MEMANG KEMBANG JALANAN 20
(Tien
Kumalasari)
Dokter
wanita itu menatap heran.
“Mbak ini
mau apa datang kemari? Periksa? Apa mau ketemu dokter Danarto?”
“Ss_saya
kira, dokter Danarto ….”
“Jadi,
karena bukan dokter Danarto, maka mBak nggak jadi sakit? Eh, maksud saya nggak
jadi periksa?”
“ Iy_iy..
eh … ya, saya periksa, hanya … kaget … Namanya di luar itu kan … Danarto …”
“Dokter
Danarto sedang mendatangi seminar di Jakarta, jadi saya yang menggantikan praktek
disini. Jadi bagaimana? Jadi sakit tidak? Eh, jadi periksa tidak?”
“Ya … ya,
tentu saja,” kata Endah yang merasa sungkan kalau tak jadi periksa gara-gara
yang prakter bukan dokter Danarto.
“Baiklah,
apa keluhan anda?”
“Ss_
saya, sering mual … eh … berdebar-debar … dan ….”
"Jadi ... mual
atau berdebar-debar, atau dua-duanya?”
“Dua …
duanya … saja.”
“Gimana
sih Mbak ini, saya kok merasa bahwa Mbak tidak sungguh-sungguh sakit.”
“Saya?
Sakit kok … sakit … mual saya … “
“Tolong
berbaringlah, akan saya periksa,” kata dokter itu sambal mempersilakan Endah
untuk berbaring.
Endah
terpaksa menurut. Dokter itu memasang stetoskopnya, dan mulai memeriksa.
Endah
hanya diam. Sungguh ia merasa gugup, karena dokter itu seperti bisa membaca
perasaannya bahwa sesungguhnya dia ingin bertemu Danarto. Akhirnya dia berbohong
mengatakan sembarang penyakit.
“Tidak
ada yang perlu dikhawatirkan. Mbak sehat-sehat saja kok.”
“Tt_ tapi
…”
“Saya
hanya akan meresepkan vitamin saja. Boleh dibeli di rumah sakit ini, atau di
apotik luar,” kata dokter itu sambil menulis resep, lalu diserahkannya pada
Endah.
“Berikutnya,
suster,” perintah sang dokter kepada pembantunya, agar memanggil pasien
berikutnya, sementara Endah segera berdiri dengan perasaan yang tak menentu.
Endah keluar
begitu saja, tanpa mengucapkan apapun. Menganggukpun tidak. Dokter itu tersenyum lucu, saling
berpandangan dengan perawat pembantunya.
***
Endah
langsung menuju ke tempat parkir, kekecewaan karena gagal bertemu Danar
membuatnya kesal, apalagi melihat senyuman sang dokter yang seperti mentertawakannya.
Tapi
kemudian dia ingat akan menghubungi saja ponselnya.
“Aduh,
aku tidak tahu nomor kontaknya. Coba aku tanya saja ke petugas bagian
pendaftaran. Pasti dia tahu,” gumam
Endah yang kemudian kembali lagi kearah rumah sakit.
“Pak,
boleh nanya ya pak,” tanyanya Ketika sudah sampai di bagian pendaftaran.
“Ya Mbak,
ada yang bisa saya bantu?”
“Mau
tanya nomor kontaknya dokter Danarto apa bisa ya?”
“Oh, maaf
Mbak, kami dilarang memberikan informasi nomor kontak semua dokter disini, kecuali
ada ijin dari beliau.”
“Saya
adiknya tuh pak.”
“Siapapun
Mbak, saya mohon maaf, tidak bisa.”
Endah
pergi dengan wajah masam. Mau tanya ke poli dimana tadi dia periksa, sungkan
sekali, mengingat situasi ketika dia bertemu dokternya tadi.
Akhirnya
Endah pulang dengan tangan hampa dan rasa kecewa.
***
“Bagaimana,
ketemu?” tanya Nina Ketika Endah sampai di rumah. Bagaimanapun dia sangat
mendukung keinginan Endah untuk mendekati dokter Danarto.
