah berbeda dengan kamar yang kemarin kamu pesan.”
“Maaf Bu, saya bingung. Saya pikir kelas satu sudah
bagus.”
“Bukan masalah kamarnya, maksudku kalau kamu
mencarinya ke kamar sebelumnya, kamu tidak akan ketemu karena mungkin aku
memesan kamar yang berbeda. Sebentar ya, tunggu aku disini.”
Sarman menyandarkan tubuhnya dengan lega. Ia yakin Haryo
tak akan marah karena dia mengatakan semuanya kepada isterinya. Bukankah
isterinya begitu baik dan bersedia mengurusnya? Rupanya Haryo takut kepada
bayangannya sendiri, atau terlalu memiliki gengsi yang tinggi, entahlah. Tapi
pertemuan Haryo dan isterinya sungguh membuat Sarman lega. Ia tak usah terlalu
bingung mengurusnya.
***
Desy mendekati ayahnya, ketika melihat tubuh ayahnya
bergerak.
“Bapak ….” Bisiknya.
Haryo membuka matanya.
“Mengapa ibumu melakukannya?”
“Melakukan apa pak?”
“Menolongku. Kenapa tidak dibiarkannya saja aku?”
“Bapak salah menilai Ibu. Ibu tidak pernah mengabaikan
Bapak. Ibu selalu bilang bahwa Bapak masih suaminya.”
Haryo menatap Desy tak percaya.
“Kata Ibu, kalau Allah saja bersedia mengampuni
umatnya yang bertobat, mengapa kita tidak bisa melakukannya, sedangkan kita
hanyalah umat yang sangat kecil dihadapanNya.”
“Aku merasa kecil di mata ibu kamu.”
“Tidak, Bapak tidak boleh punya perasaan seperti itu.”
“Itu kenyataannya.”
“Menangisi hal lampau yang menyakitkan itu akan terus
menerus menyakiti kita. Yang terbaik adalah melupakannya, dan memperbaiki
langkah kita.”
“Kamu anak kecil tahu apa.”
“Bapak lupa, Desy bukan anak kecil lhoh. Desy sudah
akan menjadi dokter beneran,” jawab Desy pura-pura cemberut.
Haryo mengusap kepala Desy dengan tangannya yang
terasa lemah.
“Bapak jangan coba-coba lari seperti tadi ya, awas,
mulai sekarang Desy akan terus mengawasi Bapak.”
Haryo tersenyum tipis, lalu memejamkan lagi matanya.
“Apa yang sekarang Bapak rasakan?”
“Hanya demam, dan lemas. Perut terasa begah.”
“Bapak terlalu banyak pikiran.”
Seorang petugas laborat memasuki ruangan Haryo, karena
harus mengambil sample darah Haryo untuk diperiksa.
“Maaf dok,” kata petugas meminta ijin.
“Silakan.”
Desy benar-benar merasa lega. Ia berjanji akan merawat
ayahnya dengan sebaik-baiknya, dan akan memaksa ayahnya agar tinggal
bersama-sama seperti dulu.
Ketika petugas laborat itu pergi, Tindy masuk, bersama
Sarman. Desy heran, ia mengenal Sarman sebagai sopir kampus di mana ayahnya
mengajar.
“Desy kenal ini kan?”
“Itu kan mas Sarman," kata Desy pelan. Tapi ucapan
yang pelan itu terdengar sangat jelas di telinga Haryo. Ia membuka matanya, dan
melihat pemuda tegap yang berdiri disamping isterinya sedang menatapnya. Lalu
Sarman mendekat.
“Man, aku minta maaf ya.”
“Tidak usah Bapak pikirkan, saya tahu mengapa Bapak
melakukannya. Dan rupanya Allah yang telah mengatur semuanya, sehingga Bapak
bertemu Ibu. Saya minta maaf karena telah menceritakan semuanya.”
Haryo tak bisa berkata apa-apa. Toh akhirnya Tindy akan
mengetahui semuanya. Ada banyak pertimbangan yang akan dilakukannya setelah dia
sembuh nanti. Ia tak bisa sepenuhnya mengharapkan Tindy. Bukan karena Tindy
masih marah, tapi karena Haryo merasa kecil di mata isterinya. Masih adakah
muka? Hanya itu yang selalu dipikirkannya. Tapi sekarang tubuhnya terasa lemas,
bahkan bergerakpun seperti tak mampu. Ditambah lagi permasalahan Sarman yang
kemungkinan besar adalah darah dagingnya. Hal itu membuatnya semakin tak
berdaya menghadapi isterinya.
“Bapak harus tenang. Hal yang paling membahagiakan
adalah bisa berkumpul dengan keluarga yang menyayangi. Tidak seperti saya. Saya
ini tidak punya siapa-siapa Pak. Ibu saya sudah meninggal, dan Bapak saya entah
dimana, sejak saya didalam kandungan tidak pernah memperhatikan saya,” kata
Sarman pilu.
