MEMANG KEMBANG JALANAN 08
(Tien Kumalasari)
Haryo membaca pesan tersebut dengan perasaan heran.
Selamat pagi, nama saya Daniar.
“Lhoh, ini kan nama yang ditanyakan Tindy semalam?” gumam Haryo.
Saya isterinya Hendriyanto, apa Bapak mengenalnya? Mohon maaf sebelumnya, tapi saya perlu mengingatkan, bahwa isteri Bapak dulu adalah pacarnya Hendri. Pastinya Bapak tidak lupa, mengingat pernah satu kampus saat Bapak kuliah. Disini saya hanya ingin mengatakan, bahwa isteri Bapak diam-diam masih berhubungan dengan suami saya, dan itu sangat mengganggu saya sebagai isteri sahnya.
Haryo tertegun. Serasa tak percaya akan apa yang dibacanya.
“Dia masih berhubungan dengan Hendri, laki-laki tak tahu malu itu? Pantas saja dia tak pernah peduli sama aku,” gumam Haryo geram. Ia tidak berkaca atas dirinya dan kelakuannya selama ini.
Haryo melanjutkan memakai sepatunya.
“Aku harus menanyakannya nanti. Kalau sampai isteri Hendri mengirimi aku pesan, pasti dia juga sudah sangat marah kepada Tindy. Malu aku,” omelnya sambil mengambil tas kerjanya.
“Mboook, aku berangkat,” teriaknya sambil melangkah keluar.
“Baiklah Pak,” jawab Simbok dari arah dapur.
Haryo langsung memasuki mobilnya dan menjalankannya keluar dari halaman. Simbok geleng-geleng kepala. Dia tahu bahwa hubungan kedua majikannya akhir-akhir ini sedang sangat tidak baik. Tapi apa yang bisa diperbuatnya? Ia kan hanya pembantu.
“Kalau melihat Ibu Tindy, aku kok merasa sangat kasihan. Dia itu nggak pernah marah, nggak pernah berkata kasar. Tapi suaminya kok kelihatan acuh tak acuh begitu. Kalau dia itu suamiku, pasti aku sudah mengomelinya habis-habisan,” gerutu Simbok sambil mengunci pintu rumah. Tapi tiba-tiba Simbok teringat bahwa dia harus belanja karena stok bahan makanan sudah menipis dan nyonya majikan memintanya untuk memasak sesuatu yang katanya kesukaan suaminya. Semalam sang nyonya majikan sudah berpesan dan memberinya uang.
Simbok kembali kebelakang dan berganti baju yang lebih pantas, karena ia harus masuk ke mal, dimana ada barang-barang pesanan majikannya lebih gampang didapatkannya disana.
“Aku naik ojol saja yang lebih murah, pulangnya saja naik taksi, karena membawa belanjaan,” gumam Simbok sambil bersiap-siap berangkat.
***
Haryo baru saja sampai di kantornya, dan duduk di kursinya, ketika ponselnya berdering. Haryo mengangkatnya, karena itu dari Nina.
“Ya, ada apa Nin?” sapa Haryo.
“Mas sudah sampai di kantor?”
“Iya, baru saja.”
“Apakah Mas ada waktu pagi ini ?”
“Memangnya kenapa?”
“Anterin aku belanja dong Mas.”
“Belanja? Mengapa tidak sendirian saja, naik taksi ?”
“Ya ampun Mas, ini kan untuk kebutuhan Mas juga. Aku mau beli ikan dan sayur agar bisa memasak kesukaan mas.”
“Tapi aku tidak bisa Nin.”
“Apa ada jadwal mengajar hari ini ?”
“Ada, sebentar lagi. Jadi mana bisa aku mengantar kamu belanja. Naik taksi saja.”
“Ya sudah kalau begitu, aku naik taksi saja. Mas mau dimasakin apa hari ini? Pulang agak siangan kan?”
“Terserah kamu saja.”
“Jangan pulang sore, karena aku akan memasak enak buat Mas,” rengeknya.
“Iya, akan aku usahakan. Nanti kalau aku sudah pensiun, akan banyak waktu untuk kamu.”
“Mas sudah hampir pensiun ?”
“Iya, kira-kira kurang dari setahun ini.”
“Senang aku Mas, kita bisa selalu bersama.”
Haryo tersenyum. Nina sudah bukan wanita muda, tapi sangat pintar mengambil hati Haryo, sampai-sampai Haryo tak bisa untuk tidak menuruti kemauannya.
Ponsel segera dimatikan, karena saatnya dia mengajar. Tapi tiba-tiba Haryo teringat bahwa ingin segera bertemu isterinya, dan menanyakan tentang pesan singkat isteri Hendri.
“Ternyata aku tidak bisa pulang agak siang. Pasti Nina akan marah. Tak apa lah, gampang merayu Nina agar tidak marah. Ia pasti butuh uang setelah belanja banyak,” gumam Haryo sambil keluar dari ruangannya.
***
Nina sedang berada di sebuah mal. Sebetulnya dia ingin memasak istimewa hari itu, karena ia ingat hari itu adalah ulang tahun Haryo. Rupanya Haryo tak pernah mengingat hari lahirnya, sehingga ia selalu saja sukses setiap kali membuat kejutan untuknya.
“Aku sudah memesan kue tar yang enak, lalu memasak ikan yang dimasak asam manis, Pokoknya semua yang disukai mas Haryo,” gumamnya sambil memilih sayuran.
Ketika asyik memilih itu tiba-tiba seseorang menepuk lengannya.
“Kamu Nina ya?”
Nina menoleh dan terkejut.
“Siska? Teriaknya.
“Kok kamu disini?” tanya Siska yang sibuk mengawasi barang-barang belanjaan Nina.
“Lhah kamu juga mengapa disini ?”
Keduanya tertawa riang. Mereka adalah teman ketika sama-sama bekerja di sebuah toko kacamata ketika di Jogya.
“Iya, aku mengikuti suamiku yang pindah kerja disini. Kamu masih menjadi isterinya pak Haryo yang dosen itu?” tanya Siska yang mengetahui hubungan Nina dan Haryo saat masih sama-sama bekerja.
“Ya masih lah Sis, sayang kalau aku sampai pisah sama dia. Dia begitu royal, apapun yang aku minta pasti diberi.”
“Dia masih dosen? Kabarnya isterinya juga dosen?”
“Ya, memang benar, dosen. Tapi sayangnya dia belum mau menceraikan isterinya itu.”
“Jadi kamu masih isteri siri dong?”
“Iya, dia kan pegawai negeri, bisa kena sanksi kalau ketahuan punya isteri lagi. Tapi nggak apa-apa Sis, semua kebutuhan aku tercukupi, kurang apa coba? Soal status aku tak peduli. Nanti kalau dia pensiun, aku baru minta agar dia menikahi aku secara resmi,” kata Nina yang sangat membanggakan Haryo.
“Kelihatan, hidup kamu pasti enak, belanjanya barang-barang mahal semua,” celetuk Siska.
“Oh, iya Sis, hari ini ulang tahun mas Haryo, aku akan masak enak buat dia. Aku juga sudah memesan kue tar yang, nanti sepulang belanja tinggal aku ambil.”
“Waaah, benar-benar sayang suami kamu ya Nin.”
Sementara itu didekat mereka, seorang perempuan paruh baya sedang mendengarkan percakapan kedua wanita yang tampaknya teman akrab itu. Ia adalah Simbok. Ia terkejut mendengar nama Haryo disebut-sebut. Haryo yang dosen, isterinya dosen juga? Apa itu bukan majikannya? Mengapa wanita itu mengatakan bahwa dia isteri siri Haryo?
“Benarkah Haryo yang dimaksud adalah Haryo majikanku? Kalau iya, berarti dia isteri simpanannya? Ya ampuun, benarkah? Pak Haryo begitu gagah dan kaya, tapi wanita itu mana bisa dibilang cantik? Biasa-biasa saja tuh. Jauh lebih cantik bu Tindy dong. Mana bicaranya keras-keras begitu, tertawa juga seperti di rumahnya sendiri saja, sampai ngakak-ngakak. Benar-benar tak tahu sopan santun. Wah, sayang aku nggak bisa memotret dengan ponselku ini. Ibu hanya mengajari cara menelpon dan menerima telpon. Kalau aku bisa memotret pasti sudah aku potret mereka, siapa tahu wanita itu benar-benar selingkuhan pak Haryo,” kata batin Simbok.
