MEMANG KEMBANG JALANAN 11
(Tien Kumalasari)
Haryo melangkah tenang mendekati Hendri. Hendri mengulurkan tangannya, tapi Haryo tak mengindahkannya. Ia hanya menatap Hendri dingin, lalu beralih menatap isterinya.
“Jadi benar kan ? Kamu akan menjawab apa sekarang?” tanya Haryo sambil menatap tajam isterinya.
Tindy balas menatapnya dengan tatapan tersinggung.
“Apa yang benar? Hanya karena melihat Hendri ada disini, lalu kamu membenarkan fitnah itu?”
“Lalu apa? Kebetulan aku melihatnya sekali ini. Bagaimana dengan kemarin-kemarin? Isteri Hendri tidak akan salah bukan?”
Mendengar sepatah dua patah kata yang dilontarkan suami isteri itu, Hendri langsung sadar bahwa chat isternyalah yang membuat Haryo tersulut kemarahannya.
“Maaf Mas, biarkan aku bicara. Kamu tidak bisa sembarangan menuduh kami. Aku dan isteriku baru datang dua hari yang lalu karena suatu keperluan. Aku baru sekali ini menemui Tindy hanya untuk mengabarkan keadaannya. Dan Tindy kemudian menceritakan tentang isteriku yang mengirim pesan kepada mas Haryo, yang isinya memfitnah Tindy.”
“Fitnah?”
“Fitnah Mas. Itu tidak benar. Setelah aku menikah Tindy tidak lagi pernah menghubungi aku, demikian juga aku. Baru kali ini aku ketemu Tindy. Maaf kalau tidak datang ke rumah karena aku belum tahu alamat kalian.”
“Hmh, kalau ada maling ngaku, maka betapa penuhnya penjara,” gumam Haryo masih dengan tatapan tak percaya.
“Baiklah, tadi sebenarnya aku sudah akan pamit pergi. Sekarang aku benar-benar pamit. Dan sekali lagi aku mohon, percayalah bahwa tak ada hubungan apa-apa lagi diantara aku dan Tindy. Isteriku hanya merasa cemburu setelah mengetahui bahwa kami dulu pernah dekat. Aku akan menegurnya,” kata Hendri sambil berdiri, kemudian menyalami Tindy dan Haryo, tapi kembali Haryo menolaknya. Hendri terus melangkah, dan keluar dari ruangan itu.
“Kamu tetap tidak percaya kan?” tanya Tindy dengan senyuman sinis.
“Susah percaya.”
“Kamu sendiri tukang selingkuh, tapi menuduh orang semaunya,” gerutu Tindy sambil beranjak kembali ke kursi kerjanya.
Haryo mengikutinya, lalu duduk di depannya.
“Mau apa Mas datang kemari?”
“Sebenarnya aku mau minta tolong. Sebel saja melihat dia ada disini.”
“Karena hatimu tidak bersih. Maka mengira semua orang kotor.”
“Wajar dong kalau aku marah karena mengira dia mendekati kamu.”
“Tidak wajar. Itu mengada-ada.”
“Baiklah, jangan membicarakan itu lagi. Aku kan bilang bahwa aku mau minta tolong?”
“Minta tolong apa?”
“Kamu kan tahu bahwa aku sedang mengembangkan bisnis baru.”
Tindy mengangkat kepalanya. Haryo sudah pernah mengatakannya, tapi sampai sekarang Tindy tak ingin menanyakan macam apa bisnis yang sedang digeluti suaminya. Ia benar-benar tak ingin tahu, kalau tidak boleh dikatakan tak percaya.
“Aku butuh uang.”
Tindy membulatkan matanya.
“Tidak banyak, aku mau pinjam uang kamu.”
Tindy masih tak menjawab, tapi tetap menatap tajam suaminya.
“Hanya duapuluh juta. Ini sangat mendesak. Aku harus segera mengirimkannya. Temanku yang mengelola bisnis itu.”
Tindy belum menjawab apapun. Seorang Haryo, pinjam uang?
“Uangku sudah menipis, sebagian besar untuk bisnis itu.”
“Berikan nomor rekening kamu, nanti aku mentransfernya,” kata Tindy dingin. Ternyata ia tak sampai hati menolak keinginan suaminya.
Haryo menuliskan nomor rekeningnya, lalu dikirimkannya ke WA isterinya.
“Sudah aku kirim. Nanti aku kembalikan. Tak akan lama.”
Tindy mengangguk.
“Terima kasih, aku pergi dulu, kalau bisa hari ini,” kata Haryo sambil berdiri, lalu keluar dari ruangan isterinya.
Sungguh Haryo tak tahu malu. Ia marah-marah kepada isterinya, tapi dengan entengnya bilang mau pinjam uang. Walau begitu Tindy tetap akan memenuhinya.
Ia mengambil ponselnya, dan mengirimkan sejumlah uang seperti yang diminta suaminya, melalui m banking.
“Salahkah tindakanku? Kalau aku menolaknya, pasti akan terjadi lagi perdebatan. Aku tak mau hal itu terjadi, apalagi ini di kantor. Aku tak ingin suasana rumah tanggaku yang sangat kacau terdengar oleh orang lain,” gumam Tindy sambil memasukkan kembali ponselnya.
Lalu Tindy menyesal tadi lupa meminta nomor kontak Hendri. Ia ingin meminta maaf atas perlakuan suaminya.
“Ya sudahlah, kalau aku menyimpan nomornya, lalu mengirimkan pesan, pasti isterinya akan semakin marah. Semoga Hendri berbesar hati untuk memaafkannya tanpa aku memintanya,” gumam Tindy pasrah.
Tindy ingin melanjutkan pekerjaannya, tapi kemudian seseorang mengetuk pintu, dan memasuki ruangannya.
“Sibuk Tindy?” sapa laki-laki itu. Dia adalah teman dosen, sahabat dekat Tindy, namanya Winarno.
“Nggak juga. Ada apa Win ?”
“Pengin ngobrol saja. Aku tadi seperti melihat suami kamu.”
“Ya, ada perlu sebentar.”
“Akhir-akhir ini aku melihat kamu berbeda,” kata Winar sambil menatap Tindy lekat-lekat.
Tindy tersenyum tipis.
“Berbeda? Apanya? Biasa saja tuh?”
“Berbeda lah, kelihatan dari wajah kamu.”
“Kamu mengada-ada. Aku biasa saja. Barangkali karena kamu nggak memakai kaca mata kamu, jadi merasa kalau aku seperti berbeda.”
“Aku melihatnya bukan dengan mata.”
“Mana mungkin melihat bukan dengan mata?”
“Dengan hati.”
“Kamu sok puitis ....”
“Kalau ada masalah, sebaiknya kamu berbagi. Terserah dengan siapa kamu percaya, karena berbagi itu bisa mengurangi beban kamu.”
Tindy hanya tersenyum. Winarno adalah sahabat, yang menguatkannya ketika ia kehilangan Hendri. Dia selalu siap disampingnya, dan membuatnya sadar bahwa hidup harus terus berjalan, dan tidak baik untuk terus larut dalam suasana patah hati.
“Tindy, biar kamu menangis darah sekalipun, Hendri tak akan bisa kembali. Dia sudah menjadi milik orang lain,” kata Winar ketika melihatnya selalu murung.
“Iya aku tahu. Tapi salahkah kalau aku menangisi rasa kehilanganku?”
“Bersedih karena kehilangan itu wajar, tapi jangan menjadi larut didalamnya. Kamu masih muda, masih banyak yang bisa kamu raih. Kamu pintar dan berprestasi, kembangkan kepintaran kamu untuk hal-hal yang positif.”
Winar terus membesarkan hatinya, mendampinginya, sehingga Tindy akhirnya bisa melupakan semuanya, Dengan Winar yang terus memberinya semangat, Tindy bisa melanjutkan kuliahnya. Sementara itu Haryo yang tak henti-hentinya berusaha mendekati Tindy, tak pernah menyurutkan keinginannya, biarpun ia melihat kedekatan Tindy dan Winar.
