MEMANG KEMBANG JALANAN 09
(Tien Kumalasari)
“Apa kamu tak bisa menjawabnya? Kalau memang ‘ya’, katakan saja, aku tidak akan melarangnya kok,” kata Haryo dengan senyuman sinis.
“Mas itu bicara apa?” tanya Tindy dengan wajah tak percaya.
“Jadi kamu tidak mendengarnya? Kemarin kamu menanyakan siapa Daniar, dan aku sudah menemukan jawabnya. Dia isteri dari laki-laki selingkuhan kamu itu. Sama sekali bukan muridku.”
Tindy yang semula berusaha sabar, sekarang tak bisa lagi menahan kemarahannya. Ditatapnya wajah suaminya. Senyuman sinis itu masih tersungging di bibirnya. Hati Tindy serasa teriris, tapi tak ada takut sedikitpun. Ia tetap berdiri dengan memandang suaminya tajam.
“Mas sendiri yang tukang selingkuh, mengapa menuduh aku selingkuh?”
“Jangan mencari kesalahan aku sementara kamu sendiri menyimpan perilaku busuk itu. Aku tahu siapa Hendri. Dia kekasih kamu sejak masih kuliah, dan ternyata kamu tak bisa melupakannya.”
“Omong kosong! Itu fitnah!”
“Fitnah ? Walau yang bicara adalah isterinya selingkuhan kamu? Kamu ingin bukti? Ini, bacalah pesan wanita itu di ponselku. Ini, baca, kamu kira aku mengada-ada? Kamu pasti berharap mereka berpisah, lalu kamu akan kembali padanya,” kata Haryo
“Fitnah ! Sejak dia menikah aku tak lagi pernah berhubungan dengan Hendri. Memikirkanpun tidak,” sengit Tindy.
“Jangan sok suci, menganggap diri kamu suci lalu ingin mencari-cari kesalahan aku. Akhirnya ketahuan kan, bahwa kamu tidak lebih baik dari aku?” Haryo tak kalah sewotnya.
Tindy merasa bahwa tak ada gunanya berebat dengan suaminya.
“Terserah Mas mau ngomong apa, aku tak peduli!!” kata Tindy sambil masuk ke kamar mandi. Sesak terasa dadanya mendengar tuduhan itu. Sakitnya bukan alang kepalang. Tindy yang semula menerimanya dengan tabah, akhirnya tak kuasa lagi membendung air matanya. Bersama dengan mengucurnya air dari shower yang dinyalakan, mengucur pula deras air mata duka dan lukanya.
“Apa ini, mengapa isteri Hendri memfitnahku? Lalu mengapa mas Haryo yang jelas-jelas berlumuran dosa marah seperti itu? Ini bukan karena mas Haryo mencintai aku, bukan. Ia hanya menemukan jalan untuk mengejek aku, bahwa akupun tukang selingkuh seperti dirinya. Dengan begitu dia merasa bahwa aku tak ada bedanya dengan dirinya. Tidaaaak. Aku tidak sama! Keterlaluan! Mengapa Daniar tiba-tiba melakukannya? Apa dia marah karena Hendri selalu memuji-muji aku? Aku harus menanyakannya. Tidak semestinya Hendri melakukan hal yang menyakiti isterinya, dan melibatkan aku. Semoga masih ada nomor kontak Hendri di ponsel aku.”
Ketika Haryo keluar dari kamar, dilihatnya Tutut masih duduk di sofa. Ia tak lagi menangis. Tapi Haryo yakin anaknya tak mendengar keributan bersama Ibunya didalam kamar, karena Tindy menutupnya dan kamarnya kedap suara.
“Bapak,” kata Tindy ketika melihat bapaknya keluar.
Haryo menatap Tutut lekat-lekat. Hanya anak bungsunya yang tampak masih dekat dengan dirinya. Anak bungsu yang dulu dia sangat memanjakannya. Tapi Tutut yang mulai menginjak dewasa, mulai merasa bahwa ayahnya semakin jauh dari dirinya. Berkali-kali Tutut mencoba mendekati ayahnya, tapi ia yakin bahwa perhatian bapaknya sudah tak lagi seperti dulu.
“Maukah Bapak mengajak kami semua untuk merayakan ulang tahun bapak dengan makan diluar malam nanti?” tanya Tutut dengan tatapan memohon.
Haryo tak segera menjawab.
