MEMANG KEMBANG JALANAN 22
(Tien Kumalasari)
“Apa?” Endah berjalan kearah ruangan praktek dokter
Danarto. Ia membukanya, dan kosong, tak ada siapa-siapa didalam sana. Perawat
menatapnya heran.
“Saya kan sudah bilang, dokter sudah pulang mbak.”
“Mengapa suster tidak memanggil nama saya?”
“Saya sudah berkali-kali memanggil nama mbak. mBak duduk
disini, dekat dengan pasien yang menunggu untuk periksa di dokter kulit. Saya
tidak tahu kalau mbak mau periksa ke dokter Danarto. Mengapa juga Mbak tidur
sehingga tidak mendengar saat saya memanggil?”
Endah menghempaskan napas kesal.
“Saya capek, pasiennya banyak, dan saya giliran terakhir.”
“Saya mengira, pasien terakhir tidak sabar menunggu, lalu
pulang. Maaf ya mbak, coba Mbak kembali kemari besok pagi-pagi, karena pasien
dokter Danarto selalu banyak,” kata perawat itu kemudian berlalu.
Endah melangkah keluar dengan lesu. Sudah dua kali dia
berusaha menemui, dan gagal.
“Tapi aku tidak akan putus asa, besok aku harus datang lagi
kemari. Pagi-pagi sekali, supaya tidak seperti tadi. Heran, jam delapan aku
sudah berangkat, ee … mendapat nomor terakhir?”
Ia mengambil sepeda motornya, lalu memacunya pergi. Bukan
pulang. Ia malu kalau ibunya bertanya lagi dan dia tak berhasil menemuinya.
Ia langsung ke kampus.
Saat memarkir motornya di area parkir, tiba-tiba Ana
mendatanginya.
“Perasaan tadi bilang kalau nggak ke kampus. Ini sudah
siang, mau ngapain Mbak?”
Endah menatap wajah adiknya dengan mulut cemberut.
“O, dari rumah sakit?” kata Ana dengan senyuman mengejek.
Endah tak menjawab. Percuma saja dia ke kampus. Tak ada kelas
lagi saat itu.
“Tidak ketemu pujaan hati kamu? Atau ketemu tapi ditolak?”
“Diam kamu.”
“Lain kali kamu harus mengajak aku Mbak, siapa tahu
keberuntungan ada pada ku.”
“Enak saja, lalu kamu ingin menyabet kesempatan aku untuk
menarik hatinya?”
“Kan aku bilang, siapa tahu keberuntungan ada padaku? Namanya
orang beruntung itu apapun yang dilakukannya juga pasti beruntung. Ingin
ketemu, ya ketemu. Ingin diperhatikan, ya diperhatikan, ingin menjadi pacarnya,
ya bisa kesampaian.”
Endah mengundurkan lagi motornya, dan berniat pulang. Apa boleh buat, ibunya juga pasti akan bertanya.
“Tungguin Mbak, kok malah kelihatannya marah sama aku
sih? Aku kan tidak akan merebutnya dari tanganmu? Sekarang saja belum bisa
menjadi milikmu, jangan dibilang aku merebut dong. Siapa tahu keberuntungan
berfihak padaku.”
Endah tak menjawab, dia menstarter motornya dan keluar
dari halaman kampus. Ana tersenyum tipis.
“Tidak berhasil menemui dia, mengapa marah sama aku?”
Lalu Ana pun
mengambil sepeda motornya berniat pulang.
***
“Endaah … Ndah … “ panggil Nina ketika melihat Endah
langsung masuk ke kamarnya saat baru saja pulang.
“Wah, kelihatannya berhasil ketemu kali ini kan?” sambung
Nina sambil mengikuti ke kamar anaknya.
“Ibu kan bisa melihat, wajahku ini kelihatan senang atau
tidak,” kata Endah sambil cemberut.
“Oo … o … kelihatannya gagal lagi ya ? Memangnya dokter
Danarto seminar berapa lama?”
“Dokternya ada kok.”
“Bagus dong, mengapa cemberut? Dia nggak mau menerima
kamu? Kamu jangan kelihatan nyosor banget begitu. Jadi perempuan harus mendekat
secara halus, bersikap lembut, manis.”
