MEMANG KEMBANG JALANAN 03
(Tien Kumalasari)
Lala berhenti sejenak didepan rumah itu, berharap sang pemilik rumah keluar, atau bahkan ayahnya sekalipun, tapi tak ada yang tampak keluar dari rumah itu. Lala terus mengawasi rumah itu sampai beberapa saat lamanya, lalu menjalankan kembali mobilnya, dengan perasaan diliputi tanda tanya.
“Apakah itu rumah salah seorang dosen teman Bapak?” gumamnya.
Apakah ada pertemuan antar dosen dirumah itu? Tapi mengapa tampak sepi-sepi saja? Tak ada kendaraan lain tampak di halaman yang tak begitu luas itu, Hanya mobil ayahnya.
Kemudian Lala teringat kata-kata Desy sebelum mereka berangkat bareng. Ada kasak-kusuk ayahnya selingkuh dengan seseorang. Mungkinkah itu rumah selingkuhan ayahnya?
Lala terus memenuhi benaknya dengan beribu pertanyaan, dan tak juga menemukan jawaban. Lalu ia teringat temannya yang baru saja diantarkannya pulang.
Lala ingin menelpon Astri, barangkali dia tau, itu rumah siapa, tapi diurungkannya. Ia merasa tak enak karena tadi Astri sakit.
“Besok saja aku tanyakan, nggak enak kalau sekarang, pasti dia sedang istirahat karena sakit perut,” gumamnya sambil terus memacu mobilnya.
Rasa curiga di hati Lala bukannya tak beralasan. Beberapa tahun yang lalu dia mendengar pertengkaran antara Ibu dan ayahnya. Waktu itu memang bertengkarnya didalam kamar, tapi tanpa sengaja Lala mendengarnya.
“Jadi mas selingkuh? Mas tega menyakiti aku ?” kata ibunya agak keras, tapi Lala tak mendengar suara tangisan. Tindy memang wanita yang kuat.
“Mengapa kamu lebih percaya kepada orang lain daripada kepada suamimu sendiri?” Haryo menjawabnya, bahkan dengan suara yang lebih keras.
“Tapi itu suara dari orang yang sangat baik sama aku, dan aku mempercayainya.”
“Tindy, memang benar, waktu itu aku sempat dekat dengan dia, tapi sekarang tidak lagi. Dia hanya teman baik, yang sering mencurahkan isi hati dan keluhannya kepadaku.”
“Bagus ya, jadi mas itu bisa menjadi tumpuan curahan hati seorang perempuan.”
“Namanya bergaul ya harus berbaik hati kepada semua orang. Tapi percayalah bahwa sekarang aku tidak lagi berhubungan sama dia.”
“Benarkah?”
“Sumpah.”
“Jangan terlalu gampang mengucapkan sumpah, nanti bisa termakan sumpah mas sendiri.”
“Itu karena untuk meyakinkan kamu. Kamu boleh percaya, boleh tidak. Terserah !!”
Lala terkejut mendengar suara langkah mendekati pintu, lalu dengan cepat dia berlalu. Tapi Lala tak pernah menceritakan hal itu kepada adik-adiknya, bahkan kepada ibunya sekalipun. Lala hanya menyimpannya didalam hati.
Lala sampai di rumah, ketika Ibu dan adik-adiknya sudah lebih dulu tiba. Dilihatnya Desy duduk di teras sambil membaca buku, entah buku apa.
“mBak Lala baru pulang?” sambut Desy ketika Lala sudah menaiki teras rumahnya.
“Maaf aku tidak nyamperin kamu di kampus Des, soalnya tadi aku mengantar Astri kerumahnya.”
“Lhoh, rumah mbak Astri kan jauh? Agak di piggiran kota?”
“Iya sih, tapi aku kasihan, tadi dia mengeluh sakit perut, jadi aku mengantarnya pulang.”
“Oo...”
“Tadi....”
Lala ingin mengatakan tentang mobil ayahnya yang diparkir di halaman sebuah rumah, tapi di urungkannya. Ia tak ingin mengutarakan kecurigaannya, apalagi saat Ibunya juga ada.