“Ya Pak? Mau kan Pak? Sebentar lagi mbak Lala dan mbak Desy akan pulang. Aku akan minta agar ibu bersiap-siap.”
“Bapak akan beli lagi kue tar, lalu kita makan bersama-sama dirumah saja.”
“Bapak yang berulang tahun, mengapa bapak yang beli kue tar? Kalau begitu Tutut akan beli saja sekarang, sebagai penukar kue tar yang berantakan tadi,” pinta Tutut yang sebenarnya kecewa, karena gagal memberikan kejutan untuk ayahnya.
Haryo duduk dihadapan Tutut, sementara langkah-langkah kaki memasuki rumah terdengar. Tutut tahu kedua kakaknya datang.
“mBak, antar aku pergi sebentar yuk,” katanya kepada Lala yang baru saja masuk.
“Kemana?”
“Hari ini bapak ulang tahun, aku mau beli kue tar, kata bapak akan dimakan bersama di rumah. Iya, aku lupa, Simbok juga masak enak hari ini. Ibu yang memintanya.”
Lala menatap ke arah bapaknya, yang saat itu sedang menerima telpon.
“Bapak ulang tahun ya? Aku lupa,” kata Lala dan Desy hampir bersamaan.
“Ya, ini aku,” terdengar suara Haryo yang sedang menelpon.
“Mas gimana sih, aku kan minta agar Mas pulang agak siang? Mas lagi dimana?” suara dari seberang.
“Aku di rumah.”
“Kok malah pulang ke situ? Tadi janjinya gimana? Gara-gara ketemu isteri lalu aku dilupakan, ya kan?” kata Nina merajuk.
“Tidak, bukan begitu, aku sedang_ ....”
“Aku tidak peduli, pokoknya mas harus segera datang.”
“Hallooo... “
Tapi ponsel Nina sudah dimatikan.
“Ayo, Bapak harus bersiap-siap,” rengek Tutut.
“Ternyata Bapak tidak bisa Tut, Bapak harus segera pergi,” kata Haryo sambil memasukkan ponsel ke dalam sakunya.
“Aaaaa .... “ teriak Tutut, sementara Lala dan Desy sudah beranjak ke belakang lalu masuk ke dalam kamarnya.
“Maaf, besok saja ya?”
“Siapa yang menelpon sih Pak? Mengapa Bapak lebih memperhatikan orang lain daripada anak sendiri?”
“Karena ... ini ... panggilan penting Tut.”
“Penting seperti apa ?” Tutut mulai berteriak.
“Tutut, ini soal pekerjaan.”
“Ini sudah sore, bukan saatnya orang bekerja.”
“Sebuah bisnis tidak kenal waktu Tut, bisa pagi, bisa siang, bisa malam,” kata Haryo sambil berdiri.
Air mata Tutut mulai meleleh lagi. Tapi apakah Haryo peduli?
Ketika Tindy keluar dari kamar mandi, Haryo sudah tak ada lagi di rumah.
Tindy keluar dari kamar, setelah berganti pakaian dan mengeringkan air matanya. Tutut berdiri, lalu memeluknya sambil menangis.
“Ibu, Tutut ingin merayakan ulang tahun Bapak dengan makan di luar, atau makan bersama di rumah, tapi Bapak memilih pergi,” isaknya.
Tindy mengelus kepala anaknya.
“Tutut, kan ibu pernah bilang kalau Bapak sangat sibuk dengan bisnisnya.”
“Tapi ini kan hari ulang tahun Bapak,” protes Tutut.
“Ya sudah nggak apa-apa, kita makan sendiri saja, dan kita doakan agar Bapak selalu sehat, dan sukses. Ya?” hibur Tindy sambil menyembunyikan keresahannya.
Tindy sangat menyayangi anak-anaknya, ia tak mau menampakkan kesedihan didepan mereka. Bahkan ia rela meredam api menyala yang membakar jiwanya, demi kebahagiaan mereka.
“Kenapa menangis, cengeng ?” ledek Desy yang mendekatinya bersama Lala.
Tutut mengusap air matanya.
“Ibu, aku baru saja makan kue tar yang berkeping-keping,” kata Desy sambil masih memegang potongan kue ditangannya.”
“Apa maksudnya kue tar berkeping-keping?”
“Tutut beli kue tar untuk Bapak, tapi dia menjatuhkannya dan kue itu jatuh ke lantai.”
“Lhoh, kotor dong,” pekik Ibunya.
“Simbok memilih yang bagian atasnya, ditaruh di piring. Sayang katanya. Yang kotor sudah dibuang.”
“Anak ibu,” Tindy mencium kepala Tutut.
“Pengin membuat kejutan, tapi ambyar,” kata Lala sambil tertawa.
“Itu namanya Allah tidak mengijinkan kita merayakannya, karena _ ....” kata-kata Desy terputus.
Lala memelototi Desy, lalu Desy menutup mulutnya.
“Karena apa?” tanya Tutut sambil mengusap air matanya.
“Karena bapak tidak suka kue tar,” jawab Desy seenaknya.
“Ya sudah, kalian tidak usah memikirkannya, Tutut juga tidak usah kecewa. Yang terpenting bukan kue tar atau makan-makannya, tapi doanya,” kata Tindy tulus.
Lala menatap ibunya, dan melihat gurat kesedihan tergambar disana.
***
“Mas Haryo gimana sih, katanya pulang agak siang, ternyata sudah sore baru pulang. Itupun karena aku menelpon tadi,” omel Nina ketika Haryo sudah sampai dirumah Nina.
Nina berjongkok dihadapan Haryo, membantu mencopot sepatunya.
“Mas mau mandi dulu?”
“Ya, baiklah, aku mandi dulu.”
“Pakaian ganti Mas sudah aku siapkan. Setelah mandi kita akan makan, berdua saja.”
“Dimana anak-anakmu?”
“Pada keluar dua-duanya, katanya ada acara di kampus sore ini.”
Haryo masuk ke kamar mandi, sementara Nina menyiapkan makan untuk mereka. Kemudian dia meletakkan kue tar yang tadi dibelinya di meja ruang tengah rumahnya.
Lalu Nina masuk ke kamar. Dilihatnya Haryo sudah selesai mandi, Nina meladeninya sampai Haryo tampak rapi. Tapi ketika Haryo beranjak keluar, Nina menghentikan langkahnya.
“Mas, tunggu dulu. Mas harus menutup mata kalau mau keluar.”
“Memangnya ada apa?”
“Sudahlah, tutup mata dulu.”
“Aku nanti menabrak pintu dong.”
“Tidak, aku akan menuntun Mas. Jangan membuka mata kalau aku belum memberi Mas aba-aba. Okey?”
Haryo mengangguk. Ia agak heran, Nina hari ini tampak kekanak-kanakan. Tapi Haryo suka meladeninya.
Ia menutup matanya, dan Nina menuntunnya keluar. Ketika sampai di ruang tengah, Nina memintanya duduk.
“Duduk mas, tapi jangan membuka mata dulu ya.”
Nina menyalakan lilin yang berbentuk tahun angka sesuai umur Haryo.
“Sekarang buka mata mas,” pekik Nina.
Haryo membuka matanya, dan berbinar melihat kue tar yang dihias indah di hadapannya. Ada tulisan cantik disana. SELAMAT ULANG TAHUN MAS HARYO.
Haryo tertawa kecil.
“Seperti anak muda saja,” gumamnya.
“Memangnya hanya anak muda yang boleh merayakan ulang tahunnya?”
Lalu Nina menyanyi. Haryo menahan senyumnya karena suara Nina sedikit sumbang. Nina memang tak pandai menyanyi, ia hanya bisa merengek dan merayu.
“Selamat ulang tahun, kami ucapkan ... selamat panjang umur aku kan doakan ... tiup lilinya... tiup lilinnya ....”
Haryo meniup lilinnya, kemudian mencium pipi Nina sambil tersenyum. Benar-benar seperti pasangan muda yang sedang dimabuk cinta.
Haryo mengiris sepotong kue, lalu dimakan bersama Nina.
“Mas suka?”
“Suka, aku suka.”
“Setelah ini kita akan makan. Semuanya berdua saja. Aku tak ingin diganggu.”
“Baiklah. Terima kasih Nina.”
“Tapi malam ini Mas tidak boleh pulang.”
“Apa?”
“Mas harus menginap disini, karena ini hari istimewa.”
***
Tindy makan malam bersama anak-anaknya.
“Sayang ya, padahal Ibu meminta Simbok masak enak, karena Ibu juga ingin merayakan ulang tahun Bapak,” kata Tutut sambil mencomot sepotong paha ayam goreng kesukaannya.
