Monday, January 3, 2022

MEMANG KEMBANG JALANAN 03

 

MEMANG KEMBANG JALANAN  03

(Tien Kumalasari)

 

Lala berhenti sejenak didepan rumah itu, berharap sang pemilik rumah keluar, atau bahkan ayahnya sekalipun, tapi tak ada yang tampak keluar dari rumah itu. Lala terus mengawasi rumah itu sampai beberapa saat lamanya, lalu menjalankan kembali mobilnya, dengan perasaan diliputi tanda tanya.

“Apakah itu rumah salah seorang dosen teman Bapak?” gumamnya.

Apakah ada pertemuan antar dosen dirumah itu? Tapi mengapa tampak sepi-sepi saja? Tak ada kendaraan lain tampak di halaman yang tak begitu luas itu,  Hanya mobil ayahnya.

Kemudian Lala teringat kata-kata Desy sebelum mereka berangkat bareng. Ada kasak-kusuk ayahnya selingkuh dengan seseorang. Mungkinkah itu rumah selingkuhan ayahnya?

Lala terus memenuhi benaknya dengan beribu pertanyaan, dan tak juga menemukan jawaban. Lalu ia teringat temannya yang baru saja diantarkannya pulang.

Lala ingin menelpon Astri, barangkali dia tau, itu rumah siapa, tapi diurungkannya. Ia merasa tak enak karena tadi Astri sakit.

“Besok saja aku tanyakan, nggak enak kalau sekarang, pasti dia sedang istirahat karena sakit perut,” gumamnya sambil terus memacu mobilnya.

Rasa curiga di hati Lala bukannya tak beralasan. Beberapa tahun yang lalu dia mendengar pertengkaran antara Ibu dan ayahnya. Waktu itu memang bertengkarnya didalam kamar, tapi tanpa sengaja Lala mendengarnya.

“Jadi mas selingkuh? Mas tega menyakiti aku ?” kata ibunya agak keras, tapi Lala tak mendengar suara tangisan. Tindy memang wanita yang kuat.

“Mengapa kamu lebih percaya kepada orang lain daripada kepada suamimu sendiri?” Haryo menjawabnya, bahkan dengan suara yang lebih keras.

“Tapi itu suara dari orang yang sangat baik sama aku, dan aku mempercayainya.”

“Tindy, memang benar, waktu itu aku sempat dekat dengan dia, tapi sekarang tidak lagi. Dia hanya teman baik, yang sering mencurahkan isi hati dan keluhannya kepadaku.”

“Bagus ya, jadi mas itu bisa menjadi tumpuan curahan hati seorang perempuan.”

“Namanya bergaul ya harus berbaik hati kepada semua orang. Tapi percayalah bahwa sekarang aku tidak lagi berhubungan sama dia.”

“Benarkah?”

“Sumpah.”

“Jangan terlalu gampang mengucapkan sumpah, nanti bisa termakan sumpah mas sendiri.”

“Itu karena untuk meyakinkan kamu. Kamu boleh percaya, boleh tidak. Terserah !!”

Lala terkejut mendengar suara langkah mendekati pintu, lalu dengan cepat dia berlalu. Tapi Lala tak pernah menceritakan hal itu kepada adik-adiknya, bahkan kepada ibunya sekalipun. Lala hanya menyimpannya didalam hati.

Lala sampai di rumah, ketika Ibu dan adik-adiknya sudah lebih dulu tiba. Dilihatnya Desy duduk di teras sambil membaca buku, entah buku apa.

“mBak Lala baru pulang?” sambut Desy ketika Lala sudah menaiki teras rumahnya.

“Maaf aku tidak nyamperin kamu di kampus Des, soalnya tadi aku mengantar Astri kerumahnya.”

“Lhoh, rumah mbak Astri kan jauh? Agak di piggiran kota?”

“Iya sih, tapi aku kasihan, tadi dia mengeluh sakit perut, jadi aku mengantarnya pulang.”

