MEMANG
KEMBANG JALANAN 23
(Tien Kumalasari)
Danarto
perlu mengingat-ingat untuk beberapa detik lamanya.
“Mengapa
harus begini mas, ini merepotkan bukan?” kata Desy. Danarto melupakan kemauan
mengingat-ingat tentang siapa yang memanggil namanya itu, lalu menarik lengan
Desy dan diajaknya masuk kedalam.
“Iya,
biar kami menunggu disana saja,” sambung Tindy.
“Tidak Bu, Ibu dan Desy menunggu didalam, disini bising. Saya akan menyuruh salah
seorang perawat untuk mengantarkan hasil tes itu kemari,” kata Danarto sambil
terus mengajaknya masuk, lalu menutup pintunya.
“Silahkan
duduk dulu. Saya melayani pasien disebelah situ.”
Danarto
mengambilkan minuman yang kemudian diletakkannya di meja.
“Ibu, Desy,
silakan diminum sambil menunggu.”
“Terima
kasih lho nak,” kata Tindy.
“Sama-sama Ibu.”
Lalu
Danarto masuk keruangan sebelahnya yang ternyata tersambung dengan ruang
prakteknya.
“Dia itu
anak baik, santun dan menyenangkan,” gumam Tindy.
“Iya Bu.
Memang benar. Tampaknya dia juga menyesal karena ibunya menjadi isteri siri
bapak. Tadi benar-benar dia meminta maaf.”
“Bapakmu
yang salah.”
“Ibu
masih pusing ?”
“Sudah tidak.
Aku juga tidak lagi merasa demam. Aku sudah bilang bahwa aku terlalu capek.”
“Capek
hati juga ya?”
“Tidak,
kamu jangan mengada-ada. Ibu baik-baik saja.”
“Syukurlah.”
Sementara
itu Endah merasa kesal, karena Danarto tidak merespon panggilannya. Ia tidak
tahu siapa kedua wanita yang tadi diajaknya masuk ke dalam, dan sudah beberapa
pasien keluar, tapi keduanya belum tampak keluar.
“Siapa
mereka? Mas Danarto tampak sangat menghormatinya. Bahkan dia tidak mempedulikan
aku walau aku berteriak memanggilnya,” gumam Endah dalam hati.
Sementara
itu seorang perawat yang tadi disuruh Danarto untuk mengirimkan hasil lab nya
Tindy memasuki ruangan itu.
“Dokter,
ini hasil lab nya ibu Tindy Astuti.”
“Oh,
sudah jadi ya? Baiklah, terima kasih. Taruh di mejaku dulu,” kata dokter
Danarto yang masih tampak memeriksa pasien.
“Permisi
dokter,” perawat itu berpamitan.
“Ya,
silakan.”
Pasien
itu, seorang ibu, sudah selesai diperiksa. Ia duduk di depan dokter Danarto.
“Apa
sakit saya parah, dok?”
“Tidak, Ibu
makan tidak teratur, jadi pencernaan ibu kurang bagus. Asam lambung juga naik.
Itu yang menjadi penyebab rasa mual dan nafsu makan berkurang.”
“Iya
dokter, saya mengurusi tiga anak saya yang masih kecil-kecil, sehingga sering
lupa makan.”
“Itulah Bu, mulai sekarang Ibu harus makan dengan teratur.
Kurangi makan dan minuman yang terasa asam, juga makanan berlemak.”
“Baiklah dokter.”
“Ini resepnya, boleh diambil di rumah sakit ini. Serahkan
saja nanti di instalasi farmasi, atau apotek. Ada yang harus diminum sebelum
makan ya, nanti Ibu bisa membaca aturan
minumnya yang tertulis di etiket.”
“Baik dokter, terima kasih banyak,” kata sang pasien sambil
beranjak keluar.
“Nona Endah,” pembantu dokter itu memanggil pasien berikutnya.
Danarto ingin berdiri untuk menyerahkan hasil lab Tindy ke
sebelah, ketika pasien yang baru masuk Kembali menyebut namanya.
“Mas Danarto,” panggilnya.
“Ya. Siapa ya?”
“Masa Mas lupa, saya Endah, anaknya pak Haryo.”
“Ooh, iya. Maaf saya lupa. Sakit apa?”