Tindy tersenyum tipis. Ada keinginan untuk itu tadi, tapi bukan masalah baginya kalau Haryo tak ikut menikmatinya. Sudah sering seluruh keluarga kecewa karena Haryo jarang bisa makan bersama.
Setelah makan itu mereka berbincang santai di ruang keluarga. Tindy mengambil ponselnya, dan mencari nomor kontak Hendri.
“Aku harus menegurnya karena dia telah membuat isterinya membenci aku, bahkan sampai memfitnah aku,” kata batinnya.
Tindy terus mencari, tapi tidak ketemu.
“Sudah nggak ada rupanya,” gumam Tindy pelan.
Tindy lupa, bahwa dia sudah membuang nomor itu. Ingatan Tindy kembali melayang ke masa silam, beberapa puluh tahun yang lalu.
Kepergian Hendri ke Kalimantan tidak pernah menyurutkan cinta Tindy terhadapnya. Ia selalu menolak setiap ada yang mendekatinya. Bahkan Haryo hampir putus asa, karena Tindy benar-benar tak peduli padanya.
Ketika lulus, Tindy bermaksud menyusul Hendri ke Kalimantan. Tekatnya sudah bulat. Ia harus hidup bersama laki-laki yang dicintainya. Ia sanggup menjalani hidup sesusah apapun dan membayangkan akan berbahagia karena memiliki bekal cinta yang tiada tara. Memang akhir-akhir ini Hendri tak pernah menghubunginya. Tindy mengira bahwa Hendri pasti sibuk mengais rizki untuk kehidupannya.
Ketika persiapan sudah matang, Tindy menelpon Hendri.
“Hendri, kuliahku sudah selesai.”
“Oh, syukurlah, senang mendengarnya. Maaf akhir-akhir ini aku tak sempat menghubungi kamu karena_ ....”
“Aku tahu kamu sibuk Hen, tidak apa-apa, aku masih seperti dulu,” kata Tindy bersemangat.
“Ya, aku tahu Tindy, tapi_ ....”
“Hen, katakan saja dimana alamat kamu, aku sudah bersiap menyusul kamu.”
“Jangan Tindy, jangan menyusul aku ....”
“Hendri, kamu tahu bahwa aku tak keberatan hidup susah bersamamu. Mari kita jalani sesusah apapun, asalkan kita selalu bersama.”
“Tindy, maafkanlah aku,” suara Hendri terdengar lemah.
“Aku serius Hendri.”
“Aku minta maaf Tindy, kamu tidak usah menyusul aku, karena aku sudah menikah.”
Tindy merasa tubuhnya limbung.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMaturnuwun mbk Tien
Yes mbk... Juara 1
ReplyDeleteTksh Bu Tien MKJ 10 nya
ReplyDeleteSehat” sll Bunda …🤲🤝
Alhamdulilah MKJ 09 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tienku, semoga sehat selalu, dan tetap semangat untuk menulis
Salam ADUHAAI dr Bandar Lampung 👍😍👏
Makasih Bunda untuk cerbungnya, sukses selalu.
ReplyDeleteMet malam dan met istirahat.Sehat dan bahagia
Alhamdullilah sdh hadir MKJ nya.. Terimaksih bunda Tien.. Slmtmlm dan salam sehat, Aduhaiselalu dri sukabumi🙏🙏🥰🥰
ReplyDeleteAlhamdulillah matur nuwun bu Tien, aduhai banget, salam sehat selalu
ReplyDeleteSami2 pak Merianto
DeleteADUHAI
Slmt mb Iin juara 1
ReplyDeleteAlhamdulilah terima kasih bu tien...salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteADUHAI
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda sekeluarga selalu sehat aamiin
Salam sehat dan aduhai
Alhamdulillah... urutannya msh enom, matur nuwun bunda Tien smg sehat selalu, salam aduhai
ReplyDeleteSami2 ibu Wiwik
DeleteADUHAI
manusang bu Tien, MKJ 10 sdh hadir slm sehat tetap cemungud..
ReplyDeleteEmang ijiminasixa butien emang heeeem bikin pembaca geleng2 kepala utk bikin konflik keluarga dgn munculxa daniar hehehe seru danbikin waswas gitu senep di perut deg deg piye yo bacutxa luar biasa matur nuwun butien
ReplyDeleteSami2 Pak Muhadjir
DeleteADUHAI
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni,
Alamdulillah...
