Monday, January 24, 2022

MEMANG KEMBANG JALANAN 21

 

MEMANG KEMBANG JALANAN  21

(Tien Kumalasari)

 

Siska terpana.

“Ya ampun Nina, kok bisa? Dimana ?”

“Didepan mal ini, waktu aku mau masuk.”

“Lhoh, kok bisa? Apa nggak ada satpam yang jaga di depan? Terus kalau kamu berteriak pasti sudah dikeroyok tuh pencopet.”

“Terjadinya begitu cepat, ada temannya di atas sepeda motor. Mereka langsung kabur.”

“Lhah yang dicopet apa? Ini tasmu masih ada?”

“Ini? Dompetku … dompetku yang dibawa. Entah bagaimana dia bisa merogoh tasku lalu mengambil dompetku.”

“Memangnya kamu tidak menutup tas kamu ini?”

“Tidak, aku kelupaan.”

“Ayo lapor saja ke polisi.”

“Sudah, tidak usah, percuma saja. Aku pernah juga kecopetan, sudah lapor tapi uangku tetap saja hilang. Sudah, jangan pikirkan, aku antar saja kamu belanja.”

“Sebenarnya kamu mau belanja apa?”

“Ya banyak, kebutuhan dapur habis semua, mana aku juga belum masak. Tapi lupakan saja, aku mengantar kamu belanja saja.”

“Ya nggak bisa begitu. Begini saja , kamu aku pinjamin uang dulu.”

“Aduh, jadi nggak enak dong. Merepotkan saja.”

“Tidak, kita kan sahabatan sudah lama. Aku pinjamin satu juta dulu, cukup nggak?”

“Ya sudah kalau begitu. Tapi kamu kan juga mau belanja? Nanti bagaimana?”

“Aku membawa uang cukup. Suamiku baru dapat bonus, aku diberi hadiah lima juta.”

“Wauuw, senangnya.”

“Nih, pakai uangku ini saja, kamu boleh mengembalikannya kapan-kapan. Nggak apa-apa.”

“Benarkah?”

“Iya, aku tahu kamu pasti bisa mengembalikannya,” kata Siska sambil menyerahkan lembaran uang sejumlah satu juta.”

“Terimakasih banyak ya Sis, aku jadi nggak  pulang dengan tangan hampa.”

“Tidak apa-apa. Ayo belanja. Tunggu, aku sedang memilih beberapa baju tadi, Kamu mau beli nggak?”

“Baiklah, aku beli yang murah saja, untuk baju harian. Yang kira-kira dibawah limaratus ribu ada nggak ya?”

“Ya ada lah, ayo kita lihat. Nanti kalau uangmu kurang aku bisa meminjaminya lagi.”

“Baiklah kalau begitu. Ya ampun Sis, kamu baik sekali ya,” kata Nina dengan mulut tak henti mengulaskan senyuman.

“Nanti setelahnya mampir ke rumah makan, kamu bisa beli masakan matang untuk kamu bawa ke rumah, jadi tidak usah masak untuk hari ini.

“Iya, baiklah. Hari ini aku menemukan seorang sahabat yang benar-benar bisa menolong aku saat aku dalam kesulitan.”

“Sudah, jangan dipikirkan, kamu boleh mengembalikan kapan saja, aku tidak tergesa-gesa. Ayo kita lanjutkan belanjanya.

Nina mngikuti Siska, belanja sekehendak hatinya, dan lupa bahwa uang yang diterimanya hanyalah dipinjamkannya, bukan diberikannya.

***

Nina pulang ketika hari menjelang sore, dan anak-anaknya sudah ada di rumah semuanya.

“Ibu dari mana saja? Belanja begini banyak. Kemarin ibu bilang kalau uang Ibu sudah menipis kan?” tanya Endah yang heran melihat Ibunya belanja begitu banyak. Ada pakaian juga.

“Iya benar. Tapi Siska meminjamkan uangnya sama Ibu. Jadi ibu bisa belanja banyak tanpa mengurangi sedikitpun uang Ibu yang tersisa. Ayo bantu Ibu memasukkan belanjaan ke belakang, Masukkan ke kulkas kalau memang perlu disimpan di kulkas.”