“Oo...”

“Tadi....”

Lala ingin mengatakan tentang mobil ayahnya yang diparkir di halaman sebuah rumah, tapi di urungkannya. Ia tak ingin mengutarakan kecurigaannya, apalagi saat Ibunya juga ada.

“Tadi apa?” tanya Desy yang penasaran karena Lala tidak melanjutkan kalimatnya.

“Ah, nggak jadi.”

“Iih, suka ya membuat penasaran orang,” sesal Desy.

“Nggak penting, cuma mau bilang bahwa tadi aku sudah makan bersama teman,” kata Lala sambil berlalu.

“Aneh deh, cuma makan bersama teman saja diceritain. Kirain kakak juga mendengar gosip-gosip di luaran,” gerutu Desy, lalu melanjutkannya membaca.

“Hiih, kamu tuh yang suka ngegosip,” kata Lala lagi.

“Ibu, Lala sudah pulang...” teriak Lala sambil menghampiri ibunya yang sedang duduk di ruang tengah.

“Kamu sudah makan?”

“Mm..,” kata Lala yang kemudian mendekati ibunya, dan memeluknya serta mencium pipinya lembut.

“Heii.. ada apa ini?” tanya Tindy yang heran atas sikap anak sulungnya, yang biasanya hanya mencium tangan, tapi ini memeluknya pula.

Entah mengapa, ada rasa curiga di hati Lala, bahwa ayahnya melakukan hal yang tidak benar. Ia merasa iba melihat ibunya yang tampak tegar menghadapi hari-harinya bersama ayahnya yang selalu pulang sampai larut. Memang tidak setiap hari, tapi sangat sering. Barangkali juga ada rasa curiga di hati Ibunya, tapi hanya dipendamnya. Lala sangat peka dalam menangkap sinar mata ibunya. Tatapan mata itu begitu teduh, tapi seperti menyimpan sesuatu. Dan sesuatu itu tampaknya bukan hal yang menyenangkan. Tapi tak sekalipun ibunya berkeluh tentang hal yang tidak menyenangkan tersebut.

Melihat ibunya duduk sendiri, tiba-tiba Lala merasa ingin memeluknya. 

“Lala, kamu tidak apa-apa?” tanya Tindy.

“Tidak, tiba-tiba saja Lala kangen sekali sama Ibu,” jawab Lala sekenanya.

Jawaban itu membuat Tindy tersenyum.

“Baru setengah hari tidak ketemu, sudah kangen?”

“Iya, memang ibu ngangenin sih...” kata Lala sambil berlalu.

“Ayo kita makan, Ibu dan adik-adik kamu sedang menunggu.”

“Baiklah Bu, Lala ganti baju dulu ya.”

“Desy...” teriak Tindy.

Desy menutup bukunya dan mendekati ibunya.

“Ayo kita makan. Jarang sekali kita bisa berkumpul saat makan siang. Biasanya ibu pulang agak sore dan sudah makan di kantor,” kata Tindy setelah mereka duduk bersama menghadapi meja makan dengan lauk pauk masakan Ibunya.

“Sayang bapak nggak ikut makan bersama kita,” celetuk Tutut.

“Iya, soalnya...” Desy ingin berkomentar, tapi dilihatnya Lala memelototinya.

“Bapak kan selalu sibuk,” kata Lala.

Tindy diam, dia tak pernah mengeluh walau suaminya jarang ikut makan bersama keluarganya.

***

“Mas mau pulang sekarang?” tanya Nina ketika melihat Haryo mengambil sepatunya.

“Iya, ini sudah malam,” kata Haryo.

Nina berjongkok, mengikatkan tali sepatu Haryo.

“Mas jangan lupa ya?” kata Nina sambil berdiri.

“Apa sih? Uang? Kan mas sudah transfer tadi.”

“Bukan, katanya mau beli AC untuk kamar kita, supaya Mas tidak kegerahan kalau tidur di kamar.

