MEMANG KEMBANG JALANAN 13
(Tien Kumalasari)
Desy cemberut ketika Lala setengah membentaknya. Ia sudah lama menahannya. Ia sudah lama mendengarnya dan kakaknya selalu bilang hanya gosip, hanya issue. Sekarang setelah dengan mata kepala Lala sendiri melihatnya, ia masih memarahinya juga.
“Kamu tidak boleh kasar Des, Bagaimanapun beliau ayah kamu.”
“Hadeeh, melabrak kerumah, jangan membuat ribut di rumah orang. Mau mengusir Bapak dari rumah, jangan berbuat kasar. Aku tuh sudah nggak tahan mbak, lihat saja Ibu. Aku yakin sebenarnya Ibu sudah tahu.”
“Kalau begitu tirulah ibu, dia memilih diam.”
“Apa? Enak saja. Berbuat semaunya, dan kita harus diam? Enggak lah mbak, Bapak harus diperingatkan.”
“Diperingatkan, bukan diusir kan?”
“Kalau dia nekat, ya harus diusir. Rumah itu kan miliknya ibu.”
“Kalau begitu dengar kata mbak. Kamu harus sabar. Biar mbak yang menanganinya.”
“Baiklah, aku akan menurut apa kata mbak. Tapi satu hal, jangan sampai kita semua diam dan pura-pura tidak tahu. Kebusukan itu harus dibongkar.”
“Iya, aku tahu.”
“Ketika kita makan-makan malam itu, aku juga melihat bapak memasuki restoran, entah sama siapa, tak lama kemudian mobil Bapak itu keluar. Pasti karena melihat ada mobilnya ibu di parkiran.”
“Iya, sudahlah, redakan amarah kamu. Aku mau bicara sama ibu, tapi dengan hati yang lemah lembut. Bukankah kita memiliki Ibu yang lemah lembut juga?”
“Walau sedang marah sekalipun?”
“Walau sedang marah sekalipun.”
“Aduhai...”
“Sudah, kita hampir sampai. Kamu tidak boleh membawa emosi kamu didepan Ibu.”
“Siaaap, kakakku yang lemah gemulai seperti sutera yang dipakai puteri-puteri raja,” ejek Desy.
Lala hanya menanggapi dengan senyum atas ejekan adiknya.
Ketika sampai di rumah, mereka melihat mobil ibunya sudah terparkir di halaman. Desy turun lebih dulu.
“Desy! Ingat apa kata mbak!” pesan Lala.
“Iya, aku tahu,” kata Desy sambil cemberut.
Lala menyusulnya, dan ketika masuk dilihatnya ibunya duduk di ruang keluarga sambil melihat acara televisi.
Desy langsung memeluk dan menciumnya.
“Ibu sedang melihat apa?”
“Itu, acara apa sih, Ibu nggak begitu memperhatikan.”
“O, itu gosip artis-artis. Nggak enak jadi artis ya, digosipin melulu.”
“Namanya juga gosip, nggak usah dipercaya,” kata Tindy lembut.
“Tapi ada lho, gosip yang sebenarnya memang nyata,” kata Desy.
“Desy, ganti baju dulu,” perintah Lala yang khawatir Desy akan kebablasan berbicara.
“Kalian sudah makan?” tanya Tindy ketika Lala juga memeluk dan menciumnya.”
“Belum. Pengin makan bareng ibu.”
“Baiklah, tanyakan pada Simbok, apa makan siang sudah siap.”
“Baiklah, kami ganti baju dulu ya Bu,” kata Lala yang segera menarik tangan Desy ke belakang.
Tindy tersenyum. Ada haru menyesak dadanya, melihat anak-anaknya tumbuh besar dan menjadi anak yang pintar dan berprestasi. Lala hampir menyelesaikan kuliahnya, Desy akan menjadi dokter, dan Tutut si bungsu akan menjadi akuntan.
“Tidak lama lagi mereka akan selesai, dan bebanku sedikit berkurang. Tak ada bahagia seperti ketika memandangi mereka tumbuh dewasa, cantik dan membanggakan,” bisiknya haru.
“Ibu, makan sudah siap,” teriak Tutut yang sedari tadi membantu Simbok di dapur.
“Baiklah,” Tindy berdiri, dan melihat anak-anaknya sudah berkumpul di meja makan.”
“Apa nih lauknya?” kata Desy sambil membuka piringnya.
“Oo, ada urap sayur ... hm.. sehat, bandeng presto goreng ... sayur lodeh ... “ kata Lala.
“Aku tadi yang masak, tahu ," kata Tutut bangga.
“Mana yang kamu masak?” tanya Desy.
“Itu, bandeng gorengnya.”
Lalu semuanya tertawa lucu.
“Eeh, kenapa kalian tertawa? Yang mentertawakan aku nggak boleh makan bandengnya,” kata Tutut sewot.
“Nggak ... nggak ... Jangan marah dong, adikku yang cantik. Kami tertawa karena senang kamu sudah bisa menggoreng bandeng, membuat telur ceplok seperti kemarin,” kata Lala mencoba meredakan amarah adiknya.
“Biarpun hanya menggoreng, tapi kan namanya juga memasak, ya kan bu?” kata Tutut sambil menyandarkan kepalanya di pundak ibunya.
“Tutut hebat, pulang sekolah langsung membantu Simbok di dapur,” puji Tindy.
“Iya ... iya ... aku nggak akan tertawa lagi kok. Rugi kalau nggak boleh makan bandengnya,” seru Desy sambil mencomot sepotong bandeng.
Walau ada pertengkaran kecil tapi kemudian diwarnai dengan canda, dan kekesalan Tututpun jadi terurai.
Setelah makan itu, biasanya mereka hanya duduk-duduk sebentar, lalu masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
Tapi setelah adik-adiknya masuk ke kamar mereka, Lala mengikuti ibunya masuk ke kamarnya.
“Ibu mau tidur?”
“Biarpun tidak tidur, lumayan kalau bisa merebahkan tubuh, walau hanya sebentar. Hei, kenapa kamu ikut ke kamar Ibu?”
“Aku mau bicara sama Ibu.”
“Wauuw.. penting tampaknya? Tentang wisuda kamu yang tak lama lagi? Butuh uang?”
“Aku mau bilang sesuatu sama ibu, tapi ibu jangan marah ya.?
“Sesuatu yang mungkin membuat ibu marah?”
“Tergantung ibu menerimanya.”
“Waduh, kelihatannya gawat ya?” tanya Tindy sambil tersenyum, berusaha menanggapinya dengan bercanda.
“Ini tentang Bapak.”
Senyum di bibir Tindy langsung lenyap. Hatinya berdebar. Sesungguhnya dia tak mau anaknya berbicara tentang bapaknya. Perubahan sikap dan perilaku Bapaknya akhir-akhir ini, biarlah dia sendiri yang merasakannya. Mengapa tiba-tiba Lala seperti akan membicarakannya?”
“Aku melihat Bapak.”
Tindy menatap anaknya tajam.
“Ibu kenal seorang wanita bernama Nina?”
“Nina ?”
Ingatan Tindy langsung terbang ke arah seorang perempuan pegawai optik yang pernah dekat dengan suaminya. Namanya Nina.
“Aku tahu mas dekat dengan perempuan itu, semua orang ramai membicarakannya. Mas bukan hanya sibuk dengan pendidikan mas ketika mengambil S2 di Jogya, tapi juga berselingkuh dengan perempuan itu.”
“Kamu jangan percaya apa kata orang,” elak Haryo waktu itu.
“Dia teman-teman Mas. Bagaimana aku bisa tidak percaya?”
“Tenanglah Tindy, aku hanya kasihan sama dia, seorang janda yang menghidupi dua anaknya yang masih kecil. Kamu tidak suka ya kalau suamimu ini peduli kepada orang yang kekurangan?”