“Eh, Bu, belanja tuh ya belanja saja, ngapain ngelihatin kita sampai segitunya?” tiba-tiba Nina menegur dengan pandangan melotot. Simbok terkejut.
“Eh, maaf, itu ... sebetulnya saya mau mengambil sayur itu, tapi Ibu berdiri disitu, jadi bukannya saya ngelihatin Ibu,” jawab Simbok sekenanya.
“Kenapa nggak bilang?” kata Nina ketus, sambil menarik Siska menjauh dari sana.
“Kita ke food court saja yuk, kita ngobrol sambil makan,” ajak Nina kepada temannya.
Siska mengangguk, lalu mengikuti Nina berjalan ke arah lantai atas untuk makan dan ngobrol bersama.
Simbok menghela napas kesal.
“Ya ampuun, cantik enggak, gayanya sudah kayak bintang sinetron saja, tapi galak seperti setan,” gerutu Simbok sambil melanjutkan belanja.”
***
“Simboookkk ....”
Simbok yang sedang berkutat di dapur terkejut mendengar teriakan Tutut.
“Adduh ... mBak Tutut, hampir copot jantungnya simbok.”
Simbok menoleh ke arah Tutut yang berdiri di depan pintu, sambil membawa kotak berwarna putih.
“Itu apa mBak?” tanya Simbok heran.
“Ini kue tar buat bapak, tapi Simbok sembunyikan dulu ya, nanti kita akan membuat kejutan buat bapak,” kata Tutut sambil menyerahkan bungkusan itu pada Simbok.
“Yang ulang tahun siapa mBak?”
“Bapak. Tapi simbok diam saja ya. Jangan bilang siapa-siapa. Nanti bukan kejutan lagi kalau sudah pada tahu.”
Simbok tertegun. Ia teringat pembicaraan dua wanita yang tadi dilihatnya di mal. Ia mendengar kata-kata wanita yang bernama Nina, yang katanya isterinya Haryo, bahwa suaminya ulang tahun hari ini. Sekarang Tutut mengatakan bahwa ayahnya ulang tahun. Kalau begitu benar bahwa yang dimaksud Haryo adalah majikannya.
“Ya ampuun, kebangetan pak Haryo, punya isteri cantik, pintar, sabar, kok selingkuh sama wanita yang sama sekali tidak ada cantik-cantiknya, tapi genitnya setengah mati. Suaranya keras dan tidak punya tata krama ketika tertawa di tempat umum,” kata batin Simbok.
“mBok, kok bengong sih. Jangan bilang simbok sudah kebelet makan kue itu karena mencium baunya ya,” goda Tutut.
“Eh., bukan begitu mBak, pantesan Ibu minta agar Simbok memasak enak, rupanya pak Haryo ulang tahun.”
“Kalau begitu yang ingat kalau bapak ulang tahun hanya aku sama ibu. Ya sudah, simpan dulu Mbok, jangan sampai ada yang tahu, apalagi bapak.”
“Lha kalau pak Haryo pulangnya malam bagaimana?”
“Aku akan menelpon bapak supaya cepat pulang.”
“Baiklah mBak, saya simpan dulu ya,” kata Simbok sambil membawa kotak berisi roti itu dan memasukkannya ke dalam kulkas.
***
Haryo masih berada di ruang kerjanya. Baru saja dia makan diluar bersama beberapa mahasiswanya, yang menodongnya agar mentraktir karena ini hari ulang tahunnya. Haryo heran. Dia sendiri lupa bahwa hari ini adalah ulang tahunnya, tapi mereka rupanya mencatatnya. Dosen setengah tua dan masih ganteng ini sangat royal kepada mereka, dan selalu saja bersedia menuruti kemauan mereka untuk makan-makan dan membelikan cemilan. Sekarang Haryo harus segera pulang. Ia ingat harus bertanya kepada isterinya tentang Hendri. Mengingat Hendri selalu membuat Haryo panas hati.