“Tapi kami lapar Bu,” rengek Ana.

“Iya benar, Ibu belum memasak apapun hari ini.”

“Aduh, bukankah masih ada telur? Kalian bisa makan lauk telur dan kecap.”

“Siapa kira Ibu pulang sampai sore?”

“Ibu juga tidak mengira akan pulang sampai sore. Oh iya Ibu lupa. Tadi ibu beli lauk matang. Itu, di bungkusan yang satunya.”

“Nah, ini dia Na, ayo kita makan dulu saja, membongkar belanjaannya nanti saja.”

“Iya Mbak, aku juga lapar nih.”

“Ya sudah, terserah kalian saja, tapi sekalian ditata di meja, barangkali nanti pak Haryo datang dan mau makan. Ibu mau mandi dan istirahat,” kata Nina sambil melangkah masuk ke kamarnya.

Endah dan Ana asyik makan, sehingga tidak tahu kalau Haryo sudah datang dan menatap beberapa bungkusan besar yang masih terserak di lantai.

“Apa ini?” serunya.

“Bapak sudah pulang?” tanya Endah tanpa berdiri dan terus saja menyuap makanannya.

“Ini apa?” ulangnya.

“Itu pak tadi ibu belanja, baru saja pulang, belum kami rapikan,” jawab Endah.

Haryo tak menjawab, ia langsung masuk ke kamar. Dilihatnya Nina baru keluar dari kamar mandi.

“Mas baru pulang?”

“Kamu dari mana?”

“Aku dari … itu … belanja beberapa kebutuhan yang habis.”

“Belanja sedemikian banyak itu kebutuhan apa saja? Ada juga paper bag berisi pakaian.”

“Itu pak … ketemu Siska … aku diberi itu.”

“Siska siapa?”

“Siska yang dulu teman aku, ketika sama sama bekerja di optik. Yang mas bilang cantik, tapi dia sudah bersuami,” kata Nina sambil berganti baju.

“Bagaimana kamu bisa bertemu dia?”

“Suaminya kan pejabat. Sudah pindah di kota ini. Beberapa waktu yang lalu aku ketemu ketika sedang belanja di mal.”

“Lalu sekarang kencan untuk belanja bersama, dan kamu lupa pesan aku bahwa kamu harus lebih berhemat?”

“Aku tidak lupa Mas, semua itu dari Siska.”

“Benarkah ?”

“Iya. Aku baru mau bilang sama Mas kalau uang yang aku pegang sudah menipis. Ini malah aku bisa belanja banyak gara-gara Siska.”

“Dia isteri pejabat, biarkan saja kalau sangat royal dan begitu mudah menghambur-hamburkan uang.”

“Sebenarnya Mas kan punya uang banyak, sedangkan Tindy tidak membutuhkan uang dari Mas karena punya penghasilan sendiri. Mengapa harus berhemat segala?”

“Aku sudah mau pensiun, sedangkan rumah ini juga bukan rumah kita. Aku harus menyisihkan uang untuk membayar kontrakan, dan itu tidak sedikit.”

“Aku kesal karena Mas selalu mengatakan yang itu-itu saja,” kata Nina sambil keluar dari kamar.

Haryo menatapnya kesal. Ia melepas sepatunya lalu berbaring begitu saja di ranjang.

***

Seminggu sudah berlalu, Endah selalu menghitung hari demi hari yang dilaluinya, demi keinginannya untuk bisa mendekati dokter Danarto.

Hari itu ia kembali tidak masuk kuliah, agar bisa ke rumah sakit pagi-pagi.

Begitu memasuki rumah sakit, dia tidak menuju ke tempat pendaftaran, tapi langsung ke poli umum, dimana dokter Danarto praktek.

Ia mendekati salah seorang perawat di poli itu.

“Suster, mau tanya, apakah dokter Danarto praktek?”

“Dokter Danarto? Kelihatannya praktek. Saya tadi melihatnya memasuki poli,” kata perawat yang ditanya.

“Oh, baiklah, terimakasih suster.”

