MEMANG KEMBANG JALANAN 10
(Tien Kumlasari)
Hampir saja ponsel yang ada di tangannya terlepas. Tindy mencoba menggenggamnya erat. Untuk beberapa saat lamanya dia diam, tak mampu berkata apapun juga.
“Tindy, kamu masih disitu? Aku mohon, maafkanlah aku. Aku sudah menikah dengan Daniar. Aku mohon, lupakanlah aku. Aku berharap kamu bisa mendapatkan pendamping yang lebih baik dari aku.”
“Semoga bahagia,” Tindy hanya mampu mengucapkan itu, lalu memutuskan pembicaraan. Ia juga langsung menghapus nomor kontak Hendri. Hatinya hancur berkeping-keping. Ia tak mengira Hendri melakukannya. Cinta yang dibangunnya begitu indah, cinta yang bersemayam dihatinya dan dipenuhi lukisan-lukisan hidup bahagia bersamanya, kini hanya tinggal angan-angan, yang lebur menjadi debu, berterbangan tertiup angin.
Tindy ingin menangis keras, betapa tak beruntungnya dia dalam cinta. Lalu dia teringat. Daniar ... benar ... Tindy mendengar nama itu dari Hendri, isterinya bernama Daniar. Tindy memarahi dirinya sendiri ketika dia lupa siapa Daniar, saat wanita itu menemuinya kemarin. Tiba-tiba suara Lala mengejutkannya.
“Ibu sedang mencari nomor kontak siapa?”
“Oh, ini, ada urusan dengan teman, ternyata ibu lupa mencatat nomornya.
“Ibu tampak sedih ... “ kata Desy menimpali.
“Apa? Tidak. Ibu hanya ... hanya kesal karena lupa mencatat nomornya,” kata Tindy sambil tersenyum, berusaha menyembunyikan lukanya.
“Apa Ibu tidak bisa menanyakan ke teman Ibu yang lain?” tanya Lala.
“Bisa lah, tapi besok saja. Lupakan. Ini bukan hal yang penting. Ayo cerita, biasanya Desy paling cerewet dan banyak cerita. Ayolah, Ibu dengarkan,” kata Tindy dengan senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya.
“Cerita apa ya? mBak Lala saja yang cerita.”
“Mengapa Bapak belum pulang juga?” kata Tutut.
“Kamu tidak usah memikirkan Bapak. Sudah biasa Bapak pulang larut,” kata Desy kesal.
“Barangkali sih, kalau Bapak punya sedikit saja kasihan sama aku. Kan aku sudah bilang ingin jalan sama Bapak, apalagi ini hari ulang tahunnya,” sergah Tutut.
“Lupakan saja, dan mulai sekarang jangan terlalu berharap Bapak akan peduli sama kamu,” kata Desy sambil mengambil sebiji buah apel dan menggigitnya.
“mBak Desy !!”
“Takutnya kamu keseringan kecewa,” lanjutnya sambil mengunyah buah kesayangannya.
Wajah Tutut muram, bibirnya mengerucut.
Tindy mengelus kepala Tutut yang duduk disampingnya.
“Kan ibu sudah bilang bahwa Bapak sangat sibuk,” katanya lembut.
Desy mengeluh dalam hati. Ia hampir mempercayai semua gosip yang dia dengar, dan Lala tak pernah mempercayainya.
“Apa ibu sama sekali tak merasakan adanya perbedaan sikap Bapak?” kata batin Desy.
Lala terdiam, ada yang dipikirkannya. Mungkin sama dengan apa yang dipikirkan Desy. Dan rupanya ia juga sudah mulai mencurigai ayahnya. Lalu kekesalan kepada ayahnya memuncak, ketika malam itu Haryo tak pulang ke rumah.
***
Pagi-pagi sekali, Tindy sudah bangun dan tampak rapi. Ia duduk di ruang keluarga, sambil menyeruput secangkir kopi yang disediakan Simbok.
“Simbok menggoreng sukun bu,” kata Simbok sambil menghidangkan sepiring sukun goreng yang mengepulkan bau harum gurih di hidungnya.