“Bertemu juga tidak.”
“Lhoh, kok bisa?”
“Ketika dipanggil aku ketiduran,” kata Endah sambil
melepas bajunya begitu saja.
“Ya ampun, dasar pemalas. Dirumah kalau nggak lagi kuliah
tidur, di rumah sakit, nunggu antrean, tidur pula,” gerutu Nina.
“Antreannya banyak Bu, mana setiap pasien bisa sepuluh
menit atau seperempat jam. Bahkan ada yang lebih. Dan aku yang sampai disana
sebelum jam Sembilan, bisa mendapat nomor terakhir.”
“Rumah sakit itu pasiennya banyak. Kebanyakan orang datang pagi-pagi
supaya bisa diperiksa lebih awal.”
“Sebenarnya aku bisa ketemu, kalau saja tidak ketiduran.”
“Coba lagi, jangan putus asa.”
“Baiklah. Besok aku akan mencobanya lagi.”
“Besok aku temani Mbak,” tiba-tiba Ana nyelonong masuk
kedalam kamar.
“Ya ampun Ana ….” Seru Nina yang kaget karena Ana
tiba-tiba sudah ada di belakangnya.”
“mBak Endah itu aneh. Belum jadian sudah patah hati,” Ana
terkekeh.
“Diam kamu,” hardik Endah kesal sambil mengenakan baju
rumahan,
“Kok marah sih.”
“Ana, sudah sana, ganti baju dulu dan jangan mengganggu
kakakmu,” kata Nina sambil mendorong tubuh Ana agar keluar dari kamar.
“Keberuntungan itu tidak akan datang pada setiap orang.”
“Ana, sana ganti bajumu,” hardik Nina.
“Siapa tahu akulah yang beruntung.”
Nina yang merasa kesal lalu menjewer telinga Ana, ditariknya
masuk ke dalam kamarnya sendiri. Ana berteriak-teriak kesakitan.
“Aauuw … ibu, kan aku bicara apa adanya.”
“Awas ya kalau kamu berani-berani merebutnya. Dari
kemarin bicaramu aneh.”
“Ibu yang aneh. Siapa … merebut siapa … Belum jadi milik
dia, bagaimana bisa dikatakan merebut,” Ana masih mengomel.
“Mau di lakban mulut kamu ya, supaya tidak nyerocos terus?”
ancam Nina. Tapi Ana hanya memeletkan lidahnya.
***
Siang itu Tindy memang sudah bisa makan bersama
anak-anaknya. Tapi tampak sekali bahwa Tindy kelihatan lesu tak bersemangat.
“Ibu masih sakit?” tanya Lala.
“Tidak, pusingnya sudah berkurang.”
“Berarti belum hilang semua dong,” sahut Desy.
“Tidak, nanti ibu akan beristirahat lagi. Malam nanti
pasti pusingnya sudah berkurang.
“Tidak Bu, jangan bandel ya, nanti Lala akan mengantarkan Ibu ke dokter,” kata Lala.
“Aku ikut,” kata Desy.
“Aku juga ikut,” sambung Tutut.
Tindy tersenyum bahagia melihat perhatian anak-anaknya.
“Kalian itu kenapa? Ibu tidak apa-apa. Ibu hanya
kecapekan, besok Ibu tidak ke kampus dulu, ingin istirahat beberapa hari.”
“Itu benar Bu, Ibu memang harus beristirahat. Tapi nanti
kami akan membawa Ibu ke dokter.”
“Tidak usah La.”
“Ibu jangan bandel ya?”
“Apa Ibu takut di suntik ?” tanya Tutut bercanda.
Tindy hanya tertawa, lalu menyendok pelan makanannya.
“Setelah makan Ibu tidur lagi saja, nanti sore kita ke
dokter.”
“Kalian itu nekat sekali ya.”
“Harus.”
“Kalau Ibu bandel, nanti kita gendong rame-rame ya Mbak,”
kata Tutut.
Semua yang mendengarnya tertawa. Tindy mencubit pelan
pipi Tutut yang duduk di sebelahnya.
“Pokoknya ketika Lala berangkat ke luar negri ibu harus
sehat. Desy, ingat pesan Mbak.”
