Saturday, January 22, 2022

MEMANG KEMBANG JALANAN 20

 

MEMANG  KEMBANG JALANAN  20

(Tien Kumalasari)

 

Dokter wanita itu menatap heran.

“Mbak ini mau apa datang kemari? Periksa? Apa mau ketemu dokter Danarto?”

“Ss_saya kira, dokter Danarto ….”

“Jadi, karena bukan dokter Danarto, maka mBak nggak jadi sakit? Eh, maksud saya nggak jadi periksa?”

“ Iy_iy.. eh … ya, saya periksa, hanya … kaget … Namanya di luar itu kan … Danarto …”

“Dokter Danarto sedang mendatangi seminar di Jakarta, jadi saya yang menggantikan praktek disini. Jadi bagaimana? Jadi sakit tidak? Eh, jadi periksa tidak?”

“Ya … ya, tentu saja,” kata Endah yang merasa sungkan kalau tak jadi periksa gara-gara yang prakter bukan dokter Danarto.

“Baiklah, apa keluhan anda?”

“Ss_ saya, sering mual … eh … berdebar-debar … dan ….”

"Jadi ... mual atau berdebar-debar, atau dua-duanya?”

“Dua … duanya … saja.”

“Gimana sih Mbak ini, saya kok merasa bahwa Mbak tidak sungguh-sungguh sakit.”

“Saya? Sakit kok … sakit … mual saya … “

“Tolong berbaringlah, akan saya periksa,” kata dokter itu sambal mempersilakan Endah untuk berbaring.

Endah terpaksa menurut. Dokter itu memasang stetoskopnya, dan mulai memeriksa.

Endah hanya diam. Sungguh ia merasa gugup, karena dokter itu seperti bisa membaca perasaannya bahwa sesungguhnya dia ingin bertemu Danarto. Akhirnya dia berbohong mengatakan sembarang penyakit.

“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Mbak sehat-sehat saja kok.”

“Tt_ tapi …”

“Saya hanya akan meresepkan vitamin saja. Boleh dibeli di rumah sakit ini, atau di apotik luar,” kata dokter itu sambil menulis resep, lalu diserahkannya pada Endah.

“Berikutnya, suster,” perintah sang dokter kepada pembantunya, agar memanggil pasien berikutnya, sementara Endah segera berdiri dengan perasaan yang tak menentu.

Endah keluar begitu saja, tanpa mengucapkan apapun. Menganggukpun tidak.  Dokter itu tersenyum lucu, saling berpandangan dengan perawat pembantunya.

***

Endah langsung menuju ke tempat parkir, kekecewaan karena gagal bertemu Danar membuatnya kesal, apalagi melihat senyuman sang dokter yang seperti mentertawakannya.

Tapi kemudian dia ingat akan menghubungi saja ponselnya.

“Aduh, aku tidak tahu nomor kontaknya. Coba aku tanya saja ke petugas bagian pendaftaran.  Pasti dia tahu,” gumam Endah yang kemudian kembali lagi kearah rumah sakit.

“Pak, boleh nanya ya pak,” tanyanya Ketika sudah sampai di bagian pendaftaran.

“Ya Mbak, ada yang bisa saya bantu?”

“Mau tanya nomor kontaknya dokter Danarto apa bisa ya?”

“Oh, maaf Mbak, kami dilarang memberikan informasi nomor kontak semua dokter disini, kecuali ada ijin dari beliau.”

“Saya adiknya tuh pak.”

“Siapapun Mbak, saya mohon maaf, tidak bisa.”

Endah pergi dengan wajah masam. Mau tanya ke poli dimana tadi dia periksa, sungkan sekali, mengingat situasi ketika  dia bertemu dokternya tadi.

Akhirnya Endah pulang dengan tangan hampa dan rasa kecewa.

***

“Bagaimana, ketemu?” tanya Nina Ketika Endah sampai di rumah. Bagaimanapun dia sangat mendukung keinginan Endah untuk mendekati dokter Danarto.

“Tidak,” jawabnya kesal.

“Tidak bagaimana?”

“Tidak ketemu.”

“Bagaimana bisa tidak ketemu. Kamu kan harus bilang, minta diperiksa oleh dokter Danarto, gitu.”

