Wednesday, January 26, 2022

MEMANG KEMBANG JALANAN 23

 

MEMANG KEMBANG JALANAN  23

(Tien Kumalasari)

 

Danarto perlu mengingat-ingat untuk beberapa detik lamanya.

“Mengapa harus begini mas, ini merepotkan bukan?” kata Desy. Danarto melupakan kemauan mengingat-ingat tentang siapa yang memanggil namanya itu, lalu menarik lengan Desy dan diajaknya masuk kedalam.

“Iya, biar kami menunggu disana saja,” sambung Tindy.

“Tidak Bu, Ibu dan Desy menunggu didalam, disini bising. Saya akan menyuruh salah seorang perawat untuk mengantarkan hasil tes itu kemari,” kata Danarto sambil terus mengajaknya masuk, lalu menutup pintunya.

“Silahkan duduk dulu. Saya melayani pasien disebelah situ.”

Danarto mengambilkan minuman yang kemudian diletakkannya di meja.

“Ibu, Desy, silakan diminum sambil menunggu.”

“Terima kasih lho nak,” kata Tindy.

“Sama-sama Ibu.”

Lalu Danarto masuk keruangan sebelahnya yang ternyata tersambung dengan ruang prakteknya.

“Dia itu anak baik, santun dan menyenangkan,” gumam Tindy.

“Iya Bu. Memang benar. Tampaknya dia juga menyesal karena ibunya menjadi isteri siri bapak. Tadi benar-benar dia meminta maaf.”

“Bapakmu yang salah.”

“Ibu masih pusing ?”

“Sudah tidak. Aku juga tidak lagi merasa demam. Aku sudah bilang bahwa aku terlalu capek.”

“Capek hati juga ya?”

“Tidak, kamu jangan mengada-ada. Ibu baik-baik saja.”

“Syukurlah.”

Sementara itu Endah merasa kesal, karena Danarto tidak merespon panggilannya. Ia tidak tahu siapa kedua wanita yang tadi diajaknya masuk ke dalam, dan sudah beberapa pasien keluar, tapi keduanya belum tampak keluar.

“Siapa mereka? Mas Danarto tampak sangat menghormatinya. Bahkan dia tidak mempedulikan aku walau aku berteriak memanggilnya,” gumam Endah dalam hati.

Sementara itu seorang perawat yang tadi disuruh Danarto untuk mengirimkan hasil lab nya Tindy memasuki ruangan itu.

“Dokter, ini hasil lab nya ibu Tindy Astuti.”

“Oh, sudah jadi ya? Baiklah, terima kasih. Taruh di mejaku dulu,” kata dokter Danarto yang masih tampak memeriksa pasien.

“Permisi dokter,” perawat itu berpamitan.

“Ya, silakan.”

Pasien itu, seorang ibu, sudah selesai diperiksa. Ia duduk di depan dokter Danarto.

“Apa sakit saya parah, dok?”

“Tidak, Ibu makan tidak teratur, jadi pencernaan ibu kurang bagus. Asam lambung juga naik. Itu yang menjadi penyebab rasa mual dan nafsu makan berkurang.”

“Iya dokter, saya mengurusi tiga anak saya yang masih kecil-kecil, sehingga sering lupa makan.”

“Itulah Bu, mulai sekarang Ibu harus makan dengan teratur. Kurangi makan dan minuman yang terasa asam, juga makanan berlemak.”

“Baiklah dokter.”

“Ini resepnya, boleh diambil di rumah sakit ini. Serahkan saja nanti di instalasi farmasi, atau apotek. Ada yang harus diminum sebelum makan ya, nanti  Ibu bisa membaca aturan minumnya yang tertulis di etiket.”

“Baik dokter, terima kasih banyak,” kata sang pasien sambil beranjak keluar.

“Nona Endah,” pembantu dokter itu memanggil pasien berikutnya.

Danarto ingin berdiri untuk menyerahkan hasil lab Tindy ke sebelah, ketika pasien yang baru masuk Kembali menyebut namanya.

