Tuesday, January 25, 2022

MEMANG KEMBANG JALANAN 22

 

MEMANG KEMBANG JALANAN 22

(Tien Kumalasari)

 

“Apa?” Endah berjalan kearah ruangan praktek dokter Danarto. Ia membukanya, dan kosong, tak  ada siapa-siapa didalam sana. Perawat menatapnya heran.

“Saya kan sudah bilang, dokter sudah pulang mbak.”

“Mengapa suster tidak memanggil nama saya?”

“Saya sudah berkali-kali memanggil nama mbak. mBak duduk disini, dekat dengan pasien yang menunggu untuk periksa di dokter kulit. Saya tidak tahu kalau mbak mau periksa ke dokter Danarto. Mengapa juga Mbak tidur sehingga tidak mendengar saat saya memanggil?”

Endah menghempaskan napas kesal.

“Saya capek, pasiennya banyak, dan saya giliran terakhir.”

“Saya mengira, pasien terakhir tidak sabar menunggu, lalu pulang. Maaf ya mbak, coba Mbak kembali kemari besok pagi-pagi, karena pasien dokter Danarto selalu banyak,” kata perawat itu kemudian berlalu.

Endah melangkah keluar dengan lesu. Sudah dua kali dia berusaha menemui, dan gagal.

“Tapi aku tidak akan putus asa, besok aku harus datang lagi kemari. Pagi-pagi sekali, supaya tidak seperti tadi. Heran, jam delapan aku sudah berangkat, ee … mendapat nomor terakhir?”

Ia mengambil sepeda motornya, lalu memacunya pergi. Bukan pulang. Ia malu kalau ibunya bertanya lagi dan dia tak berhasil menemuinya.

Ia langsung ke kampus.

Saat memarkir motornya di area parkir, tiba-tiba Ana mendatanginya.

“Perasaan tadi bilang kalau nggak ke kampus. Ini sudah siang, mau ngapain Mbak?”

Endah menatap wajah adiknya dengan mulut cemberut.

“O, dari rumah sakit?” kata Ana dengan senyuman mengejek.

Endah tak menjawab. Percuma saja dia ke kampus. Tak ada kelas lagi saat itu.

“Tidak ketemu pujaan hati kamu? Atau ketemu tapi ditolak?”

“Diam kamu.”

“Lain kali kamu harus mengajak aku Mbak, siapa tahu keberuntungan ada pada ku.”

“Enak saja, lalu kamu ingin menyabet kesempatan aku untuk menarik hatinya?”

“Kan aku bilang, siapa tahu keberuntungan ada padaku? Namanya orang beruntung itu apapun yang dilakukannya juga pasti beruntung. Ingin ketemu, ya ketemu. Ingin diperhatikan, ya diperhatikan, ingin menjadi pacarnya, ya bisa kesampaian.”

Endah mengundurkan lagi motornya, dan berniat pulang. Apa boleh buat, ibunya juga pasti akan bertanya.

“Tungguin Mbak, kok malah kelihatannya marah sama aku sih? Aku kan tidak akan merebutnya dari tanganmu? Sekarang saja belum bisa menjadi milikmu, jangan dibilang aku merebut dong. Siapa tahu keberuntungan berfihak padaku.”

Endah tak menjawab, dia menstarter motornya dan keluar dari halaman kampus. Ana tersenyum tipis.

“Tidak berhasil menemui dia, mengapa marah sama aku?”

Lalu Ana pun  mengambil sepeda motornya berniat pulang.

***

“Endaah … Ndah … “ panggil Nina ketika melihat Endah langsung masuk ke kamarnya saat baru saja pulang.

“Wah, kelihatannya berhasil ketemu kali ini  kan?” sambung Nina sambil mengikuti ke kamar anaknya.

“Ibu kan bisa melihat, wajahku ini kelihatan senang atau tidak,” kata Endah sambil cemberut.

“Oo … o … kelihatannya gagal lagi ya ? Memangnya dokter Danarto seminar berapa lama?”

“Dokternya ada kok.”

