MEMANG KEMBANG JALANAN 04
(Tien Kumalasari)
Lala merenung ketika mendengar apa yang dikatakan Astri tentang rumah yang mencurigakan itu.
“Suaminya kerja di mana?” tanya Lala lagi.
“Sepertinya ... eh, nggak tahu aku, nggak kenal juga sih. Meskipun tetangga tapi kan jauh, jadi kenalnya ya cuma kalau berpapasan mengangguk, gitu saja. Aku pernah sih, melihat mobil diparkir disitu, mungkin itu suaminya, tapi nggak tahu juga ya.”
“O..”
“Tapi kenapa sih La, kamu tiba-tiba ingin tahu tentang penghuni rumah itu? Merasa kenal, atau apa?”
“Nggak, aku cuma ingin tahu,” jawab Lala yang tentu saja tak ingin mengatakan apa sebabnya. Masa dia akan bilang bahwa pernah melihat ayahnya ada disitu? Ya kalau teman, kalau selingkuhan... aduh... tiba-tiba Lala terkejut sendiri akan apa yang dipikirkannya.
“Nggak mungkin dong, tiba-tiba ingin tahu. Pasti ada alasannya,” desak Astri.
“Bener, nggak ada apa-apa, aku cuma tertarik saja. Tadi tampaknya dia beli AC baru, karena aku melihat mobil dari sebuah toko elektronik sedang menurunkan AC disana.”
“Cuma orang beli AC saja kok kamu sebegitunya.”
“Iya juga sih. Mungkin karena aku melihat wanita yang keluar dari rumah itu tadi. Memang sepertinya genit banget,” kata Lala sekenanya, dan alasan itu benar-benar tak masuk akal. Untunglah Astri tampaknya tak memperhatikannya.
“O, kalau itu.. ya, aku pernah ketemu ketika belanja pagi-pagi. Dandanannya menor, cara bicaranya seperti dibuat-buat. Hiih, kenapa kita jadi ngomongin orang. Dosa, tahu!” kata Asri sambil tertawa.
“Kamu benar, ghibah itu dosa. Ya sudah, aku mau pulang dulu,” kata Lala sambil berdiri.
“Kok buru-buru?”
“Pengin cepat pulang aja. Pembantu dirumah nggak masuk sudah dua hari ini, pasti ibu memasak sendiri. Jadi aku kepengin segera pulang dan makan masakan ibu aku.”
“Oh, gitu ya. Senang sekali, ibu kamu tuh dosen, tapi masih sempat memasak untuk keluarganya. Luar biasa.”
“Iya, ibuku tuh memang luar biasa. Masakannya enak lhoh. Kapan-kapan mampirlah ke rumah, dan makan bersama kami. Ibuku pasti senang.”
“Iya deh, aku pasti kesana. Memangnya ibu kamu masak setiap hari?”
“Tidak setiap hari sih. Kalau kebetulan pembantu tidak ada, atau kalau bisa pulang mengajar agak pagi, ibuku pasti memasak sendiri dibantu Simbok.”
“Waah, senangnya. Beda sama aku, anak kost, mana bisa makan masakan ibuku yang jauh dari sini.”
Ketika Lala pulang, kembali dia mengawasi rumah pojokan itu. Mobil dari toko elektronik itu sudah nggak ada. Ia juga tak melihat mobil ayahnya disana seperti kemarin.
“Ah, aku terlalu berprasangka buruk pada bapak. Mungkin dia sedang ada perlu dengan penghuni rumah itu, yang mungkin saja temannya, atau rekan kerja, atau sesama dosen. Daripada menebak-nebak, lebih baik aku bertanya langsung saja pada bapak, nanti kalau ketemu.”
***
“mBak Desy sudah pulang ternyata?” tanya Tutut sepulang dari sekolah.
“Aku tidak ada kuliah hari ini.”
“Aku lapar, ibu juga belum pulang rupanya.”
“Kalau lapar makan saja, aku tadi masak lhoh.”
Wah... hebat mbak Desy, masak apa tadi?”
“Mie instan rebus ...”
Tutut tertawa lucu.
