Thursday, January 6, 2022

MEMANG KEMBANG JALANAN 06

 

MEMANG KEMBANG JALANAN  06

(Tien Kumalasari)

 

“Ayo mas, disebelah kiri itu kosong, parkir disitu saja,” kata Nina mengingatkan Haryo, karena melihat Haryo tampak ragu-ragu.

“Sudah penuh lho mas, aku turun saja dulu, cari tempat ya,” kata Nina lagi sambil membuka pintu dan turun.

“Eh, tunggu Nin ... nanti saja,” teriak Haryo, tapi Nina tak menggubrisnya. Haryo membuka kaca disebelahnya dan meneriaki isterinya.

“Nina ! Nggak usah !!”

“Mas parkir dulu, aku mau cari meja kosong yang enak,” katanya terus memasuki restoran itu.

Haryo mengeluh kesal. Ia tak mungkin ikut masuk, ada isterinya di dalam, yang mungkin juga bersama anak-anaknya. Ia melongok kedalam, matanya menyapu ke sekeliling ruangan, dilihatnya Nina mencari cari tempat yang kosong, tapi restoran itu memang sedang penuh. Lalu mata Haryo terpaku pada sebuah meja yang kebetulan terletak ditengah-tengah ruangan, dan melihat Tindy menghadap ke arah luar, dikelilingi ketiga anak gadisnya. Hati Haryo tiba-tiba menciut. Bayangan Nina tak tampak, rupanya dia sedang mencari-cari.

Dengan nekat Haryo memundurkan mobilnya, lalu keluar dari area parkir di halaman restoran itu. Ia memarkir mobilnya di pinggir jalan.

Nina sudah menemukan meja kosong, tapi Haryo tak juga datang menyusul.  Ia terus menatap ke arah pintu masuk, yang ada malah beberapa pasangan yang sedang mencari-cari tempat kosong.

Nina menelpon Haryo.

“Mas, kok lama, aku sudah dapat tempat duduk nih,” kata Nina berbaur dengan alunan musik lembut yang terdengar memenuhi ruangan.

“Keluarlah Nin,” kata Haryo.

“Apa ? Kalau aku keluar, tempat ini akan segera dipakai orang lain. Ada beberapa yang sedang mencari tempat duduk.”

“Nggak enak makan di tempat rame, aku nggak suka,” kata Haryo.

“Lalu bagaimana Mas?”

“Keluar. Kita cari tempat lain saja. Jangan sampai kepalaku pusing karena makan di tempat bising seperti itu.”

“Jadi... aku keluar Mas?”

“Keluar ! Gimana sih kamu?” kata Haryo sedikit keras, dan Nina agak takut mendengar sentakan suara Haryo. Ia berdiri lalu beranjak keluar.

Ia mencari di parkiran, tak tampak mobil Haryo.

“Mas, dimana sih Mas? Aku tak melihat mobil Mas di tempat parkir,” Nina menelpon lagi.

“Aku di pinggir jalan.”

“Ya ampuuun,” Nina menggerutu sambil melangkah keluar. Sepasang mata bening mengawasi sejak mobil Haryo datang, lalu tak lama lagi keluar. Ia juga melihat ketika seorang wanita turun dari mobil itu, lalu mencari-cari tempat duduk, tapi tak lama kemudian keluar lagi.

“Pasti mas Haryo melihat mobilku,” gumam Tindy dalam hati.

“Ibu, kenapa tidak segera makan?” tegur Lala yang terus memperhatikan ibunya.

“Oh, iya ... tunggu, masih panas kok,” kata Tindy yang segera mengiris steaknya.

“Ramai sekali restoran ini,” kata Tutut.

“Ini saatnya makan malam, pantas saja ramai,” kata Desy.

“Sayang nggak ada Bapak ya,” kata Tutut yang kurang bersemangat.