“Siap, komandan.”
Suasana hangat itu selalu menyelimuti keluarga Tindy.
Kepergian Haryo seakan tidak menampakkan bekas luka di hati mereka. Tindy lah
yang selalu menenangkan hati anak-anaknya ketika mereka menyatakan kekesalannya
kepada ayah mereka.
“Kamu berangkat masih lama kan ?”
“Tidak Bu, bulan depan Lala sudah harus berangkat. Tapi
Lala akan mengurungkan keberangkatan Lala kalau ibu masih sakit.”
“Ibu kan sudah bilang. Bahkan berkali-kali bilang, bahwa
Ibu tak ingin menjadi penghambat kalian dalam meraih cita-cita kalian. Ibu
hanya memiliki kalian, dan Ibu ingin kalian menjadi manusia-manusia yang berhasil
dan punya makna. Bermakna bagi kalian sendiri, bermakna bagi sekitar kalian,
dan bagi sesama. Karena kita hidup didunia ini tidak sendiri. Alam sekitar,
orang-orang sekitar, bisa menjadi pendukung untuk sebuah keinginan. Dan karena
itulah ketika kalian berhasil, janganlah memiliki kesombongan atas keberhasilan
itu. Ingat, kalian tidak sendiri. Ada banyak tangan yang berperan.”
“Iya Bu,” jawab mereka hampir bersamaan.
“Habiskan makanan kalian, Ibu mau beristirahat.”
“Jangan lupa, nanti sore kita ke dokter,” Lala
mengingatkan.
Tindy tersenyum, dan menganggukkan kepala, kemudian
berdiri dan beranjak ke kamarnya.
“Apa Ibu sakit serius?” tanya Tutut khawatir.
“Seringan apapun, jangan membiarkan sakit mendera tubuh
kita. Ibu bilang karena kecapekan, tapi kita harus membuktikan itu nanti,
didepan dokter yang memeriksa,” kata Lala.
“Benar sekali,” kata Desy sambil mengacungkan jempolnya.
***
Tapi oleh dokter yang memeriksa, Tindy diminta agar ke
laborat besok pagi, karena ada yang harus diketahui secara pasti.
“Memangnya Ibu saya sakit apa?”
“Saya belum bisa memastikan sebelum memeriksa hasil lab
nya nanti mbak,” kata dokter Linda, dokter langganan keluarga mereka.
“Apakah itu serius?”
“Tidak selalu begitu. Tampaknya tidak menghawatirkan. Untuk
jelasnya besok periksa ke lab dulu. Nanti akan diambil darahnya, semua sudah
saya tuliskan di pengantar saya ini.”
Lala menerima surat pengantar itu.
“Terima kasih dokter, saya sendiri hanya merasa kecapekan,
tapi anak-anak saya sangat berlebihan dalam menghawatirkan saya,” kata Tindy
setelah dokter menuliskan surat pengantar itu.
“Wajar dong bu, kalau anak menghawatirkan orang tuanya
saat sakit. Sebaliknya seorang ibu kan juga khawatir kalau anaknya sakit,” kata
dokter Linda.
“Ibu itu kalau tidak dipaksa juga susah diajak ke dokter,”
timpal Lala.
“Baiklah, kali ini saya hanya memberikan obat penurun
panas, karena Ibu tampaknya sedikit demam. Tapi nanti setelah hasil lab nya
selesai, mungkin saya akan memberikan lagi obat tambahan.”
“Terima kasih dokter. Ayo Bu, kita pulang dulu.”
“Terima kasih dokter, kami permisi,” kata Tindy.
Ketika mereka keluar, Desy dan Tutut yang menunggu diluar
sudah menghujani kakaknya dengan banyak pertanyaan.
“Bagaimana Mbak, apa kata dokter? Ibu sakit apa? Obatnya
apa?”
“Belum diberi obat, besok kita harus ke rumah sakit,
karena harus ada pemeriksaan lab.”
“Memangnya Ibu sakit apa?” tanya Desy.
“Dokternya belum bisa mengatakan apapun. Menunggu hasil
lab nya. Ayo kita pulang, tapi mampir ke apotik dulu untuk membeli obatnya ya.”