“Tidak,”
jawabnya kesal.
“Tidak bagaimana?”
“Tidak
ketemu.”
“Bagaimana
bisa tidak ketemu. Kamu kan harus bilang, minta diperiksa oleh dokter Danarto,
gitu.”
“Sudah Bu,
dan aku juga sudah sampai di polikliniknya, ruang itu memang ruang prakter
dokter Danarto, tapi begitu aku masuk, yang ada dokter perempuan.”
“Kok
bisa, kamu nggak nanya?”
“Dia bilang,
dokter Danarto sedang mengikuti seminar di Jakarta.”
“Lha kamu
kenapa nggak nanya dulu sebelumnya?”
“Bagaimana
cara tanyanya Bu, aku nggak tahu nomor kontaknya.”
“Kamu
sudah kenalan, kenapa nggak tanya ?”
“Iya, aku
lupa. Coba nanti nanya sama pak Haryo, pastinya dia tahu.”
“Hm, ya
sudah, masih ada hari lain. Kamu harus terus berusaha, jangan sampai dia
terlepas. Susah mencari laki-laki ganteng, pintar dan kaya seperti dia.”
“Iya, Ibu
harus mendoakan aku, supaya aku senang, Ibu juga senang kalau bisa punya
menantu seperti dia kan?”
“Ya
pastilah Ndah, ibu senang. Kamu lihat Ibu ini, menjadi isteri dosen, kaya,
murah hati, sangat sayang sama Ibu. Semua permintaan Ibu pasti dipenuhi.”
“Sayangnya
Ibu hanya isteri siri. Nanti Ibu tidak akan mendapatkan uang pensiun kalau dia
sudah meninggal.”
“Nanti,
dia bilang kalau sudah pensiun baru akan menikahi Ibu secara resmi.”
“Ingat
lho Bu, begitu pak Haryo pensiun, Ibu harus memaksa dia supaya menikahi Ibu
secara resmi.”
“Iya,
kamu tidak usah mengajari Ibu. Ibu sudah tahu apa yang harus Ibu lakukan.”
“Baguslah
kalau begitu.”
“Cuma
akhir-akhir ini sikap pak Haryo agak sedikit membuat ibu kesal. Sedikit-sedikit
marah. Dan yang paling membuat ibu kesal, sekarang dia selalu mengingatkan agar
ibu lebih hemat.”
“Maksudnya
apa?”
“Karena
dia sudah hampir pensiun, uangnya tidak sebanyak sebelumnya. Itu sebabnya dia
selalu berpesan begitu.”
“Sedikit
berkurang, tidak masalah, mengapa harus berhemat? Sudah terbiasa hidup enak,
tidak kekurangan, mau berhemat bagaimana lagi?”
“Ya sudah
biarkan saja. Ibu juga nggak peduli dia mau bilang apa. Yang penting kebutuhan
kita terpenuhi.”
“Ya sudah
Bu, Endah mau istirahat dulu, capek antre di rumah sakit, tapi tidak ketemu
yang dicari.”
***
“Mas, apa
Endah sudah bilang sama Mas?”
“Soal
apa?”
“Dia
minta nomor kontaknya mas Danar.”
“Untuk
apa?”
“Ya, kan
dia kemarin badannya terasa nggak enak, terus periksa ke rumah sakit, terus nggak
ketemu sama dokter Danarto.”
“Memangnya
dokter disana cuma Danarto saja ?”
“Memang
benar, tapi kalau sudah kenal kan ya beda penanganannya sih pak.”
“Mana
bisa beda? Dokter itu semuanya disumpah untuk melakukan tugasnya sesuai ilmu
yang didapatnya, tanpa memandang siapa yang dirawatnya.”
“Hih, Mas
ini, hanya minta nomor kontak saja kok panjang sekali ulasannya.”
“Lha
kalau cuma sekedar periksa Kesehatan ya tidak tepat alasannya itu. Kok
penanganan beda kalau sudah kenal. Nggak mungkin itu.”