“Tadi apa?” tanya Desy yang penasaran karena Lala tidak melanjutkan kalimatnya.
“Ah, nggak jadi.”
“Iih, suka ya membuat penasaran orang,” sesal Desy.
“Nggak penting, cuma mau bilang bahwa tadi aku sudah makan bersama teman,” kata Lala sambil berlalu.
“Aneh deh, cuma makan bersama teman saja diceritain. Kirain kakak juga mendengar gosip-gosip di luaran,” gerutu Desy, lalu melanjutkannya membaca.
“Hiih, kamu tuh yang suka ngegosip,” kata Lala lagi.
“Ibu, Lala sudah pulang...” teriak Lala sambil menghampiri ibunya yang sedang duduk di ruang tengah.
“Kamu sudah makan?”
“Mm..,” kata Lala yang kemudian mendekati ibunya, dan memeluknya serta mencium pipinya lembut.
“Heii.. ada apa ini?” tanya Tindy yang heran atas sikap anak sulungnya, yang biasanya hanya mencium tangan, tapi ini memeluknya pula.
Entah mengapa, ada rasa curiga di hati Lala, bahwa ayahnya melakukan hal yang tidak benar. Ia merasa iba melihat ibunya yang tampak tegar menghadapi hari-harinya bersama ayahnya yang selalu pulang sampai larut. Memang tidak setiap hari, tapi sangat sering. Barangkali juga ada rasa curiga di hati Ibunya, tapi hanya dipendamnya. Lala sangat peka dalam menangkap sinar mata ibunya. Tatapan mata itu begitu teduh, tapi seperti menyimpan sesuatu. Dan sesuatu itu tampaknya bukan hal yang menyenangkan. Tapi tak sekalipun ibunya berkeluh tentang hal yang tidak menyenangkan tersebut.
Melihat ibunya duduk sendiri, tiba-tiba Lala merasa ingin memeluknya.
“Lala, kamu tidak apa-apa?” tanya Tindy.
“Tidak, tiba-tiba saja Lala kangen sekali sama Ibu,” jawab Lala sekenanya.
Jawaban itu membuat Tindy tersenyum.
“Baru setengah hari tidak ketemu, sudah kangen?”
“Iya, memang ibu ngangenin sih...” kata Lala sambil berlalu.
“Ayo kita makan, Ibu dan adik-adik kamu sedang menunggu.”
“Baiklah Bu, Lala ganti baju dulu ya.”
“Desy...” teriak Tindy.
Desy menutup bukunya dan mendekati ibunya.
“Ayo kita makan. Jarang sekali kita bisa berkumpul saat makan siang. Biasanya ibu pulang agak sore dan sudah makan di kantor,” kata Tindy setelah mereka duduk bersama menghadapi meja makan dengan lauk pauk masakan Ibunya.
“Sayang bapak nggak ikut makan bersama kita,” celetuk Tutut.
“Iya, soalnya...” Desy ingin berkomentar, tapi dilihatnya Lala memelototinya.
“Bapak kan selalu sibuk,” kata Lala.
Tindy diam, dia tak pernah mengeluh walau suaminya jarang ikut makan bersama keluarganya.
***
“Mas mau pulang sekarang?” tanya Nina ketika melihat Haryo mengambil sepatunya.
“Iya, ini sudah malam,” kata Haryo.
Nina berjongkok, mengikatkan tali sepatu Haryo.
“Mas jangan lupa ya?” kata Nina sambil berdiri.
“Apa sih? Uang? Kan mas sudah transfer tadi.”
“Bukan, katanya mau beli AC untuk kamar kita, supaya Mas tidak kegerahan kalau tidur di kamar.
“Oh, iya... iya... besok mas pesan dan pasti akan langsung dipasangkan sekalian.”
“Benarkah?” kata Nina dengan mata berbinar.
“Benar dong, apa Mas pernah berbohong?”
“Iya, aku tahu, mas selalu baik dan tak pernah keberatan memenuhi permintaan Nina.”