“Bagus dong, mengapa cemberut? Dia nggak mau menerima kamu? Kamu jangan kelihatan nyosor banget begitu. Jadi perempuan harus mendekat secara halus, bersikap lembut, manis.”

“Bertemu juga tidak.”

“Lhoh, kok bisa?”

“Ketika dipanggil aku ketiduran,” kata Endah sambil melepas bajunya begitu saja.

“Ya ampun, dasar pemalas. Dirumah kalau nggak lagi kuliah tidur, di rumah sakit, nunggu antrean, tidur pula,” gerutu Nina.

“Antreannya banyak Bu, mana setiap pasien bisa sepuluh menit atau seperempat jam. Bahkan ada yang lebih. Dan aku yang sampai disana sebelum jam Sembilan, bisa mendapat nomor terakhir.”

“Rumah sakit itu pasiennya banyak. Kebanyakan orang datang pagi-pagi supaya bisa diperiksa lebih awal.”

“Sebenarnya aku bisa ketemu, kalau saja tidak ketiduran.”

“Coba lagi, jangan putus asa.”

“Baiklah. Besok aku akan mencobanya lagi.”

“Besok aku temani Mbak,” tiba-tiba Ana nyelonong masuk kedalam kamar.

“Ya ampun Ana ….” Seru Nina yang kaget karena Ana tiba-tiba sudah ada di belakangnya.”

“mBak Endah itu aneh. Belum jadian sudah patah hati,” Ana terkekeh.

“Diam kamu,” hardik Endah kesal sambil mengenakan baju rumahan,

“Kok marah sih.”

“Ana, sudah sana, ganti baju dulu dan jangan mengganggu kakakmu,” kata Nina sambil mendorong tubuh Ana agar keluar dari kamar.

“Keberuntungan itu tidak akan datang pada setiap orang.”

“Ana, sana ganti bajumu,” hardik Nina.

“Siapa tahu akulah yang beruntung.”

Nina yang merasa kesal lalu menjewer telinga Ana, ditariknya masuk ke dalam kamarnya sendiri. Ana berteriak-teriak kesakitan.

“Aauuw … ibu, kan aku bicara apa adanya.”

“Awas ya kalau kamu berani-berani merebutnya. Dari kemarin bicaramu aneh.”

“Ibu yang aneh. Siapa … merebut siapa … Belum jadi milik dia, bagaimana bisa dikatakan merebut,” Ana masih mengomel.

“Mau di lakban mulut kamu ya, supaya tidak nyerocos terus?” ancam Nina. Tapi Ana hanya memeletkan lidahnya.

***

Siang itu Tindy memang sudah bisa makan bersama anak-anaknya. Tapi tampak sekali bahwa Tindy kelihatan lesu tak bersemangat.

“Ibu masih sakit?” tanya Lala.

“Tidak, pusingnya sudah berkurang.”

“Berarti belum hilang semua dong,” sahut Desy.

“Tidak, nanti ibu akan beristirahat lagi. Malam nanti pasti pusingnya sudah berkurang.

“Tidak Bu, jangan bandel ya, nanti Lala akan mengantarkan Ibu ke dokter,” kata Lala.

“Aku ikut,” kata Desy.

“Aku juga ikut,” sambung Tutut.

Tindy tersenyum bahagia melihat perhatian anak-anaknya.

“Kalian itu kenapa? Ibu tidak apa-apa. Ibu hanya kecapekan, besok Ibu tidak ke kampus dulu, ingin istirahat beberapa hari.”

“Itu benar Bu, Ibu memang harus beristirahat. Tapi nanti kami akan membawa Ibu ke dokter.”

“Tidak usah La.”

“Ibu jangan bandel ya?”

“Apa Ibu takut di suntik ?” tanya Tutut bercanda.

Tindy hanya tertawa, lalu menyendok pelan makanannya.

“Setelah makan Ibu tidur lagi saja, nanti sore kita ke dokter.”

“Kalian itu nekat sekali ya.”

“Harus.”

“Kalau Ibu bandel, nanti kita gendong rame-rame ya Mbak,” kata Tutut.

