Thursday, January 13, 2022

MEMANG KEMBANG JALANAN 12

 

MEMANG KEMBANG JALANAN  12

(Tien Kumalasari)

 

Lala menghentikan mobilnya di halaman rumah Astri.  Ada alasan tertentu mengapa Lala suka sekali mengantarkan Astri yang setiap harinya kuliah dengan naik angkot.

Mereka turun, lalu duduk di teras rumah. Lala menyandarkan kepalanya di sandaran kursi, matanya setengah terpejam. Dengan mata kepalanya sendiri dia melihat ayahnya turun dari mobilnya.

“Mau aku buatkan minum ya La?” kata Astri yang tanpa menunggu jawaban langsung masuk ke rumah untuk membuatkan minum.

Lala duduk diam dengan hati diliputi kegelisahan. Mata beningnya melihat mobil ayahnya memasuki halaman itu, dan juga melihat ayahnya turun sambil mengembangkan senyuman, sementara di halaman tampak tiga orang wanita asyik mengelus motor yang tampaknya masih baru, karena Lala tak melihat plat nomor tertempel disana.

“Bapak bohong. Ketika pertama kali melihat mobil Bapak disitu, Bapak bilang bahwa mobilnya dipinjam temannya, dan sama sekali tak mengerti tentang rumah di jalan Nangka itu. Tapi tadi, aku melihat Bapak turun dari mobil. Itu benar Bapak, bukan teman Bapak yang meminjam mobilnya. Rumah siapa itu? Dan mengapa Bapak berbohong seakan tidak tahu menahu tentang rumah itu? Siapa pula ketiga perempuan itu?”

“Heii, sudahi ngelamunnya, ini, diminum dulu, jus mangga yang mmmmh... enak sekali,” kata Astri sambil meletakkan dua gelas jus mangga di depan Lala.

“Ayo minumlah,” lanjut Astri sambil  memberikan  gelas jus itu kehadapan Lala. Lala menerimanya lalu menyedotnya.

“Enak.”

“Sebelum berangkat kerja, ibu selalu membuat jus yang disimpannya di kulkas.”

“Segar ...”

“Tapi sebenarnya aku heran sama kamu. Apa yang menarik dari rumah itu, sehingga setiap lewat kamu selalu memperhatikannya? Apa itu alasan kamu mengapa sering mengantarku pulang seusai kuliah?”

Lala menghela napas berat.

“Aku lihat kamu tadi juga berhenti sejenak untuk melihat rumah itu.”

“Aku melihat tiga orang perempuan disana. Apakah yang dua orang itu anaknya?”

“Ya, itu anak-anaknya. Mereka jarang di rumah. Mungkin kuliah, entah dimana. Aku juga nggak kenal. Aku cuma sering bertemu ibunya, saat Ibu menyuruhku belanja di tukang sayur, yang biasanya berhenti di dua rumah dari rumah ini. Tapi kami juga jarang berbicara.”

Astri menatap sahabatnya dengan heran. Ia tak tahu apa yang menarik bagi Lala tentang rumah itu, atau penghuni rumah itu,

“Menurut para tetangga, bu Nina, nama perempuan itu, adalah isteri simpanan orang kaya,” lanjut Astri.

Lala membulatkan matanya.

“Isteri simpanan?”

“Karena kelihatannya kalau dirumah, dia sendirian. Hanya kadang-kadang ada mobil datang kesitu, yang mungkin itulah si orang kaya tersebut.”

“Sudah lama dia tinggal di rumah itu?”

“Sudah sih, sudah bertahun-tahun, tapi dia itu jarang keluar, dan tak begitu akrab dengan tetangga disini.”

Lala meraih gelas jus, lalu menyedot separuh gelas yang masih tersisa. Sampai habis.”

“Mau nambah?”

“Tidak, terima kasih. Aku mau pulang,” kata Lala sambil berdiri.

“Pulang? Nggak mau makan dulu? Tadi ibuku masak soto ayam, aku tinggal memanasinya sebentar.”

“Enak kedengarannya, tapi aku lupa kalau harus menjemput Desy.”

“Oh, tahu begitu tadi nggak usah mengantar aku. Aku sudah biasa naik angkot.”

“Nggak apa-apa, daripada menunggu di kampusnya Desy, lebih baik jalan-jalan sambil mengantar kamu. Yuk, aku cabut ya!”

Astri mengantarkan Lala sampai ke mobilnya, baru kembali masuk ke rumah setelah  mobil itu hilang dari pandangan. Dalam hati dia bertanya-tanya, ada apa dengan rumah itu dan penghuninya, sehingga Lala begitu tertarik untuk mengetahuinya. Astri sudah menanyakannya tadi, tapi Lala tak menjawabnya. Astri tak ingin mendesaknya karena tampaknya Lala keberatan untuk mengatakannya. Tapi diam-diam ia ingin mendekati penghuni rumah itu dan ingin mendapatkan informasi yang lebih detail, untuk diceritakan kepada Lala nanti, barangkali Lala mmbutuhkannya.

Lala melewati  rumah pojok itu lagi, dan masih melihat mobil ayahnya terparkir disana.

“Bapak masih disitu rupanya. Aku benar-benar curiga. Bapakkah yang dimaksud dengan orang kaya? Dan wanita itu adalah simpanannya?”

Lala berhenti didepan pagar rumah itu. Ingin rasanya dia turun dan masuk kesana untuk menemui ayahnya, tapi diurungkannya. Ia memilih menjalankan mobilnya pelan, menjauhi tempat itu.

***

“Kamu sedang melihat apa? Kok longak-longok ke arah sana,” kata Haryo  ketika melihat Nina menatap ke arah jalanan.

“Itu, aku seperti melihat ada mobil berhenti didepan.”

Haryo menoleh ke arah depan rumah, tapi tak tampak ada mobil berhenti disana.

“Nggak ada siapa-siapa.”

“Tadi, aku kira tamu, tapi hanya berhenti sebentar, kemudian pergi.”

“Memangnya kamu sering menerima tamu yang membawa mobil ?”

“Ya enggak. Bertahun-tahun disini aku tak kenal siapapun, karena aku jarang keluar rumah, kecuali belanja sayur, kalau ada yang kurang ketika aku mau memasak.”

“Mungkin hanya orang salah alamat.”

“Mungkin juga. Mana anak-anak tadi ya, kok nggak kelihatan?”

“Aku melihat mereka berboncengan keluar. Kenapa lama ya? Motor itu kan belum ada plat nomornya?”

“Dasar anak-anak. Saking gembiranya punya motor baru,” senyum Nina.

“Ingatkan nanti, jangan kemana-mana dulu karena belum ada plat nomornya. Nanti kira-kira dua mingguan baru jadi.”

“Iya, nanti aku ingatkan. Berarti besok belum bisa dibawa ke kampus ya?”

“Sebenarnya bisa saja memesan plat nomor palsu, sementara aslinya belum jadi. Tapi kalau nanti ketahuan polisi bisa repot.”

“Bagaimana kalau Mas pesan yang palsu itu dulu, asalkan hati-hati kan nggak apa-apa.”

“Jangan, polisi ada dimana-mana. Lebih baik bersabar dulu sebentar. Dua minggu tidak akan lama, nanti aku akan mengurusnya, berikut surat-suratnya.”

***

Astri makan siang sendirian, karena ibunya yang bekerja di sebuah pabrik baru pulang sore harinya. Dia masih saja memikirkan sikap Lala yang tampak gelisah siang tadi, tapi tak mau mengatakan apa sebabnya. Ada apa dengan rumah itu?

Tiba-tiba terdengar suara keras yang mengejutkannya dari arah jalan.

Gubraaakkk!!

Astri berlari keluar, dan melihat dua orang gadis tersungkur di tepi jalan, sebagian tubuhnya tertindih sepeda motor.

Astri mendekat, dan menolong mereka berdiri, dengan lebih dulu mengangkat sepeda motornya.

“Lain kali hati-hati dik,” tegur Astri sambil menolong keduanya berdiri.

“Maaf, adduhh...”

Astri melihat keduanya mengaduh, dan ada darah mengucur dari lutut dan lengan mereka.

“Aduh, kalian terluka. Masuklah dulu, biar aku obati,” kata Astri sambil menuntun sepeda motor itu masuk ke halaman rumahnya.

Setelah menstandartkan sepeda motor itu, Astri menggandeng keduanya ke teras. Dia masuk mengambil kotak berisi obat-obatan, lalu membersihkan luka mereka.

Mereka meringis menahan sakit.

“Sabar, ini hanya sebentar. Harus dibersihkan supaya tidak infeksi.”

“Terima kasih mbak,” kata mereka hampir bersamaan.

“Itu motor baru ya? Belum ada plat nomornya,” kata Astri sambil melihat ke luar.

“Iya, baru saja datang, kami baru mencobanya,” kata yang lebih tua, yang adalah Endah, anak Nina yang mencoba motor barunya bersama sang adik.

“Lain kali hati-hati.”

“Ada lobang di depan, kami tidak melihatnya.”

“Rumahnya dimana? Aku seperti pernah melihat kalian?”

“Itu, di pojokan, tidak jauh dari sini... “ jawab Ana, adiknya.

“Oh, iya.. kalian ini putrinya bu... bu Nina?”

“Iya, benar.”

“Jarang ketemu sih, jadi lupa-lupa ingat.”

“Iya, kami kuliah pagi, sore kadang malam baru pulang.”

“Baru dibelikan sepeda motor baru ya, sama ibu?”

“Bukan ibu, tap ... “

“O, Bapak ?”

“Pak Haryo... “

“Yang tadi baru datang itu?”

“Iya, mbak melihatnya?”

“Aku kebetulan lewat, lalu melihat ada mobil masuk halaman.”

“Iya, itu pak Haryo, suaminya ibuku,” jawab Ana polos. Endah memelototinya, tapi Ana tak menggubrisnya. Ia asyik meratapi sikunya yang masih dibersihkan oleh Astri.

“Lhoh, suami ibu kamu, tapi bukan ayah kamu?”

“Itu... mmh, bukan ... Ayah kami sudah meninggal.”

“O, itu ayah sambung ?”

“Mirip seperti itu.”

“Mirip bagaimana?”

“Mm ....”

“Ana, sudah, kamu ngomong macam-macam, nggak jelas,” tegur Endah yang sebenarnya tak ingin menceritakan masalah keluarganya.

“Nggak apa-apa, cuma ngomong sama mbak kok ya dik,” kata Astri tersenyum, tapi sebenarnya dia sedang berpikir. Nama Haryo itu seperti dikenalnya. Nama ayahnya Lala juga Haryo kan?

“Itukah sebabnya kenapa Lala begitu perhatian akan rumah itu,” gumam Astri dalam hati.

***

Ketika Astri sudah mengobati lukanya, keduanya berpamit pulang. Endah melihat ada yang penyok pada sepeda motor barunya. Di bagian setang. Untunglah masih bisa dinaiki. Ketika sampai dirumah, ibunya dan Pak Haryo menunggu di teras.

“Kalian kemana saja?” tanya Nina khawatir.

“Itu, Ana yang mengajak muter-muter,” kata Endah sambil mengamati bagian sepeda motornya yang penyok.

“Kenapa tangan kalian? Dan lutut kalian?”

“Jatuh bu,” kata Ana lirih.

“Dan sepeda motornya juga penyok ?” sentak Nina.

“Waduh, masih baru sudah penyok,” tegur Haryo.

“Maaf Pak, kami terjatuh tadi.”

“Kamu memang keterlaluan. Belum-belum sudah ingin mengendarai. Akhirnya bagaimana? Sayang kan, masih baru sudah penyok,” gerutu Nina yang tidak memperhatikan luka anaknya, tapi justru menyayangkan penyok pada kendaraannya.

“Bagaimana ini  Mas?” rengek Nina.

“Ya sudah, nggak apa-apa, cuma penyok sedikit. Setelah ini jangan dipakai dulu, sampai plat nomornya sudah jadi.”

Keduanya tak menjawab, lari ke belakang untuk mandi, karena badan mereka juga kotor berdebu.

***

Lala sudah sampai di kampus Desy, yang kuliah di Fakultas Kedokteran. Dia mengirim pesan kepada Desy bahwa dia sudah menunggu. Lala masih gelisah memikirkan orang tuanya. Memang benar kata Desy, ada issue ayahnya selingkuh. Dan dia melihat ayahnya disana.

Dering panggilan telpon memaksa Lala untuk mengangkat lagi ponselnya. Dari Astri.

“Ya Astri...”

“Kamu sudah sampai rumah ?”

“Belum, masih menunggu Desy, kenapa?”