“Boleh saja peduli pada orang kekurangan. Mas lihat kan, aku banyak menyantuni anak-anak yatim di sekitar kita? Aku juga menyekolahkan mereka? Mana mungkin aku mencela Mas kalau Mas punya hati yang begitu mulia.”
“Bagus, kalau begitu apa masalahmu?”
“Mas tidak hanya berbelas kasihan bukan? Jangan mengelak.”
“Banyak orang salah sangka melihat kedekatan aku sama Nina. Tapi percayalah, aku sudah kembali kemari, dan tidak lagi bertemu dengan Nina.”
“Benarkah?”
“Sumpah.”
“Jangan sembarang mengucapkan sumpah, termakan sumpah itu tidak enak.”
“Itu agar kamu percaya. Aku tidak lagi berhubungan sama Nina. Hanya waktu di Jogya itu saja.”
“Ibu mengenalnya? Atau pernah mendengar namanya?” tanya Lala mengejutkannya dari lamunan masa lalunya.
“Itu, orang Jogya, kalau benar dugaanku, tapi nama bisa saja sama.”
“Sekarang dia ada disini. Aku akan meminta Astri untuk memotretnya dan mengirimkannya sama Lala.”
“Darimana kamu tahu, dan apa hubungannya dengan ibu?”
“Rumah Nina ada didekat rumahnya Astri, teman Lala kuliah. Hubungannya dengan ibu adalah karena dia berhubungan dengan Bapak.”
Mata Tindy membulat. Nina? Dan suaminya? Katanya sudah putus. Nina yang lain, atau Nina yang dulu?
“Darimana kamu tahu?”
“Lala melihat bapak ada disana. Seringkali ada disana. Tadi, bapak membelikan sepeda motor baru untuk anaknya Nina.”
“Membeli sepeda motor?”
“Ya, Lala melihatnya.”
Tindy menghela napas. Ia ingat tadi suaminya meminjam uang duapuluh juta. Untuk sepeda motor itu? Air mata mulai menggenang, tapi ia tak ingin Lala melihatnya menangis. Tindy wanita yang kuat. Kalau ada duka, biarlah dia sendiri yang memikulnya, jangan anaknya.
“Mungkin hanya anggapan orang,” lirih Tindy.
Lala memeluk ibunya, karena dia tahu Ibunya sedang menahan tangisnya.
“Ibu, keluarkanlah tangis itu. Jangan menahannya seorang diri. Kami sudah lama tahu kalau Ibu sangat tertekan menghadapi Bapak. Kami juga sudah lama mendengar suara di luaran, tapi kami belum pernah menemukan bukti. Sekarang Lala yakin, ada hubungan diantara Bapak dan wanita bernama Nina itu.”
Tapi Tindy masih berpikir lain. Apakah Nina yang dimaksud adalah Nina pegawai optik itu, atau Nina yang lainnya. Mengapa dia ada disini?
“Ibu harus berbicara sama Bapak. Ini sebuah keluarga. Sakit yang Ibu rasakan, kami anak-anak juga ikut merasakannya. Jangan ibu menutupinya dengan senyuman, sementara dalam hati ibu merasa teriris dan luka.”
“Ibu hanya tak ingin kalian sedih,” gemetar Tindy mengatakannya, menahan gejolak hatinya.
“Sementara ibu luka dan berdarah-darah? Tidak bu, ayo berbuatlah sesuatu. Hentikan Bapak, atau pilih yang terbaik untuk Ibu, agar Ibu merasa tenang.”
“Ya sudah, istirahatlah, nanti ibu akan bicara sama Bapak.”
Lala mengangguk, lalu merangkul dan mencium pipi ibunya dengan penuh kasih sayang. Tapi ternyata hari itu Haryo tidak pulang ke rumah.
***
Hari itu Astri libur, jadi ia mendapat tugas belanja dan memasak. Tidak usah ke pasar, tukang sayur langganan membawa banyak bahan masakan.