“Mas Danarto,” panggilnya.

“Ya. Siapa ya?”

“Masa Mas lupa, saya Endah, anaknya pak Haryo.”

“Ooh, iya. Maaf saya lupa. Sakit apa?”

“Ini … saya sering mual … dan tubuh terasa lemas setiap bangun pagi,” kata Endah yang terus menatap wajah Danarto tak berkedip, dan itu membuat Danarto kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia merasa aneh, tampaknya Endah tidak sedang sakit.

“Suster, periksa tensi nona Endah, saya akan ke sebelah. Kalau ada kelainan, laporkan saja, nanti saya akan memeriksanya. Tapi kalau baik-baik saja, ya tidak perlu, tampaknya mBak Endah ini baik-baik saja.”

“Baiklah dokter. Mbak, silahkan tiduran sebentar.”

“Mungkin karena ada masalah di pencernaan. Saya akan tuliskan resepnya,” kata dokter Danarto sambil mengambil lembaran resep dan menuliskannya. Danarto tahu, Endah pura-pura sakit.

“Apakah … saya tidak diperiksa dulu?”

“Suster pembantu saya akan memeriksa tekanan darah Mbak, resepnya sudah saya tuliskan. Saya sedang ada tamu,” kata Danarto sambil mengambil laporan laboratorium untuk Tindy, lalu melangkah ke ruang sebelah.

“Tekanan darah bagus, normal.”

“Mengapa dokter tidak memeriksa perut saya? Eh, memeriksa saya?”

“Tampaknya dokter melihat anda baik-baik saja, sehingga tidak perlu diperiksa secara cermat. Sekarang Mbak boleh turun. Itu resep yang diberikan dokter.”

Endah kesal bukan alang kepalang. Dia sudah memakai pakaian atasan dan celana Panjang, sehingga memudahkan apabila dokter memeriksanya. Tapi dia tidak menyentuhnya sama sekali.

“Sudah cukup Mbak, saya akan memanggil pasien lain, itu resepnya silahkan dibawa.”

“Siapa sebenarnya tamu dokter Danarto? Orang penting ya?”

“Saya tidak tahu Mbak, tapi melihat bahwa dokter Danarto sangat memperhatikannya, tampaknya memang iya. Tapi saya tidak tahu persis. Silahkan mbak.” Perawat itu membukakan pintu, agar Endah segera keluar.

Sementara itu Desy dan Tindy mendengar sekilas perbincangan dokter Danarto dan pasiennya. Semula mereka tidak begitu memperhatikan, tapi ketika pasien itu menyebut bahwa dirinya anak pak Haryo, Tindy dan Desy terkejut. Desy ingin keluar dan menunggu pasien itu  agar bisa melihat siapa dia sebenarnya,  ketika Danarto muncul.

“Ini bu, hasilnya sudah keluar, tapi sepertinya tidak ada yang menghawatirkan. Cuma saja, saya hanya melihat sekilas, yang berwenang menentukannya adalah dokter Linda.”

“Oh, syukurlah,” kata Tindy.

“Saya tadi tanpa sengaja mendengar ada anak pak Haryo, benarkah?” tanya Desy.

“Oh, iya. Saya hampir lupa, saya pernah bertemu dia ketika menemui pak Haryo. Dia juga melayat ketika ibu saya meninggal, cuma karena sekilas, saya sedikit lupa.”

“Oh. Tapi benarkah dia anak pak Haryo?”

“Bukan. Menurut pak Haryo, dia anak dari bu Nina,” kata Danarto hati-hati, karena tampaknya ada hubungan yang kurang baik diantara keduanya dan pak Haryo.

“Terus terang saja nak, karena nak Danarto sudah mengenal pak Haryo juga, saya mau mengatakan, bahwa Nina itu isteri siri pak Haryo.”

“Oo, begitu ya bu, tapi mengapa pak Haryo memilih tinggal disana, bersama isteri siri nya?”

“Yah, saya tidak tahu nak, mestinya karena pak Haryo lebih mencintainya,” kata Tindy sambil tersenyum.

“Aneh ya bu?” tukas Danarto.

“Apanya yang aneh?”

“Jauh bedanya dengan Ibu Tindy. Lebih anggun, lebih … ah, menurut saya harusnya pak Haryo lebih suka bersama Ibu Tindy.

“Ah, sudahlah, jangan membicarakan hal yang tidak pantas. Saya bahagia dengan kehidupan saya sekarang. Ayo Desy, kita pulang, kita sudah mengganggu waktunya nak dokter,” kata Tindy kemudian kepada Desy.

“Iya Bu.”

“Tidak mengganggu Bu, saya senang bisa berkenalan dengan Ibu, apalagi karena Ibu seperti sudah memaafkan almarhumah ibu saya.”

“Tak ada yang harus dimaafkan nak, bu Larsih tidak bersalah,” kata Tindy tulus, lalu dia berdiri sambil menggamit tangan Desy untuk diajak pulang.

"Bolehkah sesekali saya main ke rumah Ibu?" tanya Danarto sedikit ragu.

"Mengapa tidak? Silakan saja. "

"Terima kasih Bu."

Danarto mengantarkannya sampai ke pintu.

Ketika Danarto kembali ke ruang prakteknya, suster pembantu itu belum memanggil pasien berikutnya.

“Bagaimana dengan nona Endah tadi?” tanya Danarto.

“Tensinya bagus. Saya merasa dia memang baik-baik saja. Dokter mengenalnya?”

“Iya, mengenalnya, tapi lupa-lupa ingat sih.”

“Dia sudah tiga kali ini datang untuk periksa. Tapi tampaknya dia hanya ingin bertemu dokter saja.”

“Masa?”

Lalu perawat itu menceritakan bagaimana Endah yang begitu ingin diperiksa dokter Danarto, bahkan kemarin juga tidak berhasil karena dia ketiduran dan dokternya sudah pulang.

Danarto tertawa lebar. Dia juga tahu bahwa tadi Endah sebenarnya tidak sakit, itu sebabnya dia enggan memeriksanya. Bagaimanapun sikap Endah kelihatan sekali kalau ingin mendekatinya. Sayangnya Danarto tidak tertarik.

***

Desy menggandeng lengan ibunya menuju ke tempat parkir. Tanpa setahu mereka, sepasang mata mengawasinya dengan tatapan kesal.

“Siapa sebenarnya dia? Tampaknya seperti ibu dan anak. Keduanya cantik, dan mas Danarto memperlakukannya sangat istimewa,” kata Endah yang dibakar api cemburu.

Tentu saja Endah tidak tahu bahwa Tindy adalah isteri sah Haryo, dan Desy adalah anaknya, karena mereka memang belum pernah bertemu.

“Des, ayolah agak cepat, kenapa kamu ini ?” tegur Tindy karena Desy tampak seperti mencari-cari.

“Desy penasaran dengan yang mengaku sebagai anaknya Bapak. Seperti apa ya orangnya? Seandainya tadi bisa keluar untuk melihatnya,” kata Desy.

“Kamu itu seperti kurang pekerjaan saja. Melihatnya saja belum pernah, bagaimana kamu mau mencari-carinya?”

“Iya juga sih. Kalau saja tadi bisa cepat keluar untuk melihatnya.”

“Untuk apa sih Des. Kalau kamu bisa melihatnya sekalipun, lalu untuk apa?”

“Namanya juga penasaran bu.”

“Ya sudah ayo, segera ke mobil. Kamu itu seperti anak kecil saja.”

“Lhoh, bu Haryo ?” tiba-tiba sebuah suara mengejutkannya. Endah yang berdiri tak jauh dari tempat itu dan melihatnya juga terkejut. Nama Haryo tak asing karena dia suami siri ibunya. Tapi dia benar-benar terkejut ketika wanita cantik itu dipanggil ‘bu Haryo’.