“Hiih, kirain masak apa. Mie instan tuh gampang. Tinggal masukin ke air mendidih, aduk-aduk sebentar, setelah empuk baru di campur bumbunya.”
“Nggak ya, aku tambahin sayur sama telur, terus aku taburin bawang goreng. Enak tahu, ayo kita makan sama-sama.”
“Baiklah, aku ganti baju dulu,” kata Tutut sambil berlari masuk ke kamarnya.
Desy masuk kedalam, menyiapkan makan siang bersama Tutut, karena mereka memang tidak selalu bisa makan siang bersama-sama. Soalnya jam pulangnya berbeda-beda.
Tutut senang, karena mie masakan kakaknya memang enak. Ada tambahan sayur dan telur, juga bawang goreng.
“Bagaimana? Enak kan?”
“Sip, memang enak, nanti aku habisin ya,” kata Tutut yang melahap hampir separo masakan kakaknya.
“Itu tadi empat bungkus mie, tahu. Rakus amat kamu,” omel Desy, tapi kemudian tersenyum, melihat Tutut makan dengan nikmat.”
“Aku lapar sekali,” kata Tutut sambil menyendok lagi mie nya.
“Iya deh, habisin.. habisin ... nggak pakai nasi?”
“Makan mie itu enaknya tanpa nasi.”
“Iya sih, tapi aku selalu pakai nasi, meskipun hanya sedikit.”
“Tiba-tiba aku ingat bapak. Mengapa bapak sekarang jarang makan bersama kita ya.”
“Kamu tahu tidak...bapak itu....” Desy tidak melanjutkan kata-katanya, karena teringat Lala yang memarahinya gara-gara dia mendengarkan gosip diluaran.
“Bapak kenapa mbak ?”
“Itu... bapak... bapak kan sibuk?”
“Hm, iya aku tahu. Kalau tidak pulang berarti sibuk. Tapi aku jarang ketemu bapak. Pagi-pagi sudah berangkat, malam pulang saat aku sudah tidur,” keluh Tutut.
Desy ingin berkata banyak, tapi diurungkannya. Sedikit atau banyak, apa yang didengarnya itu memang sangat mengganggu pikirannya. Desy dan Lala hanya terpaut dua tahun, dan dia juga merasa bahwa ada apa-apa pada ayahnya. Sayang kakaknya selalu tak sependapat.
Mereka masih asyik makan, ketika tiba-tiba terdengar ketukan pintu.
“mBak Desy... mbak Desy ....”
“Itu seperti suapa Simbok,” kata Tutut.
Desy berdiri dan bergegas membuka pintu.
“Simbok !!”
“Iya, mbak.. tadi nunggu bis nya lama jadi Simbok kesiangan, kata Simbok yang langsung ke belakang.
Ketika melewati ruang makan, Simbok berteriak.
“Waduh, Simbok terlambat. Sampai di sini sudah pada makan ya mbak?”
“Iya mBok, ini mbak Desy yang masak.”
“Waduh, masak apa mbak?” kata Simbok sambil melongok ke arah meja.
“Ini mBok, mie rebus,” kata Tutut yang masih makan dengan lahap.”
“Wah, pinter mbak Desy. Lhah ini Simbok membawa sayur pecel .. tapi terlambat nih, Simbok datangnya,” kata Simbok sambil meletakkan bungkusan besar diatas meja, kemudian bergegas mengambil piring.
“Wah, pecel ... aku mau ... aku mau ... kata Desy yang kembali duduk lalu menyendok nasi serta sayur yang telah dibubuhi sambal pecel. Tutut mengikutinya.
“Tutut ... bukannya kamu sudah makan mie banyak?”
“Nggak apa-apa mbak, cuma nambah sedikit, perutku nggak bakalan meletus,” kata Tutut yang juga menyendok nasi dan sayur pecelnya.
“Lagian aku kan belum makan nasi,” lanjut Tutut lagi.
Simbok tersenyum menyaksikan oleh-olehnya dilahap dengan nikmat oleh majikannya.
“Ibu belum pulang ya mbak? Biar Simbok gorengin telur ceplok ya?
Tapi kemudian terdengar mobil memasuki halaman.
“Itu pasti mbak Lala,” kata Tutut.