Semua yang mendengarnya tertawa. Tindy mencubit pelan pipi Tutut yang duduk di sebelahnya.

“Pokoknya ketika Lala berangkat ke luar negri ibu harus sehat. Desy, ingat pesan Mbak.”

“Siap, komandan.”

Suasana hangat itu selalu menyelimuti keluarga Tindy. Kepergian Haryo seakan tidak menampakkan bekas luka di hati mereka. Tindy lah yang selalu menenangkan hati anak-anaknya ketika mereka menyatakan kekesalannya kepada ayah mereka.

“Kamu berangkat masih lama kan ?”

“Tidak Bu, bulan depan Lala sudah harus berangkat. Tapi Lala akan mengurungkan keberangkatan Lala kalau ibu masih sakit.”

“Ibu kan sudah bilang. Bahkan berkali-kali bilang, bahwa Ibu tak ingin menjadi penghambat kalian dalam meraih cita-cita kalian. Ibu hanya memiliki kalian, dan Ibu ingin kalian menjadi manusia-manusia yang berhasil dan punya makna. Bermakna bagi kalian sendiri, bermakna bagi sekitar kalian, dan bagi sesama. Karena kita hidup didunia ini tidak sendiri. Alam sekitar, orang-orang sekitar, bisa menjadi pendukung untuk sebuah keinginan. Dan karena itulah ketika kalian berhasil, janganlah memiliki kesombongan atas keberhasilan itu. Ingat, kalian tidak sendiri. Ada banyak tangan yang berperan.”

“Iya Bu,” jawab mereka hampir bersamaan.

“Habiskan makanan kalian, Ibu mau beristirahat.”

“Jangan lupa, nanti sore kita ke dokter,” Lala mengingatkan.

Tindy tersenyum, dan menganggukkan kepala, kemudian berdiri dan beranjak ke kamarnya.

“Apa Ibu sakit serius?” tanya Tutut khawatir.

“Seringan apapun, jangan membiarkan sakit mendera tubuh kita. Ibu bilang karena kecapekan, tapi kita harus membuktikan itu nanti, didepan dokter yang memeriksa,” kata Lala.

“Benar sekali,” kata Desy sambil mengacungkan jempolnya.

***

Tapi oleh dokter yang memeriksa, Tindy diminta agar ke laborat besok pagi, karena ada yang harus diketahui secara pasti.

“Memangnya Ibu saya sakit apa?”

“Saya belum bisa memastikan sebelum memeriksa hasil lab nya nanti mbak,” kata dokter Linda, dokter langganan keluarga mereka.

“Apakah itu serius?”

“Tidak selalu begitu. Tampaknya tidak menghawatirkan. Untuk jelasnya besok periksa ke lab dulu. Nanti akan diambil darahnya, semua sudah saya tuliskan di pengantar saya ini.”

Lala menerima surat pengantar itu.

“Terima kasih dokter, saya sendiri hanya merasa kecapekan, tapi anak-anak saya sangat berlebihan dalam menghawatirkan saya,” kata Tindy setelah dokter menuliskan surat pengantar itu.

“Wajar dong bu, kalau anak menghawatirkan orang tuanya saat sakit. Sebaliknya seorang ibu kan juga khawatir kalau anaknya sakit,” kata dokter Linda.

“Ibu itu kalau tidak dipaksa juga susah diajak ke dokter,” timpal Lala.

“Baiklah, kali ini saya hanya memberikan obat penurun panas, karena Ibu tampaknya sedikit demam. Tapi nanti setelah hasil lab nya selesai, mungkin saya akan memberikan lagi obat tambahan.”

“Terima kasih dokter. Ayo Bu, kita pulang dulu.”

“Terima kasih dokter, kami permisi,” kata Tindy.

Ketika mereka keluar, Desy dan Tutut yang menunggu diluar sudah menghujani kakaknya dengan banyak pertanyaan.

“Bagaimana Mbak, apa kata dokter? Ibu sakit apa? Obatnya apa?”

“Belum diberi obat, besok kita harus ke rumah sakit, karena harus ada pemeriksaan lab.”

“Memangnya Ibu sakit apa?” tanya Desy.

“Dokternya belum bisa mengatakan apapun. Menunggu hasil lab nya. Ayo kita pulang, tapi mampir ke apotik dulu untuk membeli obatnya ya.”

Tutut menggandeng tangan ibunya, meremas telapak tangannya, sambil berjalan kearah mobil.”

“Tangan ibu panas,” seru Tutut.

“Benarkah?” tanya Desy yang ikut-ikutan memegang telapak tangan ibunya.

“Sudah, jangan ribut saja kalian. Dokternya sudah memberikan obatnya, ibu pasti akan baik-baik saja,” kata Tindy menenangkan hati anak-anaknya.

***

“Des, bisakah kamu besok mengantarkan ibu ke rumah sakit?”

“Bisa dong Mbak. Mbak Lala mau kemana?”

“Besok aku ada urusan yang tidak bisa aku tinggalkan. Ini ada hubungannya dengan keberangkatan aku  bulan depan.”

“Iya, tidak apa-apa aku mengantarkan ibu untuk periksa lab.”

“Bagus. Sekarang Ibu makan dulu, lalu minum obatnya ya,” kata Lala.

“Makan untuk Ibu biar aku bawa ke kamar saja,” kata Desy.

“Tidak usah, biar ibu makan bersama kalian.  Seperti orang sakit beneran saja,” kata Tindy sambil tersenyum.

“Ya sudah, kalau begitu kita makan sekarang. Tampaknya Simbok sudah menyiapkan makan malam tuh,” kata Desy.

Lalu mereka semua makan malam. Tidak begitu tampak gembira, karena Tindy terlihat lesu. Ia juga makan cuma sedikit.”

“Kok sudah Bu, mengapa Ibu makan cuma sedikit?”

“Agak mual, sedikit ini cukup. Mana obatnya?” kata Tindy.

“Ini bu, sudah Desy siapkan,” kata Desy sambil memberikan obat untuk ibunya.”

“Rasa amat pusing itu juga bisa menimbulkan mual. Aku pernah merasakannya,” kata Lala.

“Iya, Ibu kira juga begitu,” kata Tindy sambil menelan obatnya.

“Sekarang Ibu tidur ya, nanti Tutut akan menemani ibu,” kata Tutut.

“Aku juga mau tidur di kamar Ibu,” kata Desy.

Tindy tertawa.

“Baiklah, kita akan tidur bertiga. Ranjang ibu kan cukup besar untuk kita,” kata Tindy sambil berdiri.

“Horeee,” teriak Tutut.

“Selesaikan dulu makan kalian, baru boleh menyusul ke kamar ibu.

***

Pagi itu Desy mengantarkan ibunya ke rumah sakit. Ia langsung membawa ibunya ke laboratorium dan mendaftar disana. Tiba-tiba Desy terkejut ketika seseorang memanggilnya.

“Desy !”

Desy dan Tindy menoleh. Seseorang dengan mengenakan jas dokter mendekat.

“Desy kan? Lupa sama saya?”

“Ini kan … mas yang … yang dulu mencari Bapak saya?”

“Syukurlah kalau masih ingat.”

“Mas Danarto ya? Rupanya dokter disini ?”

“Iya. Ini … Ibu ya?”

“Iya, ini Ibu saya. Bu, ini mas Danarto, yang pernah Desy ceritakan dulu, yang mau bertemu Bapak.”

“O, yang ibunya bernama … “

“Larsih bu, saya minta maaf untuk Ibu saya, karena tidak tahu bahwa waktu itu pak Haryo sudah berkeluarga.”

“Oh, tidak apa-apa nak. Apa kabar Ibu, apa sudah sembuh ?”

“Ibu saya … sudah meninggal,” kata Danarto sedih.

“Innalillahi … saya ikut berduka ya nak,” kata Tindy tulus.

“Terima kasih Bu. Siapa ini yang sakit ?”