“Wah, kamu belanja sukun juga, kemarin?”
“Kebetulan ada, lalu Simbok beli.”
“Hm, gurih mBok,” kata Tindy setelah menggigit sepotong sukun yang masih hangat.
“Syukurlah kalau Ibu suka,” kata Simbok sambil beranjak ke belakang.
“Enak kok mbok.”
“Wah... apa tuh Bu?” teriak Lala dan Desy bersamaan. Mereka sudah rapi dan siap pergi kuliah.
“Ini sukun,” kata Tindy sambil mengunyah sukunnya.
“Wauuw, sudah lama sekali Simbok tidak menggoreng sukun,” kata Lala.
“Iya benar. Darimana Simbok mendapat sukun ini?”
“Katanya kemarin, beli ketika belanja.”
“Bapak sudah berangkat?” kata Tutut yang juga sudah rapi dan ikut bergabung lalu melahap sukun goreng buatan Simbok.
“Kamu nggak tahu ya? Bapak nggak pulang semalam,” kata Desy dengan wajah tak suka.
“Tidak pulang? Tidur dimana bapak?”
“Mana kita tahu, nanti kalau ketemu Bapak kamu boleh tanya,” kata Desy lagi, sengit. Desy tidak suka kepada ayahnya, sejak gosip diluaran tentang perselingkuhan ayahnya beredar. Kalau Lala masih bisa meredamnya dari rasa tidak suka, tidak demikian dengan Desy. Ia selalu menampakkan wajah kesal setiap kali Tutut berbicara tentang ayahnya.
Tutut mendengus kesal.
“Tidur dimana kalau nggak pulang begini?” gumamnya sambil mencomot lagi sepotong sukun gorengnya.
Desy mengangkat bahu, sedangkan Tindy tak bereaksi. Ia berdiri lalu berjalan ke arah ruang makan.
“Sarapan sudah siap mbok ?”
“Sudah bu, simbok masak rawon,” kata simbok sambil menyelesaikan kegiatannya menata meja.
“Pagi-pagi, sempat membuat rawon?”
“Kemarin Simbok sudah merebus dagingnya, jadi memasaknya tidak memakan waktu lama.”
“Simbok memang pintar. Kalau sudah siap kami akan sarapan dan berangkat ya mBok.”
“Baik bu, sudah siap kok.”
“Kalau begitu panggil anak-anak.”
***
“Mas, Mas kan nggak usah pulang ke rumah dulu?”
“Aku berangkat dari sini saja, sudah kamu siapkan baju kerjaku?”
“Sudah Mas. Semuanya sudah siap, tapi kita sarapan dulu, jangan sampai berangkat kerja tanpa sarapan.”
“Aku sering sarapan di kantor. Banyak kok yang menemani. Seneng, makan rame-rame.”
“Hm, pasti perempuan-perempuan cantik.”
Haryo hanya tertawa. Itu memang benar. Ia senang mahasiswi-mahasiswi cantik bersuara manja menyambutnya, dan memintanya untuk mentraktir makan sarapan, yang selalu dipenuhinya dengan suka rela. Adakah kebahagiaan selain di kerubuti perempuan-perempuan cantik?
“Ya kan mas? Ya kan?” desak Nina yang curiga melihat suaminya senyum-senyum sendiri.
“Apa sih? Curiga melulu.”
“Itu, sarapan bersama yang cantik-cantik kan ?”
“Ah, ya enggak selalu begitu, temanku kan banyak, dan bukan hanya perempuan,” elak Haryo.
“Kalau begitu sarapan di rumah saja, supaya nanti nggak usah makan di luar.”
“Ya, sedikit saja,” kata Haryo sambil melangkah menuju ruang makan. Disitu sudah menunggu kedua anak Nina yang sudah bersiap untuk kuliah. Mereka dua orang gadis yang menginjak dewasa. Memang keduanya jarang bertemu Haryo, karena saat Haryo di rumah mereka juga sedang sibuk mengerjakan tugas, atau masih kuliah.
“Silakan Pak,” sapa Endah si sulung.
“Terima kasih Nak,” kata Haryo yang kemudian duduk dan makan bersama mereka, Nina menyusulnya dan duduk di samping Haryo.
“Kalian selalu ke kampus bersama?” tanya Haryo kepada Endah.
“Ya, kebetulan kami sekolah di kampus yang sama,” yang menjawab Ana, anak kedua Nina.
“Ya itulah Mas, saat jam nya masih beriringan, masih bisa berboncengan ke tempat kuliah, tapi kalau jam nya berbeda, salah satu harus menunggu yang lainnya. Bagaimana kalau Mas belikan satu motor lagi?” Kata Nina sambil menyendokkan sayur ke piring Haryo.
“Sudah, sedikit saja. Aku tak biasa makan banyak di pagi hari,” kata Haryo sambil menghentikan tangan Nina yang ingin menyendokkan lagi sayurnya.
“Hmm, ya sudah. Tapi bagaimana dengan kataku tadi Mas.”
“Apa ?”
“Itu, motor buat Endah, jadi yang lama biar dipakai Ana. Kasihan kalau harus menunggu. Lagipula kalau motornya dua, saat salah satunya senggang, aku bisa meminjamnya ketika ingin belanja, jadi lebih irit, tidak usah naik taksi.”
“Hm, ya ... nanti aku pikirkan.”
“Aku yakin kalau Mas bisa membelikannya.”
“Nanti aku carikan yang bekas, tapi masih bagus,” kata Haryo yang kemudian menyudahi sarapannya. Ia hanya makan beberapa sendok. Tapi karena Nina lebih fokus ke permintaannya tadi, jadi tidak mencela Haryo yang hanya makan sedikit.
“Kok bekas sih mas. Mas tahu nggak, barang bekas itu nanti perawatannya lebih banyak, jatuhnya malah akan lebih mahal.”
“Ya, nanti aku pikirkan, sekarang aku mau berangkat dulu, sudah agak kesiangan ini,” kata Haryo sambil berdiri, langsung ke arah depan, sementara Endah dan Ana saling pandang, lalu tersenyum sambil mengacungkan jempol mereka.
Nina mengikutinya ke depan.
“Mas jangan lupa memikirkan permintaan aku tadi, kasihan anak-anak.”
Haryo hanya mengangguk, lalu menjalankan mobilnya keluar dari halaman.
“Nanti pulang kemari kan mas?” teriak Nina sebelum Haryo menghilang di balik pagar.
Haryo kembali hanya mengangguk. Dan itu cukup membuat Nina puas. Begitu masuk dan kembali ke ruang makan, kedua anaknya bersorak gembira.
“Horeee... motor baru.”
Nina menatap mereka dengan senyuman penuh arti.
***
Selesai mengajar Tindy termenung di ruangannya. Ajakan makan siang oleh rekan-rekannya ditolaknya secara halus, dengan alasan masih kenyang. Ia sangat penasaran tentang Daniar yang ternyata adalah isteri Hendri. Ia berharap bisa menelpon Hendri dan menegurnya, tapi tak bisa menemukan nomor kontaknya. Kejadian menyakitkan yang berhubungan dengan Hendri itu berulang. Yang pertama ketika tanpa alasan jelas Hendri meninggalkannya untuk menikah dengan seorang gadis. Yang kedua setelah mereka menemukan kehidupan masing-masing, isterinya cemburu buta terhadapnya.
“Tapi kalau isterinya ada disini, pastinya Hendri juga ikut pulang. Apa dia masih tinggal di rumahnya yang dulu?” gumam Tindy.
Tindy sedang mencari jalan untuk menghubungi Hendri ketika seorang petugas kantor kembali mengetuk pintunya.
“Ya, masuk.”
“Bu, ada tamu yang ingin bertemu dengan Ibu.”
Tindy menampakkan wajah kesal.
“Kalau dia wanita yang datang kemarin, bilang kalau aku sedang tidak ada ditempat, dan kalau lain kali dia datang lagi, cari alasan supaya dia tidak bertemu aku,” kata Tindy ketus.
“Bukan bu, ini seorang pria.”