Haryo kembali merasa kepalanya semakin nyeri. Hatinya
remuk bagai dirajang-rajang. Mulutnya ingin mengatakan bahwa dia lah ayahnya,
tapi bibirnya terasa kelu.
“Aku bukan saja penjahat, tapi juga pengecut,”
bisiknya pelan.
“Sekarang Mas beristirahat dulu saja, jangan memikirkan
apapun, supaya segera sembuh,” kata Tindy yang kemudian mendekati ranjang
suaminya.
“Ibu benar, Bapak harus beristirahat dan jangan
memikirkan apapun, supaya segera pulih.”
“Man, pegang tanganku,” bisik Haryo lirih. Sarman
menurutinya, digenggamnya tangan Haryo dan diremasnya perlahan. Tangan itu
begitu panas dan lemas.
“Maukah kamu memaafkan aku?” bisiknya lagi.
“Apa yang Bapak katakan? Bapak tidak bersalah apapun
sama saya.”
“Sudahlah Mas, istirahat saja dulu. Rupanya Mas
terlalu banyak pikiran,” kata Tindy sambil mengajak Sarman duduk di sofa,
bersama Desy juga.
Haryo menatap keduanya.
“Dia darah dagingku, Tindy,” bisikan yang sangat
lirih, hanya terlihat bibirnya bergerak, tapi tak ada suara yang terdengar.
***
“Banarkah? Bapak bersedia pulang?” teriak Lala dari
negeri seberang ketika Desy menelponnya.
Lalu Desy juga bercerita sekilas tentang pertemuan
ayahnya dengan ibunya waktu itu. Tapi Lala sangat sedih mendengar ayahnya dirawat
di rumah sakit.
“Bapak sakit apa?”
“Aku kan pernah cerita waktu itu, tentang keadaan
Bapak. Tapi sekarang ini tampaknya Bapak sangat tertekan. Makan tidak teratur,
lambungnya agak bermasalah.”
“Tapi bagaimana keadaannya sekarang?”
“Sudah lebih baik, sudah bisa tidur nyenyak, tidak gelisah
seperti kemarin-kemarin, dan sudah tidak panas lagi.”
“Syukurlah, sedih aku mendengarnya. Tapi nanti
setelah sembuh Bapak mau pulang kan?”
“Semoga saja Bapak mau, sekarang belum bisa bicara
banyak, tampaknya rasa tertekan itu masih ada.”
“Maukah Ibu bicara sama Bapak?”
“Ya mau dong Mbak, kan yang menemukan Bapak juga Ibu.”
“Masa sih Bapak tetap tidak mau walaupun nanti Ibu
yang mengajaknya pulang?”
“Semoga saja Mbak, Ibu bilang, nanti Ibu akan bicara.
Tapi menunggu keadaan dulu, kalau Bapak sudah lebih baik.”
“Semoga saja segera menjadi Baik. Besok aku akan
menelpon Bapak, kalau sekarang takutnya Bapak sudah tidur. Kan sudah malam?”
“Iya benar.”
“Siapa yang menunggui Bapak, kan kamu juga sambil
bertugas?”
“Mas Sarman yang setiap malam tidur di rumah sakit.”
“Ya ampun, baik benar dia.”
“Iya. Sangat telaten meladeni Bapak.”
“Ya sudah, nanti aku mengganggu, besok saja aku
menelpon Ibu, sekalian sama Bapak, sekarang aku sedang sibuk juga sih.”
“Baiklah, selamat bersibuk ria, semoga berhasil.”
“Oh ya, tunggu, bagaimana kabarnya dokter Danarto?”
“Baik lah, kan dia di Jakarta.”
“Maksudku, hubungan kamu?”
“Ya ampuuun, belum ada apa-apa, kami masih bersahabat.
Sudah, jangan diterusin ngomongnya tentang dia. Doakan saja yang terbaik.”
“Okey, inshaa Allah Mbak pasti mendoakan yang terbaik
untuk kalian semua.”
“Terima kasih Mbak, doa kami juga untuk Mbak.”
Desy menutup ponselnya sambil tersenyum. Lala
mengingatkannya tentang Danarto, dan itu membuatnya sedikit berdebar. Minggu
depan Danarto akan pulang, dan mereka akan bertemu. Aduhai.
***
Setiap pulang dari kampus Tindy selalu memerlukan
menunggui suaminya. Ia merasa tenang, melihat keadaan kesehatan suaminya yang
tampak lebih baik. Namun sang suami tampak tak banyak bicara. Ia hanya menjawab
kalau ditanya. Tindy tahu, Haryo masih dicengkeram oleh rasa bersalahnya,
padahal dia sudah berkali-kali mengatakan bahwa dia sudah melupakannya.
“Bagaimana keadaanmu Mas?”
“Seperti kamu lihat. Aku lebih baik pulang saja. Aku
sudah tidak apa-apa.”
