MEMANG
KEMBANG JALANAN 21
(Tien
Kumalasari)
Siska
terpana.
“Ya ampun
Nina, kok bisa? Dimana ?”
“Didepan
mal ini, waktu aku mau masuk.”
“Lhoh,
kok bisa? Apa nggak ada satpam yang jaga di depan? Terus kalau kamu berteriak
pasti sudah dikeroyok tuh pencopet.”
“Terjadinya
begitu cepat, ada temannya di atas sepeda motor. Mereka langsung kabur.”
“Lhah
yang dicopet apa? Ini tasmu masih ada?”
“Ini?
Dompetku … dompetku yang dibawa. Entah bagaimana dia bisa merogoh tasku lalu
mengambil dompetku.”
“Memangnya
kamu tidak menutup tas kamu ini?”
“Tidak,
aku kelupaan.”
“Ayo
lapor saja ke polisi.”
“Sudah,
tidak usah, percuma saja. Aku pernah juga kecopetan, sudah lapor tapi uangku
tetap saja hilang. Sudah, jangan pikirkan, aku antar saja kamu belanja.”
“Sebenarnya
kamu mau belanja apa?”
“Ya
banyak, kebutuhan dapur habis semua, mana aku juga belum masak. Tapi lupakan
saja, aku mengantar kamu belanja saja.”
“Ya nggak
bisa begitu. Begini saja , kamu aku pinjamin uang dulu.”
“Aduh,
jadi nggak enak dong. Merepotkan saja.”
“Tidak,
kita kan sahabatan sudah lama. Aku pinjamin satu juta dulu, cukup nggak?”
“Ya sudah
kalau begitu. Tapi kamu kan juga mau belanja? Nanti bagaimana?”
“Aku
membawa uang cukup. Suamiku baru dapat bonus, aku diberi hadiah lima juta.”
“Wauuw,
senangnya.”
“Nih,
pakai uangku ini saja, kamu boleh mengembalikannya kapan-kapan. Nggak apa-apa.”
“Benarkah?”
“Iya, aku
tahu kamu pasti bisa mengembalikannya,” kata Siska sambil menyerahkan lembaran
uang sejumlah satu juta.”
“Terimakasih
banyak ya Sis, aku jadi nggak pulang
dengan tangan hampa.”
“Tidak
apa-apa. Ayo belanja. Tunggu, aku sedang memilih beberapa baju tadi, Kamu mau
beli nggak?”
“Baiklah,
aku beli yang murah saja, untuk baju harian. Yang kira-kira dibawah limaratus
ribu ada nggak ya?”
“Ya ada
lah, ayo kita lihat. Nanti kalau uangmu kurang aku bisa meminjaminya lagi.”
“Baiklah
kalau begitu. Ya ampun Sis, kamu baik sekali ya,” kata Nina dengan mulut tak
henti mengulaskan senyuman.
“Nanti
setelahnya mampir ke rumah makan, kamu bisa beli masakan matang untuk kamu bawa
ke rumah, jadi tidak usah masak untuk hari ini.
“Iya,
baiklah. Hari ini aku menemukan seorang sahabat yang benar-benar bisa menolong
aku saat aku dalam kesulitan.”
“Sudah,
jangan dipikirkan, kamu boleh mengembalikan kapan saja, aku tidak tergesa-gesa.
Ayo kita lanjutkan belanjanya.
Nina
mngikuti Siska, belanja sekehendak hatinya, dan lupa bahwa uang yang
diterimanya hanyalah dipinjamkannya, bukan diberikannya.
***
Nina
pulang ketika hari menjelang sore, dan anak-anaknya sudah ada di rumah semuanya.
“Ibu dari
mana saja? Belanja begini banyak. Kemarin ibu bilang kalau uang Ibu sudah
menipis kan?” tanya Endah yang heran melihat Ibunya belanja begitu banyak. Ada
pakaian juga.
“Iya
benar. Tapi Siska meminjamkan uangnya sama Ibu. Jadi ibu bisa belanja banyak
tanpa mengurangi sedikitpun uang Ibu yang tersisa. Ayo bantu Ibu memasukkan
belanjaan ke belakang, Masukkan ke kulkas kalau memang perlu disimpan di
kulkas.”
