MEMANG
KEMBANG JALANAN 24
(Tien
Kumalasari)
Danarto
Kembali duduk di kursinya, sementara Endah menatapnya bingung.
“Mari
Mbak,” kata suster pembantu.
“Apa?
Tunggu dulu, mengapa harus USG ?” tanyanya sambil terus menatap Danarto.
“Bukankah
Mbak ingin saya memeriksa secara total? Saya melihatnya tidak ada apa-apa, tapi
kalau Mbak tidak yakin, saya ingin melihat hasil USG yang nanti akan
menunjukkan, sakit apa sebenarnya Mbak Endah ini,” terang Danarto.
“Tidak
mau, saya … saya tidak membawa uang.”
“Tidak
apa-apa, saya kan sudah bilang bahwa saya akan membayarnya?”
“Aduh,
tidak enak.”
“Sebagai
seorang teman, tidak apa-apa saya membantu. Silakan diantar suster,”
perintahnya kepada pembantunya.
“Mbak,
mari saya antar.”
Tapi
Endah bergeming.
“Bagaimana
Mbak?” tanya perawat bingung.
“Tidak,
biarlah, tidak ... tidak jadi saja,” katanya sambil berdiri.
“Bagaimana
Mbak?”
“Saya
mau pulang saja, permisi.”
“Lho,
bagaimana Mbak Endah ini?” tanya Danarto sambil tersenyum.
“Saya
tidak mau merepotkan mas Danar, saya tidak membawa uang cukup.”
“Tidak
apa-apa, yang penting penyakitnya segera ketahuan, dan obatnya juga menjadi
jelas.”
“Tidak,
tidak enak. Terima kasih.”
Endah
keluar ruangan dengan tergesa-gesa.
Danarto
tertawa kecil.
“Ada
apa sebenarnya dokter?” tanya perawat heran.
“Tadi dia mengatakan bahwa dia tidak puas karena saya tidak memeriksanya, saya bilang
kelihatannya tidak apa-apa, tapi sepertinya dia tidak terima. Itu sebabnya dia saya minta agar di USG.
Nyatanya dia tidak mau,” kata Danarto yang kemudian berdiri dan keluar dari
ruangan.
“Kelihatannya
dia memang hanya ingin ketemu dokter, bukan karena dia sakit, entah apa maksudnya.
Sepertinya dia jatuh cinta sama dokter,” kata perawat itu lalu melanjutkan
pekerjaannya membersihkan ruangan.
Danarto
yang sudah sampai di depan pintu tertawa kecil, kemudian berlalu.
“Salah
siapa, punya wajah ganteng begitu ….”
Perawat
itu geleng-geleng kepala sambil tersenyum.
“Kalau
aku masih muda, mungkin juga bisa jatuh cinta sama dokterku,” lanjutnya dengan
gumaman pelan.
***
Endah
benar-benar kecewa, dan sakit hati. Resep yang tadi diterimanya, diambilnya
dari dalam tas kecilnya, kemudian diremas-remasnya, lalu dibuang di sembarang
tempat.
“Aku
benci … benci … benci ….”
Lalu
dia duduk di lobi rumah sakit itu, dan menangis terisak-isak di sana. Tak
banyak orang memperhatikan, karena banyak kejadian di rumah sakit yang bisa
membuat seseorang menangis. Mungkin saudara atau kerabatnya sakit keras, atau
ada yang meninggal. Jadi tak seorangpun mendekat atau menanyainya.
“Mengapa
begini?” isaknya pelan.
Ketika
dokter Danarto mau pulang, ia melihat Endah sedang menangis disebuah kursi. Ia
ingin langsung pergi, tapi ada rasa tak tega. Ia sebenarnya enggan berurusan
dengan gadis nekat seperti Endah. Tapi dia ingin berterus terang agar Endah tak
lagi berharap.
“Mengapa
menangis?” tanyanya mengejutkan Endah.
Endah
mengangkat kedua tangan yang semula menutupi wajahnya.
“Mas
… Danar …?
“Mengapa
menangis?” ulangnya.
Endah
hanya menggelengkan kepalanya. Ia merasa bahwa Danarto tidak memiliki perhatian
sama sekali terhadapnya. Lalu Endah merasa bahwa tak-tik yang dijalankannya
ternyata salah.
“Bukankah
Mbak Endah sebenarnya tidak sakit?” tuduh Danarto seperti pisau runcing menusuk jantungnya langsung.
Endah
mengusap wajahnya dengan kasar.
“Mengapa
Mbak Endah melakukan ini? Ada banyak cara untuk mengenal seseorang, tapi
berbohong adalah sebuah tindakan yang tidak terpuji.”
“Maaf,”
kata Endah langsung berdiri.
“Dengar
dulu. Saya tidak menolak berteman dengan siapapun, termasuk dengan mbak Endah.
Sungguh.”
Endah
menatap Danarto. Ia ingin bertanya, apakah itu berarti Danarto menyukainya?
Tapi jawaban Danarto membuyarkan harapannya.
“Memiliki
banyak teman itu menyenangkan. Untuk mbak Endah, saya senang kok berteman.
Hanya berteman, tidak lebih.”
Endah
tak menjawab. Sebuah pukulan telah meremukkan seluruh harapannya
“Maaf,”
ulangnya, kemudian benar-benar berlalu.
Danarto
menghela napas lega. Setidaknya dia tidak memberikan harapan apapun kepada
Endah.
***
Nina
memburu anaknya yang begitu datang langsung masuk ke kamar. Begitu masuk,
dilihatnya Endah tengkurap di kasur, dan menangis terisak.
“Ada
apa?” tanya Nina khawatir.
Endah
menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa mengangkatnya, sedangkan kakinya dihentak-hentakkan
dengan keras.
“Hei,
jawab aku. Ada apa?”
Endah kembali menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras.
“Apa
kamu tidak bisa menjawabnya?” kata Nina dengan nada semakin meninggi.
“Tidak
ada apa-apa.”
“Kalau
tidak ada apa-apa, mengapa menangis?”
Endah
masih terus menangis.
“Jawab,
Endah !”
“Aku
salah … aku salah.”
“Salah
apa? Apanya yang salah?”
“Aku
salah langkah, akhirnya mendapat malu.”
“Bangun
dan bicara dengan jelas! Aku tidak mengerti,” hardik Nina sambil menarik lengan
Endah agar bangun.
Endah
bangun, lalu duduk di tepi ranjang, wajahnya basah oleh air mata.
“Katakan,
ada apa?”
“Aku
salah.”
“Dari
tadi bilang salah … salah … Yang salah apanya?”
“Pura-pura
sakit, itu salah.”
“Kamu
sudah ketemu Danarto dan bilang bahwa kamu sakit?”
“Tapi
dia kan dokter. Dia tahu aku pura-pura sakit.”
“Baiklah,
dia tahu bahwa kamu pura-pura sakit. Lalu apa?”
“Dia
seperti mengejek aku, pokoknya aku malu.”
“Jadi
dia mengejek kamu? Kalau dia bisa meraba bahwa kamu melakukannya karena suka
sama dia, pasti dia berpikir lain. Belas kasihannya akan tumbuh. Harusnya
begitu.”
“Tidak,
dia bilang bersedia berteman, tapi tidak lebih.”
“Jadi
hanya itu ? Dan kamu menangis karena putus asa? Sebuah perjuangan tidak boleh
terhenti karena sedikit hambatan. Banyak cara untuk melakukannya.”
Endah
menghela napas.
“Tadi
ada bu Tindy dan Desy.”
“Apa?
Kamu ketemu dia? Apa dia mengenalmu?”
Endah
menggeleng.
“Darimana
kamu tahu, kan kamu belum pernah melihatnya?”
“Dokter
Danarto bersikap amat baik kepada keduanya.”
“Danarto
yang mengatakan bahwa dia Tindy isterinya pak Haryo?”