Pagi tadi Lala menelpon, bahwa ia ingin agar dirinya memotret wajah bu Nina.
“Waduh, kalau dia nggak belanja bagaimana? Kan tidak setiap hari dia belanja di tukang sayur langganan orang sekampung itu?”
Astri keluar rumah, dengan mengantongi ponselnya. Ia berharap agar bu Nina juga keluar, jadi dia bisa memotretnya diam-diam, entah bagaimana caranya. Dan ternyata itu benar, sampai tukang sayur itu pergi karena tak ada lagi yang belanja, bu Nina benar-benar tidak keluar. Astri melangkah pelan, lalu muncullah ide yang cemerlang. Kemarin dia mengobati kedua anaknya, dia bisa menanyakan bagaimana keadaannya.
Lalu Astri melangkah mendekati rumah itu. Ia melihat sebuah mobil diparkir di halaman. Pastilah itu mobil ayahnya Lala, yang mereka sebut sebagai pak Haryo, suami ibunya.
Astri memasuki halaman dengan berdebar. Jangan-jangan pak Haryo mengenalinya sebagai teman Lala.
“Ah, tidak, mana mungkin mengenali aku, aku tidak pernah ketemu ayahnya setiap kali mampir kesana,” gumam Astri dalam hati.
Astri terus melangkah, lalu tiba-tiba melihat kedua gadis itu keluar dari rumah dengan terpincang-pincang. Tak lama kemudian wanita bernama Nina itu juga keluar, diikuti seorang laki-laki paruh baya yang masih tampak gagah.
Astri berhenti didekat sebuah pohon besar, dan melihat kedua gadis itu masuk kedalam mobil, kemudian laki-laki itu mengikutinya, lalu membawa mobilnya keluar. Beruntung pohon mangga tempatnya berdiri itu melindungi seluruh tubuhnya, sehingga baik laki-laki itu maupun kedua gadis tidak melihatnya. Begitu mobil itu keluar, Astri melangkah mendekati rumah.
Nina terkejut melihatnya.
“Lhoh, ini ... siapa?”
“Saya yang tinggal diujung sebelah sana bu, saya yang kemarin mengobati luka dik .. siapa namanya ya.. dua putri ibu yang jatuh dari sepeda motor.”
“Oo, itu Endah sama Ana, anak saya. Jadi kamu yang menolong anak saya saat jatuh lalu mengobatinya?”
“Iya bu, kedatangan saya kemari sebenarnya mau menanyakan, bagaimana keadaannya.”
“Dia masih bilang kalau sedikit nyeri, jalannya juga terpincang-pincang, itu sebabnya dia kuliah dengan diantar ayahnya,” kata Nina dengan senyuman bangga.
“Hm, ayahnya? Aduhai. Kalau Lala mendengarnya pasti tertawa, atau justru marah,” bisik Astri dalam hati.
“O, ya sudah bu. Syukurlah kalau sudah bisa masuk kuliah. Kita itu bertetangga tapi jarang ketemu ya bu.”
“Saya jarang keluar. Paling belanja saja, kalau ada yang saya butuhkan.”
“Itulah yang membuat saya kagum bu. Ibu wanita baik yang tidak suka bergunjing dengan tetangga pastinya.”
Nina tertawa dengan kemayu.
“Untuk apa bergunjing nak, saya lebih suka diam di rumah saja. Maukah masuk ke rumah?”
“Terima kasih bu, saya mau memasak, jadi saya mau pamit dulu. Tapi, aduh bu, saya tadi kok lupa membeli daun salam. Apakah ibu punya? Eh, maaf kok jadi merepotkan.”
“Daun salam? Sepertinya ada, ayo masuklah dulu, saya ambilkan.”
Nina melangkah masuk, Astri mengikutinya dari belakang. Lalu dia bingung sendiri, bagaimana caranya memotret wanita itu? Masa sih tiba-tiba memotret. Tapi ketika Astri memasuki rumahnya, ia melihat sebuah potret wanita itu, bersama laki-laki yang pastinya pak Haryo.
Astri merogoh kantong bajunya, dan secepat kilat memotret foto itu.
“Bagus, ini malah foto lagi berduaan dengan pak Haryo.”
“Ini ada nak,” tiba-tiba Nina muncul, untunglah Astri sudah menyimpan kembali ponselnya.
“Aduh, jadi merepotkan, terima kasih banyak bu.”
“Tidak, kebetulan ada.”
“Sekali lagi terima kasih. Saya permisi dulu ya bu.”
***
Besok lagi ya.
Yes...
ReplyDeleteHatrick euy...dua malam berturut-turut Juara I, selamat jeng dokter.
DeleteTerima kasih bunda Tien, eMKaJe_13 sdh hadir. Selamat malam dan salam ADUHAI dari Antapani Bandung.
Trimakasih Bu Tien
DeleteAlhamdulillah
DeleteYessss, jeng dokter
DeleteJeng dr rajin jaga gawang
DeleteADUHAI Jeng Nani
DeleteJeng In Maimun
Kakek Habi
Alhamdulillah, MK 13 sdh hadir. Matur nuwun mbak Tien, sehat selalu, salam Aduhai
ReplyDeleteSami2 ibu Pudya salam ADUHAI
DeleteAlhamdulillah tayang cepat, salam sehat Bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah
DeleteMaturvnuwun bu Tien
Sami2 pak Wedeye
DeleteSalam sehat dan ADUHAI ibu Ika
DeleteAlhamdulillh.. makin asyiiikkk... terima kasih Mbu Tien...
ReplyDeleteSami2 pak Zimi
DeleteAlhamdulillah .. matur nuwun bunda cantik ..
ReplyDeleteSami2 ibu Ermi yangcantik juga
DeleteJadi deg deg an baca nya...
ReplyDeleteSalam deg2an jeng dokter
DeleteAlhamdulillah, terimakasih mbak Tien udah tarbit semoga mbak sehat selalu dan dlm lindungan Allah SWT...
ReplyDeleteSalam ADUHAI untuk semuanya..
Sami2 ibu Nanung
DeleteAamiin
ADUHAI
Hoooreee no urut 9..... slmt malam utk sobat2 semua disini... salam aduhai
ReplyDeleteHoreeee.
DeleteADUHAI
Bikin gemes jg ya.
ReplyDeleteMb Tien, maturnuwun
Yuli Smrg
Sami2 ibu Yuli
DeleteSalam gemes
Semakin penasaran saja, trima kasih Bu Tien, salam aduhai dari Pasuruan
ReplyDeleteSami2 ibu Mundjiati
DeleteADUHAI
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni,
Alhamdulillah MKJ~13 tayang lebih awal.. maturnuwun bu Tien ๐
ReplyDeleteSami2 pamk Djodhi
DeleteHallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S,
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Salam sehat dan aduhai
Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah tayang.
ReplyDelete.....dan dimulailah penyelidikan itu. Tim cewek" yang akan melebihi _charli angels_ dalam melakukan tugasnya.
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Alhamdulillaah.... MKJ hadir..
ReplyDeleteTrima kasih ibu Tien... Semoga Sehat Selalu
Aamiin yaa Robbal’alamiin
Salam SeRoJa.... ADUHAI...
Sami2 ibu Nur
DeleteAamiin
ADUHAI
Temksh mb Tien MKJ 13 sdh dtng
ReplyDeleteSmg selalu sehat dan bahagia bersama kelg tercinta
Salam ADUHAI
Sami2 Yangtir
DeleteAamiin
ADUHAI
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron Mbak Tien ๐๐น๐น๐น
ADUHAI .. TAMBAH PENASARAN
Sami2 ibu Susi
DeleteSalam penasaran
Alhamdulillah sdh tayang MKJ Eps 13.