“Ini … saya sering mual … dan tubuh terasa lemas setiap
bangun pagi,” kata Endah yang terus menatap wajah Danarto tak berkedip, dan itu
membuat Danarto kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia merasa aneh, tampaknya Endah tidak sedang sakit.
“Suster, periksa tensi nona Endah, saya akan ke sebelah.
Kalau ada kelainan, laporkan saja, nanti saya akan memeriksanya. Tapi kalau
baik-baik saja, ya tidak perlu, tampaknya mBak Endah ini baik-baik saja.”
“Baiklah dokter. Mbak, silahkan tiduran sebentar.”
“Mungkin karena ada masalah di pencernaan. Saya akan tuliskan
resepnya,” kata dokter Danarto sambil mengambil lembaran resep dan menuliskannya. Danarto tahu, Endah pura-pura sakit.
“Apakah … saya tidak diperiksa dulu?”
“Suster
pembantu saya akan memeriksa tekanan darah Mbak, resepnya sudah saya tuliskan.
Saya sedang ada tamu,” kata Danarto sambil mengambil laporan laboratorium untuk
Tindy, lalu melangkah ke ruang sebelah.
“Tekanan
darah bagus, normal.”
“Mengapa
dokter tidak memeriksa perut saya? Eh, memeriksa saya?”
“Tampaknya
dokter melihat anda baik-baik saja, sehingga tidak perlu diperiksa secara cermat.
Sekarang Mbak boleh turun. Itu resep yang diberikan dokter.”
Endah
kesal bukan alang kepalang. Dia sudah memakai pakaian atasan dan celana Panjang,
sehingga memudahkan apabila dokter memeriksanya. Tapi dia tidak menyentuhnya
sama sekali.
“Sudah cukup
Mbak, saya akan memanggil pasien lain, itu resepnya silahkan dibawa.”
“Siapa
sebenarnya tamu dokter Danarto? Orang penting ya?”
“Saya
tidak tahu Mbak, tapi melihat bahwa dokter Danarto sangat memperhatikannya,
tampaknya memang iya. Tapi saya tidak tahu persis. Silahkan mbak.” Perawat itu
membukakan pintu, agar Endah segera keluar.
Sementara
itu Desy dan Tindy mendengar sekilas perbincangan dokter Danarto dan pasiennya.
Semula mereka tidak begitu memperhatikan, tapi ketika pasien itu menyebut bahwa
dirinya anak pak Haryo, Tindy dan Desy terkejut. Desy ingin keluar dan menunggu
pasien itu agar bisa melihat siapa dia sebenarnya, ketika Danarto muncul.
“Ini bu,
hasilnya sudah keluar, tapi sepertinya tidak ada yang menghawatirkan. Cuma saja,
saya hanya melihat sekilas, yang berwenang menentukannya adalah dokter Linda.”
“Oh,
syukurlah,” kata Tindy.
“Saya
tadi tanpa sengaja mendengar ada anak pak Haryo, benarkah?” tanya Desy.
“Oh, iya.
Saya hampir lupa, saya pernah bertemu dia ketika menemui pak Haryo. Dia juga
melayat ketika ibu saya meninggal, cuma karena sekilas, saya sedikit lupa.”
“Oh. Tapi
benarkah dia anak pak Haryo?”
“Bukan.
Menurut pak Haryo, dia anak dari bu Nina,” kata Danarto hati-hati, karena
tampaknya ada hubungan yang kurang baik diantara keduanya dan pak Haryo.
“Terus
terang saja nak, karena nak Danarto sudah mengenal pak Haryo juga, saya mau
mengatakan, bahwa Nina itu isteri siri pak Haryo.”
“Oo, begitu
ya bu, tapi mengapa pak Haryo memilih tinggal disana, bersama isteri siri nya?”
“Yah,
saya tidak tahu nak, mestinya karena pak Haryo lebih mencintainya,” kata Tindy
sambil tersenyum.
“Aneh ya
bu?” tukas Danarto.
“Apanya
yang aneh?”
“Jauh
bedanya dengan Ibu Tindy. Lebih anggun, lebih … ah, menurut saya harusnya pak Haryo
lebih suka bersama Ibu Tindy.
“Ah,
sudahlah, jangan membicarakan hal yang tidak pantas. Saya bahagia dengan
kehidupan saya sekarang. Ayo Desy, kita pulang, kita sudah mengganggu waktunya
nak dokter,” kata Tindy kemudian kepada Desy.
