Thursday, January 27, 2022

MEMANG KEMBANG JALANAN 24

 

MEMANG KEMBANG JALANAN  24

(Tien Kumalasari)

 

Danarto Kembali duduk di kursinya, sementara Endah menatapnya bingung.

“Mari Mbak,” kata suster pembantu.

“Apa? Tunggu dulu, mengapa harus USG ?” tanyanya sambil terus menatap Danarto.

“Bukankah Mbak ingin saya memeriksa secara total? Saya melihatnya tidak ada apa-apa, tapi kalau Mbak tidak yakin, saya ingin melihat hasil USG yang nanti akan menunjukkan, sakit apa sebenarnya Mbak Endah ini,” terang Danarto.

“Tidak mau, saya … saya tidak membawa uang.”

“Tidak apa-apa, saya kan sudah bilang bahwa saya akan membayarnya?”

“Aduh, tidak enak.”

“Sebagai seorang teman, tidak apa-apa saya membantu. Silakan diantar suster,” perintahnya kepada pembantunya.

“Mbak, mari saya antar.”

Tapi Endah bergeming.

“Bagaimana Mbak?” tanya perawat bingung.

“Tidak, biarlah, tidak ... tidak jadi saja,” katanya sambil berdiri.

“Bagaimana Mbak?”

“Saya mau pulang saja, permisi.”

“Lho, bagaimana Mbak Endah ini?” tanya Danarto sambil tersenyum.

“Saya tidak mau merepotkan mas Danar, saya tidak membawa uang cukup.”

“Tidak apa-apa, yang penting penyakitnya segera ketahuan, dan obatnya juga menjadi jelas.”

“Tidak, tidak enak. Terima kasih.”

Endah keluar ruangan dengan tergesa-gesa.

Danarto tertawa kecil.

“Ada apa sebenarnya dokter?” tanya perawat heran.

“Tadi dia mengatakan bahwa dia tidak puas karena saya tidak memeriksanya, saya bilang kelihatannya tidak apa-apa, tapi sepertinya dia tidak terima. Itu sebabnya dia saya minta agar di USG. Nyatanya dia tidak mau,” kata Danarto yang kemudian berdiri dan keluar dari ruangan.

“Kelihatannya dia memang hanya ingin ketemu dokter, bukan karena dia sakit, entah apa maksudnya. Sepertinya dia jatuh cinta sama dokter,” kata perawat itu lalu melanjutkan pekerjaannya membersihkan ruangan.

Danarto yang sudah sampai di depan pintu tertawa kecil, kemudian berlalu.

“Salah siapa, punya wajah ganteng begitu ….”

Perawat itu geleng-geleng kepala sambil tersenyum.

“Kalau aku masih muda, mungkin juga bisa jatuh cinta sama dokterku,” lanjutnya dengan gumaman pelan.

***

Endah benar-benar kecewa, dan sakit hati. Resep yang tadi diterimanya, diambilnya dari dalam tas kecilnya, kemudian diremas-remasnya, lalu dibuang di sembarang tempat.

“Aku benci … benci … benci ….”

Lalu dia duduk di lobi rumah sakit itu, dan menangis terisak-isak di sana. Tak banyak orang memperhatikan, karena banyak kejadian di rumah sakit yang bisa membuat seseorang menangis. Mungkin saudara atau kerabatnya sakit keras, atau ada yang meninggal. Jadi tak seorangpun mendekat atau menanyainya.

“Mengapa begini?” isaknya pelan.

Ketika dokter Danarto mau pulang, ia melihat Endah sedang menangis disebuah kursi. Ia ingin langsung pergi, tapi ada rasa tak tega. Ia sebenarnya enggan berurusan dengan gadis nekat seperti Endah. Tapi dia ingin berterus terang agar Endah tak lagi berharap.

“Mengapa menangis?” tanyanya mengejutkan Endah.

Endah mengangkat kedua tangan yang semula menutupi wajahnya.

“Mas … Danar …?

“Mengapa menangis?” ulangnya.

Endah hanya menggelengkan kepalanya. Ia merasa bahwa Danarto tidak memiliki perhatian sama sekali terhadapnya. Lalu Endah merasa bahwa tak-tik yang dijalankannya ternyata salah.

