MEMANG KEMBANG JALANAN 07
(Tien Kumalasari)
Tindy berpikir sejenak, lalu berdiri. Tapi kemudian dia berfikiran lain.
“Baiklah, tapi bisakah tamunya dipersilakan ke ruangan saya?” tanya Tindy yang kemudian merasa bahwa ada sesuatu yang kalau dibicarakan di ruang tamu akan tidak enak bila didengar orang lain. Entah mengapa Tindy berpikir demikian.
“Baik,” kata pegawai kantor itu.
Tindy kembali duduk, menunggu. Tak lama kemudian seorang wanita masuk, diantar oleh pegawai kantor tadi, setelah mengetuk pintu.
Tindy menatap tajam. Wanita itu kira-kira sebaya dengan dirinya, atau mungkin lebih muda. Wajahnya cantik. Pastinya ketika muda juga lebih cantik. Wanita itu mengangguk sambil tersenyum. Tindy pun menyambutnya sambil tersenyum.
“Silahkan duduk,” sapanya ramah.
“Terima kasih,” jawabnya yang kemudian mengulurkan tangannya.
“Saya Daniar,” katanya lagi memperkenalkan diri.
“Oh, Ibu Daniar?” Tindy mencoba mengingat ingat, dia seperti pernah mendengar nama itu, tapi Tindy lupa dimana, dan siapa sebenarnya dia.
“Ibu mengenal saya?” lanjut Tindy.
“Iya. Ibu Tindy, tapi baru sekali ini saya bertemu Ibu,” terang Daniar, masih dengan tersenyum.
“Oh, dari mana Ibu tahu nama saya, dan mengapa menemui saya?” tanya Tindy sambil menatapnya tajam.
“Saya, sebenarnya murid pak Haryo .... “
“Murid suami saya?” Tindy bertanya heran. Pikirannya segera terbang ke arah yang terburuk. Suaminya selingkuh dengan wanita itu.
“Ibu mahasiswa suami saya?”
“Mm-maksud saya, bekas mahasiswanya.”
“Oh, lalu apa maksud kedatangan Ibu menemui saya?”
“Saya ini.. sebenarnya ... saudaranya mas Hendri.”
“Hendri ... Hendriyanto ? Kalimantan ?”
“Ya Bu.”
Tindy tertegun. Ia mengingat ingat, apakah Hendri pernah cerita tentang saudaranya yang bernama Daniar? Sepertinya dia pernah mendengar nama itu. Hendri kah yang menyebutkannya?
“Baiklah, tapi Ibu belum mengatakan maksud kedatangan ibu kemari.”
“Maaf Bu, saya hanya ingin bertanya, apakah Ibu pernah berhubungan dengan mas Hendri? Maksud saya ... hubungan ... cinta.”
Mata Tindy membulat. Ia sebenarnya kesal mendengar Daniar menanyakan hal itu.
“Mengapa Ibu menanyakannya?” tanya Tindy sambil menatapnya tajam.
“Maaf, sekali lagi maaf. Mas Hendri kan saudara saya. Isterinya sering bertanya kepada saya, apakah Ibu pernah menjadi pacar mas Hendri?”
“Mengapa dia menanyakannya? Kan sudah menjadi isterinya? Pentingkah menanyakan itu?”
“Benar Bu, tapi sejak beberapa tahun pernikahan mereka, mas Hendri sering menyebut nama Ibu. Menurut mas Hendri, Ibu wanita yang hebat. Cantik, baik, dan bisa menjadikan anak-anaknya menjadi anak-anak yang sukses. Sementara isteri mas Hendri dianggapnya tidak becus merawat dan mendidik anak-anaknya. Itulah yang dikatakan isteri mas Hendri kepada saya. Lalu dia minta agar saya menanyakan pada Ibu, benarkah mas Hendri berpacaran dengan Ibu ketika masih kuliah.”
Tindy menghela napas. Mengapa dia harus dilibatkan dalam pertengkaran keluarga Hendri? Mengapa pula Hendri membanding-bandingkan dirinya dengan isterinya?.
“Itu sebabnya Bu, mengapa saya menemui Ibu. Saya hanya ingin tahu, apa benar apa yang dikatakan isteri mas Hendri. Dia minta tolong agar saya memastikannya.”
Tindy merasa terganggu dengan kedatangan Daniar. Dia dan Hendri sudah berpisah sejak mereka masih kuliah, lalu Hendri pergi sebelum menyelesaikan kuliahnya karena sesuatu hal. Mungkin karena keluarganya yang kurang mampu, sehingga dia harus berhenti kuliah dan pergi hijrah ke Kalimantan dan mendapat pekerjaan disana.
“Sebenarnya tidak sepantasnya saya dilibatkan dalam persoalan rumah tangga mereka. Itu bukan urusan saya. Sejak Hendri menikah saya tidak pernah lagi berhubungan sama dia. Dan saya menyesal telah menerima Ibu, dengan harus mendengar hal yang tidak penting bagi saya,” kata Tindy tandas. Wajahnya menjadi gelap.
Daniar tersenyum, lalu bangkit dari duduknya.
“Saya juga menyesal telah menemui Ibu demi saudara saya itu. Saya benar-benar minta maaf. Saya permisi.”
Tindy hanya mengangguk pelan, dan membiarkan Daniar keluar dari ruangannya.
“Aneh. Mengapa dia menemui aku hanya untuk mengatakan itu? Apa pentingnya dia tahu bahwa saya pernah pacaran dengan Hendri? Angan Tindy melayang ke arah puluhan tahun yang lalu, disaat dia masih kuliah, dan begitu dekat dengan Hendri.
“Tindy, kamu tahu bahwa aku sangat mncintai kamu?” tanya Hendy ketika mereka sedang duduk dibawah pohon rindang di kampus mereka.
“Mengapa kamu menanyakan itu? Tentu saja aku tahu,” jawab Tindy heran.
“Apakah kamu juga mencintai aku?”
“Kamu hari ini sangat aneh Hendri, kita sudah selalu bersama, dan masing-masing tahu isi hati kita.”
“Aku sangat menyesal ... “
“Apa maksudmu?” taya Tindy yang merasa heran atas sikap Hendri yang tidak seperti biasanya. Tindy menatap Hendri yang duduk di sampingnya. Wajah itu tampak pucat tak bersemangat.
“Apa yang terjadi Hendri? Kamu sakit?”
“Aku harus berhenti kuliah,” kata Hendri pelan.
“Berhenti?” Tindy sangat terkejut.
“Orang tuaku tak mampu lagi membiayai aku,” katanya pilu.
“Lalu bagaimana?”
“Aku harus berhenti, dan mencari pekerjaan.”
“Kamu sudah mendapat pekerjaan?” tanya Tindy iba.
“Ada yang mencarikan aku pekerjaan.”
“Dimana?”
“Kalimantan,” pelan sekali Hendri menjawabnya.
“Kalimantan? Dimana tepatnya?”
“Nanti aku beritahu persisnya.”
“Aku sedih harus berpisah dari kamu Hendri,” keluh Tindy yang air matanya mulai merebak.
“Kalau kita memang berjodoh, maka kita pasti akan bertemu lagi.”
Menitik air mata Tindy. Ia sangat mencintai laki-laki disampingnya. Ia berharap Hendri akan menjadi pendamping hidupnya kelak ketika kuliah mereka selesai. Tapi apa mau dikata, mereka harus berpisah.
“Jangan menangis Tindy. Meskipun jauh, aku akan tetap mencintai kamu. Kalau aku sudah berhasil, aku akan melamar kamu,” janji Hendri.