“Ya
sudah, apapun alasannya, tolong dikasih dong nomor kontaknya Danarto. Kan nggak
ada salahnya, sudah kenal lalu kontak-kontakan?”
“Na,
kalau alasannya ingin kontak-kontakan ya bisa diterima, bukan karena dia dokter
lalu harus ditangani oleh dia karena sudah kenal.”
“Ya sudah,
apapun itu, Mas kasih saja nomor kontaknya Danarto ke Endah.”
“Sayangnya
aku juga tidak punya.”
“Lho,
bukankah dulu waktu mas bawa mobilnya ke kantor Mas, Mas bilang kalau Mas sudah
menghubungi Danarto?”
“Bukan,
aku salah ngomong.”
“Apa
maksud Mas?” Nina tampak mulai kesal.
“Aku
sudah pesan sama dia, kalau mau mengambil mobilnya, di kantor aku saja.”
Nina
mendengus kesal, lalu meninggalkan Haryo sendirian.
Nina
terus kebelakang, menemui Endah yang sudah sejak tadi menunggu.
“Ternyata
dia tidak punya nomor kontaknya Danarto,” kata Nina sambal duduk didepan anak
gadisnya.
“Iya, aku
sudah tahu.”
“Sudah
tahu bagaimana ?”
“Aku
mendengar Ketika Ibu bicara sama pak Haryo.”
“Ya
sudah, kamu cari akal sendiri saja kalau masih ingin dekat sama dia.”
“Kira-kira
seminggu lagi pasti dia sudah kembali. Masa sih seminar sampai bertahun-tahun.”
“Nah, tuh
pintar.”
“Aku
anaknya Ibu, masa kalah pintar sama Ibu?”
Ibu dan
anak itu saling melemparkan senyum lalu mengangguk setuju.
***
“Kakakmu
belum pulang?” tanya Tindy kepada Desy karena sejak makan siang Lala belum
kelihatan pulang.
“Belum
tuh Bu, akhir-akhir ini kan mbak Lala sibuk mengurus pendidikannya nanti di
luar negri, jadi ya super sibuk lah.”
“Sepertinya
kalau urusan pendidikan sudah oke, mungkin harus memperbarui paspornya, karena
kalau tidak salah sudah habis masa berlakunya.”
“Iya
benar bu, lupa Desy.”
“Apa kamu
juga ingin melanjutkan kuliah ke luar negri?”
“Sementara
ini belum terpikirkan bu, kelulusan kedokteran ini kan juga masih memakan waktu
beberapa saat lagi. Entah nanti, kalau tiba-tiba pengin, aku bilang sama ibu.
Cuma sebenarnya Desy tidak tega ninggalin Ibu.”
“Desy,
ada apa denganmu? Ibu bukan anak kecil kan. Ibu bisa menjaga diri kok.”
“Iya,
Desy tahu, tapi mbak Lala wanti-wanti sama Desy, agar Desy benar-benar menjaga ibu.”
Tindy
tersenyum lebar.
“Kakakmu
itu terlalu menghawatirkan ibu. Tapi kamu harus tahu, ibu tidak ingin
menghambat karier kalian semua. Janganlah ketuaan Ibu ini menjadi halangan bagi
kalian demi mencapai cita-cita kalian,” kata Tindy bersungguh-sungguh.
“Tidak
Ibu, bukan karena kami menganggap Ibu sudah tua. Kami semua yakin, Ibu adalah
wanita perkasa yang sangat kami banggakan. Ibu bisa melewati masa-masa menyedihkan
yang seharusnya kalau orang lain mengalaminya pasti sudah hancur dan rela
melakukan apapun juga demi hati yang teraniaya. Itu luar biasa. Ibuku hebat,”
kata Tindy sambil memeluk ibunya.
Tindy
tersenyum haru.
“Kalian
juga anak-anak ibu yang sangat ibu banggakan. Karena kalianlah maka ibu menjadi
wanita yang kuat, dan bisa melewati semuanya.”