Tutut menggandeng tangan ibunya, meremas telapak
tangannya, sambil berjalan kearah mobil.”
“Tangan ibu panas,” seru Tutut.
“Benarkah?” tanya Desy yang ikut-ikutan memegang telapak
tangan ibunya.
“Sudah, jangan ribut saja kalian. Dokternya sudah
memberikan obatnya, ibu pasti akan baik-baik saja,” kata Tindy menenangkan hati
anak-anaknya.
***
“Des, bisakah kamu besok mengantarkan ibu ke rumah sakit?”
“Bisa dong Mbak. Mbak Lala mau kemana?”
“Besok aku ada urusan yang tidak bisa aku tinggalkan. Ini ada hubungannya dengan keberangkatan aku bulan depan.”
“Iya, tidak apa-apa aku mengantarkan ibu untuk periksa
lab.”
“Bagus. Sekarang Ibu makan dulu, lalu minum obatnya ya,”
kata Lala.
“Makan untuk Ibu biar aku bawa ke kamar saja,” kata Desy.
“Tidak usah, biar ibu makan bersama kalian. Seperti
orang sakit beneran saja,” kata Tindy sambil tersenyum.
“Ya sudah, kalau begitu kita makan sekarang. Tampaknya
Simbok sudah menyiapkan makan malam tuh,” kata Desy.
Lalu mereka semua makan malam. Tidak begitu tampak
gembira, karena Tindy terlihat lesu. Ia juga makan cuma sedikit.”
“Kok sudah Bu, mengapa Ibu makan cuma sedikit?”
“Agak mual, sedikit ini cukup. Mana obatnya?” kata Tindy.
“Ini bu, sudah Desy siapkan,” kata Desy sambil memberikan
obat untuk ibunya.”
“Rasa amat pusing itu juga bisa menimbulkan mual. Aku
pernah merasakannya,” kata Lala.
“Iya, Ibu kira juga begitu,” kata Tindy sambil menelan
obatnya.
“Sekarang Ibu tidur ya, nanti Tutut akan menemani ibu,”
kata Tutut.
“Aku juga mau tidur di kamar Ibu,” kata Desy.
Tindy tertawa.
“Baiklah, kita akan tidur bertiga. Ranjang ibu kan cukup
besar untuk kita,” kata Tindy sambil berdiri.
“Horeee,” teriak Tutut.
“Selesaikan dulu makan kalian, baru boleh menyusul ke
kamar ibu.
***
Pagi itu Desy mengantarkan ibunya ke rumah sakit. Ia
langsung membawa ibunya ke laboratorium dan mendaftar disana. Tiba-tiba Desy
terkejut ketika seseorang memanggilnya.
“Desy !”
Desy dan Tindy menoleh. Seseorang dengan mengenakan jas
dokter mendekat.
“Desy kan? Lupa sama saya?”
“Ini kan … mas yang … yang dulu mencari Bapak saya?”
“Syukurlah kalau masih ingat.”
“Mas Danarto ya? Rupanya dokter disini ?”
“Iya. Ini … Ibu ya?”
“Iya, ini Ibu saya. Bu, ini mas Danarto, yang pernah Desy
ceritakan dulu, yang mau bertemu Bapak.”
“O, yang ibunya bernama … “
“Larsih bu, saya minta maaf untuk Ibu saya, karena tidak
tahu bahwa waktu itu pak Haryo sudah berkeluarga.”
“Oh, tidak apa-apa nak. Apa kabar Ibu, apa sudah sembuh ?”
“Ibu saya … sudah meninggal,” kata Danarto sedih.
“Innalillahi … saya ikut berduka ya nak,” kata Tindy
tulus.
“Terima kasih Bu. Siapa ini yang sakit ?”
“Ibu, mau periksa ke laborat.”
“Lho, Ibu sakit apa?”
“Belum tahu mas, masih menunggu hasil lab nya.”
“Mari saya antar,” kata Danarto ramah.
Tindy sangat terkesan atas sikap Danarto yang ramah dan
rendah hati. Dia juga meminta maaf untuk ibunya karena pernah menjadi isteri
siri suaminya. Tapi kan Larsih tidak bersalah. Haryo bohong dengan mengaku
bujangan.