“Iya Bu.”
“Tidak
mengganggu Bu, saya senang bisa berkenalan dengan Ibu, apalagi karena Ibu
seperti sudah memaafkan almarhumah ibu saya.”
“Tak ada yang
harus dimaafkan nak, bu Larsih tidak bersalah,” kata Tindy tulus, lalu dia
berdiri sambil menggamit tangan Desy untuk diajak pulang.
"Bolehkah sesekali saya main ke rumah Ibu?" tanya Danarto sedikit ragu.
"Mengapa tidak? Silakan saja. "
"Terima kasih Bu."
Danarto
mengantarkannya sampai ke pintu.
Ketika
Danarto kembali ke ruang prakteknya, suster pembantu itu belum memanggil pasien
berikutnya.
“Bagaimana
dengan nona Endah tadi?” tanya Danarto.
“Tensinya
bagus. Saya merasa dia memang baik-baik saja. Dokter mengenalnya?”
“Iya,
mengenalnya, tapi lupa-lupa ingat sih.”
“Dia
sudah tiga kali ini datang untuk periksa. Tapi tampaknya dia hanya ingin
bertemu dokter saja.”
“Masa?”
Lalu
perawat itu menceritakan bagaimana Endah yang begitu ingin diperiksa dokter
Danarto, bahkan kemarin juga tidak berhasil karena dia ketiduran dan dokternya
sudah pulang.
Danarto
tertawa lebar. Dia juga tahu bahwa tadi Endah sebenarnya tidak sakit, itu
sebabnya dia enggan memeriksanya. Bagaimanapun sikap Endah kelihatan sekali
kalau ingin mendekatinya. Sayangnya Danarto tidak tertarik.
***
Desy
menggandeng lengan ibunya menuju ke tempat parkir. Tanpa setahu mereka, sepasang
mata mengawasinya dengan tatapan kesal.
“Siapa
sebenarnya dia? Tampaknya seperti ibu dan anak. Keduanya cantik, dan mas
Danarto memperlakukannya sangat istimewa,” kata Endah yang dibakar api cemburu.
Tentu
saja Endah tidak tahu bahwa Tindy adalah isteri sah Haryo, dan Desy adalah
anaknya, karena mereka memang belum pernah bertemu.
“Des,
ayolah agak cepat, kenapa kamu ini ?” tegur Tindy karena Desy tampak seperti
mencari-cari.
“Desy
penasaran dengan yang mengaku sebagai anaknya Bapak. Seperti apa ya orangnya?
Seandainya tadi bisa keluar untuk melihatnya,” kata Desy.
“Kamu itu
seperti kurang pekerjaan saja. Melihatnya saja belum pernah, bagaimana kamu mau
mencari-carinya?”
“Iya juga
sih. Kalau saja tadi bisa cepat keluar untuk melihatnya.”
“Untuk
apa sih Des. Kalau kamu bisa melihatnya sekalipun, lalu untuk apa?”
“Namanya
juga penasaran bu.”
“Ya sudah
ayo, segera ke mobil. Kamu itu seperti anak kecil saja.”
“Lhoh, bu
Haryo ?” tiba-tiba sebuah suara mengejutkannya. Endah yang berdiri tak jauh
dari tempat itu dan melihatnya juga terkejut. Nama Haryo tak asing karena
dia suami siri ibunya. Tapi dia benar-benar terkejut ketika wanita cantik itu
dipanggil ‘bu Haryo’.
“Ee, Bu
Mul ?” Tindy mengenalnya karena bu Mul adalah tetangga sebelah rumah.
“Bu Haryo
sakit apa? Siapa yang sakit? Bu Haryo apa mbak Desy ini?”
“Ibu yang
sakit, tapi ini tadi hanya ke laborat untuk periksa darah. Dokter yang
memintanya,” kata Desy.
“Lho,
sakit apa?”
“Tidak
apa-apa Bu, hanya kecapekan. Bu Mul ke rumah sakit juga sakit apa?”
“Biasa bu,
kontrol tensi sebulan sekali. Ini tadi agak kesiangan. Tapi saya sudah mendaftar pagi tadi.”
“Ya sudah
Bu, buruan, sebelum dokternya pulang.”