“Oh, iya... iya... besok mas pesan dan pasti akan langsung dipasangkan sekalian.”

“Benarkah?” kata Nina dengan mata berbinar.

“Benar dong, apa Mas pernah berbohong?”

“Iya, aku tahu, mas selalu baik dan tak pernah keberatan memenuhi permintaan Nina.”

“Karena kamu juga baik sama Mas.”

Nina tersenyum sambil menggelendot ke bahu Haryo.

“Ya sudah, Mas pulang dulu ya,” kata Haryo sambil berdiri.

Nina mengambilkan tas kerja Haryo yang masih terletak diatas meja, lalu mengantarkannya sampai ke mobil. Ia juga mencium tangan Haryo, sebelum Haryo masuk ke mobilnya.

Perlakuan Nina yang sangat menghormati dirinya membuat Haryo tak pernah bisa meninggalkan  Nina. Ia membiayai hidup Nina dan anak-anaknya, menyekolahkan kedua anak tersebut sampai mereka kuliah.

Ia tak sadar, bahwa Nina hanya memanfaatkannya karena hartanya yang berlimpah. Ia berlaku manis karena semua keinginannya dipenuhi. Ia bahkan rela mencium kaki Haryo ketika menginginkan sesuatu.

***

Tindy masih terjaga, ketika ketiga anaknya sudah masuk ke dalam kamar masing-masing. Ia mengambil album foto lamanya, dan membuka-bukanya. Ia tersenyum sendiri melihat fotonya bersama teman-temannya saat lulus SMA. Masih tampak imut dengan dandanan sederhana. Ia membuka album itu dari satu halaman ke halaman lainnya. Dan matanya terpaku melihat sosok laki-laki bertubuh kecil tapi berwajah manis. Tindy menatapnya sambil tersenyum lebar. Itu foto Hendri yang nakal. Walau seringkali Hendri mencontek tugas yang diberikan guru, tapi ia suka sekali mengganggunya. Ia juga pernah menggembos sepedanya, dan membuat Tindy hampir menangis, tapi kemudian Hendri mengantarkannya pulang dengan sepedanya. Hendri tak pernah mengatakan bahwa dialah yang membuat sepedanya kempes karena takut Tindy membencinya.

Ketika bertemu saat mereka kuliah Tindy hampir tak mengenalinya. Hendri yang kecil dan nakal, sudah menjadi pemuda tinggi gagah dan ganteng.

Tindy menghela nafas sedih ketika mengingatnya.

Pertemuan itu menjadi pertemuan yang sangat manis, karena mereka kemudian saling jatuh cinta. Tindy mengesampingkan banyak laki-laki yang mendekatinya, karena hatinya sudah terpaut dengan bekas teman SMP nya.

Bahkan Haryo yang begitu bersemangat mendekatinya, tak pernah di gubrisnya.

Aku tak mengira, akhirnya bisa bertemu kamu lagi, Tindy,” kata Hendri pada suatu sore ketika mereka sedang duduk berdua di taman, yang dikelilingi sebuah kolam ikan. Sangat nyaman rasanya, ketika melihat ikan-ikan berenang kesana kemari.

“Aku juga tak mengira,” sahut Tindy sambil melemparkan remah-remah roti yang dibawanya ke dalam kolam. Dan senyumnya mengembang ketika melihat ikan-ikan dengan warna kuning keemasan itu berebut memangsanya.

“Dan tak mengira juga ketika tiba-tiba aku jatuh cinta sama kamu,” lanjut Hendri sambil menatap Tindy lekat-lekat.

Tindy menoleh ke arah kekasihnya.

“Aku juga...” sahutnya singkat.

“Juga apa?”

“Sama...”

“Sama apa?”

Tindy tertawa kecil.

“Sama apa?” Hendri mendesaknya.

“Sama dengan perasaan kamu.”

“Katakan dengan jelas, aku tidak sepintar kamu, sehingga kurang bisa mengerti apa yang kamu maksudkan.”