“Ibu, mau periksa ke laborat.”

“Lho, Ibu sakit apa?”

“Belum tahu mas, masih menunggu hasil lab nya.”

“Mari saya antar,” kata Danarto ramah.

Tindy sangat terkesan atas sikap Danarto yang ramah dan rendah hati. Dia juga meminta maaf untuk ibunya karena pernah menjadi isteri siri suaminya. Tapi kan Larsih tidak bersalah. Haryo bohong dengan mengaku bujangan.

Karena diantar Danarto, Tindy bisa diperiksa awal. Danarto lalu mempersilakan Tindy untuk menunggu di ruangannya, sambil menunggu hasil labnya.

Ada ruangan tersendiri untuk Tindy dan Desy, disebelah ruang praktek dokter Danarto. Ketika mengajak mereka masuk, tiba-tiba seseorang berteriak.

“Mas Danar !”

Danarto menoleh, dan melihat Endah duduk di kursi tunggu.

***

Besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

83 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah sdh tayang MKJ 22 terimakasih bunda Tien

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah, Maturnuwun mbakyu…🙏🙏

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah, terimakasih mbak Tien salam sehat selalu dan salam ADUHAI untuk semuanya..

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah sdh tayang dan juaranya jeng Wiwik...Ngadiluwih Ngasem Jonegoro....selamat jeng Wiwik.

    Matur nuwun bu Tien.

    ReplyDelete
  6. Terima kasih, ketemu lagi dg MKJ 22, salam Aduhai Bunda

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah, terimakasih bu tien

    ReplyDelete
  8. maturnuwun bu Tien MKJ22 sampun tayang .. Salam aduhai

    ReplyDelete
  9. Alhamdulilah hatur nuhun pisan udh tayang mbakku Tienkumalasari , salam kangen n salam aduhaai dari Cibubur

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah sdh datang
    Matur nuwun bu Tien

    ReplyDelete
  11. Alhamdulilah , terima kasih bu tien mkj sdh tayang..smg ibu sll sehat dan bahagia ..salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  12. Selamat mlm smua. Wah enak nih bisa tidur nyenyak.
    Maturnuwun, mb Tien
    Yuli Smrg

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah, matur nuwun mBak Tien, MKJ Eps 22 sudah tayang menghibur pembacanya seluruh dunia.
    Salam sehat dan salam hangat

    ReplyDelete
  14. Dasar Endah gak punya urat malu persis ibunya semoga Danarto tidak tertarik....trims Bu Tien sudah menghibur ..sehat selalu Bu tien

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah MKJ sudah tayang. Bisa aja bu Tien bikin penasaran. Tksbu Tien, sehat selalu..

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah MKJ 22 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  18. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  19. Horee...duluan Desy yg ketemu dr.Danar...👏😊

    Jangan2 Endah dicuekin..🤭

    Maturnuwun mbak Tien MKJ22nya..
    Salam sehat dan aduhaiii bangeet..🙏💟🌹

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah MKJ~22 telah hadir, maturnuwun bu Tien .. salam sehat semangat dan ADUHAI selalu.
    Aamiin.

    ReplyDelete
  21. 𝐀𝐩𝐚𝐤𝐚𝐡 𝐃𝐚𝐧𝐚𝐫𝐭𝐨 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐄𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐲𝐠 𝐝𝐚𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐭𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭 𝐩𝐫𝐚𝐤𝐭𝐞𝐤𝐧𝐲𝐚..??

    𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐭𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐠𝐦𝐧 𝐬𝐢𝐤𝐚𝐩 𝐃𝐚𝐧𝐚𝐫𝐭𝐨 𝐤𝐞𝐩𝐝𝐚 𝐄𝐧𝐝𝐚𝐡...𝐬𝐞𝐦𝐨𝐠𝐚 𝐄𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐧𝐲𝐞𝐧𝐠𝐢𝐫 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐃𝐚𝐧𝐚𝐫𝐭𝐨 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐝𝐞𝐧𝐢...

    𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐮𝐭𝐤 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚...𝐀𝐚𝐦𝐢𝐢𝐧 𝐘𝐑𝐀.🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  22. Endah benar² nekad.
    Terima kasih banyak mbak Tien. Salam sejahtera utk keluarga.

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah, terima kasih Bu Tien....
    Salam sehat selalu....🙏😊

    ReplyDelete
  24. Alhamdulilah MKJ 22 telah hadir. Akankah Endah yg tdk punya malu dan terlalu PD untuk mencari cinta berhasil. Sedangkan Danarto dr awal sudah menaruh rasa pada Desy.
    Tidak malukah apabila tahu dan bertemu dg klrg Haryo. Endah oh endah yg berakhir tdk akan seindah mimpinya.
    Jadi ingin cepat2 tahu kisah berikutnya
    Makasih Bu Tien semoga selalu sehat n hapy bersama keluarga tercinta.

    ReplyDelete
  25. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni,

    ReplyDelete
  26. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul

    ReplyDelete
  27. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  28. Wah endah mengejar danarto terus, padahal dulu danarto pernah bilang tidak tertarik dengan endah

    ReplyDelete
  29. Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah datang.
    Dokter Danar ketemu Desy yang kalem, Endah yang agresif, pilih yang kalem saja ya...
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah. Matur nuwun bunda Tien.
    Semangat sehat

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda
    Salam aduhai

    ReplyDelete
  32. Cihuuui ...hisa baca MKJ 22 malam.ini dan besok akan muncul genderang perang baru endang Desy Danarto, tks Mbak Tien .. salam Aduhai dri.Lembah Tidar, kota getuk Magelang

    ReplyDelete
  33. Iya yaa...makin seru nih...😊
    Ambisi Endah akan kandaskah.?
    Desy or Endah yg menang dlm kompetitor ini.?...🤔
    Semua terpulang pada 'pena nya Bu Tien Kumasari nan bijak...🙏👍

    ReplyDelete
  34. Ya orang baek-baek ketemunya ya orang baek-baek.
    Kadang yang nge-fans berat malah nggak kebagian tempat, diruang tunggu kan ada bangku panjang, lha maunya kan bangku pendek cuma ber dua, emang mau tuh Danar; sorry ya.
    Ngganyik; cuma mau ketemu aja mbolos berhari-hari, wah ini pas di Rumkit, pak Haryo kalau ada juga, wuah seru, dua anak masing-masing ngaku anak Haryo; yang manggil-manggil dengan jumawa bilang anaknya pak Haryo yang dosen itu biar ngetop, yang anak nya sendiri malah santai nanyain anak dari ibu siapa?
    Ketahuan yèn anak gawan, nah lho bênêr kan anak Nina, kok norak banget.
    Yaitu jadi kesannya enggak baek, batin Tindy, kaya biyungnya persis, iya nggak ada beda urakan; kaya orang jalanan.
    Kalau dirumah jadi orang rumahan, kalau di jalan jadi orang jalanan, lha begitu sehatnya gitu; ngakunya sakit.
    Saking senengnya ketemu, lupa sakitnya apa, ya udah kasih vitamin aja dok.
    mbok sudah dok eutanasia aja biar bablas sisan, huss kena pasal nanti.
    Dah suruh gantian, mintanya macem macem, nomer kontak juga diminta, bilang aja nomernya nggak apal, hape ketinggalan, masih ada pasien banyak; masih mau crigis terus.
    Kebanyakan pikiran tuh ibunya Desy, jadi perlu istirahat total.
    Mudah-mudahan cepet sembuh jadi Lala dengan mantap pergi ke LN, nggak ada ganjalan.


    Terimakasih Bu Tien;
    Memang Kembang Jalanan yang ke dua puluh dua sudah tayang.
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaaa.. kasihan kalau suntik mati. Tamat dong
      ADUHAI Nanang

      Delete
  35. Bu Tien ,
    Do'a dari fans mu via FB saya yg ikut membaca cerbung MKJ : 'Semoga Bu Tien selalu Sehat Wal'afiat dan dalam Lindungan Keberkahan Allah SWT senantiasa bisa berkarya diatas laptop kesayangan Bu Tien. Aamiin Allahumma Aamiinn.