Karena diantar Danarto, Tindy bisa diperiksa awal.
Danarto lalu mempersilakan Tindy untuk menunggu di ruangannya, sambil menunggu
hasil labnya.
Ada ruangan tersendiri untuk Tindy dan Desy, disebelah
ruang praktek dokter Danarto. Ketika mengajak mereka masuk, tiba-tiba seseorang
berteriak.
“Mas Danar !”
Danarto menoleh, dan melihat Endah duduk di kursi tunggu.
***
Besok lagi ya
Asyeeek....
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteJuara 1 mbk Wiwik.....horreeee
ReplyDeleteTrimakasih bu Tien. Sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh tayang MKJ 22 terimakasih bunda Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah, Maturnuwun mbakyu…🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah, terimakasih mbak Tien salam sehat selalu dan salam ADUHAI untuk semuanya..
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh tayang dan juaranya jeng Wiwik...Ngadiluwih Ngasem Jonegoro....selamat jeng Wiwik.
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien.
Terima kasih, ketemu lagi dg MKJ 22, salam Aduhai Bunda
ReplyDeleteAlhamdulillah, terimakasih bu tien
ReplyDeletematurnuwun bu Tien MKJ22 sampun tayang .. Salam aduhai
ReplyDeleteAlhamdulilah hatur nuhun pisan udh tayang mbakku Tienkumalasari , salam kangen n salam aduhaai dari Cibubur
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh datang
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien
Alhamdulilah , terima kasih bu tien mkj sdh tayang..smg ibu sll sehat dan bahagia ..salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteSelamat mlm smua. Wah enak nih bisa tidur nyenyak.
ReplyDeleteMaturnuwun, mb Tien
Yuli Smrg
Yes
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun mBak Tien, MKJ Eps 22 sudah tayang menghibur pembacanya seluruh dunia.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat
Sami2 mas Dudut
DeleteSalam sehat
Dasar Endah gak punya urat malu persis ibunya semoga Danarto tidak tertarik....trims Bu Tien sudah menghibur ..sehat selalu Bu tien
ReplyDeleteSami2 ibu Suparmia
DeleteAamiin
Alhamdulillah MKJ sudah tayang. Bisa aja bu Tien bikin penasaran. Tksbu Tien, sehat selalu..
ReplyDeleteSami2 ibu Handayaningsih
DeleteAamiin
Alhamdulillah MKJ 22 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Salam sehat dan aduhai
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteHoree...duluan Desy yg ketemu dr.Danar...👏😊
ReplyDeleteJangan2 Endah dicuekin..🤭
Maturnuwun mbak Tien MKJ22nya..
Salam sehat dan aduhaiii bangeet..🙏💟🌹
Alhamdulillah MKJ~22 telah hadir, maturnuwun bu Tien .. salam sehat semangat dan ADUHAI selalu.
ReplyDeleteAamiin.
𝐀𝐩𝐚𝐤𝐚𝐡 𝐃𝐚𝐧𝐚𝐫𝐭𝐨 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐄𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐲𝐠 𝐝𝐚𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐭𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭 𝐩𝐫𝐚𝐤𝐭𝐞𝐤𝐧𝐲𝐚..??
ReplyDelete𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐭𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐠𝐦𝐧 𝐬𝐢𝐤𝐚𝐩 𝐃𝐚𝐧𝐚𝐫𝐭𝐨 𝐤𝐞𝐩𝐝𝐚 𝐄𝐧𝐝𝐚𝐡...𝐬𝐞𝐦𝐨𝐠𝐚 𝐄𝐧𝐝𝐚𝐡 𝐧𝐲𝐞𝐧𝐠𝐢𝐫 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐃𝐚𝐧𝐚𝐫𝐭𝐨 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐝𝐞𝐧𝐢...
𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐮𝐭𝐤 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚...𝐀𝐚𝐦𝐢𝐢𝐧 𝐘𝐑𝐀.🙏🙏🙏
Endah benar² nekad.
ReplyDeleteTerima kasih banyak mbak Tien. Salam sejahtera utk keluarga.
Sami2 pak Andrew
DeleteSalam kembali
Alhamdulillah, terima kasih Bu Tien....