“Tapi
kami lapar Bu,” rengek Ana.
“Iya
benar, Ibu belum memasak apapun hari ini.”
“Aduh,
bukankah masih ada telur? Kalian bisa makan lauk telur dan kecap.”
“Siapa kira
Ibu pulang sampai sore?”
“Ibu juga
tidak mengira akan pulang sampai sore. Oh iya Ibu lupa. Tadi ibu beli lauk
matang. Itu, di bungkusan yang satunya.”
“Nah, ini
dia Na, ayo kita makan dulu saja, membongkar belanjaannya nanti saja.”
“Iya
Mbak, aku juga lapar nih.”
“Ya
sudah, terserah kalian saja, tapi sekalian ditata di meja, barangkali nanti pak
Haryo datang dan mau makan. Ibu mau mandi dan istirahat,” kata Nina sambil
melangkah masuk ke kamarnya.
Endah dan
Ana asyik makan, sehingga tidak tahu kalau Haryo sudah datang dan menatap
beberapa bungkusan besar yang masih terserak di lantai.
“Apa ini?”
serunya.
“Bapak
sudah pulang?” tanya Endah tanpa berdiri dan terus saja menyuap makanannya.
“Ini
apa?” ulangnya.
“Itu pak
tadi ibu belanja, baru saja pulang, belum kami rapikan,” jawab Endah.
Haryo tak
menjawab, ia langsung masuk ke kamar. Dilihatnya Nina baru keluar dari kamar
mandi.
“Mas baru
pulang?”
“Kamu
dari mana?”
“Aku dari
… itu … belanja beberapa kebutuhan yang habis.”
“Belanja
sedemikian banyak itu kebutuhan apa saja? Ada juga paper bag berisi pakaian.”
“Itu pak
… ketemu Siska … aku diberi itu.”
“Siska
siapa?”
“Siska
yang dulu teman aku, ketika sama sama bekerja di optik. Yang mas bilang cantik,
tapi dia sudah bersuami,” kata Nina sambil berganti baju.
“Bagaimana
kamu bisa bertemu dia?”
“Suaminya
kan pejabat. Sudah pindah di kota ini. Beberapa waktu yang lalu aku ketemu ketika
sedang belanja di mal.”
“Lalu
sekarang kencan untuk belanja bersama, dan kamu lupa pesan aku bahwa kamu harus
lebih berhemat?”
“Aku
tidak lupa Mas, semua itu dari Siska.”
“Benarkah
?”
“Iya. Aku
baru mau bilang sama Mas kalau uang yang aku pegang sudah menipis. Ini malah
aku bisa belanja banyak gara-gara Siska.”
“Dia
isteri pejabat, biarkan saja kalau sangat royal dan begitu mudah
menghambur-hamburkan uang.”
“Sebenarnya
Mas kan punya uang banyak, sedangkan Tindy tidak membutuhkan uang dari Mas
karena punya penghasilan sendiri. Mengapa harus berhemat segala?”
“Aku
sudah mau pensiun, sedangkan rumah ini juga bukan rumah kita. Aku harus
menyisihkan uang untuk membayar kontrakan, dan itu tidak sedikit.”
“Aku
kesal karena Mas selalu mengatakan yang itu-itu saja,” kata Nina sambil keluar
dari kamar.
Haryo
menatapnya kesal. Ia melepas sepatunya lalu berbaring begitu saja di ranjang.
***
Seminggu
sudah berlalu, Endah selalu menghitung hari demi hari yang dilaluinya, demi
keinginannya untuk bisa mendekati dokter Danarto.
Hari itu
ia kembali tidak masuk kuliah, agar bisa ke rumah sakit pagi-pagi.
Begitu
memasuki rumah sakit, dia tidak menuju ke tempat pendaftaran, tapi langsung ke
poli umum, dimana dokter Danarto praktek.
Ia
mendekati salah seorang perawat di poli itu.
“Suster,
mau tanya, apakah dokter Danarto praktek?”
“Dokter
Danarto? Kelihatannya praktek. Saya tadi melihatnya memasuki poli,” kata perawat
yang ditanya.
“Oh,
baiklah, terimakasih suster.”