    ReplyDelete
  36. 𝘾𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙨𝙚𝙧𝙪...
    𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙢𝙗𝙖𝙠 𝙏𝙞𝙚𝙣...

    ReplyDelete
  37. Aduh duh duuh duuuuuuhh.. Si endah kok nggetheek.. Hahahahaha

    ReplyDelete
  38. 😀😀😀😀☝️jan kok belgedes si Endah hahaha si Dokter suka ma anak canzik pintar tdk kemayu ..sama ma Nina cantik gak tp aduh jan kok..makasih Bu Tien..slam aduhai

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah

    Salam sehat....dan salam Aduhaiii

    ReplyDelete
  41. Wuih tambah seru aja. Bukan Arjuna mencari cinta tp Endah mencari cinta...he..he. Matur nuwun bu Tien. Salam sehat selalu. 🙏👍→

    ReplyDelete
  42. Alhamdulillaah... MKJ22 sudah hadir..
    Trimakasih bu Tien...
    Semoga ibu dan keluarga Sehat Selalu,
    Aamiin yaa Robbal’alamiin....

    Salam SeRoJa.... ADUHAI....

    ReplyDelete
  43. Matur nuwun . Mbak Tien !Hati Danar akan berlabuh ke siapa ya?
    Aduhai jd penasaran

    ReplyDelete
  44. Terimakasih bunda Tien..
    Bgmn nasib haryo selanjutnya ya..
    hrs dijewer tuh bun..
    nyebelin bgt kelakuannya..
    Tunggu bsk lg ah.. Semoga tindy baik" saja.
    Semoga bunda Tien sehat & bahagia selalu.. Aamiin.
    Salam hangat dan aduhai kangen cerbungnya bun.. 🙏🤩❤

    ReplyDelete
  45. Alhamdulillah,ketinggalan..e..
    Terima kasih Bu Tien,sehat selalu nggih,Aamiin.

    ReplyDelete
  46. Danar sama Desy aja ya mba. Biar Endah gigit jari.
    Makasih mba Tien. Salam hangat dan sehat selalu mba. Aduhai

    ReplyDelete
  47. Alhamdulillah akhirnya Desy bisa ketemu dokter Danarto, wah kebetulan yang tidak disangka sangka. Semoga berlanjut menjadi pertemuan yang berbuah manis. aamiin

    ReplyDelete
  48. Alhamdulillah, matur nuwun mBak Tien, MKJ Eps 22 sudah menghibur pembacanya, semakin seru.
    Salam sehat dan salam aduhai dari Malang

    ReplyDelete
  49. Sami2 ibu Pudya
    Salam sehat dan ADUHAI

    ReplyDelete
  50. Assalamualaikum wr wb. Semoga Desy dam Danarto, berjodoh dan Endah yg tdk tahu diri dan kurang sopan santunnya, tdk pernah ketemu dgn dr. Danarto. Maturnuwun Bu Tien, ceritanya semakin seru dan semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin...Salam sehat dari Pondok Gede..

    ReplyDelete
  51. Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

    Alhamdulillah bisa kembali membaca Cerbung MKJ , jln2 dg teman yg sdh pensiun smp tdk sempat membaca, matur nuwun bu Tien ku yg baik 🤗,,

    Danarto tdk suka dg Endah eh malah datang ke RS ,,,ya jd penasaran

    Salam sehat wal'afiat semua bu Tien
    Salam ADUHAAII 🙏

    ReplyDelete
  52. Wah, wah, wah! Pasti dokter danarto milih desi deh.
    Mantab bun ceritanya.
    Makin aduhai!

    ReplyDelete
  53. Selamat pagii bunda Tien.. Terimakasih MKJnya.. Slmseroja dri Sukabumi🥰🥰🙏🙏

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 14

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  14 (Tien Kumalasari)   Mbok Truno heran melihat barang-barang yang dibeli Arumi. Ia membuka keresek yang dil...