“Kalau kuliah aku selesai, aku akan menyusul kamu,” bisik Tindy sambil menghapus air matanya. Ia ingin meraung sekeras-kerasnya, menangisi perpisahan yang sama sekali tak disangkanya, tapi ia sadar bahwa masih ada di lingkungan kampus, dan semua mata akan melihatnya. Ia menahan tangisnya sehingga napasnya menjadi sesak.
“Tindy, akupun ingin menangisi perpisahan kita. Tapi kita harus kuat, aku sedang berjuang melanjutkan hidup aku. Ini juga demi kamu. Kamu tahu kan?”
Tindy hanya mampu mengangguk lemah.
“Bu Tindy.”
Tindy terkejut dan membuyarkan lamunannya, ketika salah seorang dosen menghampirinya. Tadi ia seperti mendengar ketukan, tapi tak dirasakannya.
“Oh, ya bu Nancy,” tanya Tindy gugup.
“Saatnya makan siang, Ibu mau saya temani makan di kantin?” tanya Nancy yang memang dekat dengan Tindy.
“Oh, ya ... baiklah,” kata Tindy sambil berdiri.
***
“Tadi ada tamu siapa?” tanya Nancy ketika mereka makan bersama.
“Oh, itu ... ah entahlah, saya juga bingung.”
“Jadi Ibu tidak mengenalnya?”
“Tidak, baru sekali ketemu. Dia orang aneh,” gumam Tindy pelan.
“Aneh bagaimana Bu?”
“Dia bilang, dia dulu mahasiswa suami saya.”
“Oh, lalu ....”
“Dia bertanya hal-hal aneh, aku tidak mengerti. Kalau tahu begitu aku tak akan menerimanya.”
“Dia mengganggu Ibu?”
“Hampir seperti itu. Masa dia bertanya apakah aku dulu pacaran sama saudaranya ... aneh kan?”
“Kok aneh ... punya maksud apa dia?”
“Entahlah, aku tidak ingin memikirkannya.”
Nancy terdiam, karena merasa bahwa Tindy tak suka dia menanyakannya. Tapi wajah Tindy yang tampak berbeda, menandakan bahwa dia merasa kesal dengan tamunya tadi.
“Mengapa makannya tidak dihabiskan Bu?” tanya Nancy ketika melihat Tindy sudah menutup sendok garpunya.
“Aku sudah kenyang Bu, porsinya banyak sekali,” kata Tindy sambil minum teh hangatnya.
Tindy memang selalu makan di kantin, jarang sekali keluar kalau tidak ada acara, atau ada yang mengajaknya makan diluar. Ia menikmati hari-harinya di kampus dengan hati yang selalu dibuat setenang mungkin, walau sesungguhnya ada sesuatu yang membuat hidupnya tiba-tiba terasa terganggu.
Kebahagiaan hidup bersama Haryo di awal pernikahan sudah lenyap sejak bertahun silam. Ia tidak mengira suaminya sangat menyukai wanita-wanita cantik di luaran. Kalau hanya bercanda, tidak apa-apa. Tapi beberapa pernah menjadi kekasihnya. Ia punya senjata wajah yang lumayan dan sifat royal kepada semua perempuan. Beberapa kali ia berhenti, ketika Tindy menegurnya. Tapi kesukaan itu seperti sudah mendarah daging dalam kehidupannya. Dari rasa kasihan kepada seorang wanita, menjadi suka, lalu terjadi affair. Sudah lama Tindy mengetahuinya. Tapi Tindy selalu menerima saat suaminya kembali ke rumah.
Kali ini ia meiihat hal yang berbeda. Suaminya juga bersikap sangat dingin terhadap dirinya.
Tindy menghela napas, lalu kembali menghirup sisa minumannya. Tindy seorang wanita yang kuat. Dia tak ingin menampakkan kesedihan itu di hadapan anak-anaknya.
Nancy membiarkan Tindy larut dalam lamunan, dan tak ingin mengganggunya, sampai kemudian justru Tindy yang menegurnya.