Endah melihat kursi tunggu di sekitar ruangan dokter Danarto, pasiennya lumayan banyak. Tidak apa-apa kalaupun harus menunggu seharian, yang penting bisa ketemu  dan berbincang. Lalu ia menuju ke tempat pendaftaran.

Saat mendaftar pun dia juga harus mengantre. Ada tiga orang yang sedang menunggu antrean. Endah menghela napas, lalu mengelus dadanya pelan.

“Sabar … sabar … Demi bertemu sang pujaan kamu harus bersabar, Endah,” kata batinnya kepada dirinya sendiri.

Ketika akhirnya proses pendaftaran selesai, dia masih harus mengantri. Ada sepuluh atau sebelas orang sedang menunggu giliran. Dan kembali Endah harus bersabar.

Ketika menunggu itu, walau sudah diberi tahu kalau dokter Danarto sedang berpraktek, ia masih juga merasa ragu. Ketika melihat pasien keluar dari ruangan dokter, Endah bergegas mendekati.

“Bu, yang prakter dokter siapa?”

“Dokter Danarto Mbak, saya kalau kontrol selalu sama dokter Danarto.”

“Oh, baiklah, terima kasih bu,” kata Endah lega, lalu kembali duduk.

 Menunggu sepuluh pasien  tidak cukup hanya satu jam. Endah sudah terkantuk-kantuk. Masih ada lima pasien lagi. Duuh, berapa lama lagi aku harus menunggu? Pikir Endah. Ia menyandarkan tubuhnya yang mulai terasa penat.

***

“Bu, hari ini Mbak Endah tidak ke kampus lagi?” tanya Ana sepulang dari kampus, sementara tak melihat kakaknya di rumah.

“Nggak tahu Ibu, mungkin ke rumah sakit.”

“Ke rumah sakit lagi? O, aku tahu. Dokter itu ya penyebabnya?”

“Namanya Danarto.”

“Iya, mas Danarto. Jadi penasaran aku, seperti apa sih orangnya?”

“Nanti kalau kakakmu sudah jadian sama dia, pasti kamu akan bisa melihatnya. Kamu juga, nanti kalau mencari pacar harus seperti kakakmu itu. Ganteng, pintar, kaya.”

“Memangnya sudah pasti kalau mbak Endah akan jadian sama Danarto?”

“Manggilnya jangan namanya saja. Harus pakai ‘mas’. Nanti jadi kebiasaan kalau memanggil kakak ipar tanpa embel-embel ‘mas’.

“Aah, belum tentu jadian juga.”

“Kata siapa belum tentu? Kakakmu itu kan cantik, mana mungkin dokter Danarto menolaknya,” sahut Nina kesal.

“Namanya juga baru pendekatan, bisa jadi pacar, bisa tidak.”

“Doanya yang baik-baik. Mosok kakaknya sendiri tidak didoakan yang baik.”

“Ana tidak berdoa apapun, hanya saja, harapan itu kan tidak semuanya bisa menjadi kenyataan,” kata Ana sinis.

“Kamu itu sepertinya iri ya sama kakakmu?”

“Iih … Ibu nih, bagaimana bisa mengira kalau aku iri? Tapi ngomong-ngomong aku juga penasaran nih. Bagaimana kalau aku ajak mbak Endah bersaing,” kata Ana seenaknya.

“Apa maksudmu bersaing?”

“Bersaing mendapatkan Danarto itu.”

“Kamu sudah tidak waras.”

Ana tertawa.

“Aku juga sudah dewasa bu, boleh dong tertarik sama dokter ganteng?”

“Dia itu milik kakakmu, tahu,” kata Nina sambil memelototi Ana.

“Belum kan Bu,” kata Ana sambil tertawa menjauh.

“Keterlaluan kamu Ana. Yang benar adalah kamu harus mendoakan kakak kamu supaya berhasil mendekati dia,” kata Nina agak keras karena Ana sudah masuk ke kamarnya, sementara Ana hanya tertawa kecil mendengarnya. Tapi rasa penasaran tiba-tiba muncul dalam benaknya.

“Seperti apa sih dia? Seperti pangeran dalam dongeng? Seperti bintang film yang selalu menjadi tokoh utama dan selalu menang dalam bercinta?” gumamnya pelan, sambil mengganti bajunya.

***

“Ibu, mengapa pulang agak pagi?” tanya Desy yang sudah pulang terlebih dulu.

“Kepala Ibu sedikit pusing,” kata Tindy sambil langsung masuk kedalam kamarnya. Desy mengikutinya dengan perasaan khawatir.

 “Desy antar ke dokter ya?”

“Tidak usah, Ibu mau beristirahat saja.”

“Ibu sudah minum obat?”

“Belum, mungkin Ibu kecapekan. Tolong ambilkan obat pusing di almari, Ibu mau mengganti baju dulu.”

Desy bergegas keluar dan mengambil obat yang diperlukan Ibunya, sementara Tindy segera membersihkan diri ke kamar mandi, lalu mengganti bajunya.

Begitu selesai, Desy sudah menyiapkan segelas air dan obatnya.

“Ini Bu.”

“Baiklah, terima kasih Desy,” kata Tindy sambil meraih gelas minumnya dan meminum obatnya.

“Ibu tidak makan dulu ?”

“Obat ini tidak harus diminum setelah makan.”

“Baiklah, sekarang Ibu istirahat saja, nanti saat makan siang Desy bangunkan ya.”

“Menunggu kakakmu sama adikmu pulang, jadi kita bisa makan bersama-sama.”

“Tapi kalau sampai sore ibu masih merasa pusing, Desy akan mengantar Ibu ke dokter.”

“Iya, gampang. Cuma kecapekan saja kok,” kata Tindy yang kemudian berbaring.

Desy membawa gelas yang telah kosong keluar dari kamar, lalu menutup pintunya pelan. Ketika keluar itu dilihatnya Lala baru saja pulang.

“Ibu sudah pulang?” tanya Lala yang merasa heran karena mobil ibunya sudah ada di halaman.

“Ibu sakit.”

“Sakit?” Lala terkejut, lalu bergegas memasuki kamar Ibunya.

“Bu, Ibu sakit?” tanya Lala khawatir.

“Tidak, Ibu hanya sedikit pusing. Tapi Ibu sudah minum obat.”

Lala mendekat dan memegang tangan Ibunya, lalu dahinya.

“Agak panas. Ibu benar-benar sakit nih. Kedokter yuk.”

“Tidak, kamu ada-ada saja sih. Ibu hanya kelelahan. Biarkan Ibu tidur sebentar, pasti nanti juga akan sembuh.”

“Baiklah, tapi kalau sampai sore ibu belum merasa baikan, kami akan mengantar Ibu ke dokter.”

“Iya, kamu seperti Desy saja. Berlebihan. Biarkan ibu tidur sebentar.”

Lala menyelimuti Ibunya, kemudian keluar dari kamar.

***

“Nona Endah … nona Endah … “ perawat memanggil nama Endah berkali-kali, namun tak ada yang menyahut. Perawat masuk kedalam.

“Pasien sudah habis dok,” kata perawat itu.

“Baiklah, akhirnya selesai. Hari ini pasien sangat bangak,” kata dokter Danarto sambil berdiri, lalu melepaskan jas prakteknya dan perawat menerimanya, kemudian menggantungkannya di tempat biasa.

Danarto berlalu, dan pulang.

Sang pembantu dokter membersihkan ruangan dokter, lalu menutup pintunya. Ketika keluar dan mau berjalan ke arah depan, perawat itu baru melihat ada seseorang tertidur di kursi tunggu.

“Lhoh, ternyata masih ada orang? Apa dia  mau periksa, atau menunggu seseorang ya.”

Perawat itu mendekat, dan membangunkannya pelan. Ia merasa seperti pernah melihat gadis itu.

“mBak, mbak sedang menunggu siapa?” kata perawat sambil menyentuh lengannya pelan.

Endah terbangun dan mengucek matanya. Ia melihat ke sekeliling tempat itu, tampak sudah sepi.

“Ss_saya mau … periksa … dokter Danarto,” katanya pelan.