Lalu terdengar langkah-langkah kaki mendekat, ternyata Haryo yang datang.
“Bapaaak,” Tutut langsung berteriak sambil melongok ke arah depan.
Mendengar teriakan anaknya, Haryo langsung berjalan ke arah ruang makan.
“Sedang makan apa tuh?” tanya Haryo yang hanya berdiri di pintu.
“Nasi pecel Pak, oleh-oleh dari Simbok.
“Oh, Simbok sudah datang?”
“Sudah, baru saja. Ayo bapak makan, nih, sayurnya masih ada,” teriak Tutut dengan bersemangat. Tutut sangat dekat dengan bapaknya. Maklum dia anak bungsu yang sangat dimanjakan oleh bapaknya. Sayang akhir-akhir ini Tutut merasa perhatian bapaknya sudah tak lagi sama seperti sebelumnya.
“Bapak _ “ Haryo agak segan dan bermaksud memberi alasan untuk menolaknya, tapi Tutut seperti memaksanya.
“Ayolah Pak, kami ingin sekali makan bersama Bapak, sudah lama Bapak tidak makan bersama kami,” rengek Tutut, sementara Desy hanya diam. Ia teringat kasak-kusuk itu lagi.
“Baiklah, Bapak ikut makan, tapi Bapak ganti baju dulu ya...”
“Horeee,” sorak Tutut dengan sangat antusias.
Tak lama kemudian Simbok masuk ke ruang makan sambil membawa piring berisi tiga buah telur ceplok.
“Ini, pecel ditambah telur ceplok mbak, Simbok dengar Bapak juga mau makan.”
“Iya mBok, ingin makan nasi pecel... “ kata Haryo sambil duduk bersama kedua anaknya.
Tutut tampak sangat gembira, siang itu bisa makan bersama ayahnya.
“Bapak dari mana ?” tanya Desy tiba-tiba.
Haryo menatap Desy yang sedang mengambil satu telur ceploknya.
“Dari bekerja dong Des, masa dari jalan-jalan.”
“Siapa tahu ... “ gumam Desy pelan, tapi didengar oleh semuanya.
“mBak Desy aneh-aneh saja. Masa sih, siang-siang begini jalan-jalan?”
“Ya nggak apa-apa, kalau memang mau. Kemarin kita juga jalan-jalan ke mal kan? Itu siang lhoh” bantah Desy.
“Bapak kan sudah tua, pasti nggak suka jalan-jalan ke mal, apalagi siang-siang begini, ya kan pak?” kata Tutut yaang terus membela bapaknya.
Haryo hanya tersenyum sambil menyendok nasi pecelnya.
Tak lama kemudian Simbok masuk lagi sambil membawa tiga gelas jus jeruk.
“Tuh, kalau ada Simbok selalu ada jus jeruk,” kata Desy.
“Oh ya Mbok, bagaimana kabar anaknya simbok?” lanjut Desy, sebelum Simbok menghilang dibalik pintu.
“Sudah baik mbak, cuma sakit flu saja. Itu sebabnya Simbok sudah kembali.”
“Syukurlah Mbok”
Tiba-tiba terdengar lagi mobil memasuki halaman, diikuti mobil yang lain.
“Nah, kalau itu pasti Ibu dan mbak Lala,” kata Desy.
“Bapak sudah selesai makan, sekarang Bapak mau istirahat di kamar,” kata Haryo sambil berdiri.
Ketiganya memang sudah selesai makan, dan juga sudah menghabiskan jus yang dihidangkan Simbok. Kalau Haryo masuk ke kamarnya, Desy dan Tutut beranjak ke depan, menyambut kedatangan ibunya.
“Ibu kok bisa bareng sama mbak Lala?” tanya Desy.
“Kebetulan saja bisa bareng. Tadi ketemu di perempatan situ,” kata Lala sambil masuk mengiringi ibunya,
“Kalian sudah makan?” tanya Tindy.
“Sudah Bu, Simbok membawa oleh-oleh pecel lalu menggoreng telur untuk kami. Bapak juga ikut makan tadi.