ReplyDeleteMatur nuwun mBak Tien Kumalasari.
Semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
Salam sehat dan salam hangat.
Sami2 mas Dudut
DeleteSalam hangat dan sehat
Alhamdulillah, semakin asyiiik. Maturnuwun mbakyu…๐
ReplyDeleteSami2 pak Bambang
DeleteADUHAI
Salam aduhai
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien
MKJ 13 gasik tayang,,
Syik asyik,,
Sami2 ibu Jen
DeleteSalam asyik ys
๐๐จ๐ฎ๐ฐ๐ฐ๐ฐ ๐ญ๐๐ซ๐ง๐ฒ๐๐ญ๐ ๐๐๐ญ๐๐ค๐ญ๐ข๐ ๐ฃ๐ฎ๐ ๐ ๐ง๐ข๐ก ๐ฌ๐ข ๐๐ฌ๐ญ๐ซ๐ข ..๐ก๐..๐ก๐.
ReplyDelete๐๐๐ ๐๐ข๐ฆ๐๐ง๐ ๐ญ๐๐ง๐ ๐ ๐๐ฉ๐๐ง ๐๐ข๐ง๐๐ฒ ๐ง๐๐ง๐ญ๐ข ๐ฌ๐๐ญ๐๐ฅ๐๐ก ๐ฆ๐๐ฅ๐ข๐ก๐๐ญ ๐๐จ๐ญ๐จ ๐ฒ๐๐ง๐ ๐๐ข๐ค๐ข๐ซ๐ข๐ฆ ๐ญ๐๐ฆ๐๐ง๐ง๐ฒ๐ ๐๐๐ฅ๐..๐๐๐ฌ๐ญ๐ข ๐๐๐ฎ๐ก๐๐ข ๐๐๐ซ๐ฒ๐จ ๐๐ข ๐ฌ๐ค๐๐ค ๐ฆ๐๐ญ.
๐๐จ๐ง๐ ๐ ๐จ ๐๐ข๐ฅ๐๐ง๐ฃ๐ฎ๐ญ ๐๐ฎ ๐๐ข๐๐ง ๐ฌ๐๐ฅ๐๐ฆ ๐ฌ๐๐ก๐๐ญ ๐ฌ๐๐ฅ๐๐ฅ๐ฎ ๐ฌ๐๐ฆ๐จ๐ ๐ ๐ญ๐๐ซ๐ฎ๐ฌ ๐๐๐ซ๐ค๐๐ซ๐ฒ๐ ๐ฆ๐๐ง๐ ๐ก๐ข๐๐ฎ๐ซ ๐ฉ๐๐ซ๐ ๐ฉ๐๐ง๐ ๐ ๐๐ฆ๐๐ซ ๐๐๐ซ๐๐ฎ๐ง๐ ๐ง๐ฒ๐.๐๐๐๐๐
ADUHAI pak Indriyanto
DeleteAamiin
Keren Astri..semoga perselingkuhan Haryo segera terungkap... bu Tindy yg sabar ya
ReplyDeleteADUHAI ibu Winarni
DeleteWow semakin keren ceritanya, terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.
ReplyDeleteSami2 ibu Yati
DeleteAamiin
Alhamdulillah MKJ 13 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Sami2 ibu Uchu
DeleteAamiin
Alhamdullilah MKJ sdh tayang.. Slmtmlm dan slmt istirahat bunda Tien.. Smgsehat selalu dan tetap berkarya.. Salamseroja dan aduhai dri sukabumi๐ฅฐ๐ฅฐ๐๐๐น๐น
ReplyDeleteSalam seroja dan ADUHAI ibu Farida
DeleteAssalamualaikum ibuu..
ReplyDeleteTerima kasih tuk MKJ nya.
Salam sehat sehat selalu tuk ibu Tien sayang.
Dan pastinya salam aduhai.