Perawat itu kemudian ingat, gadis itu pernah periksa kira-kira semingguan yang lalu, dan mengira yang praktek adalah dokter Danarto.  Kasihan, kali ini dia pasti kembali kecewa.

“Sudah giliran saya kah?” katanya seperti bingung.

“mBak namanya siapa?”

“Endah.”

“Lhoh, tadi saya sudah memanggil berkali-kali, saya kira pasien sudah habis.”

“Baiklah, boleh kan sekarang saya masuk?” tanya Endah sambil berdiri.

“Maaf Mbak, dokternya sudah pulang.”

“Apa?”

***

Besok lagi ya.

 

 

 

 

 

 

78 comments:

  1. Replies
    1. Selamat bu dokter juara 1.. horreeeey.. 👏❤️

      Delete
    2. Jeng dokter....luar biasa
      Sibuk tp masih bisa juara 1
      Selamat ya Jeng,smg sehat selalu


      Mtnuwun mbak Tien,mgi2 awet sehat nggih mbk

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduh kalah cepet karo bu dokter yang Autoimun.....

      Matur nuwun bu Tien
      Selamat malam.
      Salam ADUHAI.

      Delete
    2. Alhamdulillah. Dah hadir lagi MKN.

      Delete
  3. Terima kasih mbak Tien. Semoga sehat selalu.
    Nina mulai *tongpes". Pura Pura kecopetan.

    ReplyDelete
  4. Matur nuwun bu Tien...sehat selalu

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah yg di nanti² dah tayang, matur nuwun bunda Tien, semoga bunda tetap sehat dan salam ADUHAI dari Klaten.

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga sehat walafiat
    Salam Aduhai

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah MKJ 21 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  8. Puji Tuhan sudah hadir MKJ sugeng Dalu jeng Tien ,,,Sik aku tak maca

    ReplyDelete
  9. Alhamdulilah MKJ 21 sudah tayang..matur nuwun bu Tien..
    Mugi Ibu tansah sehat
    Selalu menanti episode...
    Salam aduhai

    ReplyDelete
  10. Semangaaat ibuuu....
    Salam ADUHAI nggih..

    ReplyDelete
  11. Alhamdulilah, terima kasih bu tien mkj sdh tayang makin seruuuuu...semoga ibu selalu sehat salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  12. Maturnuwun, mb Tien.
    Jangan Endah yg sama dr. Danarto ya mb Tien.
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien.

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah
    Erimakasih bunda Tien
    Salam sehat dan aduhai dari Purworejo

    ReplyDelete
  15. Alhamdulilah, hatur nuwun mbak Tienkumalasari dear udh tayang MKJ 21, salam kangen & aduhaai dari Cibubur

    ReplyDelete
  16. Hehehe.. kebayang pas tau mas dokter ganteng udah pulang... Whaattt..??? 😂😂😂

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah, matur nuwun bunda Tien.
    Semangat sehat
    Salam aduhai

    ReplyDelete
  18. Slmt mlm bunda Tien.. Alhamdullilahsfh tayang MKJ 21..salam seroja dan Aduhai dri sukabumi.. 🥰🥰🙏🙏

    ReplyDelete
  19. Yg di tunggu udah datang , terima kasih Bu Tien semoga selalu sehat dan tetap semangat salam aduhai dari Pasuruan

    ReplyDelete
  20. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni,

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah...
    Syukron Mbak Tiem ...🌷🌷🌷🌷🌷
    Mbayangin wajah Endah yg kecewa berat... ADUHAI sedihnya😊

    ReplyDelete
  22. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul

    ReplyDelete
  23. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  24. alhamdulillah...
    maturnuwun bu Tien aduhai...

    ReplyDelete
  25. Kasihan endah, di php sama bu tien 😀

    ReplyDelete
  26. Ibu dan anak sama2 ambisi untuk cari orang berduit. Tinggal nunggu jatuhnya pelakor dan anak2nya yg tdk tahu diri dan selalu ingin hidup enak tanpa kerja dan selalu menyakiti keluarga orla.

    Alhamdulilah MKJ 21 sudah bisa mengikuti. Matur nuwun Ibu Tien srnoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah . Matur nuwun mBak Tien, MKJ Eps 21 sudah datang menghibur.
    Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang.