“Sudah Bu, dan aku juga sudah sampai di polikliniknya, ruang itu memang ruang prakter dokter Danarto, tapi begitu aku masuk, yang ada dokter perempuan.”

“Kok bisa, kamu nggak nanya?”

“Dia bilang, dokter Danarto sedang mengikuti seminar di Jakarta.”

“Lha kamu kenapa nggak nanya dulu sebelumnya?”

“Bagaimana cara tanyanya Bu, aku nggak tahu nomor kontaknya.”

“Kamu sudah kenalan, kenapa nggak tanya ?”

“Iya, aku lupa. Coba nanti nanya sama pak Haryo, pastinya dia tahu.”

“Hm, ya sudah, masih ada hari lain. Kamu harus terus berusaha, jangan sampai dia terlepas. Susah mencari laki-laki ganteng, pintar dan kaya seperti dia.”

“Iya, Ibu harus mendoakan aku, supaya aku senang, Ibu juga senang kalau bisa punya menantu seperti dia kan?”

“Ya pastilah Ndah, ibu senang. Kamu lihat Ibu ini, menjadi isteri dosen, kaya, murah hati, sangat sayang sama Ibu. Semua permintaan Ibu pasti dipenuhi.”

“Sayangnya Ibu hanya isteri siri. Nanti Ibu tidak akan mendapatkan uang pensiun kalau dia sudah meninggal.”

“Nanti, dia bilang kalau sudah pensiun baru akan menikahi Ibu secara resmi.”

“Ingat lho Bu, begitu pak Haryo pensiun, Ibu harus memaksa dia supaya menikahi Ibu secara resmi.”

“Iya, kamu tidak usah mengajari Ibu. Ibu sudah tahu apa yang harus Ibu lakukan.”

“Baguslah kalau begitu.”

“Cuma akhir-akhir ini sikap pak Haryo agak sedikit membuat ibu kesal. Sedikit-sedikit marah. Dan yang paling membuat ibu kesal, sekarang dia selalu mengingatkan agar ibu lebih hemat.”

“Maksudnya apa?”

“Karena dia sudah hampir pensiun, uangnya tidak sebanyak sebelumnya. Itu sebabnya dia selalu berpesan begitu.”

“Sedikit berkurang, tidak masalah, mengapa harus berhemat? Sudah terbiasa hidup enak, tidak kekurangan, mau berhemat bagaimana lagi?”

“Ya sudah biarkan saja. Ibu juga nggak peduli dia  mau bilang apa. Yang penting kebutuhan kita terpenuhi.”

“Ya sudah Bu, Endah mau istirahat dulu, capek antre di rumah sakit, tapi tidak ketemu yang dicari.”

***

“Mas, apa Endah sudah bilang sama Mas?”

“Soal apa?”

“Dia minta nomor kontaknya mas Danar.”

“Untuk apa?”

“Ya, kan dia kemarin badannya terasa nggak enak, terus periksa ke rumah sakit, terus nggak ketemu sama dokter Danarto.”

“Memangnya dokter disana cuma  Danarto saja ?”

“Memang benar, tapi kalau sudah kenal kan ya beda penanganannya sih pak.”

“Mana bisa beda? Dokter itu semuanya disumpah untuk melakukan tugasnya sesuai ilmu yang didapatnya, tanpa memandang siapa yang dirawatnya.”

“Hih, Mas ini, hanya minta nomor kontak saja kok panjang sekali ulasannya.”

“Lha kalau cuma sekedar periksa Kesehatan ya tidak tepat alasannya itu. Kok penanganan beda kalau sudah kenal. Nggak mungkin itu.”

“Ya sudah, apapun alasannya, tolong dikasih dong nomor kontaknya Danarto. Kan nggak ada salahnya, sudah kenal lalu kontak-kontakan?”

“Na, kalau alasannya ingin kontak-kontakan ya bisa diterima, bukan karena dia dokter lalu harus ditangani oleh dia karena sudah kenal.”

“Ya sudah, apapun itu, Mas kasih saja nomor kontaknya Danarto ke Endah.”

“Sayangnya aku juga tidak punya.”

“Lho, bukankah dulu waktu mas bawa mobilnya ke kantor Mas, Mas bilang kalau Mas sudah menghubungi Danarto?”

“Bukan, aku salah ngomong.”