“Bohong.”

“Sungguh. Ayo dong, katakan dengan jelas.

“Kamu norak ya, sudah tahu jawabannya masih bertanya lagi,” gerutu Tindy cemberut.

“Kamu semakin cantik kalau cemberut.”

“Hiih, gombal ah.”

Tindy melemparkan lagi remah-remah roti yang masih tersisa, dan kembali ikan-ikan itu berebut, menimbulkan suara berkecipak yang menyenangkan.

Lamunan Tindy terhenti ketika mendengar suara mobil memasuki halaman. Ia menutup album fotonya dan mengembalikannya ke rak buku, tempatnya semula.

Lalu ia berdiri dan menuju pintu, membukanya dan menunggunya di teras.

“Baru pulang?”

“Ya, kamu kan tahu bahwa aku baru pulang,” kata Haryo sambil menyerahkan tas kerjanya yang diterima Tindy dengan perasaan kurang nyaman.

“Tugas luar kota lagi?” tanya Tindy sambil mengikuti suaminya masuk ke rumah.

“Tidak, rapat sejak sore, baru selesai.”

 “Makan sekarang?”

“Aku sudah makan,” katanya sambil langsung masuk ke kamar.

Tindy meletakkan tas kerja suaminya di meja, kemudian beranjak ke belakang untuk membuatkan kopi suaminya. Ia meletakkan kopi itu di meja ruang tengah, kemudian duduk menunggu suaminya berganti pakaian di kamar.

Ketika lama tak segera keluar, Tindy beranjak ke kamar, mengira suaminya sedang mandi. Tapi ia terkejut melihat suaminya sudah tidur di ranjang.

“Mas, tidak minum dulu?” katanya pelan.

Tak ada jawaban. Tindy mengusap setitik air matanya, lalu mengunci pintu rumahnya, dan menyusul suaminya tidur.

***

Lala ingin bertemu Astri hari itu, tapi ternyata Astri tidak masuk kuliah. Rupanya sakit perut Astri masih berlanjut. Lala ingin menelponnya, tapi kembali dia takut mengganggunya.

“Lebih baik aku ke rumahnya saja, sambil menengoknya. Sepertinya sakitnya kok serius amat,” gumam Lala.

Dalam perjalanan ke rumah Astri itu, kembali Lala mengamati rumah yang terletak di pojokan jalan, di mana dia melihat mobil ayahnya terparkir di sana kemarin.

Tapi yang dia lihat bukan mobil ayahnya. Ada sebuah pick up terbuka dengan tulisan besar yang menunjukkan bahwa mobil itu adalah mobil dari sebuah toko elektronik.

Ia memperlambat laju mobilnya, lalu berhenti. Ia melihat seorang wanita keluar dari rumah itu, lalu berbicara kepada dua petugas toko yang tampaknya mengirim sesuatu. Sekilas Lala membaca tulisan AC di kardus yang diturunkan.

“O, rupanya beli AC.”

Lala berlalu, takut pemilik rumah curiga kalau dia  berhenti terlalu lama dan mengawasi mereka.

Akhirnya Lala sampai di rumah Astri, ia mendapati sahabatnya itu masih terbaring di kamarnya.

“Lala?” tanya Astri sambil bangkit.

“Sudah, tiduran saja.”

“Nggak apa-apa, aku sudah baikan kok.”

“Aku khawatir, karena kamu tidak masuk kuliah.”

“Nggak apa-apa, ini sudah biasa. Kamu membawa apa tuh?”

“Hanya buah-buahan.”

“Repot amat, kayak aku benar-benar sakit.”

 Mereka berbincang sebentar, sampai akhirnya Lala menanyakan sesuatu.

“Astri, apa kamu tahu, rumah yang di pojokan itu rumah siapa?”

“Pojokan mana?”

“Disebelah timur rumah kamu, agak jauh sih, tapi sederetan dengan rumah kamu ini.”