Tapi hubungan itu tak berlangsung lama, ketika pada suatu hari Tindy mendengar sesuatu yang menyakitkan dari dalam ruangan dosennya.
“Aku tidak setuju kamu terlalu dekat dengan Tindy,” kata sang dosen yang ternyata kakaknya Winar.
“Memangnya kenapa mas?”
“Sejak kamu berdekatan dengan dia, prestasi kamu menurun.”
“Bukan karena dia kan mas.”
“Pokoknya kamu harus menjauhi Tindy, aku tidak suka.”
“Mas, apa salahnya Tindy, aku menyukainya.”
“Aku tidak suka, dan kamu harus menjauhinya.”
Tindy menjauh dari pintu ruang dosennya, yang sebenarnya tadinya dia ingin menghadap untuk berkonsultasi, bukan untuk mengupingnya. Tapi suara yang didengarnya menjadi sesuatu yang membuatnya sakit hati. Sebuah penolakan, yang entah alasannya apa, membuatnya terluka. Sejak hari itu dia menjauhi Winar.
“Kenapa kamu selalu menghindari aku Tindy?”
“Tidak apa-apa Winar, aku sedang fokus dengan kuliahku,” kata Tindy mengelak.
Dan untuk menghindari Winar itulah kemudian Tindy menerima Haryo yang dengan gigih selalu berusaha mendekatinya.
“Hei... ngelamun..”
Tindy terkejut. Winar menatapnya tak berkedip.
“Iya, teringat masa kita masih muda dulu.”
“Semua orang punya masa lalu. Tapi aku senang kita tetap bersahabat.”
“Kamu benar. Aku senang persahabatan kita tak pernah retak.”
“Kalau begitu berbagilah denganku.”
“Tidak ada Winar, aku baik-baik saja.”
Winar menatap Tindy tak percaya, tapi dia sama sekali tak bisa memaksa. Tindy merasa, cukuplah hanya bersahabat, tapi keadaan rumah tangganya tak harus terurai keluar dari kalangannya.
***
Nina sedang duduk di teras bersama kedua anaknya siang itu, karena kebetulan mereka sudah pulang kuliah sejak tadi.
“Kira-kira pak Haryo akan memenuhi permintaan Ibu nggak ya?” tanya Endah bergumam sendiri.
“Eh, kalau menurut aku, pak Haryo pasti membelikannya,” kata adiknya.
“Sudah, kalian tenang saja. Pak Haryo itu sangat sayang sama Ibu. Semua permintaan Ibu pasti dipenuhinya.”
“Ibu yakin ?”
“Yakin lah, lihat saja nanti.”
“Hari inikah kita akan mendapatkan motornya?”
“Ibu kurang tahu, tapi nanti atau besok, pasti dia akan memberikannya.”
“Horeee...” sorak Endah.
“Horeeee ... “ sambung adiknya.
Nina tersenyum melihat ulah kedua anaknya. Ia senang bertemu Haryo yang kemudian tertarik padanya, dan bersedia mengambilnya sebagai isteri siri tak lama kemudian.
“Mas, kita berhubungan seperti ini terus, aku malu kalau ada yang melihat kita,” kata Nina pada awal hubungan mereka.
“Bukankah yang penting aku mencukupi kebutuhan kamu dan anak-anakmu?”
“Benar, karena Mas aku tidak perlu bekerja lagi, dan aku hidup berkecukupan. Tapi tidak enak rasanya kalau aku hanya menjadi isteri simpanan,” rengek Nina.
“Tapi aku tidak bisa mengambilmu sebagai isteri. Aku sudah punya isteri sah, dan aku ini pegawai pemerintah. Bisa kena pasal kalau ketahuan aku selingkuh.”
“Tapi aku juga nggak bisa kalau begini terus.”
“Lalu apa yang harus aku lakukan?”
“Nikahi aku, walaupun sebagai isteri siri.”
Haryo terlihat termenung sejenak. Nina menggelendot didadanya, dan terus menerus merengek.
“Bagaimana mas ?” Nina terus mendesak sambil tak pernah melepaskan pelukannya.