“Tidak,
seorang pasien yang ternyata tetangganya bu Tindy.”
“Dia
sakit? Syukurlah kalau sakit, siapa tahu dia segera mati karena sedih ditinggal
pak Haryo.”
“Entahlah,
aku tidak menanyakannya.”
"Ya
sudahlah, itu nggak penting. Yang penting adalah kamu harus terus berusaha.”
Endah
hanya mendengus keras. Entah apa yang dipikirkannya.
***
‘Apa
sebenarnya hasil dari pemeriksaan lab itu Des?”
“Tidak
apa-apa kok Bu.”
“Tidak
apa-apa bagaimana? Apanya yang membuat Ibu sakit kepala dan mual-mual?”
“Salah kalau Desy membuka hasil lab ini.
Kan ini ditujukan kepada dokter Linda?”
“Ibu
tahu, tapi kamu kan calon dokter, pasti kamu juga sedikit lebih tahu dari Ibu.”
“Desy
hanya melihat sekilas. Jadi tidak jelas, Desy tidak berani membukanya.
Nanti sore kan kita ketemu dokternya, semuanya akan jelas.”
“Ibu merasa
baik-baik saja.”
Tapi
Desy merasa, bahwa walau kelihatannya Ibunya tampak tegar menghadapi semua
permasalahan, tapi batin Ibunya pasti tertekan. Hanya saja dia tak ingin
mengatakan apapun. Desy yakin bahwa Ibunya pasti akan membantahnya.
“Aku
hanya harus menjaga perasaan ibu, menghiburnya, dan membuatnya bahagia,” bisik
batin Desy.
“Iya Bu, harapan kita semua kan begitu. Tampaknya Ibu
memang baik-baik saja, jadi ibu tidak usah khawatir.”
“Yang khawatir itu kan kamu dan saudara-saudara kamu
itu.”
Desy tertawa kecil.
“Ibu bilang sakit, tentu saja kami semua khawatir.”
“Baiklah, nanti ke dokter sore ya, Ibu istirahat dulu
sekarang.”
“Apakah tidak sebaiknya kita makan siang dulu?
Makanan sudah siap lho Bu. Tutut juga sudah pulang.”
“Tapi kakakmu belum.”
“Mbak Lala itu banyak urusannya, belum tentu bisa
segera pulang. Baru saja Mbak Lala telpon, hanya menanyakan Ibu. Tapi Desy
tidak bisa mengatakan tentang hasil pemeriksaan lab itu.”
“Berarti belum pasti bisa segera pulang?”
“Belum Bu. Kita makan dulu saja, Ibu juga harus minum
obatnya kan?”
“Di etiketnya tertulis bila perlu, jadi Ibu tidak
harus selalu meminumnya kan?”
“Ibu sekarang merasakan apa?”
“Baik-baik saja tuh.”
“Itu karena obatnya juga bisa mengurangi nyeri atau
pusing.”
“Kan dokternya juga bilang bahwa waktu itu Ibu demam?
“Ya sudah, tidak diminum dulu juga tidak apa-apa,
nanti sore barangkali Ibu akan mendapatkan obat tambahan.”
“Baiklah, ajak adik kamu makan sekalian,” kata Tindy
yang langsung menuju ke ruang makan.
***
Tapi sore sebelum mereka berangkat ke dokter, Danarto
tiba-tiba datang.
“Selamat sore Bu,” sapanya sambil sedikit
membungkukkan kepala, ketika melihat Tindy berdiri di teras.
“Nak dokter?”
“Ibu mau pergi rupanya.”
“Mau ke dokter Nak, menyerahkan hasil lab nya tadi.”
“Bolehkah saya ikut mengantarkan?”
“Lhoh, Nak dokter apa tidak praktek di rumah?”
“Tidak Bu, sementara belum lagi, karena saya mau
mengambil spesialisasi.”
“Oh, bagus itu. Barangkali Desy bisa belajar pada nak
dokter.”