“Oo, syukurlah kalau Simbok sudah kembali. Ibu mau ganti baju dulu ya. Pecelnya masih ada?”
“Iya, aku juga mau,” kata Lala.
Desy langsung ke dapur, menyuruh simbok menggoreng telur lagi karena kakak dan ibunya mau makan juga.
Tindy langsung masuk ke kamarnya. Tanpa diberitahu pasti keduanya juga sudah tahu kalau Haryo pulang, soalnya ada mobilnya terparkir di halaman.
Begitu masuk kamar, Tindy melihat suaminya berbaring sambil membelakangi pintu. Tindy ingin menyapa tapi diurungkannya.
“Dia diam saja, pasti sudah tidur. Aku tak mau mengganggu,” gumam Tindy sambil masuk ke kamar mandi, kemudian mengganti baju kerjanya dengan baju rumahan.
Ketika sampai di meja makan, dilihatnya Lala sudah menunggu, dan simbok membawa lagi telur ceplok yang diletakkannya diatas meja.
“Bagaimana kabar anakmu Mbok?” tanya Tindy.
“Tidak apa-apa Bu, cuma sakit flu ternyata,” jawab Simbok.
“Syukurlah. Dimana kamu beli pecelnya ini Mbok? Enak, sedap ... “ kata Lala.
“Didekat terminal mbak, syukurlah kalau mbak suka.”
“Suka, tadi sebenarnya aku mau masak semur ayam, sudah merebus ayamnya pagi tadi, jadi gampang kalau aku datang langsung masak kan cepat matang, ternyata Simbok sudah bawa pecel.”
“Simbok tadi juga agak terlambat Bu, menunggu bis nya lama sekali. Sampai di sini, mbak Desy sama mbak Tutut sudah makan mie rebus.”
“Oh, itu kesukaan Desy,” kata Tindy.
“Memang Desy bisanya cuma masak mie rebus,” kata Lala.
***
Siang itu Lala masuk ke kamar, ingin bicara dengan ayahnya, tapi dilihatnya ayahnya sedang tidur pulas. Lala kembali keluar, menghampiri ibunya yang sedang menyelonjorkan kakinya di sofa.
“Ibu capek? Lala pijitin ya?” kata Lala sambil memijit-mijit kaki ibunya.
“Kamu sendiri tidak capek?”
“Tidak, sebentar lagi mau tidur. Ibu tidak tidur?”
“Nanti juga pasti ibu tertidur di sofa ini. Nah, ini sudah mulai mengantuk karena kamu pijitin.”
“Ya sudah, Ibu tidur saja, biar Lala pijitin sampai ibu tertidur ya. Agak maju sedikit, dan rebahan saja bu, biar enak.”
Tindy menurut, lalu ia memejamkan matanya. Lala tersenyum. Selalu ada haru setiap kali melihat wajah ibunya yang tampak polos.
***
Ketika terbangun sore itu, Tindy sudah tak lagi melihat Lala didekatnya. Ia berdiri, bermaksud mandi. Tapi tiba-tiba didengarnya ponsel berdering. Itu ponsel suaminya. Rupanya Haryo meletakkan ponselnya begitu saja di meja ruang tengah. Tindy ingin memberikan ponsel itu kepada suaminya, tapi tiba-tiba timbul keinginannya untuk mengetahui, siapa yang menelpon. Dengan berdebar dia mengangkatnya.
“Aduh mas, kok lama sekali mengangkatnya,” suara merengek dari seberang.
Tindy merasa gerah mendengar rengekan itu.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah eMKJe_04 sdh ditayangkan bu Tien.
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien, salam SEROJA, sehat selalu & tetap ADUHAI
Matur nuwun Mbak Tien... ep 4 sudah hadir.
DeleteSelamat Kakek juara 1
DeleteMtnuwun mbk Tien
Sehat selalu nggih
Makasih bu
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ sudah tayang
ReplyDeleteTrimakasih bu Tien...
Matur nueun Mbak Tien
ReplyDeleteHoreeeeee....
ReplyDeleteNduwur dewe...
Matur nuwun....
Susi nomer pitu kek,,💪💪
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasoh bunda Tien
Bu Tindy...
ReplyDeleteAssalamualaikum wrwb..