“Bapak lagi, Bapak lagi,” sergah Desy cemberut. Ia sudah hafal, sudah sering ayahnya melewatkan acara makan bersama. Tapi ia melihat Tutut seperti sangat merindukan kebersamaan diantara mereka, dengan ayahnya juga.

“Ibu kan sudah bilang, bapak sedang merintis bisnis bersama temannya,” kata Tindy dengan senyum lembutnya.

“Bisnis apa lagi bu?” tanya Desy.

“Entahlah, ibu juga tidak tahu, sudah lama itu,” kata Tindy sambil menyembunyikan luka hatinya. Dengan bibir yang selalu menampakkan senyuman.

“Mengapa ibu tidak menanyakannya pada bapak?”

“Ah, biarkan saja. Ibu tak pernah ingin tahu urusan  ayahmu. Kami punya urusan masing-masing. Tapi yang pasti Bapak berusaha agar mendapat uang lebih untuk anak-anaknya,” kata Tindy sambil mengunyah makanannya.

Lala menatap wajah ibunya. Ia sudah dewasa, dan kesedihan yang tersembunyi di wajah itu, tetap saja tertangkap olehnya, walau ditutupi oleh senyuman semanis apapun.

“Lain kali Tutut akan memaksa bapak agar sesekali mau jalan sama kita. Ya Bu?”

“Hm-emh,” jawab Tindy.

***

“Aku kesal sama Mas, mengapa kita harus pergi dan makan disini? Aku sudah dapat tempat duduk tadi,” gerutu Nina ketika mereka akhirnya makan di rumah makan pilihan Haryo. Rumah makan yang sepi pengunjung. Berkali-kali Nina mengatakan bahwa makanannya tidak enak.

“Nikmati saja makanan ini. Kalau kita memikirkan bahwa ini tidak sesuai dengan keinginan kita, sudah pasti lidah kita akan mengatakan ‘tidak enak’.

“Tapi mengapa dengan restoran yang tadi?” Nina masih tetap merasa kecewa.

“Kan aku sudah bilang, nggak enak makan sambil mendengar suara berisik. Ada orang-orang tertawa, berteriak, bahkan anak-anak menangis,” kata Haryo sambil menyantap makanannya.

“Lain kali Mas harus mengajak aku kesana lagi,” kata Nina sambil cemberut.

“Ya, kesana jangan saat orang-orang pada kelaparan. Tadi itu saatnya makan malam, makanya ramai.”

Nina masih cemberut. Tapi alasan Haryo memang masuk akal. Mana tahu dia kalau ada isteri Haryo sedang makan juga bersama anak-anaknya di restoran itu.

“Nanti Mas tidur di rumah kan?”

“Tidak Nin, aku harus pulang.”

“Sebel aku sama Mas, mengapa tidak mau bersama aku saat malam-malam dan membiarkan aku sendirian kedinginan.”

“Kalau kedinginan nggak usah dinyalakan AC nya,” kata Haryo enteng.

“Hiih, mas seperti tidak tahu maksudku saja. Bukan kedinginan dalam arti sebenarnya,” kata Nina kembali dengan rengekannya.

“Nanti aku temani, sebelum aku pulang.”

“Pasti hanya sebentar....”

“Nggak apa-apa, kan sudah lama aku bersama kamu. Aku bahkan jarang berada di rumah bersama anak-anakku.”

“Anak-anak mas sudah besar, apakah masih ingin ditungguin bapaknya?”

Haryo terdiam. Mungkin saja anak-anaknya sudah tidak butuh dirinya. Mereka sudah besar, yang sulung boleh dikatakan sudah dewasa, masihkah mereka membutuhkannya? Isterinya? Dia kan sudah bisa mandiri. Punya penghasilan yang cukup besar, punya jabatan mentereng di universitas yang sangat bergengsi. Masihkah membutuhkan dirinya?

“Kok malah melamun sih Mas, berat ya kalau harus menginap semalam saja bersama aku?”