“Kelihatannya Desy juga hampir selesai.”
“Iya sih, dia siap-siap menjalani co-ass. Mungkin di
rumah sakit tempat nak dokter bertugas.”
“Syukurlah.”
“Lhoh, ada tamu, kenapa tidak disuruh duduk Bu?”
“Iya Des, katanya nak dokter mau ikut mengantarkan
Ibu.”
“Waduh, kok jadi repot sih mas.”
“Saya kebetulan lewat, lalu mampir. Lupa kalau Ibu
harus ke dokter Linda. Jadi daripada ke dokternya terlambat, lebih baik saya
ikut. Saya kan juga kenal sama dokter Linda.”
“Tidak apa-apa ya ikut mengantar Ibu?”
“Tidak. Saya sedang tidak ada pekerjaan. Mau berangkat
sekarang?”
“Ya, nanti keburu banyak pasien.”
“Tut, kami berangkat ya, tutup pintunya,” teriak Desy.
Tutut segera berlari ke depan. Ia heran kakaknya tidak
menyiapkan mobil. Ia juga melihat seseorang yang berdiri diantara ibu dan
kakaknya.
“Ini anak saya yang bungsu, Tutut namanya.”
“Ooh, assalamu’alaikum, saya Danarto,” sapa Danarto
sambil mengulurkan tangannya.
“Wa’alaikum salam, saya Tutut,” sambut Tutut pelan,
lalu segera melepaskan tangannya.
“Nggak mau ikut?” tanya Danarto.
“Nggak ah, di rumah saja.”
“Ya sudah Tut, ibu berangkat ya, ini mas dokter mau
mengantarkan Ibu.”
“Oh, hati-hati semuanya,” kata Tutut sambil
melambaikan tangannya.
“Hm, apakah dia pacar mbak Desy? Ganteng amat. Apa
tadi kata ibu? Dokter? Haa, dokter ketemu dokter dong. Seneng punya kakak ipar
ganteng,” gumam Tutut sambil tersenyum, lalu menutup pintu rumahnya.
***
“Kapan mulai co-ass?” tanya Danarto dalam perjalanan.
Ketika itu Desy duduk di depan, nggak enak kalau duduk dibelakang juga. Danarto
bukan sopirnya kan?
“Mungkin bulan depan,” jawab Desy.
“Senang kalau sering ketemu, sayangnya saya juga akan
mengambil spesialisasi ke Jakarta.”
“Oh, ambil spesialisasi apa mas?”
“Internis saja.”
“Wah, hebat.”
“Sebetulnya agak terlambat bagi saya, karena waktu itu
ibu kan sakit dan perlu penanganan serius. Jadi saya nggak tega meninggalkan
ibu yang hanya sendirian di rumah.”
“Iya benar. Mana tega seorang anak meninggalkan ibunya
yang sedang sakit.”
Danarto menghela napas berat. Ingatan tentang ibunya
membuatnya selalu sedih.
“Nak dokter harus ikhlas, dan yang penting selalu
mendoakan ibu, agar tenteram di sana," sambung Tindy.
“Iya, Ibu benar. Saya hanya merasa sendiri dan kesepian.”
“Cepatlah punya isteri, supaya tidak kesepian.”
Danarto tertawa.
“Iya Bu, doakan ya,” katanya sambil melirik gadis cantik
di sampingnya.
“Tentu akan Ibu doakan.”
“Saya tidak tahu mengapa, tapi itu benar, bahwa
setelah ketemu Ibu Tindy, saya merasa sangat tenang. Sepertinya saya menemukan
ibu saya kembali.”
“Nak dokter boleh menganggap saya sebagai ibu sendiri.”
“Benarkah?” kata Danarto dengan wajah berbinar.
“Benar. Ibu tidak punya anak laki-laki, senang kalau
nak Danarto menjadi anak Ibu.”
“Kalau menjadi menantu?” tapi kalimat itu hanya diucapkannya
di dalam hati. Menjadi anak itu sudah cukup membahagiakan. Perkara nanti bisa
menjadi menantu, nah itu namanya anugerah. Danarto tersenyum lebar.