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah, yang ditunggu sdh hadir, mksh bu Tien,kasihan Endah gk jodoh, salam sehat, semangat dan aduhai

    ReplyDelete
  29. Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip sehingga MKJ 21 hadir gasik dan tetap bikin penasaran.

    Nina tetap konsumtip walau sdh ber kali2 diingatkan untuk berhemat.
    Jangan2 untuk bayar utang dan memenuhi gaya hidupnya Nina terpaksa cari uang dengan menghalalkan segala cara. Semoga tidak menjadi kembang jalanan.
    Prof Tindy yg sdh berdaya tahan tinggi thdp terpaan hidup, semoga tetap jadi insan baik, pengampun dan tegar.

    Monggo ibu, dilanjut aja semakin penasaran hati ini. Matur nuwun Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  30. Waduh Aduhai bingit.salam sehat.Maturnuwun Mbak

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah .. hadir ..kasian Haryo yg istrinya mata duitan apa akan selamanya dgn Nina..hayo kita di buat penasaran .Endah malah sakit hati ternyata Dr Danarto suka dgn Desy si calon dokter ..🤭🤭🙏🤲😄😄☝️

    ReplyDelete
  32. Puji Tuhan....sudah hadir MKJ nya...
    Salam sehat n salam kejora Bunda Tien

    ReplyDelete
  33. Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah berkunjung.
    Kakak-adik mau saingan ni...lucu, yg dapat malah orang lain.
    Dasar tidak berjodoh, sudah di depan mata juga tidak bisa bertemu karena ketiduran (???)
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  34. Kasihan Endah gak ketemu dokter lagi..kapok..

    ReplyDelete
  35. Terimakasih bu Tien,jadi makin penasaran.
    Semoga bu Tien sekeluarga selalu sehat.

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah MKJ 21 sdh hadir
    Semakin seru dan bikin penasaran ceritanys
    Terima kasih Bu Tien,
    semoga Ibu sehat dan bahagia selalu
    Aamiin
    Salam ADUHAI dari Bekasi

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah, maturnuwun Bu Tien 🙏,sehat selalu beserta keluarga, Sugeng istirahat, ADUHAI endah...yuk.. pulang... dokternya sdh pulang duluan 😀😀
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  38. Trimakasih bu Tien
    Semoga bu Tien selalu sehat. Salam aduhai.
    Endang Amirul

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah MKJ 21 sdh hadir
    Semakin seru, bikin penasaran.
    Terima kasih mbak Tien,
    semoga sehat dan selalu bahagia bersama keluarga. Aamiin
    Salam aduhai dr Malang

    ReplyDelete
  40. 😁😁😁😁 kecewa deh Endah...

    Sehat selalu Bu Tien 😘😘, ceritanya selalu ngangenin.
    Salam dari Bandung Buuu.

    ReplyDelete
  41. Desy ,,perempuan kok ngejar cowok
    Sampek ketiduran ,,padahal Danarto looo gak suka sama kamu,,,wis keturunan e ibuk,e. Memalukan ,,

    ReplyDelete
  42. Alhamdulillah, pas nglilir MKJ~21 sudah hadir... maturnuwun bu Tien🙏
    Kasihan itu si Endah.. hehehee..

    ReplyDelete
  43. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun Bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun

    ReplyDelete
  44. Yg ngejar Danarto itu Endah mbak Yanik..😊

    Nanti akan kena batunya..pelakor dan pemboros..

    Meturnuwun mbak Tien MKJ21nya..

    Semoga Tindy hny kelelahan..malah Danar yg dtg mencari Desy..hehe..

    Lanjuut besok lagii..

    Salam sehat selalu dan aduhaii mbak Tien..🙏💟🌹

    ReplyDelete
  45. Alhamdulillah, matursuwun mbak Tien MKJnya
    Salamm sehat selalu

    ReplyDelete
  46. 𝘼𝙙𝙪𝙝, 𝙨𝙚𝙙𝙞𝙝 𝙨𝙚𝙠𝙖𝙡𝙞...
    𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙢𝙗𝙖𝙠 𝙏𝙞𝙚𝙣

    ReplyDelete
  47. Alhamdulillah MKJ 21 dah tayang.
    Makasih Bunda Met malam dan met istirahat.
    Sehat dan tetap semangat

    ReplyDelete
  48. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien ..
    Senantiasa sehat dan bahagia bersama keluarga,Aamiin.