“Bukan itu. Jangan membuat keluargaku curiga, agar hubungan kita tetap terjaga. Susah payah aku menutupinya, jangan sampai karena satu kesalahan saja semuanya jadi berantakan. Kamu bersamaku sudah berapa tahun? Sejak anak-anakmu masih kecil, dan sekarang sudah mahasiswa. Puluhan tahun kan? Aku sangat rapat menyembunyikannya. Bahkan ketika aku memboyong kamu dan anak-anak kamu kemari, itu butuh perjuangan bagi aku. Perjuangan untuk menutupi semuanya. Kamu harus tahu itu,” kata Haryo mengingatkan.

“Jadi selama ini isteri Mas belum tahu bahwa aku ini juga isteri Mas, walaupun hanya isteri siri?”

Haryo menggelengkan kepalanya. Sangat bodoh tampaknya karena tak mengetahui bahwa kebusukan itu sudah tercium oleh isterinya dan mungkin juga anaknya, walau baru dalam taraf curiga.

“Jadi kamu harus bisa menjaganya.”

“Mengapa Mas tidak menceraikannya saja  sehingga kita bisa hidup tenang?” rengek Nina lagi.

“Tidak semudah itu.”

“Ternyata mas masih mencintai isteri Mas.”

“Tidak, aku tidak lagi mencintai dia, tapi ada anak-anakku, aku tak ingin kehilangan mereka.”

“Tidak lagi mencintai? Apa Mas mencintai aku?”

“Hm_emh,” kata Haryo sambil tersenyum.

“Terima kasih karena Mas selalu mencintai aku.”

***

“Simbok, ini oleh-oleh buat Mbok,” teriak Tutut sambil berjalan ke arah dapur.

“Apa ini mbak?”

“Itu beef steak daging, ada kentangnya, ada sayurnya..”

“O..bistik ... “ kata Simbok sambil tersenyum.

“Ya, sesukamulah Mbok, bistik juga nggak apa-apa. Ayo cicipi sekarang.”

“Ibu sama Mbak sudah makan?”

“Sudah, jadi Simbok tidak usah menyiapkan makan malam untuk kami.”

“Bagaimana nanti kalau Bapak pulang?”

“Ah, kalau pulangnya malam mana mungkin makan dirumah, sela Desy yang menuju ke arah kulkas untuk mengambil air dingin.

“Ya sudah, Simbok makan ini dulu. Hm, baunya enak bener,” kata simbok sambil meletakkan bungkusan itu di piringnya.

Tindy langsung masuk ke kamarnya, membersihkan diri dan berganti pakaian. Ia merasa sangat letih, dan berusaha memejamkan matanya.

Sementara itu, setelah dari dapur, Desy langsung masuk ke kamar kakaknya.

“Mbak ... “ kata Desy.

“Kamu ganti pakaian dulu kalau ingin ngobrol di kamar Mbak,” kata Lala.

“Aku cuma mau ngomong sebentar saja,” kata Desy yang langsung duduk di pinggir ranjang kakaknya.

“Mau ngomong apa? Mbak nggak mau kalau kamu bicara soal gosip.”

“Bukan, aku cuma mau bilang, tadi aku melihat mobil Bapak.”

“Dimana?”

“Saat kita makan tadi.”

“Maksudmu, Bapak juga makan di restoran yang sama dengan kita?”

“Mobilnya masuk, tak lama lalu keluar lagi.”

“Yang bener ....”

“Bener, aku yakin itu mobil bapak.”

“Mengapa keluar lagi?”

“Entahlah, mana aku tahu?”

“Kamu melihat bapak di dalam mobil itu?”

“Nggak keiihatan, kacanya ditutup, aku juga tidak melihat Bapak sama siapa. Soalnya aku melihat ketika mobil itu mundur dan keluar dari area parkir.”

“Banyak mobil yang sama. Mungkin kamu salah lihat.”

“Mobil  bapak kan ada stickernya, aku hafal dong mobil ayahku,” kata Desy yang memendam rasa curiga.

“Ya sudah, mungkin bapak juga mau makan, tapi nggak jadi karena restoran penuh.”

“Jangan-jangan berita itu benar ....”

“Hish ... sudah, tidur sana, ini sudah malam. Besok bangun ke siangan.”

“Besok kan hari libur?”

“Biarpun libur kan harus tetap bangun pagi? Kamu punya kewajiban saat subuh, jangan sampai bangun kesiangan.”

Desy keluar dari kamar kakaknya, dan urung mengeluarkan uneg-uneg yang ada dihatinya, karena Lala tak pernah mau menggunjingkan berita ayahnya yang kabarnya selingkuh.

Tapi diam-diam Lala juga memikirkannya. Ayahnya sering pulang malam, hampir tak pernah makan bersama keluarganya, ada apa ini? Sudah lama sekali, lebih-lebih Tutut, sangat merindukan kehadiran ayahnya saat makan, bahkan saat liburan, dan sudah lama sekali itu tak pernah terjadi.

“Ibu tadi bilang bahwa Bapak punya bisnis bersama temannya? Benarkah? Bisnis apa? Aku harus menanyakannya,” kata batin Lala, kemudian berusaha tidur karena hari sudah malam.

***

 “Bapak, ini hari libur kan, maukah bapak jalan-jalan bersama kami?” tanya Tutut di samping tempat tidur ayahnya. Ibunya sudah bangun dan duduk diruang tengah sambil menikmati kopinya.

“Hmh...” Haryo menggeliat.

“Jam segini Bapak belum bangun, apa Bapak tidak shalat subuh ?” cela Tutut.

“Apa? Oh.. eh.. sudah ... “ kata Haryo berbohong.

“Lha ini, Bapak belum bangun...”

“Tadi Bapak tidur lagi.”

“Wah... Bapak nih.”

“Ada apa sih, kamu mengganggu Bapak saja,” kata Haryo sambil bangkit.

“Pertama, Bapak harus makan pagi bersama kami.”

“Kamu kan tahu Bapak tidak pernah sarapan? Bapak itu cukup minum kopi setiap pagi.”

“Kali ini Bapak harus sarapan.”

“Hm, baiklah,” Bapak mandi dulu.

“Kedua, nanti jalan-jalan bersama.”

Haryo tak menjawab, dia langsung masuk ke kamar mandi. Tutut keluar dengan wajah berseri.

“Simbok, apakah makan pagi sudah siap?” teriak Tutut.

“Ini sedang simbok siapkan,” jawab Simbok dari arah dapur.

“Ibu, ayo kita sarapan, Bapak mau ikut makan bersama kita, tapi sekarang sedang mandi.”

“Baiklah,” kata Tindy pelan.                              

“Nanti bapak akan mengajak kita semua jalan-jalan. Ibu mau kan?”

“Aduh, hari ini kepala Ibu pusing sekali. Kalian saja jalan-jalan sana,” kata Tindy .

“Aaaa, Ibu  nih..”

“Benar, Ibu merasa sangat pusing. Nanti sehabis sarapan mau minum obat.”

Tutut duduk didepan Ibunya dengan mulut cemberut.

“Jangan marah ya, ini hari libur, kesempatan untuk ibu beristirahat. Semalam kita sudah jalan-jalan kan?”

Tutut hanya mengangguk. Ia menatap wajah ibunya. Memang tampak pucat.

Kalau begitu kita sarapan dulu, lalu Ibu minum obat,” kata Tutut akhirnya.

“Bu, sarapan sudah siap, mbak Lala dan mbak Desy sudah menunggu di ruang makan,” kata Simbok.

“Baiklah Mbok. Sekarang Ibu ke ruang makan dulu, aku mau melihat Bapak, sudah selesai atau belum mandinya,” kata Tutut sambil beranjak ke kamar. Ia mengetut pintu perlahan.

“Bapak sudah selesai?”

“Ya,” jawab Haryo dari dalam kamar.

