MEMANG KEMBANG JALANAN 02
(Tien Kumalasari)
Melihat wajah Tindy yang tiba-tiba masam, Haryo bukannya surut, tapi malah duduk semakin mendekati Tindy.
Tindy agak beringsut menjauh, sambil menatap Hendri, yang juga menampakkan wajah tak senang, tapi tetap mengulaskan sebuah senyuman, yang kalau Haryo bisa merasakannya, senyuman itu terasa hambar.
“Aku mau ikutan ya,” katanya sambil melambai ke arah pelayan kantin.
“Aku juga bakso mBak,” katanya.
“Minumnya Mas?” tanya pelayan kantin itu.
“Sama dia ini, es sirup,” katanya sambil tersenyum, dan menunjuk kearah gadis disampingnya.
“Hendri, nanti aku pulang bareng kamu ya?” kata Tindy sambil menatap Hendri.
“Ya, tentu saja, kita belum puas ngomong-ngomongnya,” kata Hendri sambil mengaduk-aduk es sirupnya yang masih tersisa.
“Nanti dulu, ini mahasiswa baru juga ya ? Setingkat dengan Tindy?”
“Ya Mas, kenalkan, nama saya Hendriyanto, dipanggil Hendri,” kata Hendri memperkenalkan diri.
“Oh, Hendri ya, saya Haryo, dua tingkat diatas kalian.”
Hendri hanya mengangguk-angguk.
“Tindy, buku yang kemarin kamu cari itu ternyata aku punya,” kata Haryo sambil menatap Tindy yang masih asyik menyantap baksonya.
“Buku apa ya?”
“Aku kemarin melihat kamu waktu sedang mencari buku di perpustakaan.”
“Oh, tapi aku sudah dapat kok. Terima kasih.”
“Oh, ya sudah kalau begitu. Lain kali kalau butuh apa-apa, bilang sama aku, nanti aku carikan,” kata Haryo yang berusaha mengambil hati Tindy.
“Ya Mas, baiklah.”
“Nanti pulangnya mau bareng Hendri ya?” tanya Haryo.
“Iya, Hendri ini dulu teman SMP aku,” kata Tindy sambil menatap Hendri.
“Ooh, dulu teman SMP? Berarti seumuran dong,” kata Haryo.
“Begitulah,” sambung Hendri.
Haryo menerima bakso yang dipesannya, kemudian mengaduk-aduknya sebelum menyendokkan ke mulutnya.
“Kalau pacaran itu, kurang bagus kalau umurnya sepantaran begitu,” kata Haryo.
“Apa?” Tindy terkejut, sehingga urung memasukkan suapan baksonya.
“Aku bilang, kalau pacaran jangan sama yang seumuran. Cari yang lebih tua, misalnya yang dua tahun diatas kamu,” katanya sambil menatap Tindy.
“Pacaran? Mas kira kami pacaran?”
“Oh, bukan ya?” kata Haryo lega. Ia menyendok baksonya yang kemudian dimuntahkannya lagi ke mangkuk, karena masih panas. Tindy merasa tiba-tiba perutnya mual.
“Maaf, maaf... Terburu-buru aku tadi, padahal masih panas sekali.” Kata Haryo yang kemudian menghirup minumannya.
“Kami baru saja ketemu, setelah berpisah ketika sama-sama lulus SMP,” terang Hendri.
“O, baru ketemu. Kirain sudah lama pacaran.”
“Hen, kita duluan yuk, aku lupa kalau ada acara di rumah sore ini,” kata Tindy tiba-tiba. Ia juga tidak menghabiskan baksonya.
“Baