Saturday, January 15, 2022

MEMANG KEMBANG JALANAN 14

 

MEMANG KEMBANG JALANAN  14

(Tien Kumalasari)

 

Astri langsung mengirimkan foto hasil jepretannya kepada sahabatnya. Memang agak kabur, tapi lumayanlah. Habis tadi motretnya juga tergesa-gesa, takut ketahuan.

Lala terbelalak menerima kiriman foto itu. Ia tahu itu wajah ayahnya, walau sedikit kabur. Dan wanita itu, huuh, Lala mencibir sinis. Wajahnya jauh dari menarik. Ibunya lebih cantik.

“Ibuku sejuta kali lebi cantik dari perempuan itu. Aduhai, apa yang membuat Bapak tergila-gila?” kata Lala ketika menelpon Astri.

“Maaf La, gambarnya agak kabur, habis ... aku memotretnya dengan tergesa-gesa. Seperti maling.”

“Nggak apa-apa kok, aku berterima kasih banget atas jerih payahmu. Kalau ketemu nanti aku harus bertanya lebih detail, bagaimana kamu bisa mencuri foto ini.”

“Wah, benar-benar aku  nih La, bakat jadi maling apa ya?”

Keduanya terbahak.

“Tidak Astri, kamu bukan bakat jadi maling, tapi bakat jadi detektif.”

“Aduh, entahlah apa namanya, aku pakai mengendap-endap segala. Bersembunyi dibalik pohon untuk menghindari ayahmu yang bersiap mengantarkan kedua gadis itu ke sekolah mereka.”

“Bapak? Mengantarkan mereka? Jadi memang ayahku ada disana? Semalam dia tidak pulang ke rumah.”

“Iya, aku melihatnya.”

“Dan mengantarkan anak-anak perempuan itu ke sekolah? Bukan main hebatnya. Sekarang kamu tahu Astri, bagaimana ujud dari keluargaku,” kata Lala sendu.

“Jangan berpikir karena mendengar kisah kamu, lalu aku merendahkan keluarga kamu La, tidak. Ayahmu sedang kilaf. Itu wajar terjadi disetiap keluarga.”

Lala menghembuskan napasnya keras. Sedang kilaf? Sedang berarti baru melakukannya, sedangkan penghianatan Haryo sudah berulang kali terjadi.

“Lala ... “ panggil Astri karena Lala terdiam.

“Ya Astri ... aku melamun.”

“Aku adalah sahabat kamu. Percayalah kejadian ini hanya aku yang mengetahuinya. Aku ikut prihatin. Semoga ayahmu segera kembali kepada keluarganya,” kata Astri tulus.

“Aku tahu siapa kamu Astri. Kalau bukan karena aku sering mengantar kamu pulang, aku tak akan mengetahui perselingkuhan ini.”

“Sebuah kebusukan pasti akan tercium, entah bagaimana caranya.”

“Kamu benar Astri, terima kasih karena telah membantuku.”

“Sama-sama La, apapun akan aku lakukan untuk membantu kamu.”

“Sekali lagi terima kasih, besok kita akan ketemu, kita akan bicara lagi nanti.”

Lala menutup pembicaraan itu, dan kembali menatap foto yang dikirimkan Astri kepadanya.

“Ya Tuhan, apakah perempuan itu punya dukun untuk menaklukkan ayahku? Tak ada yang menarik pada wajahnya. Matanya kelihatan nakal, genit, dan aku tak percaya kalau dia hanya menyukai Bapak. Bibirnya tebal, hidungnya agak mancung tapi nggak ada manis-manisnya. Ibuku ... dia cantik, lembut, matanya indah, bibirnya tipis, hidungnya mancung, keseluruhan wajah menampakkan pribadi yang teduh dan menawan. Ibu pernah bercerita kalau saat kuliah banyak cowok menyukainya. Itu tidak aneh. Ibuku memang menarik, kecuali itu juga pintar,” gumam Lala sambil terus mengawasi foto kedua insan yang tampak tersenyum bahagia itu.

“Gilaaa ... gila ... gila ...” teriak Lala.

“Ada apa mbak?” tiba-tiba saja Simbok mendekat.

“Oh, eh ... tidak apa-apa mBok.”

“mBak Lala berteriak-teriak, Simbok kira ada apa.”

Lala tertawa lirih.

“Ini, aku sedang bicara di telpon kok,” katanya sambil meletakkan ponselnya di meja.

“Ya sudah, Simbok lanjutkan memasak ya.”

“Simbok masak apa ?”

“Cuma sayur bening, ayam bakar sama lalapan Mbak.”

“Wah, enak itu. Sambalnya yang pedas ya mbok.”

“Iya, ini baru mau bikin sambal.”

“Ayo, sini aku bantu nguleg sambalnya Mbok,” kata Lala sambil beranjak ke belakang. Ia ingin menyibukkan dirinya dengan membantu simbok, agar tak terasa membosankan saat menunggu Ibunya pulang.

***

Hari itu Tindy sama sekali tidak fokus dengan apa yang dikerjakannya. Ia selalu teringat nama Nina seperti yang dikatakan Lala, anaknya. Benarkah Nina yang dulu, atau ada Nina lain. Tapi Lala berjanji akan mengirimkan fotonya kalau bisa.

“Kalau Nina pegawai optik itu, kata mas Haryo sudah tidak lagi berhubungan dengan dia. Apakah dia bohong? Mengapa dia ada disini? Jadi ada Nina yang lain?”

Tindy memegangi kepalanya yang terasa berat dan pusing. Bukan sekali ini ia mendengar suaminya selingkuh.

“Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?”

Tindy masih memegangi kepalanya ketika terdengar ketukan pintu dan seseorang masuk.

“Melamun?” kata orang itu yang ternyata Winar.

“Winar ....”

“Wajahmu pucat, kamu sakit ?”

“Nggak, hanya capek, mungkin.”

“Capek hati. Itu berat.”

“Kamu suka mengada-ada.”

“Ya sudah, ini aku bawa roti dari rumah.”

“Hm, roti. Pasti buatan isteri kamu.”

“Iya, dia suka masak dan sering membuat cemilan untuk kami.”

“Senang rasanya, punya isteri suka memasak.”

“Dia suka, benar. Sehingga selalu sibuk. Itukah sebabnya maka kami tidak dikaruniai anak?”

“Mengapa menyalahkan isteri saat sebuah keluarga tidak dikaruniai anak?”

“Bukan menyalahkan. Mungkin itu penyebabnya.”

“Tidak lah. Dan itu juga bukan hukuman. Ada banyak cara untuk bisa memiliki anak kan?”

“Sudah sepuluh tahun lebih kami berumah tangga. Anakmu sudah hampir sarjana.”

“Kamu menikah sepuluh tahun setelah aku. Ya kan?”

“Berarti sudah lebih sepuluh tahun kan?”

“Kamu bisa mengadopsi anak.”

“Iya, tapi sudahlah, aku kemari bukan untuk membahas itu. Kami sudah menerimanya seandainya tidak diberikan olehNya juga.”

“Sykurlah. Aku makan ya rotinya?”

“Habiskan.”

“Hm, enak ... “ kata Tindy sambil menggigit bolu berlapis keju yang dibawakan Winar.

“Sebenarnya apa yang kamu pikirkan?” tanya Winar lagi.

“Tidak ada, apaan sih kamu ini. Ayo temani aku makan rotinya dong.”

“Aku sudah kenyang dari rumah. Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu sama kamu.”

“Oh ya, tentang apa?”

“Sudah lama aku ingin mengatakannya.”

“Sekarang katakanlah.”

“Tentang mas Haryo.”

Tindy menghentikan keasyikannya mengunyah roti. Ia tahu, pasti sesuatu yang buruk.

“Tapi kamu jangan marah.”

“Katakan saja, aku siap, betapapun buruknya berita yang kamu bawa.”

“Beberapa hari yang lalu, saat makan malam disebuah rumah makan, kami melihat mas Haryo.”

Tindy mengangkat kepalanya. Ia sudah tahu apa kelanjutan berita itu.

“Bersama seorang wanita. Isteriku ingin menegurnya, tapi diurungkannya, takut mereka malu atau apa.”

“Ya, Aku sudah merasa.”

“Siapa wanita itu? Cantik juga tidak.”

“Mungkin sexy.”

“Ah, entahlah. Apapun itu, kamu harus tahu kan Tin? Aku tidak bermaksud memanas-manasi kamu. Aku ingin kamu bahagia.”

“Aku mengerti maksudmu. Dan aku sudah mendengarnya. Aku hanya ingin tahu, siapa perempuan itu,” kata Tindy lirih.

“Waktu itu aku ingin mengikutinya. Tapi jalanan ramai. Aku kehilangan jejak.”

“Nanti juga pasti aku akan tahu,” kata Tindy sambil meneruskan makan rotinya, mencoba menghilangkah kegelisahannya.

Tindy benar-benar tak menyangka  bahwa suaminya ternyata punya perilaku yang menjijikkan. Berhubungan dengan satu wanita ke wanita lainnya, seakan sebuah rumah tangga hanyalah permainan.

Ia ingat, dulu ayahnya sangat menentang hubungannya dengan Haryo.

“Mengapa Bapak melarangnya?” tanya Tindy ketika ayahnya menegurnya.

“Bapak merasa, dia bukan laki-laki yang baik,” kata ayahnya dengan wajah muram.

“Dia baik kok pak. Dia amat menyayangi Tindy, dan selalu ingin melihat Tindy bahagia.”

“Wajar saja kalau seseorang ingin menarik perhatian. Pasti hal-hal baik yang dipertontonkannya.”

“Tapi kami saling mencintai, Pak.”

“Cinta bisa membuat manusia menjadi buta,” kata ayahnya tandas.

Tindy hanya menundukkan muka.

“Terserah saja kalau kamu mau nekat. Bapak hanya memperingatkan kamu. Dan orang tua itu hanya ingin yang terbaik untuk anaknya.”

Saat itu memang hubungan mereka sedikit renggang. Tapi Haryo selalu menunjukkan sikapnya yang baik. Ia tampak sangat mencintai Tindy, tak tak pernah surut dalam memperjuangkan cintanya.

Tindy yang menyadari perjuangan cinta Haryo, akhirnya menerimanya, tapi mereka menikah setelah dua tahun ayahnya meninggal.

Ternyata inilah gambaran yang dilukiskan ayahnya saat itu. Haryo memang bukan lelaki yang baik. Awal pernikahan yang semula bahagia, menjadi hancur tercabik-cabik oleh ulah suaminya. Mata orang tua ternyata lebih tajam.

“Tindy ....”

Tindy tersentak dari lamunannya. Dulu ia meninggalkan Winar, lelaki baik yang juga sangat mencintainya demi seorang Haryo yang memiliki rayuan maut. Winar yang patah hati, menikah sepuluh tahun kemudian dengan salah seorang mahasiswanya.

“Kamu harus bisa memperbaikinya,” kata Winar tulus.

Bagaimana memperbaiki barang yang sudah rusak? Bukan hanya rusak tapi bobrok. Tak ada satu sisipun yang bisa diperbaiki.

“Terima kasih atas perhatian kamu Winar.”

“Aku hanya ingin kamu bahagia.”

***

Daniar sangat kesal karena sudah dua hari ini suaminya mendiamkannya. Mereka pulang kampung karena sebuah urusan, dan Hendri mendiamkannya.

“Mas, kamu kenapa sih? Ngomong dong, sedih aku kalau kamu diam saja begini,” kata Daniar sambil menggoyangkan lengan suaminya.

“Kamu tidak tahu ya, kalau aku diam itu berarti aku marah?”

“Kamu marah kenapa mas?”

“Kamu menemui Tindy kan?”

Daniar terdiam. Darimana suaminya tahu?

“Kamu juga memfitnah Tindy terhadap suaminya, dengan mengatakan bahwa dia selalu berhubungan denganku?”

“Dari mana mas Tahu? Tindy menelpon Mas?”

“Dia bahkan tidak tahu nomor kontak aku. Yang jelas aku kecewa sama kamu.”

Daniar menunduk.

“Aku cemburu sama dia. Habisnya ... Mas suka memuji-muji dia.”

“Dia memang baik. Tapi kamu tidak seharusnya cemburu. Aku mengatakannya agar kamu berubah. Sebagai isteri, kamu selalu mau menang sendiri. Berani kepada suami, dan tidak peduli kepada anak-anak kamu. Aku ingin kamu berubah.”

Daniar tak menjawab. Sesungguhnya setelah bertemu Tindy, ia harus mengakui kalau dia baik. Dia tidak tampak marah walau hatinya kesal saat mendengar apa yang dikatakannya.

“Baiklah, aku minta maaf.”

“Kalau kamu tidak berubah, aku akan mengantarkan kamu pulang.”

“Aku kan sudah minta maaf,” katanya lirih.

“Baiklah, besok kita kembali, karena urusan kita disini sudah selesai.”

***

Lala sudah menunjukkan foto itu kepada ibunya. Hanya didalam kamar. Lala tak ingin adik-adiknya ikut ribut karena semuanya pasti sakit hati.

“Ini bu, apakah ibu mengenalnya?” tanya Lala pelan sambil merangkul pinggang ibunya. Ia bermaksud menguatkan hati ibunya, karena foto itu pasti mengguncang perasaannya.

“Ini dia. Yang katanya sudah tidak punya hubungan apa-apa," kata Tindy berusaha tenang.

“Jadi dulu Bapak sudah pernah selingkuh dengan perempuan ini ?”

“Ketika bapak kamu mengambil S2 dan S3 nya disana. Tapi ketika aku menegurnya, dia bilang sudah tak ada hubungan lagi sama dia.”

“Nina mengontrak rumah itu sudah selama bertahun-tahun.”

“Itu yang Ibu tidak mengerti. Bertahun-tahun ayahmu menyembunyikan kebusukan itu. Baru sekarang Ibu tahu kalau dia malah mengontrakkan rumah untuk perempuan itu disini.”

“Ibu harus melakukan sesuatu. Sudah lama ibu menderita dan tertekan. Lala tahu, ibu menyembunyikannya dari kami. Tapi wajah ibu kelihatan sekali kalau sedang memendam sesuatu.

“Nanti Ibu akan bicara sama ayahmu,” hanya itu yang diucapkan Tindy. Tak ada air mata menetes. Tindy tampak menerimanya dengan ketenangan yang luar biasa. Lala memeluk ibunya sebelum keluar dari kamar.

***

“Mas, aku mau bicara,” kata Tindy ketika malam itu Haryo pulang ke rumah.

“Bicaralah. Mau bicara apa?”

“Mas masih berhubungan dengan Nina, ternyata.”

Haryo menatap Tindy dengan mata menyala.

“Mas juga mengontrak rumah untuk dia, bahkan sudah bertahun-tahun, dan aku tidak mengetahuinya.”

Haryo tak mengubah pandangannya. Wajahnya merah padam. Mungkin marah,  untuk menutupi malunya karena boroknya terbuka.

“Mas berhutang sama aku sebanyak duapuluh juta untuk membelikan sepeda motor anak-anaknya kan?” kata Tindy, begitu tenang.

Haryo sedikit terkejut, bagaimana Tindy bisa mengetahui semuanya. Tapi bukan Haryo kalau kemudian menyurutkan kemarahannya. Dia justru bertambah marah. Dia menggebrak meja yang ada didekatnya. Tindy bergeming.

“Apa sebenarnya kekuranganku Mas? Apa salahku sehingga Mas begitu perhatian sama Nina?”

“Kamu tidak salah. Kamu tidak ada kekurangannya.”

“Kalau begitu mengapa mas selingkuh sama Nina? Bahkan sampai bertahun-tahun Mas menyembunyikannya.”

“Karena aku sayang sama dia. Karena aku cinta sama dia,” katanya tandas.

“Mas. Aku ini isterimu Mas!”

“Dia juga isteriku.”

Tindy terpana.

“Lalu kamu apa? Mau melaporkan aku sama rektor? Laporkan saja. Aku tidak takut dipecat!”

Tindy adalah manusia. Sekuat apapun, ucapan itu membuatnya sakit. Hatinya hancur berkeping-keping. Bukan karena kehilangan cinta, tapi kehilangan pegangan. Ia berdiri dan mundur beberapa langkah, menatap laki-laki dihadapannya yang seakan tak punya hati nurani.

***

Besok lagi ya

124 comments:

  1. Alhamdulillah udah tayang
    Trimakasih bu Tien.
    Aduhai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah tayang gasik pengantar bobok, manusang bu Tien. slm sehat tetap cemungud

      Delete
    2. Alhamdulillah juara 1 lagi jeng Wiwik Jonegoro selamat ya ...
      Maturnuwun bu Tien....sehat terus dan terus sehat nggih.... salam ADUHAI

      Delete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah tayang

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah MKJ~14 sudah hadir, maturnuwun bu Tien.. 🙏

    ReplyDelete
  4. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alamdulillah...
      Yang ditunggu tunggu telah hadir
      Matur nuwun bu Tien
      Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
      Salam ADUHAI dr Cilacap

      Delete
  5. Alhamdulillah
    Terimakasih bu Tien
    Aduhaiiii

    ReplyDelete
  6. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S,

    ReplyDelete
  7. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  8. Matur nuwun bunda Tien...
    Sangu malming..

    ReplyDelete
  9. Mesthi kalah cepet Karo jeng Wiwik,,,wis aku nguler kambang wae,,salam ADUHAI Jeng Tien

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah MKJ 14 sudah tayang...suwun mb Tien...salam afuhai

    ReplyDelete
  11. Ya bunda Yanik, selalu kalah cepat dg yg lain, tp gpp yg penting msh bisa baca , trima kasih Bu Tien semoga selalu sehat dan tetap semangat

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah
    Trimakasih bunda Tien.
    Semangat sehat
    Salam aduhai

    ReplyDelete
  13. Terimakasih bunda Tien.. yg ditunggu sdh hadir..
    Tindy kuat dan sabar, tdk semua wanita bs spt dia..
    Salam sehat dan salam aduhai 🙏🙏❤

    ReplyDelete
  14. Maturnuwun, mb Tien
    Salam sehat nan aduhai
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Salam sehat dan aduhai.dari Purworejo

    ReplyDelete
  16. Alhamdulilah tks bu t..ien...salam sehat dan salam.aduhai dari.pondok gede

    ReplyDelete
  17. Setujuuuuuu....laporkan saja kepada rektor. Awal kehancuran seorang profesor gara" menuruti hawa nafsu.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Emg harus dilaporkan ya pa latif.. biar haryo dipecat.. biar sadar & tobat. Kasian Tindy terlalu baik..tdk cocok buat haryo.. 😭

      Delete
    2. Aku juga setujuuh..
      Pak Latief ADUHAI deh

      Delete
  18. Mbak Tien.tetap sehat & semangat_Maturnuwun nderek titip Salam u/Haryo nggih.hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami2 pak Herry
      Nanti disampaikan. Sajake arep meguru kii

      Delete
  19. Alhamdulillah, matur nuwun Bu Tien. Salam sehat selalu....

    ReplyDelete
  20. Mesthi menang jeng Wiwik aku ora Isa balapan wis ben.nhilet.kambang wae,,,Salam ADUHAI Jeng Tien

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak Yanik yen mlayu aja nganggo sepatu jinjit ngarep. Hehee...
      ADUHAI

      Delete
  21. Alhamdulillah, eMKaJe_eps14 sudah tayang malam ini.
    Terima kasih bunda Tien, salam SEROJA, tetap ADUHAI menghibur kami semua .....

    ReplyDelete
  22. Matur nuwun Ibu Tien..Cerbungnya makin seru...penasaran lagi
    Mugi Ibu tansah sehat

    ReplyDelete
  23. Maturnuwun ibu Tien...
    Setia menunggu episode selanjutnya hadir, baper bingit bacanya, kasihan Tindy dan anak2 ☺
    Salam sehat nanti aduhai

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah.. Matur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari, MKJ Episode 14 sudah tayang.. Salam hangat dari Tangerang.

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah. Tindy luar biasa sabarnya. Terima kasih bu Tien. Salam sehat kagem ibu.🙏👍

    ReplyDelete
  26. Jadi ikut larut dalam cerita ....
    Terimakasih bu Tien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  27. 𝐖𝐀𝐎𝐎𝐔𝐖𝐖...𝐓𝐄𝐑𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐏𝐄𝐑𝐀𝐍𝐆 𝐁𝐑𝐎𝐓𝐎𝐘𝐔𝐃𝐎 𝐃𝐈𝐊𝐀𝐌𝐀𝐑 𝐃𝐈𝐑𝐔𝐌𝐀𝐇 𝐓𝐈𝐍𝐃𝐘 𝐃𝐀𝐍 𝐇𝐀𝐑𝐘𝐎.

    𝐀𝐏𝐀 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐀𝐊𝐀𝐍 𝐓𝐄𝐑𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐊𝐄𝐌𝐔𝐃𝐈𝐀𝐍..?? 𝐊𝐈𝐓𝐀 𝐓𝐔𝐍𝐆𝐆𝐔 𝐒𝐀𝐉𝐀 𝐊𝐄𝐋𝐀𝐍𝐉𝐔𝐓𝐀𝐍𝐍𝐘𝐀 𝐏𝐀𝐒𝐓𝐈 *𝐀𝐃𝐔𝐇𝐀𝐈*..

    𝐒𝐀𝐋𝐀𝐌 𝐒𝐄𝐇𝐀𝐓 𝐊𝐀𝐆𝐄𝐌 𝐁𝐔 𝐓𝐈𝐄𝐍 𝐃𝐀𝐍 𝐊𝐄𝐋𝐔𝐀𝐑𝐆𝐀 𝐒𝐄𝐌𝐎𝐆𝐀 𝐓𝐀𝐌𝐁𝐀𝐇 𝐒𝐔𝐊𝐒𝐄𝐒 𝐁𝐄𝐑𝐊𝐀𝐑𝐘𝐀 𝐌𝐄𝐍𝐆𝐇𝐈𝐁𝐔𝐑 𝐏𝐄𝐍𝐆𝐆𝐄𝐌𝐀𝐑 𝐂𝐄𝐑𝐁𝐔𝐍𝐆...🙏🙏🙏👍👍👍

    ReplyDelete
  28. Ayo Tindy...laporkaaan dan gugat ajaa...anak2mu pasti mendukungmu..
    Duuuh..maaf mbak Tien..esmosis berat..tahan napas bacanya..
    Aduhaiiii bangeeet..

    Maturnuwun mbak Tien..MKJ14 mengoyak hati wanita..

    Salam sehat dan aduhaii..🙏💟🥰

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien MKJ14nya,,, mantab 👍 , keren,keren Dan Aduhaaii
    Tindy tetap sabar menghadapi Haryo yg sok, pada Hal hatinya ciut jika ditinggal Tindy,,

    Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien 🤗🙏

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Selamat malam selamat beristirahat ... Salam... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah MKJ 14 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  32. 𝑪𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒔𝒆𝒓𝒖. . .
    𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒎𝒃𝒂𝒌 𝑻𝒊𝒆𝒏.

    ReplyDelete
  33. Matur nuwun, mbak Tien.
    Salam ADUHAI ....

    ReplyDelete
  34. Tindy oh Tindy....malang benar nasibmu.....
    Terima kasih Bu Tien....salam sehat selalu....

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah MKJ 14 sdh hadir
    Terima kasih Bu Tien, ceritanya semakin seru dan bikin greget.
    Semoga Ibu sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin
    Salam ADUHAI dari Bekasi

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah, matursuwun mbak TienQ yg ADUHAI
    Salam sehat selalu katur mbak Tien sklg

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah yg ditunggu sdh datang.
    Tp bikin penasaran dan kesel aja . Kesabaran Tindy....
    Trims bu Tien. Semoga ibu sehat selalu bersama keluarga .

    ReplyDelete
  38. Ya Allah, saya ikut merasakan betapa pedih, perih, hancur hati Tindy mendengar omongan suaminya tentang Nina “Karena aku sayang sama dia. Karena aku cinta sama dia,”Jangan jangan Nina pakai dukun untuk memelet Haryo. Wah tambah panas. Apalagi saat Haryo mengatakan bahwa Nina juga istrinya. Kalau Tindy tman dosen tentu akan saya bujuk untuk tegas kepda suaminya. Weh.. Matur nuwun bu Tien yang bisa membuat saya getem getem...nggondhok bin mangkel

    ReplyDelete
  39. Trims Bu Tien sudah menghibur..,.salam sehat selalu

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah Makasih bu Tien ...hancurkan Haryo jgn kasih alasan kasian karma u Haryo ..cerai aja laki3 brengsek ..Nina si pengoda pelakor hanya uang yg dia mau ...bu Tien..klu Tindy tak punya anak..ada kerja ihhh gremes

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah, Terima kasih mbak Tien sehat terus ya mbak..
    Salam ADUHAI...

    ReplyDelete
  42. Dhuuh, kasihan Tindy .. getem getem pengin mlintheng Haryo .. Salam ADUHAI mbak Tien .. tambah seru critanya . Mtr nwn

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam gethem2 pak Pri.
      Memang masih punya plintheng?
      ADUHAI

      Delete
  43. Alamdulillah...MKJ14 telah hadir
    Matur nuwun mbak Tien
    Semoga mbak Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat.
    Salam Aduhai
    Salam ADUHAI dr

    ReplyDelete
  44. Malam.Bunda
    Makasih untuk MKJ yang selalu ditunggu para penggemarnya.
    Sukses selalu dan tetap semangat dalam berkarya.
    Salam ADUHAI.......

    ReplyDelete
  45. Alhamdulillah..
    Mtur nuwun Bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun

    ReplyDelete
  46. Semoga haryo nanti kena batunya.
    Hih! Mangkel aku...

    ReplyDelete
  47. Makasih mba Tien .
    Salam hangat dan selalu aduhai

    ReplyDelete
  48. Makasih mba Tien
    Salam sehat berhati nyaman

    Dari: Makassar

    ReplyDelete
  49. Terma kasih bu tien...saya suka karya ibu krn mengalir sangat natural sekali dan buat pembaca penasaran ingin membaca karya bu tien. Matur nuwun

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami2
      Terimakasih banyak.
      Bagaimana kalau cantumkan nama sehingga lebihenak bertegur sapa?
      ADUHAI

      Delete
    2. Tomo soenarko
      Saya tomo soenarko bu tien kpn mkj episode ke 15 terbit?

      Delete
  50. Assalamualaikum wr wb. Mohon maaf, dugaan saya Tindy gugat cerai suaminya, mengingat Ia tdk ingin disakiti hatinya terus menerus dgn kelakuan Haryo yg suka selingkuh. Tindy punya harga diri dan punya pekerjaan yg keren sbg dosen, mungkin tdk ingin anak-2nya menjadi korban kelakuan bapaknya. Maturnuwun Bu Tien, ceritanya semakin menarik, semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
      Aamiin ya robbal alamiin
      Terimakasih perhatiannya. Ini sebenarnya sebuah kisah nyata. Sampai sekarang belum cerai. Entah nanti dengan berjalannya waktu.
      ADUHAI pak Mashudi

      Delete
  51. Apakah Haryo kayak pepatah Jawa "Ciri wanci lelaliya ginawa mati"? Apakah Haryo bisa berubah?Ikut gemes mbak Tien,,,Aduhai

    ReplyDelete
  52. Selamat berlibur b Tien dan sodara2 semua
    Salam sehat penuh semangat dari Rewwin...🌿

    ReplyDelete
  53. Bakul ambak-ambak nge-kul; apa kuwi?
    Ya diem diem ngecoh, la disana punya harga laen, jadi laen laen.
    Baru tau ya, apalagi mbegawan;
    inginnya disanjung sanjung, asal ngomong maunya di ikuti, protes! No way!
    ambegawan; sing nggèmbol gawan, berarti tukang nyangking, ya nggak ember saja yang di cangking, namanya opèn(kaya pemulung lah); semuanya maunya di cangking(diangkut) selagi bak di belakang masih ada tempat, wah berarti mobil barang dong, ya barang kali, tuh kan.
    Sudah finish dèh, tinggal kamu aja Ndy, kan Lala juga sudah bilang, ambil keputusan!
    Tapi anaknya kan tidak hanya Lala, masih ada dua lagi.
    Kalau aku Ndy; langsung aja demi hati yang sudah terkoyak, mumpung masih ada tegar walau berat, langsung pergi ke pn aja, paling setengah tahun kelar, memang jatuh tempo pencadangan keputusan, biasanya mereka bilang lho ini kan ke pa, kenapa nuntutnya disini, jawab aja, kan wn; berhak donk ke pn. Wih ngajari bubar, lha kalau ke pa pasti nunggu ijin pak su, mau melepas apa tidak. kalau ini kan perjanjian. Salah satu mau putus janji; ya udah lepas itu pasti.
    Mulané buanyak yang njedhindil pada sendiri sendiri, anak sudah gedhé bisa milih, kan memang sudah nggak bisa pegang janji.
    Ngelantur,
    kan cuma saran; kadang kita juga nggak tahu, perubahan undang-undang yang ada, sosialisasi sudah, tapi nyatanya yang maen medsos juga nggak nggeh, medianya kurang banyak ngkali.
    Habis ending donk dongèng nya, nggak asyik, cepet bubar; kan mbak bilang; contoh ibuné.
    Begitu?
    Walau ber ulang-ulang sorry yaa. Anak muda ya gitu masih menggebu-gebu, kaya Desy tuh..
    Masih banyak macam-macam permasalahan yang di temui, respon kita bengong dulu, ha ha
    Punya semacam misi vici mungkin diperlukan, tentu demi keluarga yang utuh, sebuah pangkalan candaan, kenangan dan itu saling menguatkan.
    Kan awal tujuanmu membangun keluarga apa, ada yang nggak boleh dilanggar, karena sadar sudah terikat janji suci.
    Lha tinggal gimana mau tetap mensucikan janjimu, apa mau cuci tangan, iya seeh kan ada investor yang nggak boleh ngganggu tatanan yang ada, tapi kan kurang hangat, tuh ada kompor..



    Terimakasih Bu Tien.
    Memang Kembang Jalanan yang ke empat belas sudah tayang.
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nanang.....
      Memang ADUHAI
      AAMIIN atas doanya
      Salam hangat dari Solo

      Delete
  54. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  55. Assalamualaikum wr.wb. salam kenal mbak Tien. Saya salah satu pencandu karya mbak Tien. Tiap pagi menanti cerita ini. Gemes sama Haryo..., Juga sama Tindy yg begitu sabar

    ReplyDelete
  56. Wa'alaikum salam wr wb.
    Terimakasih perhatiannya.
    Salam kenal kembali ibu Ira. Sejak kapan ibu suka membaca tulisan saya?
    Salam ADUHAI dari Solo

    ReplyDelete
  57. Terimakasih mbak Tien, kasian TindY, udah aja lepasin suami yg kyak gitu dr pd sakit hati...
    Sehat2 selalu mbak Tien, salam aduhai dr Tangsel 🙏😍

    ReplyDelete
  58. Menginjan ...menunggu apa yg akan terjadi. Haryo susah rusak..diloakun aja atau dibuang di tempat sampah he he he

    ReplyDelete
  59. Blm tayang ya...Kembang Jalanan ya bu Tien ?????🙏🙏🤲🤲🤲

    ReplyDelete
  60. Belum tayang ya Bu Tien saya penggemar cerbung ibu Tien

    ReplyDelete
  61. selamat malam mbk tien ...kami menunggu dgn harap2 cemas mkj15 krn alur ceritanys makin hari makin greget smg mbk tien sehat2 ya ...

    ReplyDelete
  62. Apa libur yo ..kembang jalanan nya

    Sudah gemes pingin lanjutannya Bunda Tien..
    Semoga Bunda sehat selalu...salam Aduhai...

    ReplyDelete
  63. Mau tayang jam beraoa yaaaa
    Nuwun sewu, nyuwun pangapunten

    ReplyDelete
  64. Semoga... MKJ 15 segera tayaaang.. 🥱

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 13

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  13 (Tien Kumalasari)   Arumi heran melihat sikap Bachtiar yang kelihatan tidak suka. Ia mengira, Bachtiar ti...