“Biasanya
dokter Danarto pulang agak siang. Ya sudah bu, saya permisi,” kata Bu Mul sambil
berlalu.
Endah menatap punggung ke dua wanita yang berjalan menuju ke parkiran. Penasaran, Endah mengejar wanita yang dipanggil bu Mul.
Ia
mendekati bu Mul, dan duduk di sampingnya ketika wanita itu duduk di kursi
tunggu.
“Ibu
sakit apa?” tanya Endah pura-pura ramah.
“Hanya
kontrol nak, saya sudah daftar pagi tadi. Untunglah dokter Danarto belum
pulang.”
“Ibu
kenal sama … sama … bu Haryo tadi?”
“Ya kenal
nak, beliau itu tetangga saya.”
“Apa dia
dosen?”
“Dosen,
dan sudah profesor lho. Sayang sekali, suaminya meninggalkan dia,” kata bu Mul
yang ternyata mengetahui perihal keluarga Tindy.
“O,
suaminya meninggalkan dia? Kalau suaminya pergi, berarti bu Haryo itu yang
nggak bener.”
“Nggak
bener bagaimana sih nak? Dia itu wanita yang baik, lembut, ramah. Putrinya ada
tiga, pintar-pintar semua. Kabarnya yang sulung mau sekolah ke luar negri, yang
tadi bersama ibunya itu, calon dokter, adiknya juga sudah kuliah.”
“Kalau
baik, mengapa suaminya meninggalkannya?”
“Suaminya
saja yang suka menyeleweng. Mentang-mentang kaya, suka mainin perempuan. Saya
kasihan sama bu Tindy, eh bu Haryo,” bu Mul meralat panggilannya.
Hal itu
membuat Endah yakin bahwa mereka adalah isteri dan anaknya pak Haryo.
“Huh,
sebel benar, ibu ini memuji-muji bu Tindy setinggi langit. Jadi mereka kenal
baik dengan mas Danar? Kok mas Danar begitu memperhatikannya sih,” batin Endah.
“Ibu Mulyani,”
pembantu dokter memanggil.
“Maaf
nak, saya sudah dipanggil,” kata Bu Mul sambil berdiri dan melangkah masuk.
Endah
masih tetap duduk. Dia penasaran dengan sikap dokter Danarto yang memeriksa
dirinya dengan acuh tak acuh. Dia harus bicara setelah pasiennya habis.
***
Ketika
pasien sudah habis, Endah melihat Danarto keluar dari ruangan. Tanpa jas dokter
yang tadi dipakainya, Danarto tampak lebih tampan dan menarik, membuat Endah
berdebar menatapnya.
“Mas
Danarto.”
Danarto
menghentikan langkahnya. Menatap heran ketika Endah masih ada diluar ruang
prakteknya.
“Kok
masih disini ?”
“Saya
masih ingin bicara Mas.”
“Bicara apa
ya? Sebentar lagi saya ada pertemuan,” jawab Danarto sekenanya.
“Sebentar
saja. Saya heran, mas Danar kok sepertinya lupa sama saya?”
“Oh,
maaf. Soalnya kita ketemu juga hanya sekilas, jadi lupa-lupa ingat. Tapi
sekarang sudah ingat kok.”
“Saya ini
sakit beneran Mas, kenapa tadi tidak memeriksa saya dan hanya mendengarkan keluhan
saya?”
“Saya
kira Mbak Endah hanya salah makan, atau apa. Wajahnya kelihatan baik-baik saja
kok.”
“Tapi
saya tidak puas karena Mas tidak memeriksa saya. Masa dokter hanya mendengarkan
keluhan dan langsung menyimpulkan penyakit saya.”
Danarto
sebenarnya merasa bersalah. Tapi dia tahu bahwa Endah hanya ingin mendekati
dia.
“Baiklah,
ayo sekarang masuk lagi ke ruangan periksa.”
Endah
melonjak kegirangan. Ia berjalan mengikuti Danarto yang kembali masuk ke
ruangan prakteknya.
“Lho,
dok, ada apa lagi?” tanya pembantunya yang sedang membersihkan ruangan.
“Sus,
tolong antarkan Mbak Endah ini ke ruang USG, tunggu hasilnya dan bawa kemari
ya. Nanti bayarnya biar ditagih ke saya.”
“Oh, baik
dokter," jawabnya agak heran.