“Seorang pria? Kamu tidak menanyakan lagi siapa namanya dan apa keperluannya?” tegur Tindy karena kemarin saat kedatangan Daniar, petugas itu tidak menanyakan namanya.
“Saya bertanya Bu, namanya Hendrianto, tapi dia tidak mau mengatakan keperluannya.”
“Hendrianto?”
“Ya Bu, saya hanya disuruh bilang namanya saja, katanya Ibu sudah tahu.”
“Baiklah, persilakan dia datang ke ruanganku,” kata Tindy dengan dada berdebar.
“Syukurlah dia datang, aku tidak perlu mencari nomor kontaknya,” gumam Tindy sambil merapikan meja kerjanya.
“Selamat siang, Prof,” sapa laki-laki tinggi besar yang masih tampak gagah dan tampan itu, sambil tersenyum.
“Panggil saja namaku seperti sebelumnya, dan silahkan duduk,” kata Tindy dingin, sambil mempersilakan Hendri agar duduk di sofa.
“Apa kabar Tindy.”
“Seperti kamu lihat, aku baik-baik saja.”
“Aku senang melihatmu sukses, dan pastinya juga bahagia.”
Tindy hanya tersenyum tipis.
“Kebetulan kamu datang. Aku sedang berusaha menghubungi kamu,” kata Tindy sambil menatap tajam Hendri. Ia merasa, Hendri tak jauh bedanya dengan puluhan tahun lalu, masih gagah dan tampan, tapi terlihat bahwa dia lebih matang. Tentu saja, bukankah usianya juga sudah bertambah banyak?.
“Kamu? Ingin menghubungi aku? Jangan bilang kalau kamu merindukan aku,” goda Hendri.
“Jangan bercanda. Kita sudah sama-sama tua bukan?”
“Ya, tapi kamu masih seperti dulu. Cantik dan_ ... “
“Hentikan Hendri, aku mau ketemu kamu karena aku ingin memarahi kamu.”
“Memarahi aku?”
“Isterimu kemarin datang kemari.”
“Isteriku?”
“Namanya Daniar. Ya kan? Aku sekarang ingat, itu nama isteri kamu. Kemarin ketika datang, aku justru bingung, siapa sebenarnya dia karena aku lupa kamu pernah memberitahuku nama isteri kamu.”
“Mengapa dia datang menemui kamu?”
“Dia memperkenalkan dirinya, bahwa dia bekas murid mas Haryo, dan dia saudara isteri kamu. Aku percaya saja.”
“Dia bilang begitu?”
Lalu Tindy menceritakan saat pertemuannya dengan Daniar, dan apa yang dikatakannya. Hendri mendesah marah.
“Benar-benar keterlaluan.”
“Itu belum cukup. Dia mengirim pesan singkat kepada mas Haryo, dan mengatakan bahwa dia sebenarnya isteri kamu, dan mengeluh karena katanya kita masih saling berhubungan.”
“Ya Tuhan. Dia pasti membuka-buka ponselku dan menemukan nomor kontak mas Haryo.”
“Aku kesal sama kamu Hen. Kamu membanding-bandingkan isteri kamu dan aku, tentu saja dia sakit hati. Dan tampaknya dia bermaksud memfitnah aku untuk membuat aku dan mas Haryo bertengkar.”
Hendri terdiam. Wajahnya gelap seperti mendung di musim hujan. Ia tak mengira isterinya melakukan hal seburuk itu.
“Tapi kamu salah Hen, kamu tidak harus memuji-muji aku didepan isteri kamu. Wanita manapun akan sakit hati kalau dibanding-bandingkan.”
“Sesungguhnya hubunganku dengan Daniar tidak begitu baik. Dia bukan wanita seperti yang aku idam-idamkan,” kata Hendri pelan.
“Kamu tidak boleh berkata begitu. Itu pilihan kamu, dan kamu harus bisa menerima segala kekurangan dan kelebihannya.”
“Itu bukan pilihan aku.”
“Apa maksudmu Hendri?”
“Aku menikahi dia karena hutang budi. Orang tuanya menolong aku saat aku terpuruk, dan aku tak bisa menolak ketika dijodohkan dengan anaknya,” kata Hendri dengan raut muka sedih.