“Karena kamu juga baik sama Mas.”
Nina tersenyum sambil menggelendot ke bahu Haryo.
“Ya sudah, Mas pulang dulu ya,” kata Haryo sambil berdiri.
Nina mengambilkan tas kerja Haryo yang masih terletak diatas meja, lalu mengantarkannya sampai ke mobil. Ia juga mencium tangan Haryo, sebelum Haryo masuk ke mobilnya.
Perlakuan Nina yang sangat menghormati dirinya membuat Haryo tak pernah bisa meninggalkan Nina. Ia membiayai hidup Nina dan anak-anaknya, menyekolahkan kedua anak tersebut sampai mereka kuliah.
Ia tak sadar, bahwa Nina hanya memanfaatkannya karena hartanya yang berlimpah. Ia berlaku manis karena semua keinginannya dipenuhi. Ia bahkan rela mencium kaki Haryo ketika menginginkan sesuatu.
***
Tindy masih terjaga, ketika ketiga anaknya sudah masuk ke dalam kamar masing-masing. Ia mengambil album foto lamanya, dan membuka-bukanya. Ia tersenyum sendiri melihat fotonya bersama teman-temannya saat lulus SMA. Masih tampak imut dengan dandanan sederhana. Ia membuka album itu dari satu halaman ke halaman lainnya. Dan matanya terpaku melihat sosok laki-laki bertubuh kecil tapi berwajah manis. Tindy menatapnya sambil tersenyum lebar. Itu foto Hendri yang nakal. Walau seringkali Hendri mencontek tugas yang diberikan guru, tapi ia suka sekali mengganggunya. Ia juga pernah menggembos sepedanya, dan membuat Tindy hampir menangis, tapi kemudian Hendri mengantarkannya pulang dengan sepedanya. Hendri tak pernah mengatakan bahwa dialah yang membuat sepedanya kempes karena takut Tindy membencinya.
Ketika bertemu saat mereka kuliah Tindy hampir tak mengenalinya. Hendri yang kecil dan nakal, sudah menjadi pemuda tinggi gagah dan ganteng.
Tindy menghela nafas sedih ketika mengingatnya.
Pertemuan itu menjadi pertemuan yang sangat manis, karena mereka kemudian saling jatuh cinta. Tindy mengesampingkan banyak laki-laki yang mendekatinya, karena hatinya sudah terpaut dengan bekas teman SMP nya.
Bahkan Haryo yang begitu bersemangat mendekatinya, tak pernah di gubrisnya.
“Aku tak mengira, akhirnya bisa bertemu kamu lagi, Tindy,” kata Hendri pada suatu sore ketika mereka sedang duduk berdua di taman, yang dikelilingi sebuah kolam ikan. Sangat nyaman rasanya, ketika melihat ikan-ikan berenang kesana kemari.
“Aku juga tak mengira,” sahut Tindy sambil melemparkan remah-remah roti yang dibawanya ke dalam kolam. Dan senyumnya mengembang ketika melihat ikan-ikan dengan warna kuning keemasan itu berebut memangsanya.
“Dan tak mengira juga ketika tiba-tiba aku jatuh cinta sama kamu,” lanjut Hendri sambil menatap Tindy lekat-lekat.
Tindy menoleh ke arah kekasihnya.
“Aku juga...” sahutnya singkat.
“Juga apa?”
“Sama...”
“Sama apa?”
Tindy tertawa kecil.
“Sama apa?” Hendri mendesaknya.
“Sama dengan perasaan kamu.”
“Katakan dengan jelas, aku tidak sepintar kamu, sehingga kurang bisa mengerti apa yang kamu maksudkan.”
“Bohong.”
“Sungguh. Ayo dong, katakan dengan jelas.
“Kamu norak ya, sudah tahu jawabannya masih bertanya lagi,” gerutu Tindy cemberut.
“Kamu semakin cantik kalau cemberut.”
“Hiih, gombal ah.”
Tindy melemparkan lagi remah-remah roti yang masih tersisa, dan kembali ikan-ikan itu berebut, menimbulkan suara berkecipak yang menyenangkan.