“Apa?
USG?” Endah terkejut bukan alang kepalang.
***
Besok lagi
ya.
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah eMKaJe_23 sudah tayang. Terima kasih bunda Tien, salam sehat dan tetap ADUHAI....
Delete❤️🤝🙏🌷
Horee, pak Djoni juara satu
DeleteSami2 mas kakek
DeleteAkhirnya Pak Djoni juara 1
DeleteSelamat p. Djoni, akhirnya bisa juara. Terima kasih bu Tien ku MKJ 23 tayang, sehat2 bu
DeleteYes
ReplyDeleteYo owh sudah tayang, OK
ReplyDeleteKurang sitik Nang
DeleteAlhamdulillah mkJ tayang gasik, manusan bu Tien. slm sehat tetap cemungud
ReplyDeleteAlhamdulillah...terimakasih bu tien
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien,sdh tayang MKJ 23,,Segera dibaca,,
Salam sehat wal'afiat semua bu Tien n Salam ADUHAAII 🙏🤗
Sami2 ibu Ika Laksmi
DeleteADUHAI
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Salam Aduhai
Sami2 ibu Endah
DeleteADUHAI
Alhamdulillah rada gasik, Maturnuwun sanget mbak Tien, mugi tansah pinaringan sehat. Aamiiiin
ReplyDeleteSami2 pak Bambang
DeleteAamiin
Alhamdulillah...
ReplyDeleteAlhamdulilah
ReplyDeleteAlhamdulillah gasik....salam aduhai bunda sehat selalu njih bund
ReplyDeleteAamiin
DeleteTerimakasih ibu Wiwik
Terima kasih Bunda Tien...sudah hadir
ReplyDeleteSami2 ibu Sriati
DeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni,
Alamdulillah...
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap
Sami2 pak Wedeye
DeleteSalam ADUHAI..
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Alhamdulillah MKJ 23 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Sami2 ibu Uchu
DeleteSehat dan ADUHAI
Alhamdulillah bisa menikmati MKJ lebih awal..
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien, tetep sehat,semangat dan yg pasti makin ADUHAI..🥰
Sami2 ibu Padmasari
DeleteADUHAI
Shiiiip. 👍
ReplyDeleteADUHAI
DeleteMakasih Bunda untuk cerbungnya.
ReplyDeleteSalam sehat dan tetap semangat buat Bunda sekeluarga
Sami2 mas Bambanh
DeleteAamiin
Sugeng dalu, mb Tien.
ReplyDeleteMaturnuwun cerita sudah tayang.
Yuli Semarang
Samo2 ibu Yuli
DeleteSelamat malam
Alhamdulillah, MKJ Eps 23 sudah tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari.
Salam sehat dan salam hangat..
Sami2mas Dudut
DeleteSalam ADUHAI
alhamdulillah
ReplyDeletematurnuwun
aduhai selalu
Sami2
DeleteADUHAI
Alhamdulillaah... MKJ 23 sudah hadir....
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien...
Smg ibu dan keluarga sehat selalu
Aamiin yaa Robbal’alamiin....
Salam SeRoJa....ADUHAI...
Sami2 ibu Nur
DeleteAamiin
ADUHAI
Alhamdulillah,hadir.. maturnuwun Bu Tien 🙏,sehat selalu beserta keluarga,semakin ADUHAI..
ReplyDeleteSami2 Yangti
DeleteAamiin
Alhamdulillah ya Allah sudah terbit MKJ, terimakasih mbak Tien semoga mbak sehat selalu dan dalam ADUHAI..
ReplyDeleteSami2 ibu Nanung
DeleteAamiin
Salam ADUHAI
Nah loo...pak dokter ga mau mriksa Endah..malah di USG...🤭🤭
ReplyDeleteDanar udh minta ijin main kerumah Tindy..semoga nyambung sm Desy...sama2 dokter..👍😊
Maturnuwun mbak Tien MKJ23nya..
Salam sehat dan aduhaii bangeet..🙏💟🌹
Sami2 ibu Maria
DeleteADUHAI bangeett
Waah .. seruuu trs... trmaksh mbu Tien... sht² trs
ReplyDeleteBagus nih tindakan dokter biar tau apa yg sebenarnya
ReplyDeleteSebel ikhh sama si endah nurun sama ibunya nina katasunda uyah tara tees ka luhur
ADUHAI ibu Engkas
DeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun.....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun
Sami2 Wo
DeleteAamiin
Maturnuwun bu Tien .. 🙏
ReplyDeleteSami2 pak Djodhi
DeleteAlhamdulillah dah tayang mkj 23 .