“Ayah kamu namanya Haryo, bukan?”

“Ya, memangnya kenapa?”

“Kamu tadi melihatnya di rumah itu kan?”

“Ya, tahu darimana kalau dia ayahku?”

“Anaknya bu Nina tadi terjatuh dari sepeda motor, didepan rumahku. Sepeda motor itu baru. Dia bilang pak Haryo yang membelikannya. Dia juga bilang bahwa pak Haryo itu isteri dari ibunya.”

“Ya Tuhan. Dugaanku benar.”

“Maaf Lala, aku hanya membantu kamu yang tampaknya sedang mencari informasi tentang keluarga di rumah itu.”

“Terima kasih banyak Astri, aku sekarang yakin bahwa ayahku memang selingkuh dengan perempuan itu.”

“Aku belum pernah melihat ayah kamu.”

“Aku berterima kasih Astri. Ya sudah, besok kita bicara lagi, itu Desy sudah keluar.”

Lala menutup ponselnya. Tapi Desy yang sudah masuk ke dalam mobil, melihat wajah kakaknya yang tampak pucat.

“mBak sakit ?”

“Tidak,” kata Lala sambil menjalankan mobilnya.”

“Kalau sakit, biar aku saja yang nyetir.”

“Tidak, aku tidak apa-apa,” jawab Lala.

Tapi Desy sekarang melihat mata kakaknya berkaca-kaca.

“mBak, katakan sesuatu. Pasti ada yang terjadi.”

Lala menghela napas panjang, lalu mengusap air matanya.

“Aku sudah melihatnya.”

“Melihat apa?”

“Bapak di rumah perempuan itu.”

“Dimana?”

“Rumahnya tidak jauh dari rumah Astri. Tadi Bapak ada di sana. Baru saja membelikan sepeda motor untuk anak perempuan itu.”

“Dimana persis rumahnya? Biar aku kesana dan_...”

“Tidak, jangan membuat keributan di rumah orang.”

“Apa yang harus kita lakukan? Aku kasihan pada Ibu, aku harus bilang agar ibu tahu.”

“Apakah menurutmu itu yang terbaik ?”

“Apa mbak tidak kasihan sama Ibu? Ibu itu sesungguhnya sangat menyayangi dan memperhatikan Bapak, tapi sikap Bapak akhir-akhir ini sangat menyebalkan. Aku heran Ibu bisa menyikapinya dengan sabar. Ibu belum tahu apa yang dilakukan Bapak. Ibu selalu bilang bahwa Bapak sedang berbisnis, dan Ibu tampak mempercayainya.”

“Baiklah, nanti kita bicara pelan-pelan sama ibu.”

“Dan aku ingin agar bapak menghentikan semuanya. Atau ....”

“Atau apa?”

“Bapak harus  angkat kaki dari rumah.”

“Desy !”

***

Besok lagi ya.

87 comments:

  1. Terimakasih bunda Tien ,tetap sehat penuh semangat terus berkarya ,ceritanya bikin gemeeez makin penasaran dan terus di tunggu

    ReplyDelete
  2. Alhamdulilah , terima kasih bu tien salam sehat dan salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  3. Hore.... alhamdulillah juara 1... hehehe...

    ReplyDelete
  4. Matur nuwun Bu Tien,salam sehat selalu...

    ReplyDelete
  5. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni,

    ReplyDelete
  6. Sebel ama suami Tindy kok ndak takut kena karma ya anknya cewek semua ya ampiuun, suwun² mbak Tienku sayang salam kangen dan salam aduhaai dari Tanggamus, Lampung

    ReplyDelete
  7. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S,

    ReplyDelete
  8. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  9. Trmksh mn Tien

    Smg sehat sll

    Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Salam sehat dan aduhai dari Purworejo

    ReplyDelete
  11. Turnuwun Mbak Tien..bikin esmosi.cakep heubat tetap sehat.hehehe

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah
    Terinakasih bu Tien
    Salam sehat penuh semangat
    Aduhaiiii

    ReplyDelete
  13. Terimakasih bunda... Luar biasa ceritanya..🙏👍

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah, Mtr nuwun bunda Tien.
    Semangat sehat
    Salam aduhaii dari Yogyakarta