Wa'alaikum salam ibu Putri
DeleteSalam sayang dan ADUHAI
Makasih Bunda untuk MKJ yang pasti seru dan selalu dinantikan.
ReplyDeleteMet malam dan met istirahat, sehat selalu dan tetap semangat
Sami2 mas bambang
DeleteSalam sehat
Alhamdulillah MKJ 13 sdh hadir..
ReplyDeletesemakin seru dan bikin penasaran cerita lanjutannya.
Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.
Aamiin
Salam ADUHAI dari Bekasi
Sami2 ibu Ting
ReplyDeleteSalam ADUHAI
Hanya satu kata...ADUHAI ๐
ReplyDeletematur nuwun bunda Tien...๐
Sami2 ibu Padma Sari
DeleteADUHAI
Alhamdulillah MKJ 13 sdh tayang, maturnuwun Bu Tien ๐ salam sehat semangat dan semakin ADUHAI ceritanya..
ReplyDeleteAlhamdulillah daun SALAM Aduhai Mbak.nuwun
ReplyDeleteHehee.. daun salam kembali pak Herry
DeleteAyo genderang perang Ndang di tabuh Bu tindy jangan cuma diam dan ngalah....
ReplyDeleteTrims Bu Tien udah menghibur
Sami2 ibu Suparmia
DeleteHehee.. ADUHAI
Asyik, akhirnya kesampaian juga Asri memotret foto Nina dan Haryo yang terpampang di rumah mkontrakan Nina. Semoga Tindy mulai mempercayai kenyataan bahwa Haryo masih tetap selingkuh dengan Nina. Apa ya yang akan terjadi? Ditunggu bu Tien lanjutannya
ReplyDeleteAsyiiik ADUHAI ibu Noor
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien
Semoga sehat walafiat
Salam Aduhai ๐๐๐
Sami2 ibu Endah
DeleteAamiin
ADUHAI..
Alhamdulillah
ReplyDeleteMakasih bu Tien.๐
Sami2 ibu Sri
DeleteAlhamdulillah, terima kasih Bu Tien....salam sehat selalu....
ReplyDeleteAduhai selalu.....๐
Sami2 pak Prim
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Besok lagi sabar menanti... Terimakasih bu tien
ReplyDeleteSalam sabar ibu Hestri
DeleteAlhamdulillah. Tks bu Tien sll cepat tayang cerbungmya. Salam sehat dam salam Aduhai..
ReplyDeleteSami2 ibu Handayaningsih
DeleteSalam ADUHAI
Terima kasih bu tien cerbungnya, salam srhat
ReplyDeleteSami2 pak Anton
DeleteSalam sehat
Salam aduhai bu Tien...dan makin seru si Haryo tdk pulang 2 malam bagus deh ...ha ha ha tua3 pesakitan anak 3 cewek wah wah jgn takut tak punya bpk medok๐คญ๐คญ๐๐
ReplyDeleteADUHAI ibu Yanti
DeleteMaturnuwun mbak Tien..MKJ13nya..
ReplyDeleteDuuh kasian skl Tindy..
Haryoo..ga sadar klo diporotin sm Nina n anak2nya..๐คฆ♀️๐คฆ♀️
Kurang apa Tindy..udh dosen..3 putri cantik2...eeeh lakok kecantol kary optik anak 2...mending hartanya sampe jamuran..ngutang jg ke istri demi beliin motor anak org..๐ก๐
Pinisirin besoook...
Salam sehat dan aduhaii bangeet mbak Tien..๐๐๐๐ฅฐ
Sami2 ibu Maria yang ADUHAI
DeleteAlhamdulillah. ..
ReplyDeleteMtur nuwun Bun...
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun
Sami2 Wo
DeleteAamiin
๐จ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐.
ReplyDelete๐ป๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐ป๐๐๐.