Desy mendengarkan perbincangan ibunya dan Danarto, dan
membuatnya tersenyum juga. Tiba-tiba dia membayangkan, bagaimana ya rasanya
punya kakak laki-laki? Pasti akan lebih melindungi. Dan ketika mengetahui
ibunya teraniaya, mungkin kakak laki-laki nya akan sangat marah, lalu apa ya
yang akan dilakukannya? Dia saja dulu ingin mendatangi perempuan selingkuhan
ayahnya untuk melabraknya. Kalau dia punya kakak laki-laki, pasti akan mengijinkan
dia melakukannya, tidak seperti mbak Lala nya yang dengan keras melarangnya
melakukan kebrutalan itu. Mbak Lala memang lembut hati, seperti ibunya, tidak
seperti Desy yang sedikit galak, kalau merasa terganggu. Tiba-tiba Desy
teringat tentang seseorang yang mengaku anak pak Haryo di rumah sakit tadi.
“Mas, tadi yang mengaku anak
pak Haryo sakit apa?”
“Oh dia? Sakit biasa saja. Mungkin hanya masuk angin.”
“Kalau hanya masuk angin harusnya cukup kerokan saja
di rumah. Mengapa harus ke dokter?” kata Desy sengit.
“Desy ….” Tindy menegur Desy.
Danarto hanya tertawa. Ia tak ingin mengatakan tentang
ulah Endah yang pura-pura sakit demi mendekati dirinya. Dan ia merasa bahwa
wajar saja kalau Desy kurang suka pada keluarganya bu Nina.
“Desy sudah kenal dia?”
“Tidak kenal dan belum pernah melihatnya.”
Mobil Danarta sudah berhenti di depan tempat praktek dokter
Linda, tapi tiba-tiba Desy berteriak.
“Itu mobil Bapak.”
***
Besok lagi ya
Horeeeee Tindy
ReplyDeleteJeng Iyeng....jaga gawang ya?
DeleteTop deh ...
DeleteJeng Iyenng Juaranya....
DeleteSelamat ya jeng dosen, sugeng dalu.
Matur nuwun bu Tien, tetap semangat
Horrey bu lyeng juaraaa 1..
DeleteTerimakasih bunda Tien.. salam sehat dan tetap Aduhaaaai ❤️😘🙏
Selamat, juara. Aduhai
DeleteJeng Nani
Jeng Lily
Mas kakek
Mas Danar
Joss gandos.....
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ_24 sdh tayang.....
Matur nuwun bu Tien.
Salam SEROJA dan tetap ADUHAI......
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteADUHAI pak Djoni
DeleteAlhamdulillah, MKJntayang gasik, manusang bu Tien slm sehat tetap cemungud
ReplyDeleteYes .....tks bu tien
ReplyDeleteAlhamdulillah... maturnuwun bu Tien 🙏
ReplyDeleteEmang bu nuraini pancen oye monggo mkl tayang bener2 tayang
ReplyDeleteTambah asyik aja membacaxa luar biasa matur nuwun bu nur aini yes tenan
Alamdulillah...
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Salam sehat dan tetap Aduhai
Sami2 ibu Endah
DeleteTetap ADUHAI
Terimakasih bunda Tien.. 🙏🙏❤
ReplyDeleteSami2 ibu Hermins
DeleteMatur nuwun mbakyu Tienkumalasari sayang sampun tayang MKJ salam aduhaai dari Cibubur
ReplyDeleteSami2 jeng Sis
DeleteADUHAI selalu
Alhamdulillah...hadir
ReplyDeleteSuwun ibu. Semiga selalu sehat
Sami2 Butut
DeleteAamiin
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto,
Gemes....