“Apa maksud Mas?” Nina tampak mulai kesal.

“Aku sudah pesan sama dia, kalau mau mengambil mobilnya, di kantor aku saja.”

Nina mendengus kesal, lalu meninggalkan Haryo sendirian.

Nina terus kebelakang, menemui Endah yang sudah sejak tadi menunggu.

“Ternyata dia tidak punya nomor kontaknya Danarto,” kata Nina sambal duduk didepan anak gadisnya.

“Iya, aku sudah tahu.”

“Sudah tahu bagaimana ?”

“Aku mendengar Ketika Ibu bicara sama pak Haryo.”

“Ya sudah, kamu cari akal sendiri saja kalau masih ingin dekat sama dia.”

“Kira-kira seminggu lagi pasti dia sudah kembali. Masa sih seminar sampai bertahun-tahun.”

“Nah, tuh pintar.”

“Aku anaknya Ibu, masa kalah pintar sama Ibu?”

Ibu dan anak itu saling melemparkan senyum lalu mengangguk setuju.

***

“Kakakmu belum pulang?” tanya Tindy kepada Desy karena sejak makan siang Lala belum kelihatan pulang.

“Belum tuh Bu, akhir-akhir ini kan mbak Lala sibuk mengurus pendidikannya nanti di luar negri, jadi ya super sibuk lah.”

“Sepertinya kalau urusan pendidikan sudah oke, mungkin harus memperbarui paspornya, karena kalau tidak salah sudah habis masa berlakunya.”

“Iya benar bu, lupa Desy.”

“Apa kamu juga ingin melanjutkan kuliah ke luar negri?”

“Sementara ini belum terpikirkan bu, kelulusan kedokteran ini kan juga masih memakan waktu beberapa saat lagi. Entah nanti, kalau tiba-tiba pengin, aku bilang sama ibu. Cuma sebenarnya Desy tidak tega ninggalin Ibu.”

“Desy, ada apa denganmu? Ibu bukan anak kecil kan. Ibu bisa menjaga diri kok.”

“Iya, Desy tahu, tapi mbak Lala wanti-wanti sama Desy, agar Desy benar-benar menjaga ibu.”

Tindy tersenyum lebar.

“Kakakmu itu terlalu menghawatirkan ibu. Tapi kamu harus tahu, ibu tidak ingin menghambat karier kalian semua. Janganlah ketuaan Ibu ini menjadi halangan bagi kalian demi mencapai cita-cita kalian,” kata Tindy bersungguh-sungguh.

“Tidak Ibu, bukan karena kami menganggap Ibu sudah tua. Kami semua yakin, Ibu adalah wanita perkasa yang sangat kami banggakan. Ibu bisa melewati masa-masa menyedihkan yang seharusnya kalau orang lain mengalaminya pasti sudah hancur dan rela melakukan apapun juga demi hati yang teraniaya. Itu luar biasa. Ibuku hebat,” kata Tindy sambil memeluk ibunya.

Tindy tersenyum haru.

“Kalian juga anak-anak ibu yang sangat ibu banggakan. Karena kalianlah maka ibu menjadi wanita yang kuat, dan bisa melewati semuanya.”

“Dan karena ibu kami bisa menjadi anak-anak yang kuat juga.”

“Baiklah, sekali lagi capai cita-cita kamu, jangan biarkan Ibu menjadi penghambatnya.”

“Iya Ibu. Siap, laksanakan,” kata Desy sambil mengangkat tangannya seperti seorang militer menghormati atasannya. Tindy tertawa lebar, dan balas memeluk anaknya.

***

Nina sedang menghitung-hitung sisa uang bulanannya, yang sudah menipis, ketika tiba-tiba ponselnya berdering.

Dengan malas Nina mengangkatnya tanpa tahu siapa yang menelponnya, karena hanya nomor saja yang tampak.

“Hallo, siapa nih ?”

“Ini Nina bukan?”

“Kayak kenal nih, suaranya. Siapa ya?”

“Katanya kenal, kenapa masih bertanya?”

“Lupa-lupa ingat. Kamu Siska bukan?”

“Tuh ingat.”

“Bagaimana kamu bisa mengingat nomor kontakku?”

“Nomor kontak kamu masih tersimpan di ponselku.”