“Bukankah Mbak Endah sebenarnya tidak sakit?” tuduh Danarto seperti pisau runcing menusuk jantungnya langsung.

Endah mengusap wajahnya dengan kasar.

“Mengapa Mbak Endah melakukan ini? Ada banyak cara untuk mengenal seseorang, tapi berbohong adalah sebuah tindakan yang tidak terpuji.”

“Maaf,” kata Endah langsung berdiri.

“Dengar dulu. Saya tidak menolak berteman dengan siapapun, termasuk dengan mbak Endah. Sungguh.”

Endah menatap Danarto. Ia ingin bertanya, apakah itu berarti Danarto menyukainya? Tapi jawaban Danarto membuyarkan harapannya.

“Memiliki banyak teman itu menyenangkan. Untuk mbak Endah, saya senang kok berteman. Hanya berteman, tidak lebih.”

Endah tak menjawab. Sebuah pukulan telah meremukkan seluruh harapannya

“Maaf,” ulangnya, kemudian benar-benar berlalu.

Danarto menghela napas lega. Setidaknya dia tidak memberikan harapan apapun kepada Endah.

***

Nina memburu anaknya yang begitu datang langsung masuk ke kamar. Begitu masuk, dilihatnya Endah tengkurap di kasur, dan menangis terisak.

“Ada apa?” tanya Nina khawatir.

Endah menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa mengangkatnya, sedangkan kakinya dihentak-hentakkan dengan keras.

“Hei, jawab aku. Ada apa?”

Endah kembali menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras.

“Apa kamu tidak bisa menjawabnya?” kata Nina dengan nada semakin meninggi.

“Tidak ada apa-apa.”

“Kalau tidak ada apa-apa, mengapa menangis?”

Endah masih terus menangis.

“Jawab, Endah !”

“Aku salah … aku salah.”

“Salah apa? Apanya yang salah?”

“Aku salah langkah, akhirnya mendapat malu.”

“Bangun dan bicara dengan jelas! Aku tidak mengerti,” hardik Nina sambil menarik lengan Endah agar bangun.

Endah bangun, lalu duduk di tepi ranjang, wajahnya basah oleh air mata.

“Katakan, ada apa?”

“Aku salah.”

“Dari tadi bilang salah … salah … Yang salah apanya?”

“Pura-pura sakit, itu salah.”

“Kamu sudah ketemu Danarto dan bilang bahwa kamu sakit?”

“Tapi dia kan dokter. Dia tahu aku pura-pura sakit.”

“Baiklah, dia tahu bahwa kamu pura-pura sakit. Lalu apa?”

“Dia seperti mengejek aku, pokoknya aku malu.”

“Jadi dia mengejek kamu? Kalau dia bisa meraba bahwa kamu melakukannya karena suka sama dia, pasti dia berpikir lain. Belas kasihannya akan tumbuh. Harusnya begitu.”

“Tidak, dia bilang bersedia berteman, tapi tidak lebih.”

“Jadi hanya itu ? Dan kamu menangis karena putus asa? Sebuah perjuangan tidak boleh terhenti karena sedikit hambatan. Banyak cara untuk melakukannya.”

Endah menghela napas.

“Tadi ada bu Tindy dan Desy.”

“Apa? Kamu ketemu dia? Apa dia mengenalmu?”

Endah menggeleng.

“Darimana kamu tahu, kan kamu belum pernah melihatnya?”

“Dokter Danarto bersikap amat baik kepada keduanya.”

“Danarto yang mengatakan bahwa dia Tindy isterinya pak Haryo?”

“Tidak, seorang pasien yang ternyata tetangganya bu Tindy.”

“Dia sakit? Syukurlah kalau sakit, siapa tahu dia segera mati karena sedih ditinggal pak Haryo.”

“Entahlah, aku tidak menanyakannya.”

"Ya sudahlah, itu nggak penting. Yang penting adalah kamu harus terus berusaha.”

Endah hanya mendengus keras. Entah apa yang dipikirkannya.

***

‘Apa sebenarnya hasil dari pemeriksaan lab itu Des?”