“Mas Haryo harus mengalah, karena Tindy hanya mencintai aku,” kata Hendri ketika Haryo menemuinya saat ia sedang menunggu Tindy.
“Omong kosong apa itu. Percayalah bahwa aku pasti akan bisa memiliki dia,” kata Haryo dengan angkuhnya.
“Mengapa Mas Haryo begitu yakin?”
“Kamu itu apa, bisakah kamu menciptakan kehidupan yang baik untuk dia?”
“Jangan mentang-mentang mas Haryo dari keluarga berada, lalu merasa yakin bisa mendapatkannya. Tindy bukan cewek matre,” kata Hendri dengan tersenyum sinis.
Dan senyuman itu sangat dibenci Haryo. Senyum yang sangat tampan dan memikat. Pasti senyuman itu yang membuat Tindy tergila-gila, Tapi bukankah dirinya juga gagah dan tampan? Itulah yang dipikirkan Haryo.
Lalu dia bersyukur ketika Hendri tiba-tiba tak pernah muncul, dan ternyata berhenti kuliah karena keadaan.
Dering telpon mengejutkannya.
“Hallo, Tutut?” sapa Haryo ketika menerima telpon dari anak bungsunya.
“Bapak belum pulang?”
“Ini mau pulang.”
“Horeee ... cepatlah pulang Pak,” sorak Tutut.
“Ada apa memang?”
Tutut sudah pulang, tapi yang lain belum, jadi Tutut penginnya Bapak segera pulang,” rengek Tutut.
“Ibu juga belum pulang?”
“Belum.”
“Baiklah, Bapak akan segera pulang.”
Haryo mengemasi tumpukan tugas mahasiswa yang menumpuk di mejanya, bersiap untuk pulang.
***
Haryo sudah sampai di rumah. Memang benar, belum ada mobil isterinya di halaman, juga mobil Lala. Berarti mereka belum pulang. Haryo langsung masuk kedalam rumah, mencari keberadaan Tutut.
“Bapak...” teriak Tutut kegirangan.
“Bilang Simbok, bapak mau jus jeruk,” kata Haryo sambil masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian.
“Baiklah,” kata Tutut yang kemudian berlari ke dapur.
“mBok, ada jus jeruk nggak? Kalau nggak, tolong buatkan untuk bapak,” kata Tutut.
“Ada mBak, di kulkas, sebentar mBok ambilkan.”
“Biar aku saja, Simbok lanjutkan saja masaknya, sebentar lagi mereka pulang dan kita akan makan bersama-sama.”
“Ya, ini sudah selesai. Simbok akan menata sekalian di meja.”
Tutut mengambil gelas, lalu membuka kulkas, bermaksud mengambil tumbler yang sudah berisi jus jeruk. Memang Simbok selalu menyiapkannya, sehingga kalau sewaktu-waktu majikannya ingin minum, tinggal menuangnya saja.
Tapi karena tergesa-gesa, tangan Tutut menyentuh kotak roti yang diletakkan begitu saja oleh Simbok, sehingga kotak itu terjatuh dan isinya berhamburan ke lantai. Tutut menjerit keras.
“Aaauuuww...”
Simbok yang terkejut segera berlari mendekati Tutut yang berjongkok di depan kulkas. Mata Simbok terbelalak melihat roti tar yang semula dihias begitu cantik, berhamburan di lantai.
“Mbak...”
Tutut menangis keras, sambil menyelonjorkan ke dua kakinya.
Haryo yang mendengar teriakan Tutut ikut bergegas ke ruang makan. Dilihatnya Tutut menangis, dan didekatnya kue tar berhamburan.
“Tut, kenapa?”
Tutut berdiri lalu menghambur ke pelukan ayahnya.
“Itu ... itu ... kue buat Bapak ....” tangisnya.
“Kue buat Bapak?”
“Kue ulang tahun buat Bapak ... “ Tutut menangis semakin keras.
“Oh ... iya ... iya Bapak ulang tahun ya? Sudah, tidak usah ditangisi, nanti beli lagi.”
“Tutut ingin membuat kejutan untuk Bapak ...”
“Baiklah, Bapak sudah benar-benar terkejut mendengar teriakan kamu tadi. Sudah mBok, bersihkan lantainya,” kata Haryo yang kemudian mengajak Tutut ke ruang tengah.
Tapi belum sampai duduk di sofa ruang tengah itu, dilihatnya mobil Tindy memasuki halaman.
Haryo memasang wajah masam, kemudian masuk ke dalam kamar, menunggu isterinya masuk.
Tapi ternyata Tindy tidak segera masuk ke kamarnya, karena melihat Tutut sedang menangis di sofa.
“Hei, anak Ibu kenapa?”
Tindy belum menjawab apapun, ketika tiba-tiba Haryo berteriak dari dalam kamar.
“Tindy !”
Tindy terkejut, lalu bergegas mendatangi suaminya. Ia melihat wajah suaminya begitu masam. Tindy mengira ada hubungannya dengan Tutut yang sedang menangis.
“Tutut kenapa?” itulah pertanyaan yang dilontarkan Tindy.
“Jangan bicara soal Tutut. Kemarin kamu bertanya soal wanita bernama Daniar? Kamu tahu siapa dia?”
“Tidak, dia bilang dulu mahasiswa kamu,” kata Tindy tak mengerti.
“Dia itu isterinya Hendri.”
“Apa?”
“Dia isterinya Hendri. Dia bilang bahwa kamu masih berhubungan dengan Hendri, benarkah?”
Tindy benar-benar terkejut.
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah
ReplyDeleteSelamat juaranya pa Djoni, yang gak ada fotonya
DeleteAlhamdulillah..... eMKeJe_08 sdh tayang. Matur nuwun bunda Tien.
DeleteSehat selalu dan selalu sehat nggih.
Salam ADUHAI..
Alhamdulillah sdh hadir MKJ08
ReplyDeleteMATUR NUWUN BU TIEN
Asyiiik
ReplyDeleteTrmksh mb Tien
DeleteUangele msu msk hihihi
Assalamualaikum wrwb ,,
DeleteBener bun ,, 🤭
Walah,, kenapa Daniar memfitnah Tindy??
😭😭
Aduhai mbak Tien selamat bermalam minggu, salam hormat dari Kuta Bali,,🥰🥰
Matur nuwun mbak Tien-ku, MKJ sudah tayang.
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh tayang manusang bu Tien, perang borotoyudo segera dimulai ...slm sehat tetap semangat
ReplyDeleteSami2 pak Djoni
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Yes
ReplyDeleteKasihan Tendy, kena fitnah
ReplyDeleteSemoga kedhoknya Haryo segera terbongkar
Terimakasih bunfa Tien,membuat ikut panas,
Semoga bunda selalu sehat,
Salam srhat dan aduhai
𝐖𝐚𝐡 𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐇𝐚𝐫𝐲𝐨 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐝𝐮𝐡 𝐓𝐢𝐧𝐝𝐲 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐛𝐞𝐫𝐡𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐝𝐠𝐧 𝐇𝐞𝐧𝐝𝐫𝐢...𝐀𝐚𝐚𝐚𝐦𝐦𝐦𝐛𝐲𝐚𝐫𝐫𝐫𝐫.
ReplyDelete𝐁𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐭𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚??? 𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐢 𝐀𝐃𝐔𝐇𝐀𝐈.
𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚...🙏🙏🙏
Sumpah, nyebelin
DeleteSuwun Bu Tien MKJ 8 nya …..🤝
ReplyDeleteSemoga Ibu tansah pinaringan Karaharjan
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Alhamdullilah bunda Tien MKJ sdh tayang.. Terimakasih.. Slmsehat dan aduhai dri sukabumi.. 🙏🙏🥰🥰
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ 08 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdulillah, MKJ 08 sdh terbit.
ReplyDeleteTrm kasih mb Tien, sehat dan bahagia selalu.