Endah
melihat kursi tunggu di sekitar ruangan dokter Danarto, pasiennya lumayan
banyak. Tidak apa-apa kalaupun harus menunggu seharian, yang penting bisa
ketemu dan berbincang. Lalu ia menuju ke
tempat pendaftaran.
Saat
mendaftar pun dia juga harus mengantre. Ada tiga orang yang sedang menunggu
antrean. Endah menghela napas, lalu mengelus dadanya pelan.
“Sabar …
sabar … Demi bertemu sang pujaan kamu harus bersabar, Endah,” kata batinnya
kepada dirinya sendiri.
Ketika
akhirnya proses pendaftaran selesai, dia masih harus mengantri. Ada sepuluh
atau sebelas orang sedang menunggu giliran. Dan kembali Endah harus bersabar.
Ketika
menunggu itu, walau sudah diberi tahu kalau dokter Danarto sedang berpraktek,
ia masih juga merasa ragu. Ketika melihat pasien keluar dari ruangan dokter,
Endah bergegas mendekati.
“Bu, yang
prakter dokter siapa?”
“Dokter
Danarto Mbak, saya kalau kontrol selalu sama dokter Danarto.”
“Oh, baiklah,
terima kasih bu,” kata Endah lega, lalu kembali duduk.
Menunggu sepuluh pasien tidak cukup hanya satu jam. Endah sudah
terkantuk-kantuk. Masih ada lima pasien lagi. Duuh, berapa lama lagi aku harus
menunggu? Pikir Endah. Ia menyandarkan tubuhnya yang mulai terasa penat.
***
“Bu, hari
ini Mbak Endah tidak ke kampus lagi?” tanya Ana sepulang dari kampus, sementara
tak melihat kakaknya di rumah.
“Nggak
tahu Ibu, mungkin ke rumah sakit.”
“Ke rumah
sakit lagi? O, aku tahu. Dokter itu ya penyebabnya?”
“Namanya
Danarto.”
“Iya, mas
Danarto. Jadi penasaran aku, seperti apa sih orangnya?”
“Nanti
kalau kakakmu sudah jadian sama dia, pasti kamu akan bisa melihatnya. Kamu juga,
nanti kalau mencari pacar harus seperti kakakmu itu. Ganteng, pintar, kaya.”
“Memangnya
sudah pasti kalau mbak Endah akan jadian sama Danarto?”
“Manggilnya
jangan namanya saja. Harus pakai ‘mas’. Nanti jadi kebiasaan kalau memanggil
kakak ipar tanpa embel-embel ‘mas’.
“Aah,
belum tentu jadian juga.”
“Kata
siapa belum tentu? Kakakmu itu kan cantik, mana mungkin dokter Danarto
menolaknya,” sahut Nina kesal.
“Namanya
juga baru pendekatan, bisa jadi pacar, bisa tidak.”
“Doanya
yang baik-baik. Mosok kakaknya sendiri tidak didoakan yang baik.”
“Ana
tidak berdoa apapun, hanya saja, harapan itu kan tidak semuanya bisa menjadi
kenyataan,” kata Ana sinis.
“Kamu itu
sepertinya iri ya sama kakakmu?”
“Iih …
Ibu nih, bagaimana bisa mengira kalau aku iri? Tapi ngomong-ngomong aku juga
penasaran nih. Bagaimana kalau aku ajak mbak Endah bersaing,” kata Ana
seenaknya.
“Apa
maksudmu bersaing?”
“Bersaing
mendapatkan Danarto itu.”
“Kamu
sudah tidak waras.”
Ana
tertawa.
“Aku juga
sudah dewasa bu, boleh dong tertarik sama dokter ganteng?”
“Dia itu
milik kakakmu, tahu,” kata Nina sambil memelototi Ana.
“Belum
kan Bu,” kata Ana sambil tertawa menjauh.
“Keterlaluan
kamu Ana. Yang benar adalah kamu harus mendoakan kakak kamu supaya berhasil
mendekati dia,” kata Nina agak keras karena Ana sudah masuk ke kamarnya,
sementara Ana hanya tertawa kecil mendengarnya. Tapi rasa penasaran tiba-tiba
muncul dalam benaknya.