“Ee, Bu Mul ?” Tindy mengenalnya karena bu Mul adalah tetangga sebelah rumah.

“Bu Haryo sakit apa? Siapa yang sakit? Bu Haryo apa mbak Desy ini?”

“Ibu yang sakit, tapi ini tadi hanya ke laborat untuk periksa darah. Dokter yang memintanya,” kata Desy.

“Lho, sakit apa?”

“Tidak apa-apa Bu, hanya kecapekan. Bu Mul ke rumah sakit juga sakit apa?”

“Biasa bu, kontrol tensi sebulan sekali. Ini tadi agak kesiangan. Tapi saya sudah mendaftar pagi tadi.”

“Ya sudah Bu, buruan, sebelum dokternya pulang.”

“Biasanya dokter Danarto pulang agak siang. Ya sudah bu, saya permisi,” kata Bu Mul sambil berlalu.

Endah menatap punggung ke dua wanita yang berjalan menuju ke parkiran. Penasaran, Endah mengejar wanita yang dipanggil bu Mul.

Ia mendekati bu Mul, dan duduk di sampingnya ketika wanita itu duduk di kursi tunggu.

“Ibu sakit apa?” tanya Endah pura-pura ramah.

“Hanya kontrol nak, saya sudah daftar pagi tadi. Untunglah dokter Danarto belum pulang.”

“Ibu kenal sama … sama … bu Haryo tadi?”

“Ya kenal nak, beliau itu tetangga saya.”

“Apa dia dosen?”

“Dosen, dan sudah profesor lho. Sayang sekali, suaminya meninggalkan dia,” kata bu Mul yang ternyata mengetahui perihal keluarga Tindy.

“O, suaminya meninggalkan dia? Kalau suaminya pergi, berarti bu Haryo itu yang nggak bener.”

“Nggak bener bagaimana sih nak? Dia itu wanita yang baik, lembut, ramah. Putrinya ada tiga, pintar-pintar semua. Kabarnya yang sulung mau sekolah ke luar negri, yang tadi bersama ibunya itu, calon dokter, adiknya juga sudah kuliah.”

“Kalau baik, mengapa suaminya meninggalkannya?”

“Suaminya saja yang suka menyeleweng. Mentang-mentang kaya, suka mainin perempuan. Saya kasihan sama bu Tindy, eh bu Haryo,” bu Mul meralat panggilannya.

Hal itu membuat Endah yakin bahwa mereka adalah isteri dan anaknya pak Haryo.

“Huh, sebel benar, ibu ini memuji-muji bu Tindy setinggi langit. Jadi mereka kenal baik dengan mas Danar? Kok mas Danar begitu memperhatikannya sih,” batin Endah.

“Ibu Mulyani,” pembantu dokter memanggil.

“Maaf nak, saya sudah dipanggil,” kata Bu Mul sambil berdiri dan melangkah masuk.

Endah masih tetap duduk. Dia penasaran dengan sikap dokter Danarto yang memeriksa dirinya dengan acuh tak acuh. Dia harus bicara setelah pasiennya habis.

***

Ketika pasien sudah habis, Endah melihat Danarto keluar dari ruangan. Tanpa jas dokter yang tadi dipakainya, Danarto tampak lebih tampan dan menarik, membuat Endah berdebar menatapnya.

“Mas Danarto.”

Danarto menghentikan langkahnya. Menatap heran ketika Endah masih ada diluar ruang prakteknya.

“Kok masih disini ?”

“Saya masih ingin bicara Mas.”

“Bicara apa ya? Sebentar lagi saya ada pertemuan,” jawab Danarto sekenanya.

“Sebentar saja. Saya heran, mas Danar kok sepertinya lupa sama saya?”

“Oh, maaf. Soalnya kita ketemu juga hanya sekilas, jadi lupa-lupa ingat. Tapi sekarang sudah ingat kok.”