Salam Aduhai
Alhamdulillaah...
ReplyDeleteMKJ sudah hadir..
Matur nuwun bu Tien, Semoga ibu dan keluarga sehat selalu
Aamiin yaa Robbal’alamiin...
Salam SeRoJa... ADUHAI...
𝑪𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒎𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒆𝒍𝒊𝒏𝒅𝒂𝒏
ReplyDelete𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒎𝒃𝒂𝒌 𝑻𝒊𝒆𝒏
Menutupi kesalahan dengan kesalahan...
ReplyDeleteBeginilah jadinya... Rumit...masalah bermunculan.
Monggo ibu Tien, dilanjut aja makin penasaran..
Matur nuwun berkah Dalem...
Yuhuiii .. malming dgn bumbu gemes sm Haryo ... heheehe .. Salam Aduhai, mbak Tien .. semoga sehat bahagia selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSyukron Mbak Tien🌷🌷🌷🌷🌷
Terima kasih, sehat sehat selalu..
ReplyDeleteIzin numpang baca..
Terima kasih... makin ceritanya.... sehat² trs mbu Tien...
ReplyDeleteAlhamdulillah... tayang gasik, sangu bobok
ReplyDeleteWaw bisa baca kebih awal, terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.
ReplyDeleteAlhamdulilah, terima ksh bu tien...semoga bu tien sehat selalu aamiin. Salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteMatur nuwun Ibu Tien...Alhamdulilah sudah tayang
ReplyDeleteEpisode2 yang membuat penasaran...siapa Daniar sebenarnya....
Mugi Ibu tansah sehat
Sami2 ibu Moedjiati
DeleteAamiin
Alhamdulillah Cerbung MKJ Episode 08 sudah tayang, terimakasih banyak mBak Tien Kumalasari, semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
ReplyDeleteSalam hangat dari Tangerang.
Sami2 mas Dudut
DeleteAamiin
ADUHAI
Ada yang mau adu domba, semoga tidak mempan. Tapi ada yang mau membuat hancur. Sing salah bakal seleh.
ReplyDeleteSalam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Salam ADUHAI pak Latief
DeleteTerima kasih Bu Tien... MKJ08 sudah tayang.
ReplyDeleteSalam sehat selalu. Amin...
Sami2 ibu Yacinta
DeleteSalam ADUHAI
Ya Alloh kasihan Tindy sudah benar2 berjuang untuk putranya masih aja ada yg mau menyakitinya. Masih adakah rasa cinta Haryo sama Tindy yg begitu atogan hanya karena wa dari orang yg mengaku istri Hendri. ....
ReplyDeleteJadi ingin tahu kelanjutannya secepate.
Makasih Bu Tien..... Sehat selalu
Sami2 ibu Rochmah
DeleteADUHAI
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat malam selamat beristirahat... Salam sehat penuh semangat... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteSalam ADUHAI..
Terima kasih Mbak Tien MKJ 08 sudah hadir. Salam sehat Aduhai selalu.
ReplyDeleteSami2 jeng Ira
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI
Alhamdulillah, MKJ08 tayang, mksh bu Tie, selamat berakhir pekan salam sehat dan aduhai..
ReplyDeleteAlhamdulillah.
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, salam sehat selalu.
Nah lho kan Haryo(Suman) mulai aksinya, padahal marahnya sudah terencana seolah jadi scenario yang pasti akan diperankan nya.
ReplyDeleteBiasanya orang sok suci begitu, maen teriak dulu biar kelihatan; aku gitu loh.
Mulai bikin peraturan karena aku yang lebih berkuasa disini, nggak mau silahkan pergi, masih mbandel cuthik.
Justru dengan menutup tanpa mengoreksi diri, tanpa memberi kesempatan, itu justru terlihat kekerdilan pengetahuan umum mu.
Pamer ujian terpusat dengan tiga mapel; bahasa, berhitung, pengetahuan umum, lha kok pengetahuan umum nya jeblok, itu sepertiga dari seratus persen lho, iya kalau dua laennya baek² saja, kalau juga minus sepuluhan saja sudah separuh kejeblokannya.