    ReplyDelete
  49. Matur nuwun bu Tien, MKJ 21 sudah tayang. Wah dasar Nina tidak bisa prhatin, uang pinjaman dihambur hamburkan. Haryo lama lama sebel juga melihat kelakuan istri sirinya yang sangat berbeda dengan Tindy.Haryo baru mulai sadar ...nah lo. Kasihan juga Tindy yang ternyata sakit, semoga segera dibawa ke dokter Danarto...ketemu deh Desy dengan Danarto.. ngarep.com. Endah Endah, modusmu tidak diridhoi.kasihan deh.

    ReplyDelete
  50. salam sehat selalu katur bu Tien yang teteap kreatif dan enerjik

    ReplyDelete
  51. OOO iya jeng Maria ,,yang ngejar Danarto Endah ya,,he he kliru ,kalo Desy kan putranya Bu Tindy

    ReplyDelete
  52. Jangan jangan thèklèk sudah keropos masuk combèran minta dicuci, cuci uang yang kemaren buat beli motor anak orang.
    Mau balikan?
    Bener bener muka tembok.
    Sekalian; kan anak orang kaya tinggal hambur-hamburkan uang saja, cari kesenangan dan sanjungan.
    Sampai lupa rumah masih ngontrak.
    Namanya juga panik, melihat masa depan tidak ada harapan, buat sandaran.
    Nyaman juga enggak, jauh dari damai.
    Apa lagi Nina suka menimbun hutang, alasan dikasih nggak ada usaha sama sekali buat berhemat.
    Sudah tidak adakah sisi baik Nina, sampai begitu saja mau di tinggalkan, seperti yang sudah².

    Ya pusing sementara rektorat mulai selidik ada yang tak beres dari salah satu dosennya yang menyimpang tatanan, minta sang Tindy untuk terbuka, apa yang sedang terjadi.
    Teman-teman dekat Tindy mulai ikutan selidik.
    Mudah-mudahan masih mimpi.
    Iyå cuma urun nambahi bruwet.



    Terimakasih Bu Tien;
    Memang Kembang Jalanan yang ke dua puluh satu sudah muncul.
    Sehat sehat selalu doaku; sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami2 Nanang
      Semakin bruwet ya Nang
      Aamiin atas doanya

      Delete
  53. Assalamualaikum wr wb. Sebel dan kasihan. juga ya melihat wanita remaja yg tdk punya harga diri, seperti Endah.. Mudah mudahan di episode berikutnya, Endah tdk dibahas lagi, tapi diganti cerita tokoh utama Tindy dan Haryo, bagaimana reaksi rektorat setelah mendengar dan mendapatkan fakta tentang perselingkuhan Haryo.. Maturnuwun Bu Tien, sdh tdk terasa sdh sampai episode 21, semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
    ..Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
      Aamiin ya Robbal alamiin
      Matur nuwun pak Mashudi

      Delete
  54. He..he. Dasar Endah..
    Makasih mba Tien.
    Sehat dan selalu semangat mba.
    Aduhai

    ReplyDelete
  55. Aduhai endah, kasihan sekali kau nak. Hehehe!
    Moga bunda tien dan keluarga selalu sehat.

    ReplyDelete
  56. Alhamdulilah MKJ sudah tayang..matur nuwun
    Ibu Tien hebat tenan..cerita yang penuh pesan moral.bisa mengaduk aduk emosi....mesam mesem mbayangin Endah yang disuruh USG....dan selalu penasaran begitu tertulis...besok lagi ya..
    Mugi Ibu Tien tansah sehat..
    Salam aduhai

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 14

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  14 (Tien Kumalasari)   Mbok Truno heran melihat barang-barang yang dibeli Arumi. Ia membuka keresek yang dil...