“Apa kamu tahu kalau anak-anak kamu ingin agar kamu pulang
ke rumah?”
Haryo agak kecewa. Mengapa Tindy tidak mengatakan
bahwa dia juga mengharapkannya pulang?
“Apakah aku masih pantas? Apa aku tidak akan menyusahkan
kalian semua?”
“Itu kewajiban keluarga kamu kan Mas?”
“Aku merasa kecil ….”
“Kan sudah berulang kali aku mengatakan, bahwa dosa atau
kesalahan akan terbalut oleh keinginan bertobat dan tekat memperbaiki diri?”
“Apa kamu juga mau kalau aku pulang?”
“Bukankah kamu masih suamiku?”
“Aku sangat kotor, banyak dosa, jahat, nista.”
“Kamu sudah mengatakannya berulang kali, dan aku juga
sudah menjawabnya berulang kali pula.”
“Ada satu dosa lagi yang masih membebani pikiranku.”
Tindy menatap suaminya tajam.
“Aku tidak punya harapan untuk mendapatkan maafmu atas
dosa yang satu ini, karena ini terlalu besar, dan menyangkut kehidupan sesosok
manusia.”
Tindy terkejut. Ia membayangkan suaminya punya isteri lagi selain Nina yang dilihatnya beberapa hari lalu. Dan itukah sebabnya maka dia mengusir Nina?
“Kalau kamu berat meninggalkan isteri kamu yang
satunya lagi, aku tidak apa-apa kok. Sudah sejak lama aku menata batinku untuk
menghadapi kehidupan yang bagaimanapun menyakitkannya,” kata Tindy tanpa
menatap wajah suaminya. Ia mencoba mengurai benang kusut yang kembali menjerat
benaknya.
“Siapa bicara tentang isteri?”
“Siapa sesosok manusia yang Mas maksud? Perempuan kan?”
“Perempuan masa laluku, dia sudah meninggal.”
“Ibunya Danarto? Apa Danarto itu darah dagingmu?”
tanya Tindy cemas, mengingat hubungan Danarto dengan Desy anaknya.
“Bukan dia. Tapi Sarman.”
Tindy benar-benar terkejut.
“Sarman? Dia anakmu Mas?”
Dengan terbata Haryo menceritakan hubungannya dengan
Wulansih, yang tanpa disadarinya saat ditinggalkan telah mengandung seorang
anak yang kemudian diberinya nama Sarman.
“Ya Tuhan ….” Tindy menghela napas panjang. Sangat
panjang, dan kemudian dihembuskannya perlahan. Itu cara dia menata gejolak
batinnya.
“Allah hu Akbar. Begitu indah Allah menata kehidupan umatnya.
Bagaimanapun upaya seorang manusia berusaha menemukan darah dagingnya, belum
tentu bisa bertemu. Tapi Allah melakukannya dengan sangat indah. Kalian
dipertemukan dalam keadaan yang sangat tak terduga,” kata Tindy dengan lembut,
dan Haryo mendengarkannya seperti mendengar sebuah kidung dari sorga.
Suara lembut isterinya, tak ada kemarahan, tapi rasa
syukur. Hati malaikat kah yang bersemayam didalam jiwa isterinya?”
“Tindy, kamu tidak marah?”
Tindy tersenyum sangat tulus. Darah daging yang begitu
baik, santun dan penolong, kehadirannya harus disyukuri.
“Dia akan menjadi anakku juga.”
Dan beban yang menyesak dada Haryo terasa lebih ringan.
“Tapi dia belum tahu semuanya. Aku belum berani
mengatakannya, karena dia pernah berkata bahwa sangat membenci ayahnya.
“Waktu yang akan berbicara,” jawab Tindy sambil
tersenyum, dan itu sangat melegakan hati Haryo. Ingin rasanya ia menghambur dan
memeluk isterinya penuh terima kasih, tapi ditahannya. Rasa tinggi hati itu
masih ada. Tapi Tindy bersyukur, Haryo tak menolak ketika Desy dan Tutut
mengajaknya pulang.
***
Ketika Tindy pulang mengajar sore itu, dilihatnya
Haryo sedang duduk di sebuah bangku diantara kebun melati yang berjajar, mendominasi semua tanaman bunga milik Tindy. Tongkat penyangga tubuhnya
bersandar disisi bangku itu. Tindy melihat tanah basah disekeliling pohon-pohon
perdu dengan kuncup-kuncup putih yang terserak diantara daun-daun menghijau.
“Apa yang Mas lakukan?”
“Menyirami tanaman-tanaman melati kamu, seperti aku
menyirami hati-hati yang gersang karena kemarau yang terlalu panjang.”
Tindy melangkah mendekat, lalu duduk disampingnya, menunggu
malam tiba, saat kuncup-kuncup itu bermekaran dan menebarkan aroma wangi.