“Ditunggu di ruang makan ya pak.”

***

Hari sudah siang saat Tindy selesai mengajar. Ia sedikit lega, keinginan Tutut untuk pergi bersama ayahnya sudah kesampaian. Kasihan, Tutut sangat merindukan ayahnya. Ia memang tidak ingin ikut, dengan alasan kepala pusing.

 Ia menyandarkan kepalanya, dan sedang berfikir, apa yang harus dilakukannya ketika menyadari ada sikap suaminya yang tidak semestinya. Sudah berkali-kali Haryo selingkuh, dan selalu kembali ke rumah dan mengatakan maaf. Sekarang apa lagi?

Tindy ingin pulang saja, karena kali ini kepalanya benar-benar pusing. Tiba-tiba seorang pegawai kantor mengetuk pintunya.

“Masuk ... “ kata Tindy.

“Ibu, ada seorang wanita ingin bertemu Ibu.”

“Siapa”

“Maaf saya tidak menanyakannya, dia sedang menunggu di ruang tamu.”

Tindy tertegun. Seorang wanita, ingin bertemu dengannya? Siapa dia?

***

Besok lagi ya

 

77 comments:

  1. Replies
    1. Selamat Ibu Nunung - nomero uno

      Suwun Bu Tien MKJ dah tayang

      Delete
    2. Alhamdulillah eMKaJe_06 sdh tayang.
      Tumben juaranya bukan asuhan uti Nani? Oh iya yang lari kenceng lagi pindah tidur di RS paska operasi tadi siang, syafakumullahu jeng Iin dan suami, semoga recoverynya lancar dan sehat kembali. Aamiin ya Robbal'alamiin.

      Delete
  2. Alhamdulillah, sudah tayang lagi, terima kasih Mbak Tien

    ReplyDelete
  3. Oj, Nanung - kirain nyunyun ….😂🙏

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga selalu sehat salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  5. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni,

    ReplyDelete
  6. Alamdulillah...
    Yang ditunggu tunggu telah hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
    Salam ADUHAI dr Cilacap
    .

    ReplyDelete
  7. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina,

    ReplyDelete
  8. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  9. Assalamualaikum... Malam bu Tien..
    Semoga sehat selalu yaaa..
    Kangen ibuuuu....

    Trima kasih tuk MKJ nya. Makin seru.

    Salam sehat dan salam aduhai ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
      Sami2 jeng Putri
      Salam sehat dan ADUHAI

      Delete
  10. Alhamdulillah MKJ Aduhai bingit.Maturnuwun Mbak Tien

    ReplyDelete
  11. Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah tayang.
    Ayo... siapa yang jadi detektif, mungkin si sulung Lala.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  12. Terimakasih MKJ 6 sdh bisa tayang ... ikut prihatin dgn ujian Bu Tindy .. smoga tdk terjadi pada pembaca setia mbak Tien .. hehehehehe ..

    ReplyDelete
  13. Sami2 pak Pri
    Aamiin. Semoga hanya cerita.

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah MKJ 06 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..
    Senantiasa sehat..dan bahagia bersama
    Keluarga,Aamiin.

    ReplyDelete
  16. Waw ... Semakin seru, terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  17. Terima kasih Bu Tien, semoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga , Aamiiin

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah Cerbung MKJ Episode 06 sudah tayang, terimakasih banyak mBak Tien Kumalasari, semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia sejahtera bersama keluarga tercinta, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
    Salam hangat dari Tangerang.

    ReplyDelete
  19. Matur nuwun,mbak Tien.
    Salam sehat....

    ReplyDelete
  20. Terima kasih bu Tien cerbungnya semakin siip. Semoga kesabaran bu Tindy berbyah manis...Aduhai

    ReplyDelete
  21. Siapa ya .....
    Nina kah ....
    Makasih bu Tien, salam sehat selalu 👍

    ReplyDelete
  22. Jangan " Nina , eh penasaran ? Tunggu MKJ 07 besok malam., Salam Aduhai Bu Tien.