ReplyDeleteSalam sehat selalu....🙏😊
Sami2 pak Prim
DeleteSalam sehat selalu
Alhamdulilah MKJ 22 telah hadir. Akankah Endah yg tdk punya malu dan terlalu PD untuk mencari cinta berhasil. Sedangkan Danarto dr awal sudah menaruh rasa pada Desy.
ReplyDeleteTidak malukah apabila tahu dan bertemu dg klrg Haryo. Endah oh endah yg berakhir tdk akan seindah mimpinya.
Jadi ingin cepat2 tahu kisah berikutnya
Makasih Bu Tien semoga selalu sehat n hapy bersama keluarga tercinta.
Sami2 ibu Noor
DeleteAamiin
Sami2 ibu Rochmah
DeleteAamiin
ADUHAI
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni,
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Wah endah mengejar danarto terus, padahal dulu danarto pernah bilang tidak tertarik dengan endah
ReplyDeleteSalam sehat pak Anton
DeleteMakasih kakek...
ReplyDeletealhamdulillah...
ReplyDeletematurnuwun
Sami2
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah datang.
ReplyDeleteDokter Danar ketemu Desy yang kalem, Endah yang agresif, pilih yang kalem saja ya...
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Alhamdulillah. Matur nuwun bunda Tien.
ReplyDeleteSemangat sehat
Sami2 ibu Ermi
DeleteAamiin
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda
Salam aduhai
Sami2 ibu Endah
ReplyDeleteADUHAI
Cihuuui ...hisa baca MKJ 22 malam.ini dan besok akan muncul genderang perang baru endang Desy Danarto, tks Mbak Tien .. salam Aduhai dri.Lembah Tidar, kota getuk Magelang
ReplyDeleteSami2 pak Pri
DeleteSalam buat Lembah Tidar
Iya yaa...makin seru nih...😊
ReplyDeleteAmbisi Endah akan kandaskah.?
Desy or Endah yg menang dlm kompetitor ini.?...🤔
Semua terpulang pada 'pena nya Bu Tien Kumasari nan bijak...🙏👍
Ya orang baek-baek ketemunya ya orang baek-baek.
ReplyDeleteKadang yang nge-fans berat malah nggak kebagian tempat, diruang tunggu kan ada bangku panjang, lha maunya kan bangku pendek cuma ber dua, emang mau tuh Danar; sorry ya.
Ngganyik; cuma mau ketemu aja mbolos berhari-hari, wah ini pas di Rumkit, pak Haryo kalau ada juga, wuah seru, dua anak masing-masing ngaku anak Haryo; yang manggil-manggil dengan jumawa bilang anaknya pak Haryo yang dosen itu biar ngetop, yang anak nya sendiri malah santai nanyain anak dari ibu siapa?
Ketahuan yèn anak gawan, nah lho bênêr kan anak Nina, kok norak banget.
Yaitu jadi kesannya enggak baek, batin Tindy, kaya biyungnya persis, iya nggak ada beda urakan; kaya orang jalanan.
Kalau dirumah jadi orang rumahan, kalau di jalan jadi orang jalanan, lha begitu sehatnya gitu; ngakunya sakit.
Saking senengnya ketemu, lupa sakitnya apa, ya udah kasih vitamin aja dok.
mbok sudah dok eutanasia aja biar bablas sisan, huss kena pasal nanti.
Dah suruh gantian, mintanya macem macem, nomer kontak juga diminta, bilang aja nomernya nggak apal, hape ketinggalan, masih ada pasien banyak; masih mau crigis terus.
Kebanyakan pikiran tuh ibunya Desy, jadi perlu istirahat total.
Mudah-mudahan cepet sembuh jadi Lala dengan mantap pergi ke LN, nggak ada ganjalan.
Terimakasih Bu Tien;
Memang Kembang Jalanan yang ke dua puluh dua sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Hahaaa.. kasihan kalau suntik mati. Tamat dong
DeleteADUHAI Nanang
Bu Tien ,
ReplyDeleteDo'a dari fans mu via FB saya yg ikut membaca cerbung MKJ : 'Semoga Bu Tien selalu Sehat Wal'afiat dan dalam Lindungan Keberkahan Allah SWT senantiasa bisa berkarya diatas laptop kesayangan Bu Tien. Aamiin Allahumma Aamiinn.