“Dan
karena ibu kami bisa menjadi anak-anak yang kuat juga.”
“Baiklah,
sekali lagi capai cita-cita kamu, jangan biarkan Ibu menjadi penghambatnya.”
“Iya Ibu.
Siap, laksanakan,” kata Desy sambil mengangkat tangannya seperti seorang militer
menghormati atasannya. Tindy tertawa lebar, dan balas memeluk anaknya.
***
Nina
sedang menghitung-hitung sisa uang bulanannya, yang sudah menipis, ketika tiba-tiba
ponselnya berdering.
Dengan
malas Nina mengangkatnya tanpa tahu siapa yang menelponnya, karena hanya nomor
saja yang tampak.
“Hallo,
siapa nih ?”
“Ini Nina
bukan?”
“Kayak
kenal nih, suaranya. Siapa ya?”
“Katanya
kenal, kenapa masih bertanya?”
“Lupa-lupa
ingat. Kamu Siska bukan?”
“Tuh ingat.”
“Bagaimana
kamu bisa mengingat nomor kontakku?”
“Nomor
kontak kamu masih tersimpan di ponselku.”
“Baiklah,
ada apa nih, tumben-tumbenan menelpon.”
“Aku tuh
berkali-kali belanja kok nggak pernah ketemu kamu sih? Aku kangen ngobrol sama
kamu.”
“Iya, aku
lama nggak belanja ke mal.”
“Kenapa?
Jangan bilang kalau kamu nggak punya duit. Gimana sih, jadi isteri orang kaya,
gitu lhoh.”
“Iya sih,
aku lagi males saja.”
“Jangan
malas dong, ini aku mau belanja di tempat kita ketemu dulu itu, ayuk ketemuan.”
“Sekarang?”
“Tahun
depan,” jawab Siska kesal.
Nina
terbahak. Tapi tiba-tiba Nina teringat, bahwa uang belanjanya sudah menipis.
Padahal dia merasa malu kalau sampai menolak ajakan Siska gara-gara nggak punya
uang banyak.
“Nina,
kamu masih disitu?”
“Eh, iya
nih, sambil ganti baju.”
“Nah,
kamu mau berangkat sekarang, aku tungguin.”
“Aku … mm
… gimana ya?”
“Nina,
ayolah, kan suami kamu belum saatnya pulang kantor? Kamu juga tidak usah
memasak, nanti beli saja masakan matang di rumah makan yang enak.”
Nina
ragu-ragu, tapi rasa malu yang dirasakannya membuatnya maju tak gentar.
“Baiklah,
tungguin aku di gerai sayur ya.”
“Tidak,
aku tungguin kamu di gerai pakaian wanita, aku sama mau beli baju nih, Minggu
depan ada undangan dari teman.
“Baiklah.”
Nina menutup
ponselnya, dan menghitung lagi uangnya.
“Gimana
ya, apa aku minta saja lagi sama mas Haryo agar mentransfer ke rekeningku. Tapi
nggak ah, nanti dia bilang tentang penghematan lagi, dan aku nggak jadi
ketemuan sama Siska, Malu aku kalau nggak jadi menemuinya.
Akhirnya
Nina bersiap untuk berangkat.
“Bu, ibu
mau kemana, sepertinya janjian sama seseorang.”
“Teman Ibu, Siska mengajak belanja sama-sama, sambil ketemuan,”
“Pakai
saja motorku Bu, aku sedang tidak pergi ke mana-mana.”
“Tidak,
malu aku naik motor, panggilkan saja taksi.”
“O, yang namanya
Siska itu orang kaya?”
“Iya,
suaminya kan pejabat. Malu kalau Ibu naik motor.”
***
Nina
turun dari taksi, dan berjalan memasuki mal seperti kesepakatannya dengan
Siska. Sambil melangkah itu benak Nina dipenuhi oleh akal yang sebenarnya tak
masuk akal. Ia bergegas kearah gerai pakaian wanita, dan kebetulan Siska sudah
ada disana.