Lamunan Tindy terhenti ketika mendengar suara mobil memasuki halaman. Ia menutup album fotonya dan mengembalikannya ke rak buku, tempatnya semula.
Lalu ia berdiri dan menuju pintu, membukanya dan menunggunya di teras.
“Baru pulang?”
“Ya, kamu kan tahu bahwa aku baru pulang,” kata Haryo sambil menyerahkan tas kerjanya yang diterima Tindy dengan perasaan kurang nyaman.
“Tugas luar kota lagi?” tanya Tindy sambil mengikuti suaminya masuk ke rumah.
“Tidak, rapat sejak sore, baru selesai.”
“Makan sekarang?”
“Aku sudah makan,” katanya sambil langsung masuk ke kamar.
Tindy meletakkan tas kerja suaminya di meja, kemudian beranjak ke belakang untuk membuatkan kopi suaminya. Ia meletakkan kopi itu di meja ruang tengah, kemudian duduk menunggu suaminya berganti pakaian di kamar.
Ketika lama tak segera keluar, Tindy beranjak ke kamar, mengira suaminya sedang mandi. Tapi ia terkejut melihat suaminya sudah tidur di ranjang.
“Mas, tidak minum dulu?” katanya pelan.
Tak ada jawaban. Tindy mengusap setitik air matanya, lalu mengunci pintu rumahnya, dan menyusul suaminya tidur.
***
Lala ingin bertemu Astri hari itu, tapi ternyata Astri tidak masuk kuliah. Rupanya sakit perut Astri masih berlanjut. Lala ingin menelponnya, tapi kembali dia takut mengganggunya.
“Lebih baik aku ke rumahnya saja, sambil menengoknya. Sepertinya sakitnya kok serius amat,” gumam Lala.
Dalam perjalanan ke rumah Astri itu, kembali Lala mengamati rumah yang terletak di pojokan jalan, di mana dia melihat mobil ayahnya terparkir di sana kemarin.
Tapi yang dia lihat bukan mobil ayahnya. Ada sebuah pick up terbuka dengan tulisan besar yang menunjukkan bahwa mobil itu adalah mobil dari sebuah toko elektronik.
Ia memperlambat laju mobilnya, lalu berhenti. Ia melihat seorang wanita keluar dari rumah itu, lalu berbicara kepada dua petugas toko yang tampaknya mengirim sesuatu. Sekilas Lala membaca tulisan AC di kardus yang diturunkan.
“O, rupanya beli AC.”
Lala berlalu, takut pemilik rumah curiga kalau dia berhenti terlalu lama dan mengawasi mereka.
Akhirnya Lala sampai di rumah Astri, ia mendapati sahabatnya itu masih terbaring di kamarnya.
“Lala?” tanya Astri sambil bangkit.
“Sudah, tiduran saja.”
“Nggak apa-apa, aku sudah baikan kok.”
“Aku khawatir, karena kamu tidak masuk kuliah.”
“Nggak apa-apa, ini sudah biasa. Kamu membawa apa tuh?”
“Hanya buah-buahan.”
“Repot amat, kayak aku benar-benar sakit.”
Mereka berbincang sebentar, sampai akhirnya Lala menanyakan sesuatu.
“Astri, apa kamu tahu, rumah yang di pojokan itu rumah siapa?”
“Pojokan mana?”
“Disebelah timur rumah kamu, agak jauh sih, tapi sederetan dengan rumah kamu ini.”
“Oh, itu rumahnya bu Sigit, cuma rumah itu memang dikontrakkan.”
“Tadi aku melihat ada wanita keluar dari rumah itu, apa itu yang namanya bu Sigit?”
“Bukan, bu Sigit tinggal di kampung sebelah, rumahnya dikontrak oleh orang dari luar kota. Kalau tidak salah namanya bu Nina. Tapi dia jarang keluar, kecuali kalau dia belanja.”
“Dia dosen ?”
“Dosen? Bukan.. ibu rumah tangga.”
“Apa dia cantik?”