DeleteKlenthing wadah masin , lelakon olo mesthi bakal konangan najan ditutupi koyo opo wae, tapi sepertinya Bu Tindy sudah tahu akan kekakuan suaminya ,,
Aduhai mbak Tien ,, salam sehat,, titip salam buat mbak ayuku yang sedang sakit di rumah sakit ,, mbak Ninuk semangat nggih ,, doa Susi buat mbak ku sayang ,,🤲🤲🥰🥰🥰🙏🏻
Ikut gerah bacanya...
ReplyDeleteAlamdulillah...
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap
.
Maturnuwun Mbak Tien.Salam Aduhai
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ 04 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina,
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien gasik kirimannya... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Selamat malam selamat beristirahat... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteAamiin
Trima kasih Bu Tien , MKJ 04 udah hadir kembali, salam hangat penuh semangat dan slalu sehat, Aamiin
ReplyDeleteSami2 ibu Mundjiati
DeleteAamiin
Alhamdulillah yg ditunggu sudah muncul,makasih Bunda
ReplyDeleteMet malam dan met istirahat ,sehat selalu dan tetap semangat
Sami2 mas Bambang
DeleteADUHAI
Matur nuwun mbak Tien-ku , MKJ sudah berkunjung.
ReplyDeleteIyaa masnya lama krn tidur, ini mbak-nya...
Mulailah prahara rumah tangga.
Salam sehat mbak Tien yang ADUHAI .
Sami2 pak Latief
DeleteSalam ADUHAI
Trmksh MKJ 04 sdh tayang
ReplyDeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah, terimakasih mbak Tien...
ReplyDeleteBu Tindy sabar banget...
Sami2 ibu Nanung
Delete𝐖𝐚𝐝𝐮𝐡𝐡 𝐠𝐚𝐰𝐚𝐭 𝐧𝐢𝐡 𝐓𝐢𝐧𝐝𝐲 𝐲𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐭𝐞𝐥𝐩𝐨𝐧...𝐚𝐩𝐚 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐝𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐨𝐲𝐮𝐝𝐨.??
ReplyDelete𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐛𝐢𝐚𝐫 𝐝𝐢𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐭 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐢 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐀𝐃𝐔𝐇𝐀𝐈.
𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐮𝐭𝐤 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚... 𝐀𝐚𝐦𝐢𝐢𝐧 𝐘𝐑𝐀..🙏🙏🙏
Mbak Tien sayang, maturnuwun MKJ 4 sudah digelar. Wah..makin seru saja dan bikin gregeten pingin ngruwes Haryo dan Nina. Haryo itu anaknya perempuan semua, kok berani selingkuh ya...apa nggak takut anaknya kena tulah. Ayo Tindy, jangan mau dibohongi suamimu yang tengil...
ReplyDeleteHehe...
DeleteADUHAI jeng Iyeng sayang
Pancen oye mkj iku sangat amat dan selalu menghibur pembaca hebring tenan
ReplyDeleteSalam hebring pak Muhadjir
DeleteAlhamdulillah.. Episode 04 sudah tayang
ReplyDeleteTerima kasih banyak bu Tien Kumalasari
Semoga bu Tien tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah. Aamiin YRA
Salam hangat dari Tangerang.
Sami2 mas Dudut
DeleteSalam hangat dan ADUHAI
Terima kasih bu tien , semogs ibu dan keluarga selalu sehat wal afiat ...salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah,mksh ceritanya semakin asyiik, salam aduhai dan sehat selalu buat bu Tie dan keluarga
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Komariyah
DeleteAlhamdulillah.. Tindy orang yg tegar....
ReplyDeleteADUHAI ibu Swissti
DeleteAlhamdulillah..... Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.
ReplyDeleteSami2 ibu Yati
DeleteAamiin
Matur nuwun .bunda Tiem...🙏🙏
ReplyDeleteSami2 ibu Padmasari
DeleteAduhai terima kasih
ReplyDeleteADUHAI sami2 pak Tonny
DeleteMatur nuwun, mbak Tien.
ReplyDeleteSalam ADUHAI ...