“Saya ini sakit beneran Mas, kenapa tadi tidak memeriksa saya dan hanya mendengarkan keluhan saya?”

“Saya kira Mbak Endah hanya salah makan, atau apa. Wajahnya kelihatan baik-baik saja kok.”

“Tapi saya tidak puas karena Mas tidak memeriksa saya. Masa dokter hanya mendengarkan keluhan dan langsung menyimpulkan penyakit saya.”

Danarto sebenarnya merasa bersalah. Tapi dia tahu bahwa Endah hanya ingin mendekati dia.

“Baiklah, ayo sekarang masuk lagi ke ruangan periksa.”

Endah melonjak kegirangan. Ia berjalan mengikuti Danarto yang kembali masuk ke ruangan prakteknya.

“Lho, dok, ada apa lagi?” tanya pembantunya yang sedang membersihkan ruangan.

“Sus, tolong antarkan Mbak Endah ini ke ruang USG, tunggu hasilnya dan bawa kemari ya. Nanti bayarnya biar ditagih ke saya.”

“Oh, baik dokter," jawabnya agak heran.

“Apa? USG?” Endah terkejut bukan alang kepalang.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

104 comments:

  1. Replies
    1. Alhamdulillah eMKaJe_23 sudah tayang. Terima kasih bunda Tien, salam sehat dan tetap ADUHAI....
      ❤️🤝🙏🌷

      Delete
    2. Selamat p. Djoni, akhirnya bisa juara. Terima kasih bu Tien ku MKJ 23 tayang, sehat2 bu

      Delete
  2. Alhamdulillah mkJ tayang gasik, manusan bu Tien. slm sehat tetap cemungud

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah...terimakasih bu tien

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien,sdh tayang MKJ 23,,Segera dibaca,,

    Salam sehat wal'afiat semua bu Tien n Salam ADUHAAII 🙏🤗

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Salam Aduhai

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah rada gasik, Maturnuwun sanget mbak Tien, mugi tansah pinaringan sehat. Aamiiiin

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah gasik....salam aduhai bunda sehat selalu njih bund

    ReplyDelete
  8. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alamdulillah...
      Yang ditunggu tunggu telah hadir
      Matur nuwun bu Tien
      Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
      Salam ADUHAI dr Cilacap

      Delete
  9. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah MKJ 23 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah bisa menikmati MKJ lebih awal..

    Matur nuwun bunda Tien, tetep sehat,semangat dan yg pasti makin ADUHAI..🥰

    ReplyDelete
  12. Makasih Bunda untuk cerbungnya.
    Salam sehat dan tetap semangat buat Bunda sekeluarga

    ReplyDelete
  13. Sugeng dalu, mb Tien.
    Maturnuwun cerita sudah tayang.
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah, MKJ Eps 23 sudah tayang.
    Matur nuwun mbak Tien Kumalasari.
    Salam sehat dan salam hangat..

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillaah... MKJ 23 sudah hadir....
    Matur nuwun bu Tien...
    Smg ibu dan keluarga sehat selalu
    Aamiin yaa Robbal’alamiin....
    Salam SeRoJa....ADUHAI...

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah,hadir.. maturnuwun Bu Tien 🙏,sehat selalu beserta keluarga,semakin ADUHAI..

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah ya Allah sudah terbit MKJ, terimakasih mbak Tien semoga mbak sehat selalu dan dalam ADUHAI..

    ReplyDelete
  18. Nah loo...pak dokter ga mau mriksa Endah..malah di USG...🤭🤭

    Danar udh minta ijin main kerumah Tindy..semoga nyambung sm Desy...sama2 dokter..👍😊

    Maturnuwun mbak Tien MKJ23nya..
    Salam sehat dan aduhaii bangeet..🙏💟🌹

    ReplyDelete
  19. Waah .. seruuu trs... trmaksh mbu Tien... sht² trs

    ReplyDelete
  20. Bagus nih tindakan dokter biar tau apa yg sebenarnya
    Sebel ikhh sama si endah nurun sama ibunya nina katasunda uyah tara tees ka luhur

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun Bun.....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah dah tayang mkj 23 .
    Makasih Bunfa Tien, semoga Bunda sehat selalu salam ADUHAI dari Klaten.