“Oh, itu rumahnya bu Sigit, cuma rumah itu memang dikontrakkan.”

“Tadi aku melihat ada wanita keluar dari rumah itu, apa itu yang namanya bu Sigit?”

“Bukan, bu Sigit tinggal di kampung sebelah, rumahnya dikontrak oleh orang dari luar kota. Kalau tidak salah namanya bu Nina. Tapi dia jarang keluar, kecuali kalau dia belanja.”

“Dia dosen ?”

“Dosen? Bukan.. ibu rumah tangga.”

“Apa dia cantik?”

“Ah, biasa saja. Tapi dia kelihatan genit. Aku pernah bertemu ketika sedang belanja di tukang sayur. Kalau bicara seperti dibuat-buat begitu. Kenapa kamu menanyakan rumah itu?”

“Nggak apa-apa kok. Cuma bertanya saja.

***

Besok lagi ya

 

79 comments:

  1. Replies
    1. Yoh bnr sabar kui mbak
      Oho konangan mb Ira yoh ko Si Nina arep di kruwes

      Hehehe

      Delete
    2. ADUHAI Jeng Nani
      Jeng Iyeng
      Jeng Maimun
      Mas kakek

      Delete
    3. Hehehe... wis kudu ngruwes tenan si Nina genit itu. Genit suka moroti lagi. Emang minta diulekke sambal nggo ngrawus.

      Delete
  2. Alhamdulillah sudah tayang terimakasih Bunda Tien

    ReplyDelete
  3. Hatur nuwun akhirnya muncul juga seri 3 hehehe salam aduhaai dari Cibubur kagem mbak Tienkumalasari dear, wassalam

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah, yg ditunggu akhirnya tayang juga MKJ 03...
    Terima kasih Bu Tien, salam sehat selalu...🙏😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami2 pak Prim
      Salam sehat dan ADUHAI

      Delete
    2. Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip.
      MKJ 03 hadir dan semakin menarik, bikin penasaran.

      Apakah Haryo yg sebagai kembang jalanan?
      Ibu Tindy tipe isteri yg setia dan tahan uji.
      Semoga Haryo cepat sadar dan kembali menjadi suami yg setia juga.

      Monggo ibu Tien dilanjut aja. Matur nuwun Berkah Dalem.

      Delete
  5. Replies
    1. Assalamualaikum wrwb..
      Padahal
      23.18 waktu bali susi intip belum ada, asyik
      Lahi Wa nan ,, eh ,, tiba2 nbakyu Nani kasih tahu sudah tayang ,, masih saja ku jawab belum tayang ,,
      Aduhai mbak Tien , sakam sehat dari kuta Bali ,,🥰🥰🥰🙏🏻

      Delete
  6. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alamdulillah...
      Yang ditunggu tunggu telah hadir
      Matur nuwun bu Tien
      Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
      Salam ADUHAI dr Cilacap

      Delete
  7. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina,

    ReplyDelete
  8. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  9. Mkj emang ngangenin jam setengah sewelas aja ditunggiin ngk ngantuk
    Makasih ibu tien
    Dan bu nani sragen yo slalu info monggo mkj sampun tayang matur nuwun bu nani
    Yes yes

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami2 Pak....
      Di hallo2 kersanipun enggal sami maos pak
      Amargi sampun sami nenggo tayangipun

      Delete
    2. Bunani emang oke tenan infoxa akurat tayang yo tayang yes yes

      Delete
  10. Replies
    1. Ibu kejora pagi mugi2 diparingin danganterus sehat terus amalanxa berpahala krn ridho dan Rahman dan rohimxa lir saking sambikolo amazing tenan lho ibu tien iku nyenengke wong akehtenan aamiin

      Delete
  11. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Selamat malam selamat beristirahat... Salam... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  12. Sugeng Dhalu Mbak Tien .Maturnuwun Salam Aduhai&selalu sehat

    ReplyDelete
  13. Sugeng ndalu bunda Tien....maturnuwun, sehat sll bunda,❤️❤️❤️

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah MKJ 03 sdh hadir
    Terima kasih Bu Tien,semoga sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin
    Salam ADUHAI selalu

    ReplyDelete
  15. Matur nuwun mbak Tien-ku, MKJ sudah tayang.
    Wah, Lala jadi penyelidik, terus bayangi itu rumah nanti akan ketemu yang kau cari.
    Salam sehat mbak Tien , aduhai dan ADUHAI.

    ReplyDelete
  16. Samiw ibu Niquee..
    Lama nggak komen

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..sehat selalu, Aamiin 🤲

    ReplyDelete
  18. Akhirnyaa..njedhul MKJ03 yg di tunggu2...
    Trimakasih mbak Tien..

    Duuh semoga Lala melihat sendiri pas bpknya kermh Nina..

    Nunggu besok lagii..

    Salam sehat dan aduhaii mbak Tien..🙏💟🌹

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah MKJ 03 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah...lgsg 3 episode telat bacanya
    *Sedang viral...mirip Layangan Putus..
    Ketemu Nina...dikruwes kruwes wae

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah... Makin aduhai, terimakasih bu Tien

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah pas nglilir ternyata MKJ~03 sudah hadir .. maturnuwun bu Tien semoga tetap sehat semangat ..

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah
    Makasih bu Tien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah.. matur nuwun mBak Tien Kumalasari, MKJ Episode 03 sudah tayang.
    Salam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.

    ReplyDelete
  25. Trims Bu Tien....udah hadir
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  26. Terima kasih bu tien, smg sehat selalu .... salam asuhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah, menunggu MKJ3 akhirnya ketiduran.Trm ksh mb Tien, salam sehat selalu.

    ReplyDelete
  28. Makasih mba Tien.
    Semakin seruu.
    Salam hangat dan sehat selalu mba.
    Aduhai

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah, matursuwun mbak Tien MKJnya
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah... maturnuwun Bu tien

    ReplyDelete
  31. Tindy kasian ada pelakor yg ngerogoti uang suamimu ...Haryo genit kan merasa msh kerja .ada masa nya tua br tahu rasa deh..gremes

    ReplyDelete
  32. Matur nuwun bu Tien yg sudah menghadirkan berbagai karakter dalam cerber MKJ 3..dimana ada tokoh Tindy yg dosen smart, ibu yang bijaksaa dan taggung jawab, cantik dan karakter Nina yg genit, tukang porot tapi puntar mengambil hati Haryo, kmd Haryo yg dosen genit mata keranjang tdk setia dg isteri padahal anaknya sudah gadis mhsi PT juga anak laki yg masih sekolah. Rasanya gees juga baca ceritanya yg mulai panas. Semoga semakin menarik. Salam sehat selali

    ReplyDelete
  33. Sami2 ibu Noor
    Salam sehat dan ADUHAI

    ReplyDelete
  34. ADUHAI ..M
    Mbak Tien ..matur nuwun.
    Salam sehat selalu.

    ReplyDelete
  35. Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  36. Ini pa dosen yg pintar, subur makmur dgn harta berlimpah, kok menggali lubung kubur sendiri yah? Tdk khawatir dgn anak²nya yg sdh mahasiswi ?
    Térima kasih banyak mbak Tien. Salam sehat

    ReplyDelete
  37. Assalamualaikum wr wb. Wah ternyata makin seru saja, mhn maaf Bu Tien karena saya tdk mengikutinya sejak 1 januari 2022, baru pagi ini ikut baca lanjutannya. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin...Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  38. Alhamdulillah...
    Mtur nuwun Bun....
    Mugi2 tansah sugeng sedoyonipun

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 10

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  10 (Tien Kumalasari)   Wahyuni masih termangu di depan toko, sampai mobil yang dikemudikan laki-laki tampan ...