“Baiklah. Tapi kamu harus terus menjaga, jangan sampai isteriku tahu. Dia bisa menghancurkan aku kalau sampai tahu.”
“Tentu saja mas, dan setelah menikah nanti, aku mau agar mas membawaku ke kota dimana mas tinggal,” rengek Nina lagi.
“Itu bahaya Nina, kalau isteriku tahu bagaimana?”
“Mas kan bisa mencarikan rumah yang agak di pinggiran kota. Mana mungkin isteri Mas bisa tahu?”
“Bagaimana ya ... “ Haryo tampak berpikir.
“Aku sedih kalau kita berjauhan mas, penginnya selalu dekat dengan Mas.”
“Baiklah, baiklah ... aku akan memikirkan semuanya, kamu tenang saja.”
“Benar lho mas, jangan lama-lama mikirnya.”
“Bu, kok senyum-senyum sih?” tegur Endah mengejutkan Nina yang sedang mengingat masa awal kedekatannya dengan Haryo.
Nina memang tersenyum-senyum. Ia merasa beruntung bisa bertemu Haryo yang selalu bisa menyenangkannya dan memenuhi semua permintaannya.
“Ibu teringat pak Haryo. Ibu ketemu ketika kalian masih kecil.”
“Iya, ibu pernah cerita. Asyik juga ya, kita bisa hidup enak, tanpa ibu harus bekerja.”
“Pak Haryo melarang ibu bekerja. Tapi ibu senang, bisa tinggal berdekatan di kota ini, dan hidup berkecukupan.
“Mengapa ibu tidak minta agar pak Haryo menikahi ibu secara resmi?”
“Tidak semudah itu. Dia berjanji akan menikahi ibu, kalau sudah pensiun.”
“Wah, masih lama tuh?”
“Tidak, kata pak Haryo tidak akan lama.”
Tiba-tiba pembicaraan itu berhenti, ketika sebuah mobil box berhenti didepan pagar.
“Siapa itu?”
“Lihat, itu mobil yang membawa sepeda motor,” teriak Endah dan adiknya bersamaan.
Keduanya berlari ke arah pagar.
“Rumah pak Haryo?” tanya seseorang yang duduk di samping kemudi.
“Ya ... ya ... benar, mau mengirim sepeda motor?”
“Ya mbak.”
“Masuklah, masuk saja ... “ teriak Endah bersemangat.
Mobil itu segera masuk ke halaman, dan menurunkan muatannya. Sebuah sepeda motor baru, berwarna merah menyala.
Nina ikut turun ke bawah, mengamati sepeda motor itu dengan wajah berseri-seri. Sangat senang melihat ke dua anaknya berjingkrak-jingkrak sambil mengelus sepeda motor barunya.
Setelah mobil box itu pergi, mereka masih mengamati dan mengelus elusnya.
“Apa kata Ibu. Pak Haryo pasti memenuhinya,” kata Nina bangga.
Ketika itu tiba-tiba mobil Haryo memasuki halaman. Ia turun dan melihat kegembiraan anak-anak Nina atas sepeda motor itu.
“Kalian senang?” tanya Haryo.
“Senang sekali Pak, terima kasih ya,” kata Endah.
Saat itu, tanpa disadari oleh Haryo, sebuah mobil melintas pelan didepan pagar rumah Nina. Pengemudinya, seorang gadis, berhenti sebentar, kemudian berlalu.
***
Besok lagi ya.
Ayo...semangat Tindy
ReplyDeleteMb Iyeng jaga gawang yes
DeleteHorreeey mba lyeng juaraaa..👍❤️
DeleteSelamat jeng Iyeng juara 1
DeleteMatur nuwun bu Tien
Horeeeeee 👍👍👍👍👍
DeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu Aamiin 🙏🙏🙏
Alhamdulillah
ReplyDeleteADUHAI IBU Lily
DeleteAlamdulillah...
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap
Sami2 pak Wdeye
DeleteAamiin
Selamat utk mbak iyeng Dan terima kasih utk mbak Tien
ReplyDeleteSami2 pak Andrew
DeleteAlhamdulilah
ReplyDeleteADUHAI IbuMumdjiati
DeleteAlhamdulillah dah tayang.Makasih Bunda Met malam dan met istirahat.Sehat dan tetap semangat
ReplyDeleteSami2 mas Bambang
DeleteADUHAI
Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah berkunjung.
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien,,
ReplyDeleteAlhamdulillah,, Tindy sudah datang,,,🥰
Haryo Haryo,,,
Hatimu Runyam Yo,,,😂😂😂
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah eMKaJe_11 sdh sampai rumahku.
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien kirimannya.
Salam SEROJA, tetap bahagia & ADUHAI
Terima kasih Bunda Tien,,
ReplyDeleteAlhamdulillah,, Tindy sudah datang,,,🥰
Haryo Haryo,,,
Hatimu Runyam Yo,,,
Sami2 inu Jen
DeleteADUHAI
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina,
Jeng Iyeng nomer satu juara ni yeee,Trima kasih jeng Tien sekarang mau baca
ReplyDeleteADUHAI mbak Yanik
DeleteHallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Mkj emang oye tenan kangenin ikut was2 gondog mangkel nyebelin sedih senyum mewek pancen oyeeeee kok ibutien yg satu ini salam kangen dan sehat selalu kagem ibu tien yth.
ReplyDeleteSalam hangat dan ADUHAI Pak Muhadjir
DeleteSemoga segera terbongkar kebusukan Haryo
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga selalu sehat
Salam sehat dan aduhai
Sami2 ibu Salamah
DeleteADUHAI
Alhamdulillah Cerbung MKJ Episode 11 sudah tayang. Matur nuwun mBak Tien.
ReplyDeleteSemoga mbak Tien tetap sehat, bahagia sejahtera bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
Sami2 mas Dudut
DeleteAamiin
Salam Aduhai
Harapanku Lala segera melangkah untuk terus mengusut perbuatan ayahnya. Tindy juga harus berjuang mempertahankan keluarganya.
ReplyDeleteSalam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Salam ADUHAI pak Latief
DeleteAlhamdulillah MKJ 11 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga Ibu sehat selalu.
Aamiin
Salan ADUHAI dari Bekasi
Sami2 ibu Ting
DeleteSalam ADUHAI
Terimakasih mbak Tien.. salam sehat selalu ..dr Sawahlunto..
ReplyDeleteSami2 ibu Sariyenti
DeleteHallooww Sawahlunto
Alhamdulillah, terima kasih Bu Tien.....salam sehat selalu...🙏
ReplyDeleteSammi2 pak Prim
DeleteSalam sehat
Terima kasih bunda Tien
ReplyDeleteSemangat sehat
MKJ memang ngangenin
Salam aduhai dari Yogya
Hey Guys..... edit profilmu biar Bunda Tien & semua pembaca mengenalmu.... Dengan cara : Itu tuh tulisan UNKNOWN yang warna kuning di ketuk ,,, lalu ketuk EDIT PROFIL di sudut kanan atas, lalu isi biodata & sertakan foto termanismu yaa,, jangan foto mantan atau tetangga hi hi hi.. lalu ketuk SIMPAN... Mudahkan,,, di coba yaaa nanti kalau sukses aku kasih hadiah,,,
DeleteOkeyy Guys,, salam ADUHAI 💗💗💗
Rintooooooooooo
DeleteKangen ocehanmu
ADUHAI selalu
Salam ADUHAI juga
DeleteNamanua Unknown ya?
Tenkyu Rintaa ...
DeleteAlhamdulillah ibu
ReplyDeleteSaya baru mulai membaca ternyata sfh sampai episode 12.