    ReplyDelete
  23. Maturnuwun mbak Tien sayang, MKJ yang dinanti-nanti sudah tayang.
    Hmmm...Endah kok desperate banget ya, menyedihkan perilakunya. Tidak heranlah, ibunya mengajarkan untuk tidak segan-segan mengejar laki-laki, bilamana perlu merebutnya dari pasangan sahnya.
    Tinggal menunggu panen saja nih, Nina dan anak-anaknya. Panen wohing pakarti, buah perbuatannya.
    Tindy? Tindy terlalu berharga untuk bersaing dengan kembang murahan itu. Sikapnya yang anggun, semoga bisa mengurai masalah rumah tangganya dengan elok. Haryo tak bermoral, tak lama lagi juga panen...ugh gemez aku.
    Danarto pantas bersanding dengan calon dokter Desy. Endah? Maaf ya...rasanya membaca percakapan Endah, Ana dan Nina, sungguh risih dan malu.
    Selamat berkarya mbak.Tien sayang, salam sehat dan bahagia...jaan ora sabar ngenteni Maret...eheeem
    Salaaam

    Iyeng Santoso
    Semarang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jeng Iyeng
      Salam sayang paling ADUHAI
      Yuk ndang Maret. Hahaaa
      Semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu menyertai kita semua. Aamiin

      Delete
  24. Penasaran ya Endah ?, koq harus USG,?Makasih Bunda, salam sehat selalu

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..
    Salam sehat nggih,bahagia bersama keluarga,Aamiin.

    ReplyDelete
  26. Ibu Tien pintar sekali ya bikin ceritanya...

    Selalu bertambah penasaran bacanya..
    Monggo dilanjut aja.

    Ibu Tindy orang baik dan tegar hati semoga tetap sehat, semangat dan bahagia walau mengalami hal2 yg kurang baik.
    Matur nuwun, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  27. Terimakasih mbak Tien, semakin seru cerbungnya...
    dan semakin membuat penasaran
    hahaa...Endah mau di USG kyak org hamil aja
    Sehat2 selalu mbak Tien, salam aduhaiii

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah udah tayang
    Terima kasih bu tien
    Jadi penasaran ma kisah selanjutnya
    Sehat selalu ya bu tien

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah. Matur nuwun bunda Tien
    Sehat selalu

    ReplyDelete
  30. Bener bener ngarang tenan Danarto tapi perlu waspada, haduh jian ya bener gitu, siapa tau ada rekayasa belum di apa apa in ngaku hamil, waspadalah waspadalah.
    Asem malah perutku yang sakit, kaku gara gara ngikutin cerita ulah Danarto.
    Iya tuh; Haryo juga sudah siap siap melarikan diri, dia kan pelari larian gitu aja lah; cuma menthok es dua aja, jadi es dung dung kementhus; dapatnya ya yang rèmbès rèmbès kangèlan molès.
    Sering ngelès, dhuwit melulu tuntuttannya nggak ada yang lain. Pokalmu yo yo.. ora tahu ganep, kamu dapat apa, untungnya itu lho apa? maksudku Haryo lho, bukan luyo.. ha ha ha ha.

    ADUHAI

    Asyik Danarto beneran nich maen ketempat rumah Desy, boleh tuh sama ibunya; di ijinkan kalau mau maen.
    Danarto merasa punya keluarga lagi, o iya belum tahu mbak Lala ya.
    Malah diserahi menjaga kesehatan ibunya nanti sama mbak Lala, Desy juga tenang ada kakak ke-dua yang ringan tangan dan perhatian.
    Untung bukan rombongan Biksu Thong, emang kenapa; kakak ke-dua kan Pat Kay dhonk.