******* T A M A T *******
*************************
Biarkan anak-anak muda menyelesaikan tugasnya. Hari
masih panjang untuk menorehkan kisah-kisah indah diantara mereka. Nanti ya…
Sepasang manusia remaja sedang duduk disebuah bangku
taman. Tapi wajah mereka tidak diwarnai oleh bahagia seperti yang tampak pada
pasangan lainnya. Sang gadis tampak menangis dan berkali-kali mengusap air
matanya.
“Sungguh ini bukan mauku mas. Aku memutuskan hubungan
kita karena aku dijodohkan dengan seseorang. Tolong mengertilah.”
“Aku akan merebutmu!” geram sang pemuda dengan mata
merah.
ADUHAI, ada cerita baru yang semoga seru ya. Tungguin,
BUKAN MILIKKU.
**********
Terimakasih Bu Tien salam seroja dan ADUHAI
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien 🙏
DeleteAlhamdulillah juaranya heng Ika Larangan Tangerang .. selamat
DeleteMatur nuwun bu Tien MKJ_50 sdh hadir salam sehat dan tetap semangat
Alhamdulillah eMKaJe Eps_50 sdh tayang. Terima kasih bu Tien.
DeleteMalam ini saya tidak ikutan balapan, selamat kepada juara 1 di eps 50 ini. 🌹🌹🌹
TAMAT.....pas Kakek gak juara
DeleteSengaja jeng Nani aku sudah delegasikan ke jeng Wiwik.... eeee ternyata blm kuat lari paska ISOMAN....hehehe
DeleteJika saya tadi iktan, kan jeng Ika Larangan gak jadsi juaranya dong.
Alhamdulillah... terima kasih mbu tien... sehat² trs
ReplyDeleteAsekkk MKJ dah tayang
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah tayang
ReplyDeleteAlhamdulilah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMakasih bu Tien, semoga sehat selalu
Yessss
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien. Salam sehat utk semuanya..
ReplyDeleteHoreeee dah tayang...makasih bu tien sehat selalu ya bu..salam aduhai dan ah ah dari pondok gede
ReplyDeleteWaaah dah tamat.... belum puas bu tien, bgm reaksi sarman ...tambah lagi dong bu he he he
DeleteAlhamdulillah, Terima kasih
ReplyDeleteSalam sehat mbak Tien dan semuanya.
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda tien
Aduhai
Lhadalah... sampun telas alias tamat.
ReplyDeleteHeppy ending..
Maturnuwun bu Tien
Salam Aduhai
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo,
Alamdulillah...
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap..
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik,
Yes, mkj 50 tayang. Ma kasih bu tienku
ReplyDeleteHallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Trimakasih mbak TIen, sayantunggu cerbung berikutnya. Senoga selalu sehat. Aamiiiin
ReplyDeleteAlhamdulilah
ReplyDeleteTerima kasih...... Bu Tien.
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ 50 sudah tayang
ReplyDeleteIbu Tindy luar biasa ,tetapi bunda Tien Sangat luar biasa , terimakasih bunda sayang ,salam Aduhai dari jkt
Terimakasih bu Tien... Aduhai
ReplyDeletematurnuwun bu tien.. Aduhai ..ah
ReplyDeleteTks Bu Tien ..sdh menghibur kami smuanya.... Smoga Alloh akan membalasnya ,....sehat" ya Tien ...
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ eps 50 (Tamat) sudah tayang. Matur nuwun mbak Tien.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat.
Terimakasih bu Tien
ReplyDeleteMalam ini memang kembang jalanan telah selesai. Semoga ada kelanjutannya dalam trilogi. Dan besok....bukan milikku....waduh...penasaran dan berdebar-debar...semoga tokoh baik selalu dalam kebaikan...terima kasih mbak Tien...salam sehat dan aduhai....
ReplyDeleteTerima kasih bu Tin utk cerita yg membuat penasaran setiap hari
ReplyDeleteKok ya masih ada ya yang UNKNOWN.....
DeleteMemang gak mau diketahui identitasnya, apa gak tahu cara edit profilnya. Kasihan bu Tien dong gak bisa balas komennya lha wong gak ada namanya apalagi fotonya. Ini Ibu apa Bapak...ya ??
Ayo "UNKNOWN" edit dong profilemu, caranya :
1. Ketuk/klik UNKNOWN diprofil/komenmu.
2. Ketuk/klik EDIT PROFIL kanan atas
3. Masukkan biodatamu ke kolom/form yang tersedia, jangan lupa upload foto tercantikmu/ganthengmyu. Periksa lagi, jika sudah benar biodata nomor kontak dsbnya.
4. SIMPAN.
5. Selesai deh tugasmu.
Selamat mencoba jika ada kesulitan hubungi saya 085101776038 atau bu Nani 082116677789
Terima kasih mba Tien atas cerita yang selalu aduhai...
ReplyDeleteJazakillah khoiron katsiro.