Sami2 KP LOVER
DeleteKebingungan Astri jadi wartawan foto; nggak dapat aslinya, cuma dapat repro nya ya nggak apa-apa wis, dasar hape standart agak 'banyak blabur' (kaya nama tokoh cerita dalam legenda kamandaka) sana sini, apa lagi yang memandang sambil mengeluarkan tetes air mata. Sorry ya La; tadi nggak keluar belanja ke tukang sayur keliling, ku ambil foto yang dipajang diruang tamu rumahnya.
ReplyDeleteYang penting ada gambaran dan itu pas karena seolah pasangan yang tiap saat ada dan jadi penunggu rumah itu.
Yรฅ bรจn tรฅ cรจn lagi mendemitkan diri bersantai ria mengademkan bahkan menjauh dari beban finansial anak darah dagingnya sendiri.
Mosok karaokean sampai lupa rumahnya. Lha pemandu lagunya minta mengulang ulang, ya kebablasen sedikit nggak apa-apa.
ADUHAI
Ya setahuku dia orang Djokdja; tapi dia sekarang ada disini, ngontrak di rumah Bu Sigit tetangga Astri teman Lala, di jalan nangka. Wah lengkap ya alamatnya, biar nanti kalau pesen makanan jadi nggak bingung nganter nya.
Lama kelamaan nggak pulang kerumah sehari dua hari di hari hari yang mengambang ngikut aja apa maunya Nina; jadi sopir antar jemput anak Nina.
Merasa kaya pahlawan; yang mengentaskan kesulitan seorang janda, menghidupi membiayai kedua anaknya.
Waow, tentu tidak hanya berbelas kasih saja kan?!
Terimakasih Bu Tien;
Memang Kembang Jalanan yang ke tiga belas sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta ๐
Nanaaaaaang...
DeleteADUHAI deh
Alhamdulillah, suwun mbak Tien KMJnya. Salam sehat selalu
ReplyDeleteSami2 ibu Umi
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteADUHAI ....
ReplyDeleteKebusukan pasti akan tercium.
Matur nuwun,mbak Tien.
Salam sehat, nggih. ๐
Sami2 ibu Purwani
DeleteADUHAI
Terima kasih Mbak Tien, MKJ 13 sudah hadir. Semoga Mbak Tien selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan bersama keluarga tercinta. Salam Aduhai selalu dari Semarang.
ReplyDeleteSami2 jeng Ira, apa kabar?
DeleteAamiin
ADUHAI deh
Ternyata haryo hanya bermodalkan ganteng. Uang 20 jt pinjam istri, rumah milik mertua. Udah gitu tdk tahu diri pula, berani selingkuh. Aduhai nya aduhai payah mas haryo ini mbak Tien.
ReplyDeleteTerima kasih banyak mbak Tien, Salam sehat selalu dan sejahtera.
Sami2 pak Andrew
DeleteSalam sehat sejahtera ADUHAI
Nah lo ....haryo ketauan ...smg segera di eksekusi ....tks bu tien...sehat selalu ya bu..salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteDapat bukti nih. Buat Haryo kapok selingkuh mba. Kesel banget dg sosok Haryo.
ReplyDeleteMakasih mba Tien. Salam sehat dan selalu aduhai
Sami2 ibu Sul
DeleteADUHAI
Alhamdulillah,matur nuwun bu Tien MKJ 13 nya
ReplyDeleteSabarnya Tindy,,,,smg berakhir bahagia ya bu Tien ,, ADUHAAII banget ๐
Salam sehat wal'afiat ya bu Tien ๐ค๐
Sami2 ibu Ika Laksmi
DeleteSalam sehat san ADUHAI
Assalamualaikum wr wb. Semoga besok Lala sudah punya bukti yg akurat dgn foto yg dikirim Astri, ketika berada di rumah Nina. Semoga Bu Tindy bisa menemukan solusi yg terbaik bagi anak-2nya dan Haryo, serta rumah tangganya menjadi tenang. Maturnuwun Bu Tien, ditunggu di episode berikutnya, semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede..
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
ReplyDeleteSami2 pak Mashudi
Aamiin ya robbal alamiin