“Bu Nancy sudah selesai?”
“Sudah Bu. Tapi biar saya yang membayarnya,” kata Nancy sambil berdiri, mendahului Tindy yang juga ingin beranjak ke kasir.
“Aduh, terima kasih Bu Nancy.”
“Sekali-sekali biar saya. Sudah sering Bu Tindy mentraktir saya,” kata Nancy sambil tersenyum.
***
Malam hari itu ketika Haryo pulang ke rumah, dilihatnya Tindy masih duduk di ruang tengah sambil menyaksikan acara di televisi. Entah benar-benar menikmati acara itu, atau tidak, tapi Haryo melihatnya begitu.
Tindy berdiri menyambut suaminya, mengambil tas yang dibawanya lalu meletakkannya di meja.
“Aku buatkan kopi sebentar,” kata Tindy.
Lalu dia beranjak ke belakang, membuatkan kopi untuknya. Hari sudah malam, dan Simbok sudah tertidur. Ia tak ingin mengganggunya.
Haryo keluar setelah mengganti baju dan duduk di ruang tengah karena isterinya bilang akan membuatkan kopi untuknya.
“Sudah malam, aku lelah, ingin segera tidur,” kata Haryo setelah menghirup kopinya.
“Mas pernah punya mahasiswa bernama Daniar?” tanya Tindy tiba-tiba.
“Apa?”
“Pernahkah Mas punya mahasiswa bernama Daniar?”
“Kamu mencurigai aku lagi?” tanya Haryo yang sudah bersiap ingin marah. Wajahnya tiba-tiba menjadi dingin.
“Bukan, aku hanya bertanya, bukan curiga.”
“Tidak ada. Tidak pernah aku mengenal nama itu.”
“Maksudku bukan sekarang, mungkin dulu, beberapa tahun lalu.”
“Tidak pernah mendengar nama itu,” kata Haryo sambil berdiri.
“Memangnya kenapa?” Haryo masih memerlukan untuk bertanya.
“Tidak ada apa-apa. Tadi ketemu seseorang, dia bilang dulu pernah menjadi mahasiswa Mas.”
“Oh, tidak pernah, atau mungkin juga aku lupa. Mahasiswaku kan banyak.”
“Ya, mungkin Mas lupa. Ya sudah, istirahatlah,” kata Tindy sambil membawa cangkir kopi yang telah kosong ke belakang.
“Kalau begitu perempuan itu bohong. Atau mungkin mas Haryo lupa. Ah, entahlah, sikap wanita itu memang tampak aneh,” gumamnya sambil meletakkan cangkirnya di meja dapur, lalu iapun masuk ke kamar, dan melihat suaminya sudah berbaring sambil memejamkan matanya.
***
Pagi itu Haryo berangkat ke kampus agak siang. Tindy dan anak-anaknya sudah pergi. Tak ada yang bertanya mengapa Haryo belum berangkat mengajar di jam yang biasanya Haryo berangkat pagi.
Haryo mengambil sepatunya dan mengenakannya.
“Oh, Bapak belum berangkat rupanya,” kata Simbok yang kemudian kembali ke belakang.
“Ada apa Mbok?”
“Saya kira sudah berangkat semuanya, Simbok mau mengunci pintu.”
“Sebentar lagi aku berangkat.”
“Baik Pak, nanti kalau Bapak sudah berangkat simbok baru mengunci pintu.”
Tiba-tiba ponsel Haryo bergetar, ada pesan masuk. Haryo mengambil ponselnya, dan melihat nomor tak dikenal mengirim pesan.
“Siapa ini? Nggak kenal aku.”
Haryo ingin mengabaikannya, tapi ponselnya kembali bergetar.
Haryo membukanya, ada dua pesan disana.
***
Besok lagi ya.
Terima kasih Mbak Tien ... Tindy memang oye.
ReplyDeleteSalam ADUHAI.
Waw p Yowa
DeleteSelamat pak Yowa.
DeleteJuara 1 Mas Yowa....top markotop
DeleteAlhamdulillahi......
DeleteeMKaJe_07 sdh tayang.
Terima kasih bunda Tien salam sehat selalu dan tetap ADUHAI......
Alhamdulillah.. Terimakasih bunda Tien salam sehat penuh Aduhaaaai 😘❤️
DeleteLama nggak balapan mas Yowa, selamat.
DeleteADUHAI jeng Nani
Mas kakek
Jeng Iyeng
Ya Mbakyu ... karena kesibukan yg menumpuk, jadi jarang balapan.
DeleteSalam sungkem katur Mas Dayat.
Tindy...tabahkan hatimu
ReplyDeleteBaiklah ibu Iyeng
Deletettd
TINDY
Alhamdulillah MKJ sudah tayang
ReplyDeleteTrimakasih bu Tien
Salam aduhai dari Bojonegoro
Sami2 ibu Wiwik
DeleteADUHAI
Matur nuwun mbk Tien
ReplyDeleteSami2 jeng Nani
DeleteADUHAI
Alhamdulilah, suwun
ReplyDeleteSami2 jeng Sis
DeleteADUHAI, Lama nggak komen
Alhamdulillah MKJ 07 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Sami2 ibu Uchu
DeleteAamiin
Matur nuwun Mbak Tien, MKJ sudah dapat saya nikmati lagi..salam sehat selalu
ReplyDeleteSami2 Bunda
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Terimakasih bu Tien. Semoga sehat selalu.
ReplyDeleteSami2 ibu Dyah
DeleteAamiin
yaa….. yelat lg …
ReplyDeleteLari kencang pak Wiyoto
DeleteAssalamualaikum wrwb
ReplyDeleteSusah masuk ,,
Matur nuwun Bu Tien, yg ditunggu " sudah hadir , salam aduhai dari Pasuruan
ReplyDeleteSami2 ibu Mundjiyati
DeleteADUHAI
maturnuwun bu Tien. salam aduhai dari baturetno,
ReplyDeletesemoga selalu sehat
Sami2
DeleteHallow Baturetno
Tuh kan.... Ditinggal meleng udah bergondrong2 komentarnya...😀
ReplyDeleteAduhai bener Bu Tien 😍😍
Bergondrong tuh apa ibu Wening? Memangnya rambut?
DeleteADUHAI
Plesetan ku buat berbondong2 Bu 😀😂😂
DeleteAlamdulillah...
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap
.
Sami2 pak Wedeye
DeleteAamiin
ADUHAI
Alhamdulillah...
ReplyDeleteWa syukurillah ibu Atiek
DeletePak Yowa slmt juara 1
ReplyDeleteMakasih Bunda yg ditunggu dah muncul, maaf beberapa hari gak koment kondisi baru kurang sehat Bun.
ReplyDeleteAlhamdulillah dah mulai baik , met malam dan met beristirahat Bun
Sami2 mas Bambang
DeleteSaya baru mau bertanya, kok lama nggak komen.
Semoga sekarang sudah sehat dan selalu sehat ys
Alhamdullilah.. Akhirnya dtg jg MKJ.. Bunda Tien yerima ksiih.. Slmsehat dan Aduhai🙏🙏🥰🥰
ReplyDeleteSami2 ibu Farida
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Alhamdulillah
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Sugini
DeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni,
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien selalu sehat... Selamat malam selamat beristirahat... Salam 🙏🙏🙏
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteAamiin
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina,
Tadi susi lihat belum ada yang koment, tapi msu maduk
ReplyDeleteSusah sekali..
Aduhai mbak Tien bagaimana ta caranya??🙏🏻🙏🏻
ADUHAI ibu Susi
DeleteSaya ini juga gaptek. Hehee..