“Tidak apa-apa kok Bu.”

“Tidak apa-apa bagaimana? Apanya yang membuat Ibu sakit kepala dan mual-mual?”

Salah kalau Desy membuka hasil lab ini. Kan ini ditujukan kepada dokter Linda?”

“Ibu tahu, tapi kamu kan calon dokter, pasti kamu juga sedikit lebih tahu dari Ibu.”

“Desy hanya melihat sekilas. Jadi tidak jelas, Desy tidak berani membukanya. Nanti sore kan kita ketemu dokternya, semuanya akan jelas.”

Ibu merasa baik-baik saja.”

Tapi Desy merasa, bahwa walau kelihatannya Ibunya tampak tegar menghadapi semua permasalahan, tapi batin Ibunya pasti tertekan. Hanya saja dia tak ingin mengatakan apapun. Desy yakin bahwa Ibunya pasti akan membantahnya.

“Aku hanya harus menjaga perasaan ibu, menghiburnya, dan membuatnya bahagia,” bisik batin Desy.

“Iya Bu, harapan kita semua kan begitu. Tampaknya Ibu memang baik-baik saja, jadi ibu tidak usah khawatir.”

“Yang khawatir itu kan kamu dan saudara-saudara kamu itu.”

Desy tertawa kecil.

“Ibu bilang sakit, tentu saja kami semua khawatir.”

“Baiklah, nanti ke dokter sore ya, Ibu istirahat dulu sekarang.”

“Apakah tidak sebaiknya kita makan siang dulu? Makanan sudah siap lho Bu. Tutut juga sudah pulang.”

“Tapi kakakmu belum.”

“Mbak Lala itu banyak urusannya, belum tentu bisa segera pulang. Baru saja Mbak Lala telpon, hanya menanyakan Ibu. Tapi Desy tidak bisa mengatakan tentang hasil pemeriksaan lab itu.”

“Berarti belum pasti bisa segera pulang?”

“Belum Bu. Kita makan dulu saja, Ibu juga harus minum obatnya kan?”

“Di etiketnya tertulis bila perlu, jadi Ibu tidak harus selalu meminumnya kan?”

“Ibu sekarang merasakan apa?”

“Baik-baik saja tuh.”

“Itu karena obatnya juga bisa mengurangi nyeri atau pusing.”

“Kan dokternya juga bilang bahwa waktu itu Ibu demam?

“Ya sudah, tidak diminum dulu juga tidak apa-apa, nanti sore barangkali Ibu akan mendapatkan obat tambahan.”

“Baiklah, ajak adik kamu makan sekalian,” kata Tindy yang langsung menuju ke ruang makan.

***

Tapi sore sebelum mereka berangkat ke dokter, Danarto tiba-tiba datang.

“Selamat sore Bu,” sapanya sambil sedikit membungkukkan kepala, ketika melihat Tindy berdiri di teras.

“Nak dokter?”

“Ibu mau pergi rupanya.”

“Mau ke dokter Nak, menyerahkan hasil lab nya tadi.”

“Bolehkah saya ikut mengantarkan?”

“Lhoh, Nak dokter apa tidak praktek di rumah?”

“Tidak Bu, sementara belum lagi, karena saya mau mengambil spesialisasi.”

“Oh, bagus itu. Barangkali Desy bisa belajar pada nak dokter.”

“Kelihatannya Desy juga hampir selesai.”

“Iya sih, dia siap-siap menjalani co-ass. Mungkin di rumah sakit tempat nak dokter bertugas.”

“Syukurlah.”

“Lhoh, ada tamu, kenapa tidak disuruh duduk Bu?”

“Iya Des, katanya nak dokter mau ikut mengantarkan Ibu.”

“Waduh, kok jadi repot sih mas.”

“Saya kebetulan lewat, lalu mampir. Lupa kalau Ibu harus ke dokter Linda. Jadi daripada ke dokternya terlambat, lebih baik saya ikut. Saya kan juga kenal sama dokter Linda.”

“Tidak apa-apa ya ikut mengantar Ibu?”

“Tidak. Saya sedang tidak ada pekerjaan. Mau berangkat sekarang?”