“Baiklah, ada apa nih, tumben-tumbenan menelpon.”

“Aku tuh berkali-kali belanja kok nggak  pernah ketemu kamu sih? Aku kangen ngobrol sama kamu.”

“Iya, aku lama nggak belanja ke mal.”

“Kenapa? Jangan bilang kalau kamu nggak punya duit. Gimana sih, jadi isteri orang kaya, gitu lhoh.”

“Iya sih, aku lagi males saja.”

“Jangan malas dong, ini aku mau belanja di tempat kita ketemu dulu itu, ayuk ketemuan.”

“Sekarang?”

“Tahun depan,” jawab Siska kesal.

Nina terbahak. Tapi tiba-tiba Nina teringat, bahwa uang belanjanya sudah menipis. Padahal dia merasa malu kalau sampai menolak ajakan Siska gara-gara nggak punya uang banyak.

“Nina, kamu masih disitu?”

“Eh, iya nih, sambil ganti baju.”

“Nah, kamu mau berangkat sekarang, aku tungguin.”

“Aku … mm … gimana ya?”

“Nina, ayolah, kan suami kamu belum saatnya pulang kantor? Kamu juga tidak usah memasak, nanti beli saja masakan matang di rumah makan yang enak.”

Nina ragu-ragu, tapi rasa malu yang dirasakannya membuatnya maju tak gentar.

“Baiklah, tungguin aku di gerai sayur ya.”

“Tidak, aku tungguin kamu di gerai pakaian wanita, aku sama mau beli baju nih, Minggu depan ada undangan dari teman.

“Baiklah.”

Nina menutup ponselnya, dan menghitung lagi uangnya.

“Gimana ya, apa aku minta saja lagi sama mas Haryo agar mentransfer ke rekeningku. Tapi nggak ah, nanti dia bilang tentang penghematan lagi, dan aku nggak jadi ketemuan sama Siska, Malu aku kalau nggak jadi menemuinya.

Akhirnya Nina bersiap untuk berangkat.

“Bu, ibu mau kemana, sepertinya janjian sama seseorang.”

“Teman Ibu, Siska mengajak belanja sama-sama, sambil ketemuan,”

“Pakai saja motorku Bu, aku sedang tidak pergi ke mana-mana.”

“Tidak, malu aku naik motor, panggilkan saja taksi.”

“O, yang namanya Siska itu orang kaya?”

“Iya, suaminya kan pejabat. Malu kalau Ibu naik motor.”

***

Nina turun dari taksi, dan berjalan memasuki mal seperti kesepakatannya dengan Siska. Sambil melangkah itu benak Nina dipenuhi oleh akal yang sebenarnya tak masuk akal. Ia bergegas kearah gerai pakaian wanita, dan kebetulan Siska sudah ada disana.

Tiba-tiba Nina menubruk Siska sambal menangis.

“Nina, ada apa? Kamu sama siapa?”

“Tadi diantar sopir, tapi dia sudah aku suruh pulang. Ya ampun Sis, sungguh celaka aku ini.”

“Iya, ada apa, kamu menangis seperti anak kecil?”

“Aku kecopetan ….”

***

Besok lagi ya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

92 comments:

  1. Horeee... Juara 1 lagi, balapannya naik vios D1490ES.......
    Terima kasih bunda Tienku, doa restu yang mengiringi perjalananku sekeluarga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah sudah tayang... terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.
      Untuk kakek Habi semoga selamat sampai rumah....

      Delete
    2. Luar biasa Kakek Otw yo tetep juara 1


      ADUHAI mbak Tien

      Delete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah tayang

    ReplyDelete
  3. Terimakasih MKJ 20 sudah hadir...
    Semoga mba Tien sehat selalu.. amien.

    ReplyDelete
  4. alhamdulillah
    maturnuwun
    aduhai selalu bu Tien
    salam sari baturetno

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah sudah tayang, dan semoga mbak Tien sehat selalu, salam ADUHAI..

    ReplyDelete
  6. alhamdulillah
    maturnuwun bu Tien aduhai
    salam dari baturetno

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah.. Matur nuwun mBak Tien MKJ Eps 20 sudah tayang. ..
    Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah
    Syukron Mbak Tien 😊🌹🌹🌹
    sy ngalah saja, Kakek biar juara terus😊

    ReplyDelete
  9. Aduhai... bu Tien makin disayang PcTk

    ReplyDelete
  10. Alhamdulilah ngintip dr td eh skrng sudah muncul.
    Matur nuwun Bu Tien. Semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  11. Trimakasih bu Tien MKJ 20 sdh hadir
    Semoga bu Tien selalu sehat
    Endang Amirul

    ReplyDelete
  12. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih atas MKJ ke 20 dan sapaannya mbak Tien..
      Salam sehat selalu dan salam aduhai buat sahabat2 penggemar Cerbung mbak Tien..
      Kang Idih Tea Bandung

      Delete
  13. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  14. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul,

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah.. terima kasih... sehat² trs Mbu Tien.... ceritanya.... kereeeeen

    ReplyDelete
  16. Wow keren ceritanya, terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  17. Ealaahhh... kecopetan??? Teganyaaa ....teganya. demi gengsi teman sendiri malah ditipu. Kalau pikiran dasar sudah kotor apapun yang dipikir jadi kotor juga.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tiene
    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  19. Terima kasih, mbak Tien...salam sehat selalu...

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah. Matur nuwun bu Tien
    Salam sehat

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah MKJ 20 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  22. Alhamdulilah MKJ 20 telah terbit hihihi emangnya majalah, semangat mbakyuku sayang dgn lap top yg baru, hatur nuwun salam aduhaai dari Cibubur love

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah MKJ 20 telah tayang, terima kasih mbak Tien, sehat n bahagia selalu. Aamiin
    Salam Aduhai dr Malang

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah.tetap semangat serta sehat selalu .Maturnuwun Mbak Tien.Laptopnya baru & canggih yaa.

    ReplyDelete
  25. Asyik MKJ 20 dah tayang Makasih Bunda.
    Sehat selalu dan terus berkarya.Sukses buat Bunda

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah
    Semoga bu Tien sehat selalu.
    Terimakasih bu Tien.

    ReplyDelete
  27. Terimakasih bu Tien..
    Alhamdulilah MKJ sdh hadir & selalu hadir menghibur pencinta cerbung bu Tien (pctk)..
    Salam sayang dari jauh..
    Semoga bu Tien sehat & bahagia selalu ..
    Salam aduhai dr Sukabumi .. 🙏🙏❤

    ReplyDelete
  28. Maturnuwun mbak Tien MKJ20nya...

    Ninaaa...moduuusss..
    Itu anak dan emak sama aja yaa..obsesinya ganteng..kaya..perpendidikan..siapa jg yg ga mau punya suami ky gt.. tp jalannya yg baik dooong..ga modus2an gt.😠😠

    Lanjut besook lagiii..makin seruu..👏👏

    Salam sehat selalu dan aduhaiii bangeet mbak Tien..🙏💟🌹

    ReplyDelete
  29. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah MKJ 20 sdh hadir
    Terima kasih Bu Tien, semoga sehat dan sukses selalu.
    Aamiin
    Salam ADUHAI selalu

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat malam selamat beristirahat... Salam sehat... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah...
    Mtur nuwun Bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....lan tansah kebaktian hing keberkahan...

    ReplyDelete
  33. Alhamdulilah sudah tayang..matur nuwun Ibu Tien...
    Mugi Ibu tansah sehat

    Waduh Nina mulai...bagaimana caranya dapat uang...

    ...
    Salam aduhai...

    ReplyDelete
  34. Horeee...
    Makcih sdh tayang mbak Tien
    Salam Aduhaiii 😍

    ReplyDelete
  35. Yeee hadiiir .. Aduhaai ... pasti seru nantinya Desy, Danarto, Endah .. ada perang tanding Tindy dan Nina .. dasar MKJ , nggregetke.. hehehehe .. tks mbak Tien salam sehat bahagia

    ReplyDelete
  36. Wah nina moduuuuus .....sama dg endah yg modus .... sedikit lagi hancur krn serakah dan tdk bersyukur ...salam.aduhai bu tien

    ReplyDelete
  37. Wah ternyata ibu dan anak yaitu Nina dan Endah sama sama kurang baik perilakunya..koq ya Haryo bisa bisanya menjadikan Nina sbg istri siri. Bu Tien mau kepo boleh ya.. Haryo tinggal 1 tahun lagi pensiun.
    Berarti usia susah memasuki 64 th bu..krn dosen pensiun 65.th.kecuali profesor bisa 70 th. Anak pertama Haryo yaitu Lala mau S2 sekitar umur 24 -25 th Haryo punya anak hampir usia 40 th ya bu.. Soalbya koq sdh mau pensiun..bayangan aaya Haryo masih 55 tahun ..jebul sudah tua

    ReplyDelete
  38. Padahal saya juga sudah tua...ha ha ha. Cuma koq Haryo tidak introspeksi diri...