    Terimakasih Bu Tien;
    Memang Kembang Jalanan yang ke dua puluh tiga sudah tayang.
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nanang,
      Ini campuran grup perguruan Bu Thong Pay ya?
      Hahaa..trim Nang
      Aamiin

      Delete
  31. Hahaha asyik ceritanya trims Bu Tien sudah menghibur

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah
    Terimakadih bunda Tien
    Salam sehat dan Aduhai

    ReplyDelete
  33. Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah tayang.
    Periksa USG ??? Mestinya tidak ada apa"nya... mungkin hanya untuk 'syarat' sudah diperiksa. Padahal maunya disentuh, dipegang...
    Malah akan 'ngapelin' Desy, tambah gondok nanti kalau Endah tahu.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah MKJ sudh datang. Matursuwun, salam sehat selalu

    ReplyDelete
  35. 𝙀𝙣𝙙𝙖𝙝 𝙠𝙚𝙣𝙖 𝙗𝙖𝙩𝙪𝙣𝙮𝙖...
    𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙢𝙗𝙖𝙠 𝙏𝙞𝙚𝙣...

    ReplyDelete
  36. Endah markoneh rada setrip...haha Dr Darnato suka sama Desy tau ..dasar pecundang sama loe ma emak loe yg perebut hahaaa ,sakit to dak di perhatiin ..trus Darnato jgn kasih kendor nih anak gak baik🤭🤭🤭🤲🤲☝️🙏.Ibu Tien pintar mengaduk2 n gremesam nih.. salam aduhai

    ReplyDelete
  37. Terimakasih bu Tien, salam aduhai dan sehat selalu.

    ReplyDelete
  38. Matur nuwun, bu Tien. Semangat Dan sehat selalu

    ReplyDelete
  39. BAru nglilir, susah tidur lagi trus nyari cerbung MKJ, trm ksh bu Tien. Sehat sll. Salam ADuhai

    ReplyDelete
  40. Selamat pagiii bunda Tien.. Terimaksih MKJ 23 nya.. Makinseru dan penasaran aja.. Ygpenting bunda sehat sll y.. Slmaduhai dri skbmi🥰🥰🙏🙏

    ReplyDelete
  41. Selamat pagi, terima kasih mkj nya...makin seru ..semoga bu tien sehat selalu..salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  42. Alhamdulillah ...... pagi" Sdh bs menikmati MKJ 23
    Trmksh mb Tien, smg sehat sll

    Salam ADUHAI SELALU

    ReplyDelete
  43. Trmksh bu Tien. Sehat selalu dan Salam Aduhai

    ReplyDelete
  44. Assalamualaikum wr wb. Emosi Endah yg begitu memuncak, membuatnya penasaran untuk mengetahui detail semua pihak yg berkaitan dgn Haryo...apakah dia yg dimaksud kembang jalanan...Maturnuwun Bu Tien ceritanya semakin panas, seru, semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  45. Mbak Tien ..memang luar biasa .. membuat emosi ikut ter aduk aduk dengan keluarga Nina ..aduh MKJ selalu di hati dan selalu dinanti... Terimakasih mbak Tien.. salam Aduhai dari kota Sawahlunto..🙏🙏

    ReplyDelete
  46. Endah..Endah..Dokter Danarto koq dilawan. Disuruh ke UGD biar tahu rasa...Nuwun bu Tien.semakin menarik dan penasaran mengikuti lanjutannya

    ReplyDelete
  47. Terima kasih salam sapa nan santun nya Mbak Tien....


    Salam sehat dari Purwodadi Grobogan....

    ReplyDelete
  48. Semakin aduhai.
    Makasih mba Tien .
    Tetap sehat dan semangat selalu

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 14

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  14 (Tien Kumalasari)   Mbok Truno heran melihat barang-barang yang dibeli Arumi. Ia membuka keresek yang dil...