“Ah, biasa saja. Tapi dia kelihatan genit. Aku pernah bertemu ketika sedang belanja di tukang sayur. Kalau bicara seperti dibuat-buat begitu. Kenapa kamu menanyakan rumah itu?”
“Nggak apa-apa kok. Cuma bertanya saja.
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah....
ReplyDeleteTindy....tabah yaaa
DeleteYoh bnr sabar kui mbak
DeleteOho konangan mb Ira yoh ko Si Nina arep di kruwes
Hehehe
ADUHAI Jeng Nani
DeleteJeng Iyeng
Jeng Maimun
Mas kakek
Hehehe... wis kudu ngruwes tenan si Nina genit itu. Genit suka moroti lagi. Emang minta diulekke sambal nggo ngrawus.
DeleteAlhamdulilla
ReplyDeleteAlhamdulillah ❤️🙏
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang terimakasih Bunda Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Wiwin
DeleteADUHAI
Alhamdulillah....
ReplyDelete🌷🌹
ReplyDeleteNuwun pak Wiyoto
DeleteHatur nuwun akhirnya muncul juga seri 3 hehehe salam aduhaai dari Cibubur kagem mbak Tienkumalasari dear, wassalam
ReplyDeleteSami2 jeng Sis
DeleteSalam ADUHAI
Yes
ReplyDeleteAlhamdulillah, yg ditunggu akhirnya tayang juga MKJ 03...
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, salam sehat selalu...🙏😊
Sami2 pak Prim
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip.
DeleteMKJ 03 hadir dan semakin menarik, bikin penasaran.
Apakah Haryo yg sebagai kembang jalanan?
Ibu Tindy tipe isteri yg setia dan tahan uji.
Semoga Haryo cepat sadar dan kembali menjadi suami yg setia juga.
Monggo ibu Tien dilanjut aja. Matur nuwun Berkah Dalem.
Wah ketinggalan ,,🤭🤭
ReplyDeleteLari cepat ibu Susi
DeleteAssalamualaikum wrwb..
DeletePadahal
23.18 waktu bali susi intip belum ada, asyik
Lahi Wa nan ,, eh ,, tiba2 nbakyu Nani kasih tahu sudah tayang ,, masih saja ku jawab belum tayang ,,
Aduhai mbak Tien , sakam sehat dari kuta Bali ,,🥰🥰🥰🙏🏻
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy,
Alamdulillah...
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina,
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Mkj emang ngangenin jam setengah sewelas aja ditunggiin ngk ngantuk
ReplyDeleteMakasih ibu tien
Dan bu nani sragen yo slalu info monggo mkj sampun tayang matur nuwun bu nani
Yes yes
Sami2 Pak....
DeleteDi hallo2 kersanipun enggal sami maos pak
Amargi sampun sami nenggo tayangipun
Bunani emang oke tenan infoxa akurat tayang yo tayang yes yes
DeleteSami2 pak Muhadjir
ReplyDeleteADUHAI
Ibu kejora pagi mugi2 diparingin danganterus sehat terus amalanxa berpahala krn ridho dan Rahman dan rohimxa lir saking sambikolo amazing tenan lho ibu tien iku nyenengke wong akehtenan aamiin
DeleteTerima kasih mbak Tien,..,
ReplyDeleteAlhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Selamat malam selamat beristirahat... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteSugeng Dhalu Mbak Tien .Maturnuwun Salam Aduhai&selalu sehat
ReplyDeleteSugeng ndalu bunda Tien....maturnuwun, sehat sll bunda,❤️❤️❤️
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ 03 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien,semoga sehat dan bahagia selalu.
Aamiin
Salam ADUHAI selalu
Matur nuwun mbak Tien-ku, MKJ sudah tayang.
ReplyDeleteWah, Lala jadi penyelidik, terus bayangi itu rumah nanti akan ketemu yang kau cari.
Salam sehat mbak Tien , aduhai dan ADUHAI.
Samiw ibu Niquee..
ReplyDeleteLama nggak komen
Sami2 pak Latif
ReplyDeleteADUHAI
alhamdulillah...
ReplyDeletematur nuwun...
Sami2 unknown
DeleteAlhamdulillah,terima kasih Bu Tien..sehat selalu, Aamiin 🤲
ReplyDeleteSami2 ibu Rini
DeleteAamiin
Akhirnyaa..njedhul MKJ03 yg di tunggu2...
ReplyDeleteTrimakasih mbak Tien..
Duuh semoga Lala melihat sendiri pas bpknya kermh Nina..
Nunggu besok lagii..
Salam sehat dan aduhaii mbak Tien..🙏💟🌹
Sami2 ibu Maria
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Alhamdulillah MKJ 03 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Sami2 ibu Uchu
DeleteAamiin
Alhamdulillah...lgsg 3 episode telat bacanya
ReplyDelete*Sedang viral...mirip Layangan Putus..
Ketemu Nina...dikruwes kruwes wae
ADUHAI ibu Yulie
DeleteAlhamdulillah... Makin aduhai, terimakasih bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Hestri
DeleteADUHAI
Alhamdulillah pas nglilir ternyata MKJ~03 sudah hadir .. maturnuwun bu Tien semoga tetap sehat semangat ..
ReplyDeleteSami2 pak Djodhi
DeleteAamiin
Alhamdulillah
ReplyDeleteMakasih bu Tien, semoga sehat selalu.
Sami2 ibu Sri
DeleteAamiin
Alhamdulillah.. matur nuwun mBak Tien Kumalasari, MKJ Episode 03 sudah tayang.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Sami2 mas Dudut
DeleteSalam hangat dari Solo
Trims Bu Tien....udah hadir
ReplyDeleteSalam sehat selalu
Terima kasih bu tien, smg sehat selalu .... salam asuhai dari pondok gede
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteSalam sehatt dan ADUHAI
Alhamdulillah, menunggu MKJ3 akhirnya ketiduran.Trm ksh mb Tien, salam sehat selalu.
ReplyDeleteSami2 ibu Pudya
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Makasih mba Tien.
ReplyDeleteSemakin seruu.
Salam hangat dan sehat selalu mba.
Aduhai
Sami2 ibu Sul
ReplyDeleteAamiin
Salam ADUHAI
Alhamdulillah, matursuwun mbak Tien MKJnya
ReplyDeleteSalam sehat selalu
Sami2 ibu Umi
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Alhamdulillah... maturnuwun Bu tien
ReplyDeleteYang baru
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
ReplyDeleteSami2 KP LOVER
DeleteTindy kasian ada pelakor yg ngerogoti uang suamimu ...Haryo genit kan merasa msh kerja .ada masa nya tua br tahu rasa deh..gremes
ReplyDeleteADUHAI ibu Yanti
DeleteMatur nuwun bu Tien yg sudah menghadirkan berbagai karakter dalam cerber MKJ 3..dimana ada tokoh Tindy yg dosen smart, ibu yang bijaksaa dan taggung jawab, cantik dan karakter Nina yg genit, tukang porot tapi puntar mengambil hati Haryo, kmd Haryo yg dosen genit mata keranjang tdk setia dg isteri padahal anaknya sudah gadis mhsi PT juga anak laki yg masih sekolah. Rasanya gees juga baca ceritanya yg mulai panas. Semoga semakin menarik. Salam sehat selali
ReplyDeleteSami2 ibu Noor
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI
ADUHAI ..M
ReplyDeleteMbak Tien ..matur nuwun.
Salam sehat selalu.
Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.
ReplyDeleteIni pa dosen yg pintar, subur makmur dgn harta berlimpah, kok menggali lubung kubur sendiri yah? Tdk khawatir dgn anak²nya yg sdh mahasiswi ?
ReplyDeleteTérima kasih banyak mbak Tien. Salam sehat
Assalamualaikum wr wb. Wah ternyata makin seru saja, mhn maaf Bu Tien karena saya tdk mengikutinya sejak 1 januari 2022, baru pagi ini ikut baca lanjutannya. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin...Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah sugeng sedoyonipun