“Seperti
apa sih dia? Seperti pangeran dalam dongeng? Seperti bintang film yang selalu
menjadi tokoh utama dan selalu menang dalam bercinta?” gumamnya pelan, sambil
mengganti bajunya.
***
“Ibu, mengapa
pulang agak pagi?” tanya Desy yang sudah pulang terlebih dulu.
“Kepala
Ibu sedikit pusing,” kata Tindy sambil langsung masuk kedalam kamarnya. Desy
mengikutinya dengan perasaan khawatir.
“Desy antar ke dokter ya?”
“Tidak
usah, Ibu mau beristirahat saja.”
“Ibu
sudah minum obat?”
“Belum,
mungkin Ibu kecapekan. Tolong ambilkan obat pusing di almari, Ibu mau mengganti
baju dulu.”
Desy
bergegas keluar dan mengambil obat yang diperlukan Ibunya, sementara Tindy
segera membersihkan diri ke kamar mandi, lalu mengganti bajunya.
Begitu
selesai, Desy sudah menyiapkan segelas air dan obatnya.
“Ini Bu.”
“Baiklah,
terima kasih Desy,” kata Tindy sambil meraih gelas minumnya dan meminum
obatnya.
“Ibu
tidak makan dulu ?”
“Obat ini
tidak harus diminum setelah makan.”
“Baiklah,
sekarang Ibu istirahat saja, nanti saat makan siang Desy bangunkan ya.”
“Menunggu
kakakmu sama adikmu pulang, jadi kita bisa makan bersama-sama.”
“Tapi
kalau sampai sore ibu masih merasa pusing, Desy akan mengantar Ibu ke dokter.”
“Iya,
gampang. Cuma kecapekan saja kok,” kata Tindy yang kemudian berbaring.
Desy
membawa gelas yang telah kosong keluar dari kamar, lalu menutup pintunya pelan.
Ketika keluar itu dilihatnya Lala baru saja pulang.
“Ibu
sudah pulang?” tanya Lala yang merasa heran karena mobil ibunya sudah ada di
halaman.
“Ibu
sakit.”
“Sakit?”
Lala terkejut, lalu bergegas memasuki kamar Ibunya.
“Bu, Ibu
sakit?” tanya Lala khawatir.
“Tidak, Ibu
hanya sedikit pusing. Tapi Ibu sudah minum obat.”
Lala
mendekat dan memegang tangan Ibunya, lalu dahinya.
“Agak
panas. Ibu benar-benar sakit nih. Kedokter yuk.”
“Tidak,
kamu ada-ada saja sih. Ibu hanya kelelahan. Biarkan Ibu tidur sebentar, pasti
nanti juga akan sembuh.”
“Baiklah,
tapi kalau sampai sore ibu belum merasa baikan, kami akan mengantar Ibu ke
dokter.”
“Iya,
kamu seperti Desy saja. Berlebihan. Biarkan ibu tidur sebentar.”
Lala
menyelimuti Ibunya, kemudian keluar dari kamar.
***
“Nona
Endah … nona Endah … “ perawat memanggil nama Endah berkali-kali, namun tak ada
yang menyahut. Perawat masuk kedalam.
“Pasien
sudah habis dok,” kata perawat itu.
“Baiklah,
akhirnya selesai. Hari ini pasien sangat bangak,” kata dokter Danarto sambil
berdiri, lalu melepaskan jas prakteknya dan perawat menerimanya, kemudian
menggantungkannya di tempat biasa.
Danarto
berlalu, dan pulang.
Sang
pembantu dokter membersihkan ruangan dokter, lalu menutup pintunya. Ketika
keluar dan mau berjalan ke arah depan, perawat itu baru melihat ada seseorang
tertidur di kursi tunggu.
“Lhoh, ternyata
masih ada orang? Apa dia mau periksa,
atau menunggu seseorang ya.”
Perawat
itu mendekat, dan membangunkannya pelan. Ia merasa seperti pernah melihat gadis
itu.
“mBak,
mbak sedang menunggu siapa?” kata perawat sambil menyentuh lengannya pelan.
Endah
terbangun dan mengucek matanya. Ia melihat ke sekeliling tempat itu, tampak
sudah sepi.
“Ss_saya
mau … periksa … dokter Danarto,” katanya pelan.
Perawat
itu kemudian ingat, gadis itu pernah periksa kira-kira semingguan yang lalu,
dan mengira yang praktek adalah dokter Danarto.
Kasihan, kali ini dia pasti kembali kecewa.
“Sudah
giliran saya kah?” katanya seperti bingung.
“mBak
namanya siapa?”
“Endah.”
“Lhoh,
tadi saya sudah memanggil berkali-kali, saya kira pasien sudah habis.”
“Baiklah,
boleh kan sekarang saya masuk?” tanya Endah sambil berdiri.
“Maaf
Mbak, dokternya sudah pulang.”
“Apa?”
***
Besok
lagi ya.
Makasih bu
ReplyDeleteAlhamdulillah
DeleteSelamat bu dokter juara 1.. horreeeey.. 👏❤️
DeleteJeng dokter....luar biasa
DeleteSibuk tp masih bisa juara 1
Selamat ya Jeng,smg sehat selalu
Mtnuwun mbak Tien,mgi2 awet sehat nggih mbk
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteWaduh kalah cepet karo bu dokter yang Autoimun.....
DeleteMatur nuwun bu Tien
Selamat malam.
Salam ADUHAI.
Alhamdulillah. Dah hadir lagi MKN.
DeleteMKJ
DeleteYes
ReplyDeleteAlhamdulilah
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien. Semoga sehat selalu.
ReplyDeleteNina mulai *tongpes". Pura Pura kecopetan.
Matur nuwun bu Tien...sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah yg di nanti² dah tayang, matur nuwun bunda Tien, semoga bunda tetap sehat dan salam ADUHAI dari Klaten.
ReplyDeleteMaturnuwun mbak Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga sehat walafiat
Salam Aduhai
Alhamdulillah MKJ 21 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Puji Tuhan sudah hadir MKJ sugeng Dalu jeng Tien ,,,Sik aku tak maca
ReplyDeleteAlhamdulilah MKJ 21 sudah tayang..matur nuwun bu Tien..
ReplyDeleteMugi Ibu tansah sehat
Selalu menanti episode...
Salam aduhai
Semangaaat ibuuu....
ReplyDeleteSalam ADUHAI nggih..
Alhamdulilah, terima kasih bu tien mkj sdh tayang makin seruuuuu...semoga ibu selalu sehat salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteMaturnuwun, mb Tien.
ReplyDeleteJangan Endah yg sama dr. Danarto ya mb Tien.
Yuli Semarang
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien.
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteErimakasih bunda Tien
Salam sehat dan aduhai dari Purworejo
Alhamdulilah, hatur nuwun mbak Tienkumalasari dear udh tayang MKJ 21, salam kangen & aduhaai dari Cibubur
ReplyDeleteHehehe.. kebayang pas tau mas dokter ganteng udah pulang... Whaattt..??? 😂😂😂
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun bunda Tien.
ReplyDeleteSemangat sehat
Salam aduhai
Slmt mlm bunda Tien.. Alhamdullilahsfh tayang MKJ 21..salam seroja dan Aduhai dri sukabumi.. 🥰🥰🙏🙏
ReplyDeleteYg di tunggu udah datang , terima kasih Bu Tien semoga selalu sehat dan tetap semangat salam aduhai dari Pasuruan
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni,
Alhamdulillah...
ReplyDeleteSyukron Mbak Tiem ...🌷🌷🌷🌷🌷
Mbayangin wajah Endah yg kecewa berat... ADUHAI sedihnya😊
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
alhamdulillah...
ReplyDeletematurnuwun bu Tien aduhai...
Kasihan endah, di php sama bu tien 😀
ReplyDeleteIbu dan anak sama2 ambisi untuk cari orang berduit. Tinggal nunggu jatuhnya pelakor dan anak2nya yg tdk tahu diri dan selalu ingin hidup enak tanpa kerja dan selalu menyakiti keluarga orla.
ReplyDeleteAlhamdulilah MKJ 21 sudah bisa mengikuti. Matur nuwun Ibu Tien srnoga sehat selalu.
Alhamdulillah . Matur nuwun mBak Tien, MKJ Eps 21 sudah datang menghibur.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat dari Tangerang.