Allah maha tahu balasan atas kebaikan seseorang yang memberi kebahagiaan untuk orang lain.
Salam sehat dan hormat dari Cilacap.
Alhamdulillah ..
ReplyDeleteSalam sehat bu Tien ..
Alhamdulilah... MKJ sdh tamat di epsd 50
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien yg baik hati .. akhirnya tindy mengajak haryo pulang... dan menjadi ibunya sarman juga.. aduhai indahnya hidup ini bila mampu berserah diri kepadaNya dg tulus ikhlas spt tindy.. hebaat
Selamat beristirahat bunda..
Semoga sehat & bahagia selalu ya bun..
Salam teraduhai dari sukabumi
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... MKJ telah tamat ditunggu karya selanjutnya... Selamat malam selamat beristirahat semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteTerimakasih Ibu TIEN, akhirnya hati ini.merasa lega karena ending nya bahagia, aduhai , smg sehat" selalu bersama keluarga karya"mu akan selalu kami tunggu Ibu
ReplyDeleteAlhamdulillah tamat dg happy end ...
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien..
Semoga nanti ada terusannya cerita 2D (Desy Danarto).. in Sya Alloh lebih ADUHAI🌷🌷🌷🌷🌷
Alhamdulilah..MKJ sudah tamat
ReplyDeleteCerita yg penuh pesan moral
Matur nuwun sanget Ibu Tien..mugi Ibu tansah sehat
Salam aduhai
Oh akhirnya Haryo kembali ke istri sahnya...Bu tindy yg berhati malaikat....trims Bu Tien.... love you
ReplyDeleteYaaah kok sudah tamat mbak Tien?.sebetulnya saya menunggu tentang SARMAN lho.
ReplyDeleteBtw saya paling senang interaksi percakapan Danarto dan Desy, ah jadi kangen nih.
Aduhai, bagaimanapun terimakasih untuk MKJ nya, sarat makna, ah tidak bisa mengungkapkan, kecuali terimakasih2 mbak Tien, salam aduhai.&Sugeng istirahat .🙏🙏🙏
Alhamdulillah. Mtr nuwun bunda Tien.
ReplyDeleteSelalu sehat & bahagia bersama keluarga.
Ditunggu cerita barunya . .
Akhirnya bahagialah keluarga haryo
ReplyDeleteKu tunggu “ Bukan milikku”
Maturnuwun, mb Tien.
ReplyDeleteSudah tamat.....
Begitu mulianya Tindy.
Salam maniiiis n aduhai mb Tien
Tetep ditunggu cerita baru nya
Yuli Suryo
Semarang
Ayo Ibu Yuli Semarang, edit dong profilemu, caranya :
Delete1. Ketuk/klik UNKNOWN diprofil/komenmu.
2. Ketuk/klik EDIT PROFIL kanan atas
3. Masukkan biodatamu ke kolom/form yang tersedia, jangan lupa upload foto tercantikmu/ganthengmyu. Periksa lagi, jika sudah benar biodata nomor kontak dsbnya.
4. SIMPAN.
5. Selesai deh tugasmu.
Selamat mencoba jika ada kesulitan hubungi saya 085101776038 atau bu Nani 082116677789
Kakek, sdh nyoba sih tp kok blom bisa 2
DeleteGaptek
Alhamulillah sudah tamat MKJ nya
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien, saya tunggu cerita yang lain
Salam sehat dan aduhai
Akhir yg indah...
ReplyDeleteTrima kasih Bu Tien... Ditunggu cerita2 indahnya... Sehat selalu..,😘😘😍😍😍
Trmksh mb Tien MKJ eps 50 T A M A T
ReplyDeleteKisah "Memang Kembang Jalanan" terhenti di sini, namun pembaca ingin tahu kisah Sarman.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien...
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSmg mb Tien diberi sehat sll dan bahagia bersama kelg tercinta
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteKutunggu cerbung baru BUKAN MILIKKU
DeleteTerima kasih Bu Tien, Cerbung yg luar biasa, banyak pelajaran kehidupan yg bisa kita ambil,semoga Bu Tien sehat sehat selalu.
ReplyDeleteAyo Ibi/Bapak edit profilemu, caranya :
Delete1. Ketuk/klik UNKNOWN diprofil/komenmu.
2. Ketuk/klik EDIT PROFIL kanan atas
3. Masukkan biodatamu ke kolom/form yang tersedia, jangan lupa upload foto tercantikmu/ganthengmyu. Periksa lagi, jika sudah benar biodata nomor kontak dsbnya.
4. SIMPAN.
5. Selesai deh tugasmu.
Selamat mencoba jia ada kesulitan hubungi saya 085101776038 atau bu Nani 082116677789
Terima kasih bu Tien, sy sll menunggu cerita2 kelanjutannya, semoga ada di episode berikutnya ya. Salam sehat sll bu Tien
ReplyDeleteTerimakasih banyak Bunda Tien cerbungnya,
ReplyDeletemasih pengen baca cerbungnya...tapi dah tamat,
gimana kelanjutan asmara dokter Desy dan Danarto...
Sehat2 selalu ya bunda Tien,
salam aduhaaaiiiii
Ahhh.... sudah selesai, sedikit digantung tidak mengapa sudah jelas hasilnya.
ReplyDeleteSambil menunggu BUKAN MILIKKU yang pasti seru juga.
Ciri khas cerbung mbak Tien selalu ada pesan moral yang tinggi nilainya.
Salam sehat selalu ADUHAI Ah Ah mbak Tien yang ADUHAI.
Puji Tuhan, selasai dgn kebahagiaan.
ReplyDeleteCerita baru BUKAN MILIKKU kok ada mirip2 cerita terdahulu yg ada nama Teguh...anak2 mereka saling jatuh cinta .. Wah lupa judulnya..
Alhamdulillah MKJ 50 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Maturnuwun bu Tien...MKJ50 TAMAT...
ReplyDeleteAkhirnyaaaa...
Haryo pulang kerumah dan berkumpul dgn anak n istri sahnya...
Aduhaiii...
Anak2 blm ada kelanjutannya..
Menunggu cerbung baru BUKAN MILIKMU..
Semoga bu Tien selalu sehat..salam aduhaii..🙏💟🌹
Ah... Sdh tamat, menunggu cerbung baru, maturnuwun ibu Tien, semoga tetap sehat dan semangat dlm berkarya, sukses selalu, selamat beristirahat
ReplyDelete𝐀𝐥𝐡𝐚𝐦𝐝𝐮𝐥𝐢𝐥𝐥𝐚𝐡 ...𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐭𝐚𝐦𝐦𝐚𝐭 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐝𝐢 𝐌𝐊𝐉50... 𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚..𝐀𝐚𝐦𝐢𝐢𝐧 𝐘𝐑𝐀🙏🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah, sudah tamat MKJnya...request mbak Tien cerita tuk anak2nya...ngarep.com
ReplyDeletesalam sehat selalu
Tungguin ya Ibu Umi.
DeleteSabaaar
Alhamdulillah.sdh hadit.. Terima kasih Bu Tien.. Duuuh jadi penasaran..apa nanti sikap Sarman.. Setelah tahu bahwa pa Haryo adalah ayahnya... Ku menanti cerita anak2nya dengan judul yg lain ya Bu Tien.. Matur nuwun..
ReplyDeleteSalam Ah Aduhai.. Sehat selalu Ibu.. #dari Mbu Nina Karawang#
Hadir sih hadri mBu Nina Karawang...... semoga bukan Nina ibunya Endah dan Ana.
DeleteAyo mBu Nina edit profilemu, caranya :
1. Ketuk/klik UNKNOWN diprofil/komenmu.
2. Ketuk/klik EDIT PROFIL kanan atas
3. Masukkan biodatamu ke kolom/form yang tersedia, jangan lupa upload foto tercantikmu. Periksa lagi, jika sudah benar biodata nomor kontak dsbnya.
4. SIMPAN.
5. Selesai deh tugasmu.
Selamat mencoba jia ada kesulitan hubungi saya 085101776038 atau bu Nani 082116677789
Baiklah Ibu Nina
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteIbu Tien kenapa sdh taman ceritanya kok nanggung. Mbok dilanjut bagaimana janya hubungan sarman dng keluarga Haryo juga Danarto jadikah dng Dessy.
Tamatnya nanggung ibu.....
ReplyDeleteBagaimana Kondisi Sarman dng kelg Haryo
Dan kisah anak2 Tindy selanjutnya?
Sabar ya Ibu . Nanti ada kok. Di lain kisah. Ini kan kisah miliknya Tindy
DeleteAlhamdulillah.MKJ Oyee.Maturnuwun Mbak Tien K.Salam Sehat selalu.Ah Aduhai
ReplyDeleteMatur nuwun sanget Mbak Tien MKJ sangat menghibur kami. Semuanya happy ending. Cuma sayang keberadaan Sarman kok masih menggantung dalam ceritanya. Membuat penasaran aja. Pengin kelanjutan 2 D juga... Desi dan Danarto. Ditunggu ya Mbak Tien cerita selanjutnya. Semoga Mbak Tien dan kelg selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan. Amin.
ReplyDeleteSami2 Ibu Ira,
DeleteMereka masih sekolah, sabar ya. Pasti akan datang lagi kok.
Terima kasih Mbak Tien ... Cerbung MKJ nya sdh TAMAT ... Ditunggu cerbung berikutnya ... Smg Mbak Tien / kelrg sehat & bahagia sll ... Salam Aduhai .
ReplyDeleteMatur suwun bu tien...ending yg sangat aduhai...saya tunggu cerita selanjutnya BUKAN MILIKKU..sehat selalu njih bu..
ReplyDeleteAlhamdulillah ... Ending nya melegakan, semangat ya bu Tindy, Sarman dan adik2 nya satu ayah, Lala, si-Dokter muda cantik Desy, Tutut ... dan juga Dokter Danarto.😘
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien Kumalasari yg 'ruar biasa dan tetap kami tunggu karya ibu berikutnya.
ADUHAII ... 🌹🎉
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun
Terimakasih, mtr nuwun Mbak Tien, salam Aduhai
ReplyDeleteAlhamdulillah tamat
ReplyDeleteDr Danarto ma Desy yaaa trus Sarman gmn????yaa tp makasih bu Tien sdh ini hiburan yg aduhai👏🤭🙏🙏🎂🎂🎂❤❤❤❤
Sami2 Ibu Yanti
DeleteDr. Danarto akan datang nanti, kalau sekolahnya sudah kelar. Sabar ya
Alhamdulillah, hadirnya MKJ 50 sekaligus mengakhiri cerita...
ReplyDeleteTrm ksh mbak Tien, telah menghibur pembaca dengan inspiratif, semoga sehat dan bahagia selalu. Kami tunggu cerita selanjutnya "Bukan Milikku"🥰
Sami2 Ibu Pudya
DeleteADUHAI AH
Semlm smp 3x membc mkj 50 tdk slsi diserang rasa kantuk... Alhamduliah dini hr terbangun stlh sholat meneruskan baca tyt dibwh tertulis tamat. Terasa menggantung sih endingnya?
ReplyDeleteAdakah ada didunia nyata wanita sebaik Tindy? Cantik pintar dan sangat baik hati serta selalu legawa memandang setiap dera yg menimpanya? mgkn satu kata yg cocok utknya loving you what can i do best..
Haryo yg selama hidupnya jumawa merasa sbg laki2 sempurna di akhir hidupnya menerima buah yg ditanamnya bertekuk lutut disudut kelembutan Tindy yg tak pernah lekang
Sarman Lala Desy dan Tutut seayah serta dr. Danarto akan menjd kel besar Haryo dg alur crt sesuai imajinasi kita msg2 minus Nina Endah dan Ana yg akankah tetap menjd kembang jalanan hanya mb Tien yg bs meneruskan di crt yg lain.
Bukan milikku akan selalu ditunggu sll oleh para pctk🤗
Trmksh mb Tien utk crt mkjnya... slm seroja dan salam aduhai tentunya nembersamai kita dlm setiap episode cerita bukan milikku😘🙏🤲🤗
Sami2 jeng Sapti
DeleteADUHAI AH
Tungguin, Desy dll masih sekolah tuh.
Hehee.. nanti pasti gantungannya akan dicopot kok
Wow selesai sudah, perjuangan anak-anak Tindy mendapatkan kembali Ayahnya.
ReplyDeleteBegitulah kelegaan Haryo..
Tindy benar benar ibu kehidupan yang selalu ingin menyadarkan membimbing anak-anak menghadapi kehidupan yang kebetulan anak-anak nya juga perempuan, justru kejujuran Haryo tentang siapa sebenarnya Sarman diterima sebagai sebuah karunia bahwa dia punya anak laki-laki, tentu tidak susah Tindy menjelaskannya pada Sarman bahwa Haryo adalah ayahnya.
Karena Tindy Empu kehidupan yang penuh kesadaran mendidik anak-anaknya termasuk Sarman menjalani peziarahan di kehidupan ini sesuai porsinya masing-masing.
Memang makanan pakai porsi segala, passion passion wis jadi menjalani nggak membebani justru dengan senang hati..
Ah enggak tahu lah
Bukan milikku..
Hé hé hé ngarep arep kok dudu dhuwèké..
Terimakasih Bu Tien;
Memang Kembang Jalanan yang ke lima puluh sudah tayang.
Indah penggambaran kehidupan, sebuah kisah permenungan.
Sehat bersemangat menghadapi menjalani peziarahan di kehidupan ini.
Terimakasih sekali lagi Bu Tien,
Sehat sehat selalu doaku 🙏
Sedjahtera bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Sami2 Nanang yang selalu ber komen dengan sak sirmu dewe 😍😍
DeleteTapi aku seneng.
Aamiin doanya yo Nang.
Matur nuwun juga.
Trimakasih bu Tien Mkj sdh tayang, sdh tamat kita tunggu cerbung barunya......
ReplyDeleteTrimakasih banyak
Sami2 Ibu Endang
DeleteADUHAI AH
Terima kasih mbak Tien.
ReplyDeleteSuatu kisahyang luar biasa, apalagi ini sebuah kisah nyata. Ternyata masih ada pribadi yang sudah bisa meredam egoismenya.
Salam sehat.....
Salam aduhai....