Aamiin ya Robbal alamiin
DeleteTerimakasih pak Rusman
𝘾𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙨𝙚𝙧𝙪...
ReplyDelete𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙢𝙗𝙖𝙠 𝙏𝙞𝙚𝙣...
Aduh duh duuh duuuuuuhh.. Si endah kok nggetheek.. Hahahahaha
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Iphee
Delete😀😀😀😀☝️jan kok belgedes si Endah hahaha si Dokter suka ma anak canzik pintar tdk kemayu ..sama ma Nina cantik gak tp aduh jan kok..makasih Bu Tien..slam aduhai
ReplyDeleteSami2 ibu Yanti
DeleteYang tidak mbelgedes
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun
Alhamdulillah
ReplyDeleteSalam sehat....dan salam Aduhaiii
Salam sehat dan ADUHAI Ibu Yulie
DeleteWuih tambah seru aja. Bukan Arjuna mencari cinta tp Endah mencari cinta...he..he. Matur nuwun bu Tien. Salam sehat selalu. 🙏👍→
ReplyDeleteSami2 pak Boediono
DeleteSalam sehat juga
Alhamdulillaah... MKJ22 sudah hadir..
ReplyDeleteTrimakasih bu Tien...
Semoga ibu dan keluarga Sehat Selalu,
Aamiin yaa Robbal’alamiin....
Salam SeRoJa.... ADUHAI....
Matur nuwun . Mbak Tien !Hati Danar akan berlabuh ke siapa ya?
ReplyDeleteAduhai jd penasaran
Sami2 ibu Nanik
DeleteBerlabuh dihatimu
Terimakasih bunda Tien..
ReplyDeleteBgmn nasib haryo selanjutnya ya..
hrs dijewer tuh bun..
nyebelin bgt kelakuannya..
Tunggu bsk lg ah.. Semoga tindy baik" saja.
Semoga bunda Tien sehat & bahagia selalu.. Aamiin.
Salam hangat dan aduhai kangen cerbungnya bun.. 🙏🤩❤
Sami2 ibu Hermina
DeleteADUHAI
Alhamdulillah,ketinggalan..e..
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien,sehat selalu nggih,Aamiin.
Sami2 ibu Rini
DeleteADUHAI
Danar sama Desy aja ya mba. Biar Endah gigit jari.
ReplyDeleteMakasih mba Tien. Salam hangat dan sehat selalu mba. Aduhai
Sami2 ibu Sul.
DeleteDalam hangat ADUHAI
Alhamdulillah akhirnya Desy bisa ketemu dokter Danarto, wah kebetulan yang tidak disangka sangka. Semoga berlanjut menjadi pertemuan yang berbuah manis. aamiin
ReplyDeleteADUHAI ibu Noor
DeleteAlhamdulillah, matur nuwun mBak Tien, MKJ Eps 22 sudah menghibur pembacanya, semakin seru.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam aduhai dari Malang
Sami2 ibu Pudya
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI
Sami2 ibu Nur
ReplyDeleteSalam ADUHAI
Assalamualaikum wr wb. Semoga Desy dam Danarto, berjodoh dan Endah yg tdk tahu diri dan kurang sopan santunnya, tdk pernah ketemu dgn dr. Danarto. Maturnuwun Bu Tien, ceritanya semakin seru dan semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin...Salam sehat dari Pondok Gede..
ReplyDeleteAssalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
ReplyDeleteAlhamdulillah bisa kembali membaca Cerbung MKJ , jln2 dg teman yg sdh pensiun smp tdk sempat membaca, matur nuwun bu Tien ku yg baik 🤗,,
Danarto tdk suka dg Endah eh malah datang ke RS ,,,ya jd penasaran
Salam sehat wal'afiat semua bu Tien
Salam ADUHAAII 🙏
Wah, wah, wah! Pasti dokter danarto milih desi deh.
ReplyDeleteMantab bun ceritanya.
Makin aduhai!
Selamat pagii bunda Tien.. Terimakasih MKJnya.. Slmseroja dri Sukabumi🥰🥰🙏🙏
ReplyDelete