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien
    Sehat selalu..,Aamiin.

    ReplyDelete
  40. Ibu Tien yang cantik..saya salut d angkat jempol diusia 72 th masih aktif terus menulis..saya selalu baca cerbung dari awal tahu dari teman di w ap sampe sekarang..semua judul sdh saya baca semua..kalau ke Solo jadi ingin silaturahmi..tapi tidak tahu alamatnya d nomer kontak..umur saya 62 th asli dari Juwana kota Bandeng Bu Tin..semoga selalu sehat d terus semangat berkarya.

    ReplyDelete
  41. 𝙂𝙖𝙜𝙖𝙡 𝙙𝙚𝙝 𝙝𝙖𝙝𝙖 𝙝𝙞𝙝𝙞 𝙉𝙞𝙣𝙖 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙎𝙞𝙨𝙠𝙖...
    𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙢𝙗𝙖𝙠 𝙏𝙞𝙚𝙣

    ReplyDelete
  42. Slmt mlm bunda Tien.. Slmsehat dan aduhai selalu🥰🙏

    ReplyDelete
  43. Assalamualaikum wr wb. Sayang sekali Pemeran utama Tindy dan Haryo beserta anak anaknya, kok sedikit sekali ditampilkan. Sementara Nina wanita egois, maunya hidup mewah, acuh, ditambah Endah anaknya yg tdk tahu diri.. Cukup menggelitik membacanya. Mhn maaf Bu Tien, sekedar uneg-2. Maturnuwun Bu Tien, ceritanya semakin seru, semoga segera terjawab siapa yg menjadi kembang jalanan. Semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  44. Nah lho mulai menimbang nimbang yang mana, renta itu pasti, mau tambah mumêt teruskan saja.

    Kembali lagu lama; kiri kanan kulihat saja..
    Begitu banyak yang dibuatnya merana; dan anak sendiri malah sudah kebagian imbas masalah yang seharusnya mereka bagian dari hidupnya, bahkan lebih peduli omongan orang yang katanya mencintaimu, karena sanjungan dan guyuran uang. Mungkin benar kata Astri; Haryo lupa daratan, lagi terbang? Angannya yang terbang ngkali. Anak nya saja sudah tiga, beruntung pandai² semuanya masalah biaya pendidikan mereka sudah dapatkan bea siswa, Haryo hanya menghambur-hamburkan uang sekedar mencari sanjungan, justru terakhir anak sendiri dibentak, nggak usah ikut campur, anèh orang pertama di keluarga itu, acuh mereka.
    Justru sang ibunda memberi semangat anak²nya melampaui/mengatasi berdasar ketegaran dan itulah per-empu-an, bener-bener empu yang merasa masih punya tanggung jawab atas masa depan moral spiritual anak²nya, menghadapi kehidupan, sangat tak bersahabat.
    Tinggal menghitung hari, tuwa itu pasti tapi belum tentu dewasa, yang mampu mendengar nurani akan lebih banyak mendapatkan kedamaian, daripada menghitung untung rugi.


    Terimakasih Bu Tien;
    Memang Kembang Jalanan yang ke dua puluh sudah tayang.
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
  45. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  46. Eladalah ninaaaa!
    Ada-ada aja idemu yaaaaa?
    Aduhai luar biasa!

    ReplyDelete
  47. Salam kenal bu tien....
    Trmksh ceritanya sungguh menghibur kala libur kerja, sehat selalu

    ReplyDelete
  48. Makin menarik, alur ceritanya bagus mbak ... 👍🌷

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 14

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  14 (Tien Kumalasari)   Mbok Truno heran melihat barang-barang yang dibeli Arumi. Ia membuka keresek yang dil...