Tindy ....kaulah calon penghuni surga .... 👍
Sami2 mas Hadi. Lama nggak komen. Matut nuwun kawigatosanipun
DeleteADUHAI AH
Assalamualaikum wr wb. Mkj sudah tamat, banyak pelajaran hidup dan kehidupan yg bisa dipetik. Tindy wanita dan istri yg memiliki hati yg seluas samudra yang begitu mulia, jujur, mudah memaafkan kesalahan orang lain, terutama suaminya yg sdh sangat menyakiti hatinya. Aduhai... Maturnuwun Bu Tien ditunggu di episode BM, semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin dan tetap semangat dlm berkarya. Aamiin Yaa Robbal'alamiin...Salam sehat dari Pondok Gede..
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
DeleteAamiin Ya Robb
Nuwun Pak Mashudi
Alhamdulillah ,berakhir bahagia.
ReplyDeleteMakasih mba Tien. Salam sehat dan tetap semangat. Aduhai.
Ditunggu karya mba selanjutnya
Sami2 Ibu Sul
DeleteADUHAI AH
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien MKJ sdh berakhir
Senangnya ya mereka akhirnya dpt berkumpul tambah anak lanang Sarman , Aduhaaii 👍
Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien
In syaa Allah Bisa lanjut baca BUKAN MILIKKU
Sami2 Ibu Ika Laksmi
DeleteAamiin
Slmt hari minggu bunda Tien.. Alhamdullilah MKJsdh TAMAT.. Smgpengganti lbh penasaran lagi.. Danterutama bunda sehat sll dan tetap semangaat.. SlmSeroja dri skbmi🙏🙏🥰🥰
ReplyDeleteSelamat harming juga.
ReplyDeleteAamiin
Matur nuwun Ibu Farida.
Terima kasih Bunda Tien MKJ sangat memberikan inspirasi khusus buat saya sendiri karena mirip dg jalan hidup yg selama ini saya lalui, demikian juga tokoh Tindy hampir seperti istri yg tidak pernah marah walaupun suaminya banyak salah dan dosa.
ReplyDeleteSemoga Bunda Tien diberikan kesehatan biar saya terus bisa baca Cerbung yg baru.
Sami2 Pak Subagyo
DeleteAamiin atas doanya.
Luar biasa. Pengalaman adalah guru yang terbaik bukan?
ADUHAI
Alhamdulillah telah selesai ceritanya dengan bahagia
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
Salam sehat selalu
Salam Aduhaiii 😍
Sami2 Ibu Yulie
DeleteADUHAI AH
Terima kasih Bunda Tien
ReplyDeleteMembaca MKJ seperti bercermin
Karena kehidupanku hampir sama seperti Haryo dan istriku seperti Tindy (terima kasih istriku )
Saya sangat menunggu Cerbung selanjutnya.
Sami2 Pak Subagyo
DeleteSemoga sekarang menemukan kebahagiaan bersama keluarga. Aamiin
Matur nuwun bu Tien.MKJ happy end..Haryo menyadari kesalahannya, bertaubat dan membuka lembaran baru. Pelajaran yg sangat berharga terutama pribadi Tindy..Sebagai wanita Tindy hampir sempurna (yg sempurna Allah), perlu dicontoh meskipun sulit bagi saya ..Semoga bu Tien sehat sehingga bisa menyapa dg cerber barunya. Aamiin
ReplyDeleteSami2 Ibu Noor
ReplyDeleteAamiin
ADUHAI AH
Assalamualaikum wrwb...
ReplyDeleteYaaach cuthel..
Salam kangenkrluarga besar PCTK ... Susi kamto bali*; .
Alhamdulillah, MKJ ke-50 sudah tayang. Tindy ..si pembelajar dalam kehidupan setiap isteri. Bu Tien, terimakasih intuk pelajarannya.
ReplyDeleteKutunggu bukan milikku.
Semoga Bu Tien selalu sehat.
Sami2 Ibu Ira
ReplyDeleteAamiin
Terima kasih Bu Tien....
ReplyDeleteDitunggu undangan dr. Deasy dan dr. Danarto nya ...😊🙏
Sami2 Pak Prim
ReplyDeleteTungguin ya
Selamat malam bu Tien.
ReplyDeleteSemoga bunda sehat selalu dan selalu sehat, agar dapat menghibur dan hadir ditengah-tengah para penggemarnya walau hanya berupa tulisan. ADUHAI.
SEMOGA MALAM INI BUKAN MILIKKU.
sudah terbit bersama tenggelamnya matahari Selasa, 01 Maret 2022.
In Shaa Allah.
Cerita dokter Danarto kapan dilanjut?
ReplyDeleteNama dokter Danarto mengingatkan saya pada cerita Sandiwara Radio Bahasa Jawa berpuluh tahun silam dalam serial KEMBANG SEDEP MALEM. karya Tien Kumala sari Hidayat. Masih ingatkah Bunda Tien?
Kesuwun Bu Tien
ReplyDeleteAtas segenap cerbung nya