    ReplyDelete
  15. Matur nuwun mbak Tien-ku , MKJ sudah tayang.
    Nah...gitu dong Lala...ungkap kebusukan siapapun dia. Kerja tim pasti lebih baik.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  16. 𝐌𝐔𝐀𝐍𝐓𝐀𝐀𝐏𝐏𝐏 𝐀𝐍𝐂𝐀𝐌𝐀𝐍 𝐃𝐄𝐒𝐈 ...𝐁𝐀𝐏𝐀𝐊 𝐇𝐀𝐑𝐔𝐒 𝐏𝐄𝐑𝐆𝐈 𝐃𝐀𝐑𝐈 𝐑𝐔𝐌𝐀𝐇 𝐊𝐀𝐋𝐀𝐔 𝐌𝐄𝐍𝐆𝐀𝐊𝐇𝐈𝐑𝐈 𝐌𝐀𝐒𝐀𝐋𝐀𝐇 𝐈𝐍𝐈.

    𝐁𝐀𝐆𝐀𝐈𝐌𝐀𝐍𝐀 𝐃𝐄𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐓𝐈𝐍𝐃𝐘 𝐌𝐄𝐍𝐘𝐈𝐊𝐀𝐏𝐈 𝐇𝐀𝐋 𝐈𝐍𝐈.. 𝐊𝐈𝐓𝐀 𝐓𝐔𝐍𝐆𝐆𝐔 𝐒𝐀𝐉𝐀 𝐊𝐄𝐋𝐀𝐍𝐉𝐔𝐓𝐀𝐍𝐍𝐘𝐀 𝐏𝐀𝐒𝐓𝐈 𝐀𝐃𝐔𝐇𝐀𝐈.

    𝐒𝐄𝐇𝐀𝐓 𝐒𝐄𝐋𝐀𝐋𝐔 𝐁𝐔 𝐓𝐈𝐄𝐍 𝐃𝐀𝐍 𝐊𝐄𝐋𝐔𝐀𝐑𝐆𝐀...🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  17. Kasihan Tindi dan anak2nya.
    Makasih mba Tien.
    Salam sehat selalu dan aduhai

    ReplyDelete
  18. Waduuhh gemes ya sana si haryo... bakal ketahuan... bunda tien lah yang pandai membuat cerita sehingga kita tetbawa arus... ciri” cerbung bagus.. hidup bunda tien !!! Salamaduhai,,,

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah MKJ 12 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  20. Wow...cerita tambah panas. Akhirnya du anak gadis Haryo sudah tahu kalau bapaknya selingkuh. Wah bisa saja Desy mau menyuruh bapaknya angkat kaki dari rumah. Memang Haryo keterlaluan, membelikan sepeda motor untuk anak dari selingkuhannya dengan meminjam dari istrinya. Payah juga. Nuwun bu Tien yang sudah membuat cerita menarik

    ReplyDelete
  21. 𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒎𝒃𝒂𝒌 𝑻𝒊𝒆𝒏

    ReplyDelete
  22. Terima kasih Bu Tien, semakin penasaran aja , semoga slalu sehat, salam Aduhai dr Pasuruan

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah.
    Makasih bunda Tien salam sehat aduhai selalu.

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah.. maturnuwun bu Tien, semoga tetap sehat semangat & salam aduhai..

    ReplyDelete
  25. Maturnuwun mbak Tien..MKJ12nya..

    Duuh...sediihnya Lala melihat bapaknya...apalagi klo tau uang buat beli motor dr ibunya...😰😰😰

    Semoga segra terkuak kelakuan Haryo..😡😡
    Ky gt nuduh2 istrinya..pdhl sendirinya yg mlèncèng gowèng..awas yaaa...
    Duuh ikut esmosisnjdnya..
    Besok lagiiii...

    Salam sehat dan aduhaii bangeet mbak Tien..👍🙏💟🥰

    ReplyDelete
  26. Desi gadis yang tegas mantab ..menghadapi laki laki selingkuh harus begitu..biar jadi pelajaran..top markotop Bu cantik salam sehat selalu Amin YRA 🙏 mr wien

    ReplyDelete
  27. Matursuwun mbak Tien...sudah tayang
    Episode yang menyakitkan bagi anak wedhok atas kelakuan bapaknya

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah Cerbung MKJ Episode 12 sudah tayang. Matur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari. Semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia sejahtera bersama keluarga dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
    Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang.