“Apapun yang terjadi, kamu harus menerimanya. Dia adalah isteri kamu. Berpuluh tahun dia mendampingi kamu. Jangan membuat dia kecewa dan sakit. Kamu harus bisa memperbaikinya.”
“Baiklah. Aku minta maaf atas kelakuan isteri aku. Aku harus menegurnya,” kata Hendri pelan.
"Ya sudah, lupakan saja. Lakukan yang terbaik untuk keluarga kamu.”
Hendri sudah berdiri dan bermaksud pamit, ketika sebuah ketukan terdengar, dan seseorang masuk ke ruangan itu.
“Mas Haryo?” kata Hendri yang terkejut melihat kedatangannya.
***
Besok lagi ya.
Matur nuwun Mbak Tien
ReplyDeleteHello mbak Win juara 1
DeleteHoreee
Tumben juga nih Mbak, biasanya selalu kalah
Delete😊😊
Sami2 ibu Kharisma
DeleteSalam ADUHAI buat ibu
Buat jeng Nani
Buat jeng In Maimun
Maturnuwun mbk Tien
DeleteADUHAI
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ 10 dudah tayang....
ReplyDeleteADUHAI ibu Atiek
DeleteAlhamdulillah.
ReplyDeleteMatur nuwun Mbak Tien ... Semoga Berkah dan Ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala selalu melindungi kita semua Aamiin😊🌹
Sami2 ibu Susi
DeleteAamiin
Makasih bu...
ReplyDeleteSelamat mb Kharisma juara 1
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda selalu sehat
Dalam sehat dan aduhai
Sami2 ibu Salamah
DeleteAamiin
Horeeeee
ReplyDeleteTrmksh mb Tien, smg sehat sll
ReplyDeleteSalam ADUHAI
Sami2 Ysngtie
DeleteADUHAI
Alhamdulillah... maturnuwun bu Tien
ReplyDeletesalam aduhai selalu dari baturetno wonogiri
Salam ADUHAI buat Baturetno
Delete"Mas Haryo?!". Gubrak deh...
ReplyDeleteSalam gubrak jeng dokter
DeleteADUHAI
Yeeee.... gasik
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulilah ..terima kasih bu tien sehat selalu ya bu. Salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteSalam ADUHAI
Yes...
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ 10 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni,
Alamdulillah...
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap
Sami2 pak Wedeye
DeleteAamiin
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteHallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Hatur nuwun ya mbak Tien Kumalasari MKJ telah tayang gasik salam aduhaai dari Lampung
ReplyDeleteSami2 jeng Sis
DeleteADUHAI
Alhamdulillah sampun tayang
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien, sehat selalu
Sami2 ibu Pudya
DeleteAamiin
Matur nuwun mbak Tien-ku, MKJ sudah tayang.
ReplyDeleteHendri menemui Tindy dan ketemu Haryo. Kalau mereka bicara baik baik, masalah selesai. Tapi mungkin Haryo memang mencari alasan untuk 'bentrok' dengan Tindy yaaa...
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Sami2 pak Latief
DeleteADUHAI
Waaah, Gaazwaat ...
ReplyDeleteGaaswaat ki apa pak Pri
Delete𝐖𝐀𝐇 𝐁𝐀𝐊𝐀𝐋 𝐑𝐀𝐌𝐀𝐈 𝐈𝐍𝐈 𝐇𝐀𝐑𝐘𝐎 𝐃𝐀𝐓𝐀𝐍𝐆 𝐒𝐀𝐀𝐓 𝐇𝐄𝐍𝐃𝐑𝐈 𝐀𝐃𝐀 𝐃𝐈𝐑𝐔𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐓𝐈𝐍𝐃𝐘..?? 𝐀𝐏𝐀 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐀𝐊𝐀𝐍 𝐓𝐄𝐑𝐉𝐀𝐃𝐈???
ReplyDelete𝐊𝐈𝐓𝐀 𝐓𝐔𝐍𝐆𝐆𝐔 𝐊𝐄𝐋𝐀𝐍𝐉𝐔𝐓𝐀𝐍𝐍𝐘𝐀 𝐏𝐀𝐒𝐓𝐈 𝐓𝐀𝐌𝐁𝐀𝐇 𝐀𝐒𝐘𝐈𝐈𝐊 𝐃𝐀𝐍 𝐀𝐃𝐔𝐇𝐀𝐈..
𝐒𝐀𝐋𝐀𝐌 𝐒𝐄𝐇𝐀𝐓 𝐒𝐄𝐋𝐀𝐋𝐔 𝐔𝐓𝐊 𝐁𝐔 𝐓𝐈𝐄𝐍 𝐃𝐀𝐍 𝐊𝐄𝐋𝐔𝐀𝐑𝐆𝐀...𝐀𝐀𝐌𝐈𝐈𝐍 𝐘𝐑𝐀🙏🙏🙏
Salam sehat pak Indriyanto
DeleteAamiin
Waaahhhh semakin seru ini ketemu mas Haryo dan mas Hendri, mbak Tindy semakin disudutkan
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien,
sehat2 selalu ya mb Tien, salam aduhai
Sami2 ibu Alfes
DeleteADUHAI
Alhamdulillah...
ReplyDeleteADUHAI ibu Umi
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakaSih bu tien
Semoga selalu sehat walafiat 🙏🙏🙏
Sami2 ibu Endah
DeleteAamiin
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien untuk MKJnya
Seru nih n Aduhaaii,,Hendri,Haryo n Tindy,,,apa yg akan terjadi
Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien 🤗 🙏
This comment has been removed by the author.
DeleteSami2 ibu Ika Laksmi
DeleteSalam ADUHAI
Wadhuh..lha koq terjadi pertemuan antara Haryo, Hendri dan Tindy? Bisa bisa Haryo berpikir negatif tentang Tindy. Semoga tidak terjadi pertengkaran diantara mereka. Aamiin. Salam sehat selalu katur bu Tien. Wah ceritanya bikin penasaran untuk baca kelanjutannya. Hebat
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Noor
DeleteSemakin meruncing.. Semoga Tindy wanita tangguh yg akan mendapatkan kebahagiaan haqiqi... Salam sehat selalu bunda Tien....
ReplyDeleteSalam SEHAT DAN ADUHAI ibu Swissti
DeleteAlhamdulillah.. matur nuwun mBak Tien MKJ Episode 10 sudah tayang. Semoga mbak Tien sekeluarga tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
ReplyDeleteSalam hangat dari Tangerang..
Hmmmm ceritanya makin seru.
ReplyDelete𝑱𝒂𝒅𝒊 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒍𝒂𝒔𝒂𝒏𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒖𝒅𝒖𝒉𝒂𝒏 𝑯𝒂𝒓𝒚𝒐.
ReplyDelete𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒎𝒃𝒂𝒌 𝑻𝒊𝒆𝒏.
Sami2 KP LOVER
DeleteMaturnuwun mbak Tien MKJ10nya...
ReplyDeleteWaduuh...knp lg Haryo dg kekantor Tindy..ga biasa2nya..kok yo ndelalah pas ada Hendri...bakal perang brotoyudo niii...
Tp becik ketitik olo ketoro...tetep Haryo akan kena batunya..Nina hny morotin aja tuh dgn kedok kebaikannya..😠😠
Makin seruuu...eh udh besok lagii...
Salam sehat selalu dan aduhaii skl mbak Tien..🙏💟🥰
Beberapa kali sering ketahuan hingga punya beberapa referensi; bagaimana cara ngumpet, waktu-waktu kapan yang aman.
ReplyDeleteDi mana² namanya maling lebih detail; ini masalah keamanan, di jam² sibuk yang biasanya melenakan, disitu biasanya, si maling ber operasi, nah kebetulan salah satu referensi ada kemungkinan dan benar.
Adakah teman lama akan menjelaskan, bahkan diminta menjelaskan, saya kira pakai bengong dan justru teman lama maunya lari terbirit-birit, karena ketahuan. Panik mode on. Biasa new bee. Coba-coba. Preped-preped.
Lain sama yang sudah pengalaman kucing-kucingan, tinggal maen silat; silat lidah maksudnya. Paké kenceng²an tarik suara biar berkesan gahar.
Biar pada tau semua; broadcast donk, kalau ini nggak perlu sponsor, kan layanan masyarakat, kepentingan kenceng²an; menutup perbelangan yang sudah belang-boncèl nggak tampak bentuk lagi. Esmosi dipakai; kan sudah pegang scenario kemarèn kemarèn dan yakin akan diperankan dengan baèk.
Begitulah bunyinya.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien;
Memang Kembang Jalanan yang ke sepuluh sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Sami2
DeleteNanang ADUHAI deh
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah rahayu salami2nyo
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat malam selamat beristirahat... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteAlhamdulillah 🙏
ReplyDeleteUdah ancur gara2 Daniar malah ee Hendri dtg betkunjung eer si setan demit Haryo datang bagus dah ..bercerai saja bagus kan tp knapa anak mrk cewek semua walah apa banyak pacar2 ya udah hancurkan Aja Haryo hahaha dah sana ma Nina yg mata duwitan kapokmu kapan ..gremes hahaha ..halu krn kebangun ..maaf Bu Tien hahaja selamat malam hahaa nih alias gak bisa tidur
ReplyDeleteADUHAI ibu Yanti
DeleteKasihan Tindy ....
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, semoga bu Tien sehat selalu.
Sami2 ibu Sri
DeleteADUHAI
Maturnuwun ibu Tien....
ReplyDeleteKasihan Tindy... Apa yg akan Haryo lakukan? Selalu kutunggu kelanjutan ceritanya, salam sehat nanti aduhai
Sami2 ibu Idayati
DeleteADUHAI
Salam perang eh maaf Salam Aduhai Mbak Tien.Maturnuwun selalu sehat & tetap semangat nggih.
ReplyDeleteSami2 pak Herry
DeleteSalam ADUHAI
Assalamualaikum wr wb. Mudah mudahan dgn ketemunya mereka bertiga, kecurigaan Haryo thdp istrinya yg diduga berselingkuh dgn Hendri selesai. Tinggal bagaimana Tindy segera mengetahui perselingkuhan suaminya dgn Nina, janda beranak dua. Makin seru saja, tapi blm terungkap siapa yang dimaksud dgn kembang jalanan... Maturnuwun Bu Tien ceritanya membuat penasaran. Semoga Bu Tien beserta keluarga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
DeleteAamiin Allahumma Aamiin
Matur nuwun pak Mashudi
Aku ketinggalan jauh sama yg lain gak bisa lari cepat,,tambah bingung maksudnya Haryo itu gmn gitu looh mentala tak rawe. Sugeng enjing jeng Tien
ReplyDeleteHehee.. aja galak2 mbak Yanik
DeleteTerimakasih ..mbak Tien .. cerita nya srmakin seru..🙏💐 salam Aduhai..
ReplyDeleteSami2 ibu Sariyenti
DeleteADUHAI
Wah ..bakal perang nih.
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Sehat selalu mba. Aduhai
Sami2 ibu Sul
DeleteAamiin
Alhamdulilah udah hadir ...
ReplyDeleteSalam sehat selalu
Salam sehat ibu Suparmia
DeleteHayo....perangnya bikin rame sekalian .... Haryo vs Hendri
ReplyDeleteSalam sehat penuh semangat dari Rewwin...🌿
Penasaran banget aku ....
ReplyDeleteHendri ketemu Haryo di depan Tindy.
Apa yg akan terjadi ya .....
Salam sehat, mbak Tien.
Met malam Bunda , edisi nglilir nunggu CERBUNG.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat ya Bun.
Saat itu, tanpa disadari oleh Haryo, sebuah mobil melintas pelan didepan pagar rumah Nina. Pengemudinya, seorang gadis, berhenti sebentar, kemudian berlalu.
ReplyDeleteLala...........
terus memacu mobilnya...
menyusul ibunya nggak ya ?
atau menjemput Desy dan Tutut, melihat DRAMA KOREA ?
didekat rumah Astri ????