ReplyDeleteMakasih Bunfa Tien, semoga Bunda sehat selalu salam ADUHAI dari Klaten.
Sami2 ibu Isti
ReplyDeleteADUHAI
Maturnuwun mbak Tien sayang, MKJ yang dinanti-nanti sudah tayang.
ReplyDeleteHmmm...Endah kok desperate banget ya, menyedihkan perilakunya. Tidak heranlah, ibunya mengajarkan untuk tidak segan-segan mengejar laki-laki, bilamana perlu merebutnya dari pasangan sahnya.
Tinggal menunggu panen saja nih, Nina dan anak-anaknya. Panen wohing pakarti, buah perbuatannya.
Tindy? Tindy terlalu berharga untuk bersaing dengan kembang murahan itu. Sikapnya yang anggun, semoga bisa mengurai masalah rumah tangganya dengan elok. Haryo tak bermoral, tak lama lagi juga panen...ugh gemez aku.
Danarto pantas bersanding dengan calon dokter Desy. Endah? Maaf ya...rasanya membaca percakapan Endah, Ana dan Nina, sungguh risih dan malu.
Selamat berkarya mbak.Tien sayang, salam sehat dan bahagia...jaan ora sabar ngenteni Maret...eheeem
Salaaam
Iyeng Santoso
Semarang
Jeng Iyeng
DeleteSalam sayang paling ADUHAI
Yuk ndang Maret. Hahaaa
Semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu menyertai kita semua. Aamiin
Penasaran ya Endah ?, koq harus USG,?Makasih Bunda, salam sehat selalu
ReplyDeleteSami2 ibu Mundjiati
DeleteSalam sehat
Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..
ReplyDeleteSalam sehat nggih,bahagia bersama keluarga,Aamiin.
Sami2 ibu Rini
DeleteSalam Aduhai
Aamiin
Ibu Tien pintar sekali ya bikin ceritanya...
ReplyDeleteSelalu bertambah penasaran bacanya..
Monggo dilanjut aja.
Ibu Tindy orang baik dan tegar hati semoga tetap sehat, semangat dan bahagia walau mengalami hal2 yg kurang baik.
Matur nuwun, Berkah Dalem.
Sami2 ibu Yustinhar
DeleteADUHAI
Aamiin
Terimakasih mbak Tien, semakin seru cerbungnya...
ReplyDeletedan semakin membuat penasaran
hahaa...Endah mau di USG kyak org hamil aja
Sehat2 selalu mbak Tien, salam aduhaiii
Sami2 ibu Alfes
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah udah tayang
ReplyDeleteTerima kasih bu tien
Jadi penasaran ma kisah selanjutnya
Sehat selalu ya bu tien
Sami2 pak Koko
DeleteAamiin
Alhamdulillah. Matur nuwun bunda Tien
ReplyDeleteSehat selalu
Sami2 ibu Ermi
DeleteAamiin
Bener bener ngarang tenan Danarto tapi perlu waspada, haduh jian ya bener gitu, siapa tau ada rekayasa belum di apa apa in ngaku hamil, waspadalah waspadalah.
ReplyDeleteAsem malah perutku yang sakit, kaku gara gara ngikutin cerita ulah Danarto.
Iya tuh; Haryo juga sudah siap siap melarikan diri, dia kan pelari larian gitu aja lah; cuma menthok es dua aja, jadi es dung dung kementhus; dapatnya ya yang rèmbès rèmbès kangèlan molès.
Sering ngelès, dhuwit melulu tuntuttannya nggak ada yang lain. Pokalmu yo yo.. ora tahu ganep, kamu dapat apa, untungnya itu lho apa? maksudku Haryo lho, bukan luyo.. ha ha ha ha.
ADUHAI
Asyik Danarto beneran nich maen ketempat rumah Desy, boleh tuh sama ibunya; di ijinkan kalau mau maen.
Danarto merasa punya keluarga lagi, o iya belum tahu mbak Lala ya.