“Ya, nanti keburu banyak pasien.”

“Tut, kami berangkat ya, tutup pintunya,” teriak Desy.

Tutut segera berlari ke depan. Ia heran kakaknya tidak menyiapkan mobil. Ia juga melihat seseorang yang berdiri diantara ibu dan kakaknya.

“Ini anak saya yang bungsu, Tutut namanya.”

“Ooh, assalamu’alaikum, saya Danarto,” sapa Danarto sambil mengulurkan tangannya.

“Wa’alaikum salam, saya Tutut,” sambut Tutut pelan, lalu segera melepaskan tangannya.

“Nggak mau ikut?” tanya Danarto.

“Nggak ah, di rumah saja.”

“Ya sudah Tut, ibu berangkat ya, ini mas dokter mau mengantarkan Ibu.”

“Oh, hati-hati semuanya,” kata Tutut sambil melambaikan tangannya.

“Hm, apakah dia pacar mbak Desy? Ganteng amat. Apa tadi kata ibu? Dokter? Haa, dokter ketemu dokter dong. Seneng punya kakak ipar ganteng,” gumam Tutut sambil tersenyum, lalu menutup pintu rumahnya.

***

“Kapan mulai co-ass?” tanya Danarto dalam perjalanan. Ketika itu Desy duduk di depan, nggak enak kalau duduk dibelakang juga. Danarto bukan sopirnya kan?

“Mungkin bulan depan,” jawab Desy.

“Senang kalau sering ketemu, sayangnya saya juga akan mengambil spesialisasi ke Jakarta.”

“Oh, ambil spesialisasi apa mas?”

“Internis saja.”

“Wah, hebat.”

“Sebetulnya agak terlambat bagi saya, karena waktu itu ibu kan sakit dan perlu penanganan serius. Jadi saya nggak tega meninggalkan ibu yang hanya sendirian di rumah.”

“Iya benar. Mana tega seorang anak meninggalkan ibunya yang sedang sakit.”

Danarto menghela napas berat. Ingatan tentang ibunya membuatnya selalu sedih.

“Nak dokter harus ikhlas, dan yang penting selalu mendoakan ibu, agar tenteram di sana," sambung Tindy.

“Iya, Ibu benar. Saya hanya merasa sendiri dan kesepian.”

“Cepatlah punya isteri, supaya tidak kesepian.”

Danarto tertawa.

“Iya Bu, doakan ya,” katanya sambil melirik gadis cantik di sampingnya.

“Tentu akan Ibu doakan.”

“Saya tidak tahu mengapa, tapi itu benar, bahwa setelah ketemu Ibu Tindy, saya merasa sangat tenang. Sepertinya saya menemukan ibu saya kembali.”

“Nak dokter boleh menganggap saya sebagai ibu sendiri.”

“Benarkah?” kata Danarto dengan wajah berbinar.

“Benar. Ibu tidak punya anak laki-laki, senang kalau nak Danarto menjadi anak Ibu.”

“Kalau menjadi menantu?” tapi kalimat itu hanya diucapkannya di dalam hati. Menjadi anak itu sudah cukup membahagiakan. Perkara nanti bisa menjadi menantu, nah itu namanya anugerah. Danarto tersenyum lebar.

Desy mendengarkan perbincangan ibunya dan Danarto, dan membuatnya tersenyum juga. Tiba-tiba dia membayangkan, bagaimana ya rasanya punya kakak laki-laki? Pasti akan lebih melindungi. Dan ketika mengetahui ibunya teraniaya, mungkin kakak laki-laki nya akan sangat marah, lalu apa ya yang akan dilakukannya? Dia saja dulu ingin mendatangi perempuan selingkuhan ayahnya untuk melabraknya. Kalau dia punya kakak laki-laki, pasti akan mengijinkan dia melakukannya, tidak seperti mbak Lala nya yang dengan keras melarangnya melakukan kebrutalan itu. Mbak Lala memang lembut hati, seperti ibunya, tidak seperti Desy yang sedikit galak, kalau merasa terganggu. Tiba-tiba Desy teringat tentang seseorang yang mengaku anak pak Haryo di rumah sakit tadi.

“Mas, tadi yang mengaku anak pak Haryo sakit apa?”

“Oh dia? Sakit biasa saja. Mungkin hanya masuk angin.”

“Kalau hanya masuk angin harusnya cukup kerokan saja di rumah. Mengapa harus ke dokter?” kata Desy sengit.

“Desy ….” Tindy menegur Desy.

Danarto hanya tertawa. Ia tak ingin mengatakan tentang ulah Endah yang pura-pura sakit demi mendekati dirinya. Dan ia merasa bahwa wajar saja kalau Desy kurang suka pada keluarganya bu Nina.

“Desy sudah kenal dia?”

“Tidak kenal dan belum pernah melihatnya.”

Mobil Danarta sudah berhenti di depan tempat praktek dokter Linda, tapi tiba-tiba Desy berteriak.

“Itu mobil Bapak.”

***

Besok lagi ya

 

 

 

 



112 comments:

  1. Replies
    1. Jeng Iyenng Juaranya....
      Selamat ya jeng dosen, sugeng dalu.

      Matur nuwun bu Tien, tetap semangat

      Delete
    2. Horrey bu lyeng juaraaa 1..
      Terimakasih bunda Tien.. salam sehat dan tetap Aduhaaaai ❤️😘🙏

      Delete
    3. Selamat, juara. Aduhai
      Jeng Nani
      Jeng Lily
      Mas kakek
      Mas Danar

      Delete
  2. Joss gandos.....
    Alhamdulillah MKJ_24 sdh tayang.....
    Matur nuwun bu Tien.
    Salam SEROJA dan tetap ADUHAI......

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah, MKJntayang gasik, manusang bu Tien slm sehat tetap cemungud

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah... maturnuwun bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  5. Emang bu nuraini pancen oye monggo mkl tayang bener2 tayang
    Tambah asyik aja membacaxa luar biasa matur nuwun bu nur aini yes tenan

    ReplyDelete
  6. Alamdulillah...
    Yang ditunggu tunggu telah hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
    Salam ADUHAI dr Cilacap

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Salam sehat dan tetap Aduhai

    ReplyDelete
  8. Terimakasih bunda Tien.. 🙏🙏❤

    ReplyDelete
  9. Matur nuwun mbakyu Tienkumalasari sayang sampun tayang MKJ salam aduhaai dari Cibubur

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah...hadir
    Suwun ibu. Semiga selalu sehat

    ReplyDelete
  11. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto,

    ReplyDelete
  12. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  14. Semakin seru mbak Tien ceritanya..
    Kira2 yg predikatnya Kembang Jalanan, siapa ya?.
    Penasaran biangett..

    ReplyDelete
  15. Malam bu Tien. Alhamdulillah tayang awal. Wah malu juga Endah kena batunya. Ada apa kira kira koq mobil Haryo ada di tempat praktek dokter Linda? Semoga tidak terjadi sesuatu yang kurang mengenakkan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Malh sy berharap dokter linda itu istri siri pak haryo. Rame nih...

      Delete
  16. Wuah... Bu tien. Apa jari bu tien diberi c2h5oh seblum tak tik tak tik. hasil ketikannya bikin mabok pembaca. Jadi lagi... Lagi.. Bikin nagih

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
    2. Komenku nggak nyambung tadi. Baru ngeh rumus bangunnya. Ahli kimia rupanya.
      Mas Danar pasti suka minum itu.
      ADUHAI dong.

      Delete
  17. Alhamfulillah . Terimakasih bu Tien, sgt menhibur ceritanya dan semakin bikin penasaran.
    Semoga bu Tien beserta jeluarga sehat selslu. Aamiin.

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah...marem aku. Maturnuwun mbak Tien sayang..MKJ24 sudah tersaji.
    Kasihan Endah...punya ibu sekasar itu, hanya akan mendapat malu nantinya. Ehem...Danarto makin bling-bling kepada Desy. Bakal jadiankah?
    Dan Haryo...sakitkah dia?
    Kita nantikan episode selanjutnya...ihhiirr...
    Salam sehat dariku di Semarang

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah, maturnuwun Bu Tien 🙏,salam ADUHAI sehat selalu..