Kapok mu; jalan kaya lewat lumpur; kalau maju alot mundur kademen, kan sudah dingin.
Kalau mau utuh itu ya tanya dirimu sendiri; tujuan awal kamu berumah tangga itu mau apa? Memiliki, menguasai, trus kebanggaan mu setelah itu apa?
Cakep mu pakai ditest lagi?
Masih laku apa tidak; gitu?
Kaya kampanye aja, keluar uang itu yang pasti biar dapat dukungan, yang ada ya dhuwit mu harus keluar, dari dulu ya kaya gitu masih di jalani.
Jalan ditempat.
Ayep; lagu lama, ada uang Abang di sayang, nggak ada uang Abang di tendang.
Tindy yang sudah terlatih karena sering di bohongi dengan santai bilang;
Mas sejak menikah; aku bener² konsen pada keluarga sendiri, bukan merusak keluarga orang lain, kalau dirumah tidak betah, dan maunya marah² saja, dan kalau sudah sekian tahun tiap hari pulang malam, apakah saya pernah negur?
Tanya anak² aku selalu pulang sesuai jadwal kerja.
Siapa tahu itu memang ada hubungan nya dengan pekerjaan. Kan mas selalu mengatakan sibuk.
Tapi kalau sudah masa bodoh dengan anak istrimu disini, nggak usah marah marah; silahkan karena diluar sana sudah menunggu seseorang yang akan merayakan ulang tahun mu.
Rekan bisnismu.
ADUHAI
Wah namanya pinter ngomong, sudah; volumenya otomatis meninggi, berkuasa lagi, huh.
Nah anggota pada berdatangan dengar ada ribut didalam.
Ini si 'suman' belum tahu kecuali Tutut, satu rumah sudah merasakan ada sesuatu yang disembunyikan olehnya.
Terimakasih Bu Tien
Memang Kembang Jalanan yang ke delapan sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
ADUHAI Nanang
DeleteAamiin
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMasih panas
ReplyDeleteSeru bukan main
ReplyDeleteADUHAI ibu Swissti
DeleteGemesss
ReplyDeleteSalam gemes ibu Hestri
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteWah episode yg seru...
Lanjuutt
ADUHAI ibu Yulie
DeletePelakor lagi ya...
ReplyDeleteMakasih mba Tien .
Salam sehat selalu. Aduhai
Salam sehat dan ADUHAI ibu Sul
DeletePelakor baru .
ReplyDeleteMau pensiun aja gaya ..dasar Haryo Haryo kamu kena Getahnya ..anak mu 2 Lala dan adiknya tau kelakuan mu si jelalatan ihh ikut hanyut n marah aku🙈🙈😩
Hehee.. ADUHAI ibu Yanti
Deleteya Alloh...ikut nyesek mbak Tien. Smg indah pada waktunya...sumanggo mbak Tien aja.
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbakTien
Salam sehat dan ADUHAI ibu Umi
ReplyDeleteAh .....ceritanya bikin ......
ReplyDeleteSalam ADUHAI,mbak Tien.
Salam ADUHAI ibu Purwani
DeleteMatur nuwun bu Tien. Saya tdk habis pikir koq bisa bisa Haryo tenang tenang menghadapi masa pensiun. Jangan jangan kalau pensiun ditinggal Nina..lha gaji tinggal berapa persen. Kasihan Tindy..repot cari uang, ngurus anak sama rumah eh diselingkuhi..kurang aa coba..gemes jadinya. Salam sehat buat bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Noor
ReplyDeleteSalam ADUHAI
Assalamualaikum wr wb. Haryo tdk mencari info yg lengkap tentang Daniar dan keburu emosi thdp istrinya, padahal bisa saja itu fitnah Daniar untuk menghancurkan keluarga Tindy Haryo. Sementara Haryo sendiri selingkuh. Tampaknya semakin seru ceritanya, saya tunggu saja dgn sabar. Maturnuwun Bu Tien ceritanya, semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.. Salam sehat dari Pondok Gede..
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMtur nuwun Bun...
Mugi2 tansah rahayu sedoyonipun