Malah diserahi menjaga kesehatan ibunya nanti sama mbak Lala, Desy juga tenang ada kakak ke-dua yang ringan tangan dan perhatian.
Untung bukan rombongan Biksu Thong, emang kenapa; kakak ke-dua kan Pat Kay dhonk.
Terimakasih Bu Tien;
Memang Kembang Jalanan yang ke dua puluh tiga sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Nanang,
DeleteIni campuran grup perguruan Bu Thong Pay ya?
Hahaa..trim Nang
Aamiin
Hahaha asyik ceritanya trims Bu Tien sudah menghibur
ReplyDeleteADUHAI ibu Suparmia
DeleteSami2
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakadih bunda Tien
Salam sehat dan Aduhai
Sami2 ibu Salamah
DeleteADUHAI
Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah tayang.
ReplyDeletePeriksa USG ??? Mestinya tidak ada apa"nya... mungkin hanya untuk 'syarat' sudah diperiksa. Padahal maunya disentuh, dipegang...
Malah akan 'ngapelin' Desy, tambah gondok nanti kalau Endah tahu.
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Sami2 pak Latief
DeleteADUHAI
Alhamdulillah MKJ sudh datang. Matursuwun, salam sehat selalu
ReplyDeleteSami2 ibu Umi
DeleteSalam sehat
𝙀𝙣𝙙𝙖𝙝 𝙠𝙚𝙣𝙖 𝙗𝙖𝙩𝙪𝙣𝙮𝙖...
ReplyDelete𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙢𝙗𝙖𝙠 𝙏𝙞𝙚𝙣...
Sami2 KP LOVER
DeleteEndah markoneh rada setrip...haha Dr Darnato suka sama Desy tau ..dasar pecundang sama loe ma emak loe yg perebut hahaaa ,sakit to dak di perhatiin ..trus Darnato jgn kasih kendor nih anak gak baik🤭🤭🤭🤲🤲☝️🙏.Ibu Tien pintar mengaduk2 n gremesam nih.. salam aduhai
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Yanti
DeleteTerimakasih bu Tien, salam aduhai dan sehat selalu.
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteADUHAI
Matur nuwun, bu Tien. Semangat Dan sehat selalu
ReplyDeleteSami2 Ibu Anik
DeleteAamiin
BAru nglilir, susah tidur lagi trus nyari cerbung MKJ, trm ksh bu Tien. Sehat sll. Salam ADuhai
ReplyDeleteSami2 ibu Handayaningsih
DeleteAamiin
ADUHAI
Selamat pagiii bunda Tien.. Terimaksih MKJ 23 nya.. Makinseru dan penasaran aja.. Ygpenting bunda sehat sll y.. Slmaduhai dri skbmi🥰🥰🙏🙏
ReplyDeletePagi ibu Farida,
DeleteAamiin
Salam ADUHAI
Selamat pagi, terima kasih mkj nya...makin seru ..semoga bu tien sehat selalu..salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteAlhamdulillah ...... pagi" Sdh bs menikmati MKJ 23
ReplyDeleteTrmksh mb Tien, smg sehat sll
Salam ADUHAI SELALU
Sami2 Yangtie
ReplyDeleteSalam ADUHAI
Trmksh bu Tien. Sehat selalu dan Salam Aduhai
ReplyDeleteTambah panassss
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb. Emosi Endah yg begitu memuncak, membuatnya penasaran untuk mengetahui detail semua pihak yg berkaitan dgn Haryo...apakah dia yg dimaksud kembang jalanan...Maturnuwun Bu Tien ceritanya semakin panas, seru, semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteMbak Tien ..memang luar biasa .. membuat emosi ikut ter aduk aduk dengan keluarga Nina ..aduh MKJ selalu di hati dan selalu dinanti... Terimakasih mbak Tien.. salam Aduhai dari kota Sawahlunto..🙏🙏
ReplyDeleteEndah..Endah..Dokter Danarto koq dilawan. Disuruh ke UGD biar tahu rasa...Nuwun bu Tien.semakin menarik dan penasaran mengikuti lanjutannya
ReplyDeleteTerima kasih salam sapa nan santun nya Mbak Tien....
ReplyDeleteSalam sehat dari Purwodadi Grobogan....
Semakin aduhai.
ReplyDeleteMakasih mba Tien .
Tetap sehat dan semangat selalu