Alhamdulillah Cerbung MKJ Episode 07 sudah tayang, terimakasih banyak mBak Tien Kumalasari, semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia sejahtera bersama keluarga tercinta, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
ReplyDeleteSalam hangat dari Tangerang.
Sami2 mas Dudut
DeleteSalam hangat dari Solo
Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah sampai di rumah.
ReplyDeleteAda orang baru nih.. mungkin akan mengubah jalur cerita.
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Sami2 pak Latief
DeleteADUHAI
Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.
ReplyDeleteSami2 ibu Yati
DeleteAamiin
Alhamdulillah MKJ 07 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu
Aamiin
Salam ADUHAI selalu
Sami2 ibu Ting
DeleteADUHAI selalu
Alhamdulillah..
ReplyDeleteTindy wanita kuat...
Semoga yang jelek terkuak satu persatu
Salam Aduhaiii mbak Tien
Matur nuwun Bu Tien, semoga tetap sehat penuh barakah....aamiin
ReplyDeleteSami2 ibu Reni
DeleteAamiin
Tharara.. ... MKJ 07 sdh dtng
ReplyDeleteTrmksh mb Tien smg sehat sll
Salam ADUHAI
Sami2 Yangtie
DeleteAamiin
Salam ADUHAI
Alhamdulillah, terima kasih Bu Tien mkj nya sdh tayang....
ReplyDeleteSalam sehat selalu...
Sami2 pak Prim
DeleteSalam sehat selalu
Terima kasih bu Tien, salam aduhai..
ReplyDeleteSami2 ibu Komariah
DeleteSalam ADUHAI
Maturnuwun bu Tien MKJ~07 sudah hadir.. salam sehat senantiasa..
ReplyDeleteSami2 pak Djodhi
DeleteSalam sehat ADUHAI
𝑷𝒆𝒔𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑫𝒂𝒏𝒊𝒂𝒓 𝒌𝒂𝒉?
ReplyDelete𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒎𝒃𝒂𝒌 𝑻𝒊𝒆𝒏.
Sami2 KP LOVER
Delete
ReplyDeleteMaturnuwun, mb Tien
Yuli Semarang
Matur nuwun bu Tien..alhamdulilah sudah tayang..
ReplyDeletePenasaran hari kemarin sudah terjawab dengan hadirnya Daniar...tapi penasaran lagi.....
Mugi Ibu tansah sehat
Salam aduhai dari Tangsel
Sami2 ibu Moedjiati
DeleteAamiin
Salam ADUHAI
Sami2 ibu Yuli
ReplyDeleteADUHAI, lama tidak komen njih
Sembah nuwun Bu Tien MKJ 7
ReplyDeletesmakin seru nih petualangan Don juan casanona …
ato Haryo mlh Play boy kabel …✌️😂
Sehat sll Bunda …🤝
𝐖𝐚𝐮𝐮𝐰𝐰𝐰 𝐭𝐚𝐦𝐛𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐫𝐮 𝐦𝐞𝐦𝐨𝐫𝐲2 𝐥𝐚𝐦𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐦𝐮𝐧𝐜𝐮𝐥𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐢𝐤 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐇𝐚𝐫𝐲𝐨 𝐝𝐚𝐧 𝐓𝐢𝐧𝐝𝐲.
ReplyDelete𝐁𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐭𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐢 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐀𝐃𝐔𝐇𝐀𝐈 .
𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐮𝐭𝐤 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚.. 𝐒𝐮𝐤𝐬𝐞𝐬 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐫𝐲𝐚2𝐧𝐲𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐎𝐏 𝐌𝐀𝐑𝐊𝐎𝐓𝐎𝐏..𝐀𝐚𝐦𝐢𝐢𝐧 𝐘𝐑𝐀.🙏🙏🙏
Daniar masih gerilya mencari jawab, apakah dulu Tindy pernah jadi pacar Hendriyanto.