    ReplyDelete
  23. Nekat bener ya itu si pelakor ..
    Pastilah yg datang menemui Tindy itu Nina.
    Mau apa dia....
    Mau nyuruh Tindy minta cerai...
    Kamu itu yg harusnya dibantai...
    Tindy kasihan banget nasibmu....
    Dulu dikejar kejar
    Sekarang bagai dilempar lempar
    Membayangkan saja rasanya ku tak sanggup
    Sabar ya Tindy...
    Anda wanita bermartabat,jangan kepancing apalagi sampai ribut sama pelakor
    Pasti nanti ada balasannya
    Moga saja si pelakor itu yg terlempar ke jalanan
    Atau aslinya memang dia seorang kembang jalanan.
    Trimakasih bu Tien hiburan malamnya yg sll kami nantikan
    Walau gemes gemes gemes ingin ngruwes Nina dan Haryo.
    Moga bunda Tien sehat sll
    Salam aduhai dari Bojonegoro.

    ReplyDelete
  24. Trimakasih mbak Tien MKJ06nya..

    Waduuuh...sejak anak2 Nina msh kecil hingga mhsswa??..tp mau ditutupin spt apa..hayo mbak Tien buka aja..kasian tuuh Tutut tindu ayah..
    Ingatkan gmana dulu ngejar Tindy..😒😒

    Besook lagii..baru tau siapa wanita yg nemuin Tindy yaa..

    Salam sehat dan aduhaiii banget mbak Tien..🙏💟🌹

    ReplyDelete
  25. 𝐖𝐨𝐮𝐰𝐰𝐰 ..𝐀𝐩𝐚𝐤𝐚𝐡 𝐰𝐚𝐧𝐢𝐭𝐚 𝐲𝐠 𝐝𝐚𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐭𝐚𝐦𝐮 𝐢𝐭𝐮 𝐍𝐢𝐧𝐚 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐥𝐚𝐠𝐢..??

    𝐌𝐨𝐧𝐠𝐠𝐨 𝐛𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐝𝐢𝐩𝐮𝐧 𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐭 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐢 𝐀𝐃𝐔𝐇𝐀𝐈.

    𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐬𝐞𝐦𝐨𝐠𝐚 𝐬𝐮𝐤𝐬𝐞𝐬 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐫𝐲𝐚2 𝐭𝐮𝐥𝐢𝐬 𝐧𝐲𝐚 𝐲𝐠 𝐓𝐎𝐏 𝐌𝐀𝐑𝐊𝐎𝐓𝐎𝐁.

    ReplyDelete
  26. 𝗡𝗶𝗻𝗮 𝗱𝗮𝘁𝗮𝗻𝗴?
    𝗧𝗲𝗿𝗶𝗺𝗮𝗸𝗮𝘀𝗶𝗵 𝗺𝗯𝗮𝗸 𝗧𝗶𝗲𝗻.

    ReplyDelete
  27. Kasihan Tindy.
    Makasih mba Tien.
    Salam sehat selalu. Aduhai

    ReplyDelete
  28. Terima kasih bu tien.. smg bu tien sekeluarga sehat sehat...salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah MKJ 06 sdh hadir
    Terima kasih Bu Tien, semoga sehat dan sukses selalu
    Aamiin
    Salam ADUHAI dari Bekasi

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah ,Matur nuwun bu Tien MKJ06 ,
    Salam sehat wal'afiat n Salam ADUHAAII

    Tetap penasaran jln ceritanya siapa perempuan itu

    ReplyDelete
  31. Alhamdulilah walau sering telat untuk mengikuti kisah MKJ namun sampai saat ini sudah bisa baca sampai 06 yg semakin seru dan kasihan Tindy yang selalu dibohongi padahal untuk menikah dg Haryo saja Tindy terpaksa meninggalkan kekasihnya Henry....
    Betapa pedih, sakit seorang perempuan yg selalu dikhianati....
    Namun banyak wanita yg dg pinteenya menutupi rasa sakit hati didepan anak2nya.
    Makasih alias matur nuwun. Semiga Bu Tien sehat selalu juga dg keluarganya semua dan selalu bahagia. ......