Tiba-tiba
Nina menubruk Siska sambal menangis.
“Nina,
ada apa? Kamu sama siapa?”
“Tadi diantar
sopir, tapi dia sudah aku suruh pulang. Ya ampun Sis, sungguh celaka aku ini.”
“Iya, ada
apa, kamu menangis seperti anak kecil?”
“Aku
kecopetan ….”
***
Besok lagi
ya.
Horeee... Juara 1 lagi, balapannya naik vios D1490ES.......
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tienku, doa restu yang mengiringi perjalananku sekeluarga.
Kakek jaga gawang😀😀
DeleteAlhamdulillah sudah tayang... terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.
DeleteUntuk kakek Habi semoga selamat sampai rumah....
Luar biasa Kakek Otw yo tetep juara 1
DeleteADUHAI mbak Tien
Yes
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah tayang
ReplyDeleteTerimakasih MKJ 20 sudah hadir...
ReplyDeleteSemoga mba Tien sehat selalu.. amien.
Sami2 ini Ani
DeleteAamiin
alhamdulillah
ReplyDeletematurnuwun
aduhai selalu bu Tien
salam sari baturetno
ADUHAI buat Baturetno.
DeleteHai asmanipun sinten ?
Alhamdulillah sudah tayang, dan semoga mbak Tien sehat selalu, salam ADUHAI..
ReplyDeleteADUHAI ibu Nanung
DeleteAamiin
Selamt nganyari laptop bu tien
ReplyDeleteMatur nuwun mas Danar
Deletealhamdulillah
ReplyDeletematurnuwun bu Tien aduhai
salam dari baturetno
Alhamdulillah.. Matur nuwun mBak Tien MKJ Eps 20 sudah tayang. ..
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat dari Tangerang
Sami2 mas Dudut
DeleteSalam sehat dan hangat
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron Mbak Tien 😊🌹🌹🌹
sy ngalah saja, Kakek biar juara terus😊
Sami2 ibu Susi
DeleteHehee..
Aduhai... bu Tien makin disayang PcTk
ReplyDeleteAlhamdulilah ngintip dr td eh skrng sudah muncul.
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien. Semoga sehat selalu
Sami2 ibu Rochmah
DeleteAamiin
Trimakasih bu Tien MKJ 20 sdh hadir
ReplyDeleteSemoga bu Tien selalu sehat
Endang Amirul
Sami2 ibu Endang
DeleteAamiin
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni,
Terima kasih atas MKJ ke 20 dan sapaannya mbak Tien..
DeleteSalam sehat selalu dan salam aduhai buat sahabat2 penggemar Cerbung mbak Tien..
Kang Idih Tea Bandung
Matur nuwun, bu Tien. Sehat selalu
ReplyDeleteSami2 ibu Anik
DeleteMatur nuwun
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteHallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul,
Alhamdulillah.. terima kasih... sehat² trs Mbu Tien.... ceritanya.... kereeeeen
ReplyDeleteSami2 pak Zimi
DeleteMatur nuwun
Wow keren ceritanya, terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.
ReplyDeleteEalaahhh... kecopetan??? Teganyaaa ....teganya. demi gengsi teman sendiri malah ditipu. Kalau pikiran dasar sudah kotor apapun yang dipikir jadi kotor juga.
ReplyDeleteSalam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tiene
Salam sehat dan aduhai
Sami2 ibu Salamah
DeleteSalam ADUHAI
Terima kasih, mbak Tien...salam sehat selalu...