Alhamdulillah, yang ditunggu sdh hadir, mksh bu Tien,kasihan Endah gk jodoh, salam sehat, semangat dan aduhai
ReplyDeletePuji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip sehingga MKJ 21 hadir gasik dan tetap bikin penasaran.
ReplyDeleteNina tetap konsumtip walau sdh ber kali2 diingatkan untuk berhemat.
Jangan2 untuk bayar utang dan memenuhi gaya hidupnya Nina terpaksa cari uang dengan menghalalkan segala cara. Semoga tidak menjadi kembang jalanan.
Prof Tindy yg sdh berdaya tahan tinggi thdp terpaan hidup, semoga tetap jadi insan baik, pengampun dan tegar.
Monggo ibu, dilanjut aja semakin penasaran hati ini. Matur nuwun Berkah Dalem.
Waduh Aduhai bingit.salam sehat.Maturnuwun Mbak
ReplyDeleteAlhamdulillah .. hadir ..kasian Haryo yg istrinya mata duitan apa akan selamanya dgn Nina..hayo kita di buat penasaran .Endah malah sakit hati ternyata Dr Danarto suka dgn Desy si calon dokter ..🤭🤭🙏🤲😄😄☝️
ReplyDeletePuji Tuhan....sudah hadir MKJ nya...
ReplyDeleteSalam sehat n salam kejora Bunda Tien
Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah berkunjung.
ReplyDeleteKakak-adik mau saingan ni...lucu, yg dapat malah orang lain.
Dasar tidak berjodoh, sudah di depan mata juga tidak bisa bertemu karena ketiduran (???)
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Kasihan Endah gak ketemu dokter lagi..kapok..
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien,jadi makin penasaran.
ReplyDeleteSemoga bu Tien sekeluarga selalu sehat.
Alhamdulillah MKJ 21 sdh hadir
ReplyDeleteSemakin seru dan bikin penasaran ceritanys
Terima kasih Bu Tien,
semoga Ibu sehat dan bahagia selalu
Aamiin
Salam ADUHAI dari Bekasi
Alhamdulillah, maturnuwun Bu Tien 🙏,sehat selalu beserta keluarga, Sugeng istirahat, ADUHAI endah...yuk.. pulang... dokternya sdh pulang duluan 😀😀
ReplyDeleteADUHAI.....
Trimakasih bu Tien
ReplyDeleteSemoga bu Tien selalu sehat. Salam aduhai.
Endang Amirul
Alhamdulillah MKJ 21 sdh hadir
ReplyDeleteSemakin seru, bikin penasaran.
Terima kasih mbak Tien,
semoga sehat dan selalu bahagia bersama keluarga. Aamiin
Salam aduhai dr Malang
😁😁😁😁 kecewa deh Endah...
ReplyDeleteSehat selalu Bu Tien 😘😘, ceritanya selalu ngangenin.
Salam dari Bandung Buuu.
Desy ,,perempuan kok ngejar cowok
ReplyDeleteSampek ketiduran ,,padahal Danarto looo gak suka sama kamu,,,wis keturunan e ibuk,e. Memalukan ,,
Alhamdulillah, pas nglilir MKJ~21 sudah hadir... maturnuwun bu Tien🙏
ReplyDeleteKasihan itu si Endah.. hehehee..
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun
Yg ngejar Danarto itu Endah mbak Yanik..😊
ReplyDeleteNanti akan kena batunya..pelakor dan pemboros..
Meturnuwun mbak Tien MKJ21nya..
Semoga Tindy hny kelelahan..malah Danar yg dtg mencari Desy..hehe..
Lanjuut besok lagii..
Salam sehat selalu dan aduhaii mbak Tien..🙏💟🌹
Sami2 ibu Maria
DeleteADUHAI
Alhamdulillah, matursuwun mbak Tien MKJnya
ReplyDeleteSalamm sehat selalu
Sami2 ibu Umi
Delete𝘼𝙙𝙪𝙝, 𝙨𝙚𝙙𝙞𝙝 𝙨𝙚𝙠𝙖𝙡𝙞...
ReplyDelete𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙢𝙗𝙖𝙠 𝙏𝙞𝙚𝙣
Sami2 KP LOVER
DeleteAlhamdulillah MKJ 21 dah tayang.