    ReplyDelete
  32. Sudah u apa diPERtahankan Tindy ini sdh merobek .meremuk semua tatanan RT mu jgn di pertahankan ..pisah lbh baik dan pelakor gak punya malu numpang senang ..pisah dan anak2 mu juga sdh tak nyaman ..Jahat loo kok jd terbawa esmosi..makadih bu Tien ..ini ngobrak abrik hati kita hua hua🤣🤣🤣🤭🙏🙏bu Tiem ancen ngeten👏👏👏👏❤🌹🌹❤❤

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah, matursuwun mbak Tien MKJnya
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat pagi selamat beraktifitas semoga dilancarkan segala sesuatunya ... Salam sehat penuh semangat ... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  35. Siapa ya? Apa Nina? Penasaran nih ?! Matur nuwun. Salam sehat selalu kagem bu Tien 🙏👍

    ReplyDelete
  36. Memang bisa kembang jalan-jalan; bisa lah naik taksi, ojek barangkali. Kan dibawa orang, iyalah nggak punya kaki ya dibawa orang.

    Wah ada yang datang bawa serkiler mau minta dukungan jadi duta besar ibu rumahan, hé hé hé hé, ada ada aja atau menyediakan diri untuk mengurus rumah singgah, nggak tau nanti hasil negosiasi apa juga rela, kan selama ini nggak ada komunikasi antara pemain utama sama pemain cadangan, adanya ya.. dari tutur tinular rekan rekan yang ceritanya cukup bikin merinding, karena menyangkut masa depan dan beban psikologis anak; terjadi bullying mungkin.
    Itu utamanya yang jadi pertimbangan, tapi bisakan bila memberi semacam pertimbangan; misal kan punya anak perempuan, semuanya bahkan, kemudian bapaknya seolah melecehkan perempuan, walau jadi 'donatur', yang pasti ada tersembunyi dengan maksud lain tentu.
    Bahkan sudah nikah siri.
    Kalau itu terjadi pada anak-anak mu, terus sikap si bapak gimana; melihat itu bila terjadi pada anak perempuan nya. Sebagai pendidik memberi contoh seperti itu pada yang muda muda?
    Paling njawabnya mau menyelamatkan anak-anak nya biar tidak putus sekolah.
    Wow jadi bapak asuh ya.., pantes ada yang datang minta di ijinkan di jadikan rumah singgah, harus jadi, sedikit agak kenceng, karena uji coba sudah berlangsung lama dari anak kecil sampai kuliah, nah.. pandaikan cara membagi waktu diantara jadwal padat yang ada dihadapannya.
    Sampai pada nggak tahu, orang² terdekatnya. Cuma terasa lama² jadi menjauh membuat kering suasana.
    Mudah mudahan nggak sampai keringkangan.


    Terimakasih Bu Tien
    Memang Kembang Jalanan yang ke enam sudah tayang.
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
  37. Wah, wah, wah! Apakah itu nina?
    Aduhai! Penasaran akut bun.

    ReplyDelete
  38. Yg cocok
    bukan Memang Kembang Jalanan
    Tapi
    BETUL2 KUMBANG COMBERAN

    ReplyDelete
  39. Bundaaa Tien.. Sht walafiat y bund.. 🙏😍

    ReplyDelete
  40. Tks bu Tien, salam sehat njeh... Berkah Dalem

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun Bun....
    Mugi2 tansah wilujeng

    ReplyDelete

SENANDUNG KECILKU

SENANDUNG KECILKU (Tien Kumalasari) Hai senja, kau datang ketika merah jingga mewarnai langit dibarat sana ada senandung kecil berkumandang ...