Terima kasih ibu
Semoga tetap sehat dan menghibur
Sami2 Ibutut
DeleteAamiin
Matur nuwun Bu Tien, semoga selalu sehat penuh barakah...aamiin
ReplyDeleteSami2 ibu Reni
DeleteAamiin
𝑾𝑨𝑨𝑯 𝑱𝑨𝑵 𝑯𝑨𝑹𝒀𝑶 𝑰𝑲𝑰 𝑨𝑹𝑬𝑷 𝑵𝑼𝑲𝑶𝑲𝑵𝑶 𝑴𝑶𝑻𝑶𝑹 𝑰𝑺𝑻𝑹𝑰 𝑺𝑰𝑹𝑰𝑯 𝑵𝒀𝑨 𝑳𝑯𝑨 𝑲𝑶𝑲 𝑼𝑻𝑨𝑵𝑮 𝑰𝑵𝑫𝑹𝑰...𝑱𝑨𝑵 𝑶𝑹𝑨 𝑫𝑼𝑾𝑬 𝑰𝑺𝑰𝑵.
ReplyDelete𝑺𝑨𝑳𝑨𝑴 𝑼𝑵𝑻𝑼𝑲 𝑩𝑼 𝑻𝑰𝑬𝑵 𝑫𝑨𝑵 𝑲𝑬𝑳𝑼𝑨𝑹𝑮𝑨 𝑺𝑬𝑴𝑶𝑮𝑨 𝑺𝑬𝑯𝑨𝑻 𝑺𝑬𝑳𝑨𝑳𝑼 𝑫𝑨𝑵 𝑩𝑨𝑯𝑨𝑮𝑰𝑨..𝑨𝑨𝑴𝑰𝑰𝑵 𝒀𝑹𝑨.
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏👍👍👍👍👍
Salam ADUHAI pak Indriyanto
DeleteAamiin
Maturnuwun mbak Tien..MKJ12nya..
ReplyDeleteGembreget sm kelakuan Haryo...😠😠
Hbs memfitnah istri kok pinjem duit buat beliin motor anaknya istri siri...waduuh..jan wis kesambet tenan iki uwong..titenono yo Yo..Haryoo..😈
Sabaaar ya Tindyy...🤗🤗
Eee..besok lagii..
Salam sehat dan aduhaii banget mbak Tien..🙏💟🌹
Sami2 ibu Maria
DeleteADUHAI deh
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun...
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....
Sami2 Wo
DeleteAamiin
he5x. Haryo makin gila, pinjam uang istri utk belikan motor Utk anak selingkuhan. Rasanya bentar lagi ketahuan, krn ada Mobil yg jalan pelan², berhenti memotret, lalu jalan lagi. Mudah²an haryo ketemu "tuba"nya
ReplyDeleteADUHAI pak Andrew
Delete𝗢𝗵 𝗟𝗮𝗹𝗮...
ReplyDelete𝗧𝗲𝗿𝗶𝗺𝗮 𝗸𝗮𝘀𝗶𝗵 𝗺𝗯𝗮𝗸 𝗧𝗶𝗲𝗻
Sami2 KP LOVER
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, semoga bu Tien sehat selalu, bahagia selalu. Aamiin 🤲
Sami2 ibu Sri
DeleteAamiin
Alhamdulillah MKJ 11 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Sami2 ibu Uchu
DeleteAamiin
Alhamdulillah MKJ~11 sudah hadir, maturnuwun Bu Tien, semoga sehat semangat dan bahagia senantiasa.. Aamiin YRA..🙏🙏🙏
ReplyDeleteSami2 pak Djodhi
DeleteAamiin
Lala kah yang datang? Terimakasih bu Tien, ditunggu kelanjutan ceritanya... Sehat selalu ibu
ReplyDeleteSami2 ibu Hestri
DeleteAamiin
Maturnuwun mb Tien
ReplyDeleteYa Ammpyuuun.. Kok jadi geregetan liat tingkah pak Haryo..... Sehat selalu bunda Tien
ReplyDeleteSehat dan ADUHAI ibu Swissti
DeleteMatur Nuwun, mugi-mugi Ibu Tien tansah wilujeng rahayu Aamiin 🙏🙏🙏
ReplyDeleteJgn2 itu mobil Lala?
ReplyDeletemksh mb Upnya... slm seroja selalu utk mb Tien dan para pctk... Aamiin YRA... 🤲🙏
Sami2 jeng Sapti
DeleteADUHAI
Lha la la ternyata, mbak Lala mencermati pergerakan, kemajuan bisnis Haryo (Suman); lha itu, jadi sang seng kuni masih berkeinginan bahkan butuh san jungan, sampai kapan, yaa sampai kesandung betulan dan bisnisnya di pailit kan.