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap
.
Aduhaai ..
DeleteHallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Sami2 pak Djoni
ReplyDeleteSalam ADUHAI
Terima kasih bu tien.
ReplyDeleteSami2 ibu Uchu
DeleteADUHAI jeng Maimun, jeng Nani, pak Wiyoto
ReplyDeleteMatur nuwun Mbak Tien... ep 9 sudah hadir. Salam sehat Aduhai selalu.
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteADUHAI ibu Mundjiati
DeleteAlhamdulillah MKJ 09 Hadir,, Matur nuwun bu Tien 🤗
ReplyDeleteTindy yg sabar ya,,bu Tien akan membuat mu bahagia akhir nya
Salam sehat wal'afiat n Salam ADUHAAII bu Tien
Sami2 ibu Ika
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah MKJ 09 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Sami2 ibu Uchu
DeleteAamiin
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien semoga sehat walafiat 🙏🙏🙏
Sami2 ibu Endah
DeleteAamiin
Alhamdulillah.. Matur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari, MKJ Episode 09 sudah tayang. Semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
ReplyDeleteSalam hangat dari Tangerang.
Sami2 mas Dudut
DeleteAamiin
Salam hangat
Terima kasih Mbak Tien , MKJ 09 sdh hadir ... Mau baca dulu ya ... Smg Mbak Tien / kelrg sll sehat n bahagia ... Salam Aduhai ...
ReplyDeleteSami2 ibu Enny
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah...
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien
Selalu ditunggu setiap malamnya dengan sabar😀😀😀...satu episode setiap penggalnya bikin penasaran
Sami2 Unknown
DeleteSeandainya saya tahu namanya pasti Aduhai
𝑴𝒃𝒂𝒌 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒍𝒊𝒉𝒂𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒔𝒂 𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖. 𝑴𝒃𝒂𝒌 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒕𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒕𝒖𝒉𝒌𝒂𝒏 𝑷𝒐𝑽. 𝑴𝒃𝒂𝒌 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒖𝒂𝒓 𝒃𝒊𝒂𝒔𝒂.
ReplyDeleteTerimakasih KP LOVER
DeleteSalam ADUHAI
𝐖𝐚𝐝𝐮𝐡 𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡𝐚𝐧 𝐟𝐢𝐭𝐧𝐚𝐡 𝐃𝐚𝐧𝐢𝐚𝐫 𝐲𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐤𝐮 𝐬𝐮𝐚𝐦𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐇𝐞𝐧𝐝𝐫𝐢 𝐦𝐬𝐡 𝐬𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐡𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐓𝐢𝐧𝐝𝐲 𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫2 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐇𝐚𝐫𝐲𝐨 𝐦𝐚𝐫𝐚𝐡.
ReplyDelete𝐓𝐚𝐩𝐢 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐮𝐚𝐭𝐢𝐫 𝐓𝐢𝐧𝐝𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐢 𝐧𝐚𝐧𝐭𝐢 𝐛𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐢𝐤𝐢𝐧 𝐛𝐚𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐲𝐠 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐦𝐩𝐚𝐥 ...𝐡𝐞..𝐡𝐞 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐨𝐩 𝐦𝐚𝐫𝐤𝐨𝐭𝐨𝐩.
𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐮𝐭𝐤 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚. 𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐭𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐚𝐤𝐢𝐧 𝐀𝐃𝐔𝐇𝐀𝐈 𝐈𝐍𝐈.🙏🙏
Salam sehat pak Indriyanto
DeleteADUHAI
Matur nuwun mbak Tien-ku, MKJ sudah tayang.
ReplyDeletePenjahat menang duluan, sebab kalau langsung ketangkap tidak jadi bercerita.
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Sami2 pak Latief
DeleteSalam ADUHAI
Tindy ....oh Tindy ...
ReplyDeleteMatur nuwun, mbak Tien.
Salam sehat selalu.
Sami2 ibu Purwani
DeleteSalam ADUHAI
Apa mungkin Daniar suruhan Nina ya ....
ReplyDeleteNggak ah ..... nggak mau menebak-nebak.
Terimakasih bu Tien, semoga sehat selalu.
Terima kasih bu Tien jawara buat aneka kisah yang mengharu biru para penikmat cerita, sabar bu Tindy pasti kebenaran akan menang...
ReplyDeleteSami2 ibu Komariyah
ReplyDeleteADUHAI
Maturnuwun mbak Tien MkJ09
ReplyDeleteBesar kemungkinan betul Daniar suruhan Nina..drmn dia tau kantor Tindy dan nomer hape Haryo..
Lihat..Haryo akan kena batunya..😠😠
Sabaaar..besok.lagi yaa..😊
Salam sehat dan aduhaii sekali mbak Tien..🙏💟🥰
Sami2 ibu Maria
DeleteADUHAI
MASA SIH ?
Alhamdulillah, terima kasih Bu Tien, mkj sdh tayang....dari awal cerita sdh bikin gregetan...🤭
ReplyDeleteSalam sehat selalu ....
Sami2 pak Prim
DeleteADUHAI
Terimakasih Bu Tien. . . 🙏🙏
ReplyDeleteSami2..
DeleteBaru baca komen ini
Nuwun Prisc21
Terima kasih bu Tien ..Haryo hrs kena karma gak punya anak juga dr Nina dan dia hrs bayar semua dgn pensiun sakit deh hahhaha aku suka..gremes ihhh dasar Nina emang lo Pelakor gilaaaaa hanya uang uang untung tdk di belikan Rumah
ReplyDeleteSami2 ibu Yanti
DeleteADUHAI
Assalamualaikum wr wb. Heran saya, Haryo yg sdh hampir pensiun, tdk pernah bisa menolak bujuk rayu Nina. Lala, Desy, hrs memberikan info kepada ibunya, stlh yakin bhw ayahnya hidup bersama wanita yg rumahnya dekat dgn rumah teman Lala. Bu Tindy hrs tegas thdp Haryo, stlh dpt info dari Lala, yg bisa diyakini kebenarannya. Maturnuwun Bu Tien semakin penasaran mengikuti lanjutan ceritanya. Semoga Bu Tien tansah pinaringan karahayon wilujeng ing sadoyonipun. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede....
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
DeleteSami2 pak Mashudi
Aamiin ya robbal alamiin
Waduuh...semakin kesel deh lihat Haryo.
ReplyDeleteNanti dibuat Tindy bahagia ya mba..
Makasih mba Tien.
Salam sehat dan selalu semangat. Aduhai
Sami2 ibu Sul
DeleteSalam ADUHAI
Kenangan Desember kan bulan kemaren, duh ini malah mengintip memori di Januari.
ReplyDeleteKadang mau frontal pun masih; seolah ada sekat yang tidak kelihatan, seolah tabu untuk di terjang, perlu pertimbangan lebih.
Tapi disana ada tukang kompor lho Ndy, yaa ngompori sesuai keinginan nya, sampai darah dagingnya yang memohon aja nggak di gubris.
Itu yang menurutnya anak yang masih memperhatikan; menurut dia sendiri lho Ndy.
Repoté ngadepi orang lebay ya Ndy, merasa punya kelebihan, dari tampang, finansial; mungkin kebutuhan sanjungan yang merasa harus ada dan perlu; bangsané tangi awan, karena request mimpi minta diulangi, merem melèk ditungguin sampai capèk, akhirnya njelang subuh baru molor, kesiangan jadinya.
Pinter pinter nya Nina jadi joki; sampai Haryo(Suman) menikmati, berlebay ria sampai sudah besarpun masih dilayani kaya balita. Fulus fulus yang penting.
Lha gimana to Ndy, dulu itu apa; tidak ada rotan akar pun jadilah.
Ini kamu malah dapat bojo yang berkebutuhan khusus, begitu?!
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien;
Memang Kembang Jalanan yang ke sembilan sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Aamiin
DeleteNuwun Nanang
ADUHAI deh
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat siang selamat beraktivitas... Semoga Bu Tien selalu sehat dan sukses... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteYa Allah, kejam banget si daniar ini.
ReplyDeleteKenapa kok tega-teganya memfitnah tindy?
Aduhaaaai! Sedih aku bun.
Tapi aku bersyukur, karena tindy merupakan sosok ibu yang tegar.
Tks bu Tien,cerita yg ditunggu, sangat menyentuh hati, jd menetes air mata ini.. Salam sehat njeh bu
ReplyDeleteAlhamdulillah. Salam sehat nggih mbak Tien
ReplyDeleteTerima kasih Memang Kembang Jalanan yang ke 9 sudah tayang.
ReplyDeleteSehat selalu buat Bu Tien, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun...
Mugi2 tansah rahayu sedoyonipun