ReplyDeleteRupanya kebalik biasanya berlagak suci dengan meluapkan kemarahan pada yang mencurigai. Kini jadi ada bahan buat ribut gantian mencurigai Tindy, ini bakal ada bakar bakaran memanaskan suasana, bila tidak terkendali. Lala masih maen ke rumah untuk Astri kah?
Wiw seru juga hubungan sudah dingin jadi panas di hati, biasa sok jago; marah pun jadi santapan sehari-hari. Untuk menutupi belangnya. Namanya kejar target, dan itu belum tercapai.
ADUHAI
Pembangunan istana ke-dua belum selesai hé hé hé, ada kedala pembebasan lahan ha ha ha, terpaksa asesoris dipasang di rumah kontrakan biar dingin; buat melarikan suasana hati biar ada terasa beda. Sudah pasang kuda kuda rupanya; bila nanti ada konfrontasi, paling tidak sudah hilang rasa gregetnya.
Memang sudah lama juga 'ungkur-ungkuran'; wèh kalau saling bunyi kaya apa ya, menebar aroma terapi kayanya, hanya demi anak saja; kelihatan masih pulang ke rumah.
Terimakasih Bu Tien
Memang Kembang Jalanan yang ke tujuh sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Mas HPku hilang, ini pakai hp jadul nomer baru, nanti belikan wadah buat SIM card yang baru yaa..
DeletePembaharuan tersedia silahkan update wk wk wk
Belum Nina, Nini dsb skrng ada Daniar brp wanita yg sdh dipetualangi oleh Haryo. Haryo hanya kapok lombok setiap ketahuan selingkuh berjanji sama istrinya yg kuat dan tabah demi anak2nya.
ReplyDeleteBiasanya petualang seperti Haryo sembuh kl sudah dead.
Semakin seru ini MKJ nya.
Makasih Bu Tien semoga sehat selalu.
Ttimakasih mbak Tien MKJ07nya..
ReplyDeleteMakin seruu..
Tindy wanita hebat..tegar..mempunyai kuatan hati..tp naluri istri tetap ada..peka..
Semoga segra terbuka tabir Haryo..
Aduhaii bangeet mbak Tien..salam sehat selalu dan kelg..🙏💟🌹
Menghangat
ReplyDeleteAda lagi ya yg mau ganggu . KasihanTindy.
ReplyDeleteMakasih mba Tien
Salam sehat dan selalu aduhai
Alhamdulillah, mbak Tien ... salam sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah, terimakasih bu Tien semoga bu Tien sehat selalu.
ReplyDeleteSami2 ibi Sri
DeleteAamiin
Alhamdulillah .makasih bu Tien..sehat selalu
ReplyDeleteSami2 ibu Yanti
DeleteAamiin
Alhamdulilah .terima kasih bu tien..nunggui mkj sampe ketiduran ..salam sehat dan salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Aduhai, Matur nuwun.mbaknTien, MKJ di awal ceritanya lebih seru bikin penasaran pembaca .. hehehehehe salam sehat bahagia
ReplyDeleteSami2 pak Pri
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien MKJ 07 nya
Bikin gemes dg Haryo n Tindy juga sih
Salam sehat wal'afiat n Salam ADUHAAII
Sami2 ibu Ika Laksmi
ReplyDeleteADUHAI
Alhamdulillah,sehat Bu Tien .
ReplyDelete.Aamiin
Matur nuwun bu Tien. Saya suka dengan tokoh Tindy..meski tahu suaminya suka selingkuh tetapi tetap mau melayani membawakan tas, memasak, membuat kpi dll.meski hati teriris iris tetapi berusaha menutupi di depan anak anak. Wah kalau saya jadi Tindy tentunya sudah mencak mencak..
ReplyDeletePuji dan syukur MKJ 07 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu, dan tetap semangat untuk menulis
Salam ADUHAI dr Bandung
Alhamdulillah...
ReplyDeleteMtur nuwun Bun...
Mugi2 tansah sugeng