ReplyDeleteTuh Ndy; bojomu berkebutuhan khusus akan sanjungan itu; sudah lega, apalagi dan pasti berharap mendapatkan puja-pujian itu sangat membanggakan dirinya sendiri, apalagi mendengar rayuan gombal merengek manja, namanya juga klangenan, tak sedikit pun tidak terlewatkan bila untuk menyenangkan hati.
Kadang juga sangat perlu bermuka tembok; namanya juga butuh, kan ada bisnis, sebagai investor tentu siang malam proyek nya harus ditungguin.
Dan benar itu mobil bapakmu kan Lala, kan tadi ada pick up habis nurunkan motor baru buat anak², bapak asuh kerèn.
Terimakasih Bu Tien;
Memang Kembang Jalanan yang ke sebelas sudah muncul.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
ADUHAI Nanang
DeleteSalam hangat dari Solo
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAduh Tindy kenapa lembek SinAhryo dah abis uangnya eee dia gak mikir apa klu pensiun akan menua uang juga nipis..knapa juga Tindy gak mikir..apa anakmu wanita yaa panjang yaa nanti pasti runyam klu Menua aduh Bu Tien pasti pensiun sakit2an kasian Tindy yaa semoga uang pensiun adalah milik Tindy dan anak2 .geumes aaah bacanya kok susah trus Tindy ooo Tindy buang sampah saja eudan aah..Selamat malam.selamat Istirahat bu Tien
ReplyDeleteADUHAI ibu Yanti
DeleteWaduh bener bener haryo dan nina orang yg gak punya malu.... kasihan tindy ...semoga kondisi cepat bwrbalik.... salam gemes bu tien , smg bu rien sehat selalu
ReplyDeleteSalam gemes ibu Sri
DeleteAamiin
Waduh.... Bagaimana ini??Terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.
ReplyDeleteSami2 ibu Yati
DeleteAamiin
Sugeng enjing mbak Tien Kumalasari, Mugi dadossaken ibadah jariyah penjenengan, miyos cerbung puniko maturnuwun mugi2 tansah pinaringan kasarasan. Aamiin
ReplyDeleteSami2 ibu Ninik
DeleteAamiin ya robbal alamiin
Lah klau udah ketahuan anakmu arep ngomong opo Kowe????
ReplyDeleteTrims Bu Tien udah menghibur... Sehat selalu Bu tien
Sami2 ibu Suparmia
DeleteAamiin
Alhamdulillah MKJ11 sdh selesai dibaca
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien 🤗
Sabar nya Tindy menghadapi Haryo,,
Luar biasa bu Tien buat jd penasaran para pembaca Aduhaaii 👍👍👍
Sehat wal'afiat semua ya bu Tien🙏
Sami2 ibu Ika Laksmi
ReplyDeleteAamiin
Assalamualaikum wr wb. Mudah mudahan itu Lala atau Desy, shg Haryo yg selingkuh segera terungkap. Haryo mata keranjang sejak muda sampai hari ini. Bagaimana sikap Tindy setelah diberitahu Lala ttg perselingkuhan suaminya. Makin membuat penasaran...Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
DeleteAamiin ya robbal alamiin
Matur nuwun pak Mashudi
ADUHAI pak Djoni
ReplyDeleteAlhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat beraktifitas semoga diberi kelancaran... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
ReplyDeleteAamiin
Tindy .....😭😭😭
ReplyDeleteMatur nuwun,mbak Tien.
Salam sehat, nggih...😊
Sami2 ibu Purwani
ReplyDeleteSalam sehat
Aduhai! Itu pasti lala.
ReplyDeleteWah, wah, wah! Penasaran aku bun.
Salam sehat.
Selalu ditunggu MKJ berikutnya.
Buat Haryo menyesali perbuatannya mba.
ReplyDeleteBeri hukuman Haryo dan Nina.
Makasih mba Tien.Salam hangat selalu. Aduhai