ReplyDeleteMakasih Bunda Met malam dan met istirahat.
Sehat dan tetap semangat
Sangat menghibur Bu Tien trims
ReplyDeleteSami2 ibu Suparmia
DeleteAlhamdulillah,terima kasih Bu Tien ..
ReplyDeleteSenantiasa sehat dan bahagia bersama keluarga,Aamiin.
Sami2 ibu Rini
DeleteAamiin
Matur nuwun bu Tien, MKJ 21 sudah tayang. Wah dasar Nina tidak bisa prhatin, uang pinjaman dihambur hamburkan. Haryo lama lama sebel juga melihat kelakuan istri sirinya yang sangat berbeda dengan Tindy.Haryo baru mulai sadar ...nah lo. Kasihan juga Tindy yang ternyata sakit, semoga segera dibawa ke dokter Danarto...ketemu deh Desy dengan Danarto.. ngarep.com. Endah Endah, modusmu tidak diridhoi.kasihan deh.
ReplyDeleteSami2 ibu Noor
DeleteADUHAI deh
salam sehat selalu katur bu Tien yang teteap kreatif dan enerjik
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI ibu Noor
DeleteOOO iya jeng Maria ,,yang ngejar Danarto Endah ya,,he he kliru ,kalo Desy kan putranya Bu Tindy
ReplyDeleteJangan jangan thèklèk sudah keropos masuk combèran minta dicuci, cuci uang yang kemaren buat beli motor anak orang.
ReplyDeleteMau balikan?
Bener bener muka tembok.
Sekalian; kan anak orang kaya tinggal hambur-hamburkan uang saja, cari kesenangan dan sanjungan.
Sampai lupa rumah masih ngontrak.
Namanya juga panik, melihat masa depan tidak ada harapan, buat sandaran.
Nyaman juga enggak, jauh dari damai.
Apa lagi Nina suka menimbun hutang, alasan dikasih nggak ada usaha sama sekali buat berhemat.
Sudah tidak adakah sisi baik Nina, sampai begitu saja mau di tinggalkan, seperti yang sudah².
Ya pusing sementara rektorat mulai selidik ada yang tak beres dari salah satu dosennya yang menyimpang tatanan, minta sang Tindy untuk terbuka, apa yang sedang terjadi.
Teman-teman dekat Tindy mulai ikutan selidik.
Mudah-mudahan masih mimpi.
Iyå cuma urun nambahi bruwet.
Terimakasih Bu Tien;
Memang Kembang Jalanan yang ke dua puluh satu sudah muncul.
Sehat sehat selalu doaku; sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Sami2 Nanang
DeleteSemakin bruwet ya Nang
Aamiin atas doanya
Assalamualaikum wr wb. Sebel dan kasihan. juga ya melihat wanita remaja yg tdk punya harga diri, seperti Endah.. Mudah mudahan di episode berikutnya, Endah tdk dibahas lagi, tapi diganti cerita tokoh utama Tindy dan Haryo, bagaimana reaksi rektorat setelah mendengar dan mendapatkan fakta tentang perselingkuhan Haryo.. Maturnuwun Bu Tien, sdh tdk terasa sdh sampai episode 21, semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
ReplyDelete..Salam sehat dari Pondok Gede...
Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
DeleteAamiin ya Robbal alamiin
Matur nuwun pak Mashudi
He..he. Dasar Endah..
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Sehat dan selalu semangat mba.
Aduhai
Sami2 ibu Sul
DeleteAamiin
ADUHAI
Aduhai endah, kasihan sekali kau nak. Hehehe!
ReplyDeleteMoga bunda tien dan keluarga selalu sehat.
ADUHAI ibu Echi
ReplyDeleteAamiin
Menunggu ...
ReplyDeleteAlhamdulilah MKJ sudah tayang..matur nuwun
ReplyDeleteIbu Tien hebat tenan..cerita yang penuh pesan moral.bisa mengaduk aduk emosi....mesam mesem mbayangin Endah yang disuruh USG....dan selalu penasaran begitu tertulis...besok lagi ya..
Mugi Ibu Tien tansah sehat..
Salam aduhai