ReplyDeleteSaya juga gemes jeng dokter
DeleteHallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Maturnuwun, mb Tien
ReplyDeleteYuli Smrg
Sami2 ibu Yuli
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Salam sehat dan aduhai
Sami2 ibu Salamah
DeleteSalam Sehat dan ADUHAI
Semakin seru mbak Tien ceritanya..
ReplyDeleteKira2 yg predikatnya Kembang Jalanan, siapa ya?.
Penasaran biangett..
Siapa ya? Yang jelas bukan ibu Anie dong
DeleteADUHAI
Malam bu Tien. Alhamdulillah tayang awal. Wah malu juga Endah kena batunya. Ada apa kira kira koq mobil Haryo ada di tempat praktek dokter Linda? Semoga tidak terjadi sesuatu yang kurang mengenakkan.
ReplyDeleteMalh sy berharap dokter linda itu istri siri pak haryo. Rame nih...
DeleteIbu Noor, salam ADUHAI
DeleteWuah... Bu tien. Apa jari bu tien diberi c2h5oh seblum tak tik tak tik. hasil ketikannya bikin mabok pembaca. Jadi lagi... Lagi.. Bikin nagih
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteKomenku nggak nyambung tadi. Baru ngeh rumus bangunnya. Ahli kimia rupanya.
DeleteMas Danar pasti suka minum itu.
ADUHAI dong.
Alhamfulillah . Terimakasih bu Tien, sgt menhibur ceritanya dan semakin bikin penasaran.
ReplyDeleteSemoga bu Tien beserta jeluarga sehat selslu. Aamiin.
Sami2 ibu Sulasminah
DeleteLama nggak komen ya
ADUHAI..
Alhamdulillah...marem aku. Maturnuwun mbak Tien sayang..MKJ24 sudah tersaji.
ReplyDeleteKasihan Endah...punya ibu sekasar itu, hanya akan mendapat malu nantinya. Ehem...Danarto makin bling-bling kepada Desy. Bakal jadiankah?
Dan Haryo...sakitkah dia?
Kita nantikan episode selanjutnya...ihhiirr...
Salam sehat dariku di Semarang
Sami2 jeng Iyeng.
DeleteIhiiir..ADUHAI deh
Alhamdulillah, maturnuwun Bu Tien 🙏,salam ADUHAI sehat selalu..
ReplyDeleteSami2 Yangti
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat malam selamat beristirahat, semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat berkarya... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteAamiin
Alhamdulillah, terimakasih bu Tien
ReplyDeleteSemoga bu Tien sehat selalu.
Sami2 ibu Sri
DeleteAamiin
Alhamdulillah MKJ 24 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Sami2 ibu Uchu
DeleteAamiin
Waduuuh...ngapain Haryo jg ke dr.Linda..apakah Tindy akan masuk utk priksa ato batal yaaa..
ReplyDeleteDuuuh...pak dokter pingin jd anak ato mantunya bu Tindy yaa..
Jawabannya besok lagiii..
Maturnuwun mbak Tien MKJ24nyaa..
Ikut dheg²an...
Salam sehat selalu dan aduhaii..🙏💟🌹
Sami2 ibu Maria
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Yihuui .. Aduhaai .. terimakasuh mbak Tien ..salam sehat bahagia
ReplyDeleteSami2 pak Pri
DeleteSalam hangat dan bahagia
maturnuwun salam aduhai dari baturetno
ReplyDeleteADUHAI BATURETNO
DeleteSiapa ya namanya
Alhamdulillah MKJ Eps 24 sudah tajang.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien..
Salam hangat dari Tangerang.
Sami2 mas Dudut
DeleteSalam hangat juga
Alhamdulilah..matur nuwun Ibu Tien, mugi tansah sehat..
ReplyDeleteBu Tien memang hebat...kita dibuat mesam mesem lihat ulahnya Endah mau di USG...dibuat penasaran...begitu tertulis " besok lagi ya "
Salam aduhai
Sami2 ibu Moedjiati
DeleteSalam ADUHAI
Waduh, rasanya sedikit banget hanya sak klametan MKJ24 malam ini...
ReplyDeleteRupanya pak Haryo sakit juga dan berobat di dr Linda. Semoga pertemuan hangat sore itu menambah bahagia dan meningkatkan imun serta menyadarkan pak Haryo pulang kembali berkumpul dgn ibu Tindy dan putri2nya, ada pertobatan.
Monggo ibu Tien dilanjut aja. Penasaran berat. Matur nuwun Berkah Dalem.
Sami2 ibu Yustinhar
DeleteSalam ADUHAI
Maturnuwun ibu Tien, siap menunggu kelanjutan ceritanya, besok lagi ya... Salam sehat... Aduhai baper nih
ReplyDeleteSami2 ibu Idayati
DeleteADUHAI
Danarto suka Desy looo pasti cucok dgn Desy seorg calon dokter..eee dala Haryo kenapa dtg ke RS ??? Ada apaa apa mau minta u Danar suka ma Endah
ReplyDeleteADA APA DENGAN CINTA?
Deleteaduhai ibu Yanti
Wah cerbungnya tambah seru, terima kasih bu tien
ReplyDeleteSami2 pak Anton
ReplyDeleteADUHAI
Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah tayang.
ReplyDeleteHoooreeee.... Endah takut di-usg.. kan memang tidak sakit.
Hallo Desy, selamat ya disukai dokter ganteng.
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Sami2 pak Latief
DeleteADUHAI
Alhamdulillah ... sdh terbit. Nunggunya ketiduran. Makin seru critanya. Salam aduhai bu Tien. Endang Amirul jember.
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Endang
DeleteMKJ itu Nina dan anak2nya yaa ?
ReplyDeleteNyosor spt menthok...
Matur nuwun bu Tien, sg istitahat.
Salam ADUHAI
Sami2 ibu Nien
DeleteSalam ADUHAI..
Matur nuwun, bu Tien. MKJ tambah memikat
ReplyDeleteSami2 ibu Anik
DeleteSalam ADUHAI
Terima kasih Mbak Tien , MKJ 24 udah tayang ... Smg Mbak Tien / keluarga happy & sehat sll ... Salam Aduhai
ReplyDeleteSami2 ibu Eny
DeleteAamiin
Makasih Bunda untuk MKJ 24 sukses dan sangat menarik.
ReplyDeleteMet malam dan met istirahat, sehat dan tetap semangat
Sami2 mas Bambang
DeleteAamiin
Wuih, ada laporan pandangan mata dari anaknya; Nina mulai mengumpulkan beberapa metode cara menaklukan lelaki, mungkin juga primbon, seribu mimpi juga dibuka.
ReplyDeleteSerem; kalau sudah begitu wuah keluar semua sampai menguap bak air direbus, pasang tampang sangar; biar kelihatan gahar, apalagi di pergelangan ada melingkar akar bahar, ora perduli penampilan jadinya kaya apa, kaya odgj ngkali.
Badannya dibikin geter, malah kåyå buyuten.
Kan berupaya agar anaknya tercapai cita-cita nya.
Haryo mbingungi, setelah merasa bersalah pada Lastri; itu dikatakan Lastri justru diakhir hidupnya. Mulai dari itu Haryo selalu terngiang cemoohan Lastri, betapa dia sudah terlalu menyakiti dan tak terucap memaafkan di akhir sebelum nafasnya berhenti bahkan dia juga melukai hati pada darah dagingnya sendiri.
Haryo menimbang nimbang merasa tidak ada yang nyaman hidup bersama Nina, apalagi menjelang pensiun; kandanané angèl malah sansaya ngèngkèl.
Mumêt jadi pergi ke dokter keluarga, lha disini pada ngumpul ketemuan. Dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
Linda pun heran ada Danarto juga; tapi kerèn pernyataan Danarto bahwa dia memperkenalkan kalau Haryo bapaknya dan Tindy ibunya, keluarga barunya, jadi dia tidak kesepian lagi.
ADUHAI
Linda memandang bergantian pada Danar dan Desy sedikit senyum dan mengangguk.
Asyik coy..
Terimakasih Bu Tien;
Memang Kembang Jalanan yang ke dua puluh empat sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tersayang 🙏
Sami2 Nanang
DeleteAna2 wae
Aamiin atas doanya.
𝕋𝕖𝕣𝕚𝕞𝕒𝕜𝕒𝕤𝕚𝕙 𝕞𝕓𝕒𝕜 𝕋𝕚𝕖𝕟...
ReplyDeleteSami2 KP LOVER
Delete🖐
ReplyDelete👍
DeleteAlhamdulillah.....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun......
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun umi tansah kebak hing kabarokahan
Sami2 Wo
DeleteAamiin
Alhamdulillah.... Terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.
ReplyDeleteSami2 ibu Yati
DeleteAamiin
Waduhh..ada maksud tujuan apa ya Haryo ke rumah sakit dimana Danarto bekerja..??
ReplyDeleteApa mau menjodohkan Danarto dengan Desy...he..he.?
Atau mau pinjam duit ke Danarto..??
Bagaimana pula hasil labnya Tindy nanti nya apa kesimpulan dari Dokter yang memeriksanya...moga2 ada peristiwa yang mengejutkan misalnya Tindy hamil lagi..he..he bakal seru...ini cerita.
Salam sehat selalu buat bu Tien dan keluarga.. Aamiin YRA
Hehee.. boleh juga idenya. Tindy hamil lagi? Wakakaaa..
DeleteADUHAI pak Indriyanto
Slmt pgii bunda Tien.. Terimakasih MKJ 24 nya.. Slmsehat sll dan tetap aduhai.. 🥰🥰🙏🙏
ReplyDeleteSami2 ibu Farida
DeleteTetap ADUHAI
Makasih mba Tien.
ReplyDeleteSalam sehat selalu .
Aduhai
Sami2 ibu Sul
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Assalamualaikum wr wb. Wah ada apa ya, kok kayaknya pak Haryo afa dimana mana.....Maturnuwun Bu Tien, saya dgn sabar menunggu kelanjutannya, menarik, seru, deg degan dan penasaran. Semoga Bu Tien tansah pinaringan karahayon wilujeng ing sadoyonipun. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede....
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
DeleteAamiin ya robbal alamiin
Matur nuwun pak Mashudi
Alhamdulillah . Terimakasih mbak Tien, sangat menghibur ceritanya dan semakin bikin penasaran, diluar angan cerita berikutnya. Belum nampak predikat...siapa ya Kembang Jalanannya
ReplyDeleteSemoga mbak Tien sekeluarga sehat selalu. Aamiin.
Sami2 ibu Pudya
DeleteAamiin
Alhamdulillah telah kubaca...
ReplyDeleteDg sabar tiap hari per episode
Ku tungguuu🙂
Mbak Tien memng jago bikin penasraaaaan😀
Alhamdulillah ibu Yulie
DeleteADUHAI
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien MKJ 24 nya
Danarto mulai melirik Desy,,apalagi Tindy mau menjadikan anaknya,, mantab 👍 n Aduhaaii
Haryo knp Ada di RS,,
Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien 🙏🙂
Sami2 ibu Ika Laksmi
DeleteAamiin
Makin seru aja bunda
ReplyDeleteGreget sama haryo dan endah
Mudah” dr danarto jodoh desi
ADUHAI ibu Engkas
ReplyDeleteAalhamdulillah, mtr nuwun bunda Tien
ReplyDeleteMakin seru makin aduhai... Mkasih bu tien
ReplyDeleteAlhamdulillah. Matursuwun mbak Tien, salam sehat selalu
ReplyDeleteSeru seru tambah seru Bu Tien...semoga kelak Danarto benar2 jadi menantunya Bu tindy.. trims Bu tien
ReplyDeleteAlhamdulillah,terima kasih Bu Tien..
ReplyDeleteSehat-sehat selalu..dan bahagia bersama keluarga,Aamiin.