Sami2 ibu Purwani
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah, matursuwunmbak Tien. Salam sehat selalu
ReplyDeleteBisa jadi Haryo itu ga tegaan orangnya. Apalagi terhadap Nina seorang janda beranak dua yg ekonominya perlu dibantu. Matur nuwun bu Tien. Sugeng ndalu. sugeng istirahat. 🙏
ReplyDeleteSami2 pak Boediono
DeleteSugeng dalu
Mulai jengkil sama Nina
ReplyDeleteHehe...
DeleteADUHAI Jeng Ira
Sipelakor ya yg telefon...
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Sehat dan semangat terus ya.
Aduhai
Maturnuwun mbak Tien MKJ4nyaa..
ReplyDeleteWaduuuh...gmn perasaan Tindy yaa...kasiaaan..😰😰
Mulai seru dan nggregetke nyebelke Haryo n Nina...hati anak mulai peka dgn kelakuan bapaknya..😠
Nunggu besok lagii..makin seruu tentunya...
Salam sehat dan aduhaiii mbak Tien...🙏💟🌹
Sami2 ibu Maria
DeleteADUHAI
Alhamdulillah MKJ4 sdh tayang, tambah bikin greget. matur nuwun mb Tien, sehat selalu dan salam aduhai
ReplyDeleteSami2 ibu Pudya
DeleteSalam ADUHAI
Pelakor telp tak tahu malu dan semoga saja kena batunya Haryo jahat ..istri baik cantik ma si kecentilan gatel ihhhh😢🙏🙏🙏🤦♀️
ReplyDeleteADUHAI ibu Yanti
DeleteAlhamdulillah MKJ 04 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu
Salam ADUHAI dari Bekasi
Sami2 jeng Ting
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulilah sudah tayang ..cerita baru ini lebih membuat penasaran....
ReplyDeleteMatur nuwun Ibu Tien mugi tandah sehat
Sami2 ibu Moedjiati
DeleteAamiin
Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..
ReplyDeleteSehat selalu nggih,Aamiin
Sami2 ibu Rini
DeleteAamiin
𝐓𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐦𝐛𝐚𝐤 𝐓𝐢𝐞𝐧
ReplyDeletePa dosen ini pasti sangat makmur, punya mobil 4 buah, anak 3 berarti rumahnya cukup besar, tapi kok pak dosen ini tdk bersyukur dgn rezeki yg dia miliki, malah selingkuh? Ada salah apa yah bu tindy? Hrs tunggu besok lagi yah. He5x.
ReplyDeleteTerima kasih banyak mbak Tien.
Sami2 pak Andrew
DeleteSudah watak tuh..
ADUHAI
Aduhhh .....
ReplyDeleteIkut deg degan ....
Terimakasih bu Tien, salam sehat selalu.
Sami2 ibu Sri,
DeleteADUHAI
Yang baru
ReplyDeleteSelamat tahun baru 2022 bu tuen semoga selalu diberi kesehatan.
ReplyDeleteTerima kasih cerbungnya
Selamat Tahun Baru juga pak Anton
DeleteSami2
Barang busuk di sembunyikan Yo bakal kecium juga to yo Haryo...anakmu we 3 wes prawan Kabeh kok isih kakehan polah....wes konangan bojomu kapok kowe...trims Bu Tien udah sangat menghibur...sehat selalu
ReplyDeleteSami2 ibu Suparmia
ReplyDeleteADUHAI
Alhamdulillah ...sdh kubaca
ReplyDeleteGmn rasa hatinya mbak Tindy..
Ikuti terus Yach...
Jangan terbawa emosi😁
Alhamdulillah MKJ sdh dibaca, matur nuwun bu Tien,,
ReplyDeleteTindy,,, penasaran ya,, nnt malam ya Kita bareng2 Baca lanjutannya,,
Assalamualaikum wr wb. Penasaran ingin tahu bagaimana sikap Tindy yg menelpon suaminya ternyata perempuan yang manja lagi... Duh, kasihan Bu Dosen ini... Maturnuwun Bu Tien ceritanya semakin asyik. Semoga Bu Tien tansah pinaringan karahayon wilujeng ing sadoyonipun. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede....
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah rahayu...