ReplyDeleteSami2 Bunda
DeleteSalam sehat
Alhamdulillah. Matur nuwun bu Tien
ReplyDeleteSalam sehat
Sami2 ibu Ermi
DeleteSalam sehat
Alhamdulillah MKJ 20 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Sami2 ibu Uchu
DeleteADUHAI
Alhamdulilah MKJ 20 telah terbit hihihi emangnya majalah, semangat mbakyuku sayang dgn lap top yg baru, hatur nuwun salam aduhaai dari Cibubur love
ReplyDeleteSami2 jeng Sis
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah MKJ 20 telah tayang, terima kasih mbak Tien, sehat n bahagia selalu. Aamiin
ReplyDeleteSalam Aduhai dr Malang
Sami2 ibu Pudys
DeleteADUHAI
Alhamdulillah.tetap semangat serta sehat selalu .Maturnuwun Mbak Tien.Laptopnya baru & canggih yaa.
ReplyDeleteSami2 mas Herry
DeleteHehee.. iya, masih nunak nunuk
Asyik MKJ 20 dah tayang Makasih Bunda.
ReplyDeleteSehat selalu dan terus berkarya.Sukses buat Bunda
Sami2 mas Bambang
ReplyDeleteMatur nuwun
Alhamdulillah
ReplyDeleteSemoga bu Tien sehat selalu.
Terimakasih bu Tien.
Sami2 ibu Sri
DeleteAamiin
Terimakasih bu Tien..
ReplyDeleteAlhamdulilah MKJ sdh hadir & selalu hadir menghibur pencinta cerbung bu Tien (pctk)..
Salam sayang dari jauh..
Semoga bu Tien sehat & bahagia selalu ..
Salam aduhai dr Sukabumi .. 🙏🙏❤
Sami2 ibu Hermina
DeleteHalloooow ADUHAI Sukabumi
Sami2 ibu Salamah
ReplyDeleteADUHAI
Maturnuwun mbak Tien MKJ20nya...
ReplyDeleteNinaaa...moduuusss..
Itu anak dan emak sama aja yaa..obsesinya ganteng..kaya..perpendidikan..siapa jg yg ga mau punya suami ky gt.. tp jalannya yg baik dooong..ga modus2an gt.😠😠
Lanjut besook lagiii..makin seruu..👏👏
Salam sehat selalu dan aduhaiii bangeet mbak Tien..🙏💟🌹
Sami2 ibu Maria
DeleteADUHAI banget
ADUHAI ibu Nien
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ 20 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga sehat dan sukses selalu.
Aamiin
Salam ADUHAI selalu
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat malam selamat beristirahat... Salam sehat... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Alhamdulillah...
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....lan tansah kebaktian hing keberkahan...
Sami2 Wo
DeleteAamiin
Matur nuwun
Alhamdulilah sudah tayang..matur nuwun Ibu Tien...
ReplyDeleteMugi Ibu tansah sehat
Waduh Nina mulai...bagaimana caranya dapat uang...
...
Salam aduhai...
Sami2 ibu Moedjiati
DeleteSalam ADUHAI
Makasih mba Tien.
ReplyDeleteSami2 ibu Sul
DeleteHoreee...
ReplyDeleteMakcih sdh tayang mbak Tien
Salam Aduhaiii 😍
Sami ibu Yulie
DeleteADUHAI
Yeee hadiiir .. Aduhaai ... pasti seru nantinya Desy, Danarto, Endah .. ada perang tanding Tindy dan Nina .. dasar MKJ , nggregetke.. hehehehe .. tks mbak Tien salam sehat bahagia
ReplyDeleteSami2 pak Pri
DeleteADUHAI
Mkj 21 ditunggu ya mbak Tien .. ADUHAI
DeleteWah nina moduuuuus .....sama dg endah yg modus .... sedikit lagi hancur krn serakah dan tdk bersyukur ...salam.aduhai bu tien
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Sri
ReplyDeleteWah ternyata ibu dan anak yaitu Nina dan Endah sama sama kurang baik perilakunya..koq ya Haryo bisa bisanya menjadikan Nina sbg istri siri. Bu Tien mau kepo boleh ya.. Haryo tinggal 1 tahun lagi pensiun.
ReplyDeleteBerarti usia susah memasuki 64 th bu..krn dosen pensiun 65.th.kecuali profesor bisa 70 th. Anak pertama Haryo yaitu Lala mau S2 sekitar umur 24 -25 th Haryo punya anak hampir usia 40 th ya bu.. Soalbya koq sdh mau pensiun..bayangan aaya Haryo masih 55 tahun ..jebul sudah tua
Jeli, mas ... heheehehe, salam Aduhai
DeletePadahal saya juga sudah tua...ha ha ha. Cuma koq Haryo tidak introspeksi diri...
ReplyDeleteAlhamdulillah,terima kasih Bu Tien
ReplyDeleteSehat selalu..,Aamiin.
Ibu Tien yang cantik..saya salut d angkat jempol diusia 72 th masih aktif terus menulis..saya selalu baca cerbung dari awal tahu dari teman di w ap sampe sekarang..semua judul sdh saya baca semua..kalau ke Solo jadi ingin silaturahmi..tapi tidak tahu alamatnya d nomer kontak..umur saya 62 th asli dari Juwana kota Bandeng Bu Tin..semoga selalu sehat d terus semangat berkarya.
ReplyDelete𝙂𝙖𝙜𝙖𝙡 𝙙𝙚𝙝 𝙝𝙖𝙝𝙖 𝙝𝙞𝙝𝙞 𝙉𝙞𝙣𝙖 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙎𝙞𝙨𝙠𝙖...
ReplyDelete𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙢𝙗𝙖𝙠 𝙏𝙞𝙚𝙣
Slmt mlm bunda Tien.. Slmsehat dan aduhai selalu🥰🙏
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb. Sayang sekali Pemeran utama Tindy dan Haryo beserta anak anaknya, kok sedikit sekali ditampilkan. Sementara Nina wanita egois, maunya hidup mewah, acuh, ditambah Endah anaknya yg tdk tahu diri.. Cukup menggelitik membacanya. Mhn maaf Bu Tien, sekedar uneg-2. Maturnuwun Bu Tien, ceritanya semakin seru, semoga segera terjawab siapa yg menjadi kembang jalanan. Semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteNah lho mulai menimbang nimbang yang mana, renta itu pasti, mau tambah mumêt teruskan saja.
ReplyDeleteKembali lagu lama; kiri kanan kulihat saja..
Begitu banyak yang dibuatnya merana; dan anak sendiri malah sudah kebagian imbas masalah yang seharusnya mereka bagian dari hidupnya, bahkan lebih peduli omongan orang yang katanya mencintaimu, karena sanjungan dan guyuran uang. Mungkin benar kata Astri; Haryo lupa daratan, lagi terbang? Angannya yang terbang ngkali. Anak nya saja sudah tiga, beruntung pandai² semuanya masalah biaya pendidikan mereka sudah dapatkan bea siswa, Haryo hanya menghambur-hamburkan uang sekedar mencari sanjungan, justru terakhir anak sendiri dibentak, nggak usah ikut campur, anèh orang pertama di keluarga itu, acuh mereka.
Justru sang ibunda memberi semangat anak²nya melampaui/mengatasi berdasar ketegaran dan itulah per-empu-an, bener-bener empu yang merasa masih punya tanggung jawab atas masa depan moral spiritual anak²nya, menghadapi kehidupan, sangat tak bersahabat.
Tinggal menghitung hari, tuwa itu pasti tapi belum tentu dewasa, yang mampu mendengar nurani akan lebih banyak mendapatkan kedamaian, daripada menghitung untung rugi.
Terimakasih Bu Tien;
Memang Kembang Jalanan yang ke dua puluh sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Nanaaang..
DeleteADUHAI
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteEladalah ninaaaa!
ReplyDeleteAda-ada aja idemu yaaaaa?
Aduhai luar biasa!
Elhadalah ibu Echy
DeleteYes
ReplyDeleteYessss
DeleteWis sehat jeng?
Salam kenal bu tien....
ReplyDeleteTrmksh ceritanya sungguh menghibur kala libur kerja, sehat selalu
Makin menarik, alur ceritanya bagus mbak ... 👍🌷
ReplyDelete