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat malam selamat beristirahat, semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat berkarya... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah, terimakasih bu Tien
    Semoga bu Tien sehat selalu.

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah MKJ 24 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  23. Waduuuh...ngapain Haryo jg ke dr.Linda..apakah Tindy akan masuk utk priksa ato batal yaaa..

    Duuuh...pak dokter pingin jd anak ato mantunya bu Tindy yaa..

    Jawabannya besok lagiii..

    Maturnuwun mbak Tien MKJ24nyaa..
    Ikut dheg²an...

    Salam sehat selalu dan aduhaii..🙏💟🌹

    ReplyDelete
  24. Yihuui .. Aduhaai .. terimakasuh mbak Tien ..salam sehat bahagia

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah MKJ Eps 24 sudah tajang.
    Matur nuwun mbak Tien..
    Salam hangat dari Tangerang.

    ReplyDelete
  26. Alhamdulilah..matur nuwun Ibu Tien, mugi tansah sehat..
    Bu Tien memang hebat...kita dibuat mesam mesem lihat ulahnya Endah mau di USG...dibuat penasaran...begitu tertulis " besok lagi ya "

    Salam aduhai

    ReplyDelete
  27. Waduh, rasanya sedikit banget hanya sak klametan MKJ24 malam ini...

    Rupanya pak Haryo sakit juga dan berobat di dr Linda. Semoga pertemuan hangat sore itu menambah bahagia dan meningkatkan imun serta menyadarkan pak Haryo pulang kembali berkumpul dgn ibu Tindy dan putri2nya, ada pertobatan.

    Monggo ibu Tien dilanjut aja. Penasaran berat. Matur nuwun Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  28. Maturnuwun ibu Tien, siap menunggu kelanjutan ceritanya, besok lagi ya... Salam sehat... Aduhai baper nih

    ReplyDelete
  29. Danarto suka Desy looo pasti cucok dgn Desy seorg calon dokter..eee dala Haryo kenapa dtg ke RS ??? Ada apaa apa mau minta u Danar suka ma Endah

    ReplyDelete
  30. Wah cerbungnya tambah seru, terima kasih bu tien

    ReplyDelete
  31. Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah tayang.
    Hoooreeee.... Endah takut di-usg.. kan memang tidak sakit.
    Hallo Desy, selamat ya disukai dokter ganteng.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah ... sdh terbit. Nunggunya ketiduran. Makin seru critanya. Salam aduhai bu Tien. Endang Amirul jember.

    ReplyDelete
  33. MKJ itu Nina dan anak2nya yaa ?
    Nyosor spt menthok...

    Matur nuwun bu Tien, sg istitahat.
    Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  34. Terima kasih Mbak Tien , MKJ 24 udah tayang ... Smg Mbak Tien / keluarga happy & sehat sll ... Salam Aduhai

    ReplyDelete
  35. Makasih Bunda untuk MKJ 24 sukses dan sangat menarik.
    Met malam dan met istirahat, sehat dan tetap semangat

    ReplyDelete
  36. Wuih, ada laporan pandangan mata dari anaknya; Nina mulai mengumpulkan beberapa metode cara menaklukan lelaki, mungkin juga primbon, seribu mimpi juga dibuka.
    Serem; kalau sudah begitu wuah keluar semua sampai menguap bak air direbus, pasang tampang sangar; biar kelihatan gahar, apalagi di pergelangan ada melingkar akar bahar, ora perduli penampilan jadinya kaya apa, kaya odgj ngkali.
    Badannya dibikin geter, malah kåyå buyuten.
    Kan berupaya agar anaknya tercapai cita-cita nya.

    Haryo mbingungi, setelah merasa bersalah pada Lastri; itu dikatakan Lastri justru diakhir hidupnya. Mulai dari itu Haryo selalu terngiang cemoohan Lastri, betapa dia sudah terlalu menyakiti dan tak terucap memaafkan di akhir sebelum nafasnya berhenti bahkan dia juga melukai hati pada darah dagingnya sendiri.
    Haryo menimbang nimbang merasa tidak ada yang nyaman hidup bersama Nina, apalagi menjelang pensiun; kandanané angèl malah sansaya ngèngkèl.
    Mumêt jadi pergi ke dokter keluarga, lha disini pada ngumpul ketemuan. Dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
    Linda pun heran ada Danarto juga; tapi kerèn pernyataan Danarto bahwa dia memperkenalkan kalau Haryo bapaknya dan Tindy ibunya, keluarga barunya, jadi dia tidak kesepian lagi.

    ADUHAI

    Linda memandang bergantian pada Danar dan Desy sedikit senyum dan mengangguk.
    Asyik coy..


    Terimakasih Bu Tien;

    Memang Kembang Jalanan yang ke dua puluh empat sudah tayang.
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tersayang 🙏

    ReplyDelete
  37. 𝕋𝕖𝕣𝕚𝕞𝕒𝕜𝕒𝕤𝕚𝕙 𝕞𝕓𝕒𝕜 𝕋𝕚𝕖𝕟...

    ReplyDelete
  38. Alhamdulillah.....
    Mtur nuwun Bun......
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun umi tansah kebak hing kabarokahan

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah.... Terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  40. Waduhh..ada maksud tujuan apa ya Haryo ke rumah sakit dimana Danarto bekerja..??

    Apa mau menjodohkan Danarto dengan Desy...he..he.?
    Atau mau pinjam duit ke Danarto..??

    Bagaimana pula hasil labnya Tindy nanti nya apa kesimpulan dari Dokter yang memeriksanya...moga2 ada peristiwa yang mengejutkan misalnya Tindy hamil lagi..he..he bakal seru...ini cerita.

    Salam sehat selalu buat bu Tien dan keluarga.. Aamiin YRA

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehee.. boleh juga idenya. Tindy hamil lagi? Wakakaaa..
      ADUHAI pak Indriyanto

      Delete
  41. Slmt pgii bunda Tien.. Terimakasih MKJ 24 nya.. Slmsehat sll dan tetap aduhai.. 🥰🥰🙏🙏

    ReplyDelete
  42. Makasih mba Tien.
    Salam sehat selalu .
    Aduhai

    ReplyDelete
  43. Assalamualaikum wr wb. Wah ada apa ya, kok kayaknya pak Haryo afa dimana mana.....Maturnuwun Bu Tien, saya dgn sabar menunggu kelanjutannya, menarik, seru, deg degan dan penasaran. Semoga Bu Tien tansah pinaringan karahayon wilujeng ing sadoyonipun. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
      Aamiin ya robbal alamiin
      Matur nuwun pak Mashudi

      Delete
  44. Alhamdulillah . Terimakasih mbak Tien, sangat menghibur ceritanya dan semakin bikin penasaran, diluar angan cerita berikutnya. Belum nampak predikat...siapa ya Kembang Jalanannya
    Semoga mbak Tien sekeluarga sehat selalu. Aamiin.

    ReplyDelete
  45. Alhamdulillah telah kubaca...
    Dg sabar tiap hari per episode
    Ku tungguuu🙂

    Mbak Tien memng jago bikin penasraaaaan😀

    ReplyDelete
  46. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien MKJ 24 nya
    Danarto mulai melirik Desy,,apalagi Tindy mau menjadikan anaknya,, mantab 👍 n Aduhaaii

    Haryo knp Ada di RS,,

    Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien 🙏🙂

    ReplyDelete
  47. Makin seru aja bunda
    Greget sama haryo dan endah
    Mudah” dr danarto jodoh desi

    ReplyDelete
  48. Makin seru makin aduhai... Mkasih bu tien

    ReplyDelete
  49. Alhamdulillah. Matursuwun mbak Tien, salam sehat selalu

    ReplyDelete
  50. Seru seru tambah seru Bu Tien...semoga kelak Danarto benar2 jadi menantunya Bu tindy.. trims Bu tien

    ReplyDelete
  51. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..
    Sehat-sehat selalu..dan bahagia bersama keluarga,Aamiin.

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 06

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  06 (Tien Kumalasari)   Dewi berdiri lalu menatap tajam kepada siapa yang datang. “Apa kabar, cantik?” sapa...