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah,, bu Tien matur nuwun nggih

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah, MKJ12 sdh hadir, trm ksh mbak Tien, tetap semangat berkarya, ceritanya semakin seru dan bikin geregetan. Smg mbak Tien sehat selalu dan bernahagia.

    ReplyDelete
  31. Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  32. Walah kiyé ana wonder woman; Desi yang begitu mbak Lala bilang sudah melihat bapaknya selingkuh; wauw, langsung mau melabrak, kerèn.
    mbak Lala mengingatkan jangan buat keributan di rumah orang, yaah harus ditunda lagi..
    Bahkan punya undang² sendiri kalau nggak mau dan masih bersama nya silahkan bapak angkat kaki, dari rumah.
    Wow kerèn, darah muda dan sudah full bising mendengar isue² kalau bapaknya punya affair dengan wil.

    Itupun setelah informan èh inforwoman apa ya, melaporkan kalau pak Haryo membelikan motor baru untuk anak-anak Nina.

    Nah janji mbak Lala akan bercerita pelan² soal ini pada ibunya, kaya apa degup jantung si wonder woman menahan amarah.

    Keluar sungut kali ya..

    Kepriwé maning cengkulek bolak-balik maring jalan nangka, jéré bisnis, jêbul ngembuli konok onggrok; walah, ayu ya ora, ora duwé tata krama pisan, cewawak gumuyu nang mall maning, aduh beda adoh karo Bu Tindy; jéré simbok.

    Tapi itu Haryo suka; bahkan dipestakan di ultahnya dengan sukses tanpa gangguan.
    Pagi nya cari utangan sama Tindy, eh buat mbeliin motor baru.

    Biasa senjatanya buat menghindar paling ngelès; nanti kalau jadi ya heboh; bakal bapaknya jadi pengangguran karena kena pasal, dadi melasi.

    ADUHAI


    Terima kasih Bu Tien;
    Memang Kembang Jalanan yang ke dua belas sudah tayang.

    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah, terima kasih Bu Tien.....salam sehat selalu....

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah telah hadir yg ditunggu tungu. Trrimakasih bu Tien. Semoga ibu sehat selalu bersama keluarga.

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun bun...
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah ..terima kasih bu Tien ..sdh aja di pisahkan laki2 tak punya adab kasian Tindy ..semoga kuat mau pensiun kebanyakan polah ...peot sakit2an aja pensiun ae jomprok

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah
    Semoga berkah selalu tercurah untuk bu Tien sekeluarga, terimakasih bu Tien.

    ReplyDelete
  38. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat pagi selamat beraktivitas... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Salam... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  39. Assalamualaikum wr wb. Akhirnya Lala dan Desy tahu bhw ayahnya selingkuh. Episode 13 semakin seru...Maturnuwun Bu Tien, semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  40. Assalamualaikum wr wb. Akhirnya Lala dan Desy tahu bhw ayahnya selingkuh. Episode 13 semakin seru. Maturnuwun Bu Tien, semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
      Aamiin ya robbal alamiin
      Matur nuwun pak Mashudi

      Delete
  41. Ceritanya tbah seru Bu Tien trims SDH menghibur... Sehat selalu Bu tien

    ReplyDelete
  42. Sebel tuh sama Haryo dia yg slingkuh fitnah istrinya lagi..dasar dosen genit gk tau malu

    ReplyDelete
  43. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien untuk MKJ 12 nya

    Salam Sehat wal'afiat semua ya bu Tien
    Mantab n ADUHAAII ,, 🤗

    ReplyDelete
  44. Tambah seru ......
    Salam sehat, mbak Tien.

    ReplyDelete
  45. Alhamdulillah maturnuwun Bu Tien 🙏,... kesiangan..bacanya .. ADUHAI lala....trenyuh..., semoga sehat beserta keluarga aamiin..

    ReplyDelete
  46. Terima ksih bunda Tien.. Smgsht sll.. Aamiin.. Slmsehat dan tetap aduhai🙏🙏🥰🥰

    ReplyDelete
  47. Bunda Tien ... semakin asyiik Cerbungnya ... Alhamdulillah gratis pula buat Kami

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 13

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  13 (Tien Kumalasari)   Arumi heran melihat sikap Bachtiar yang kelihatan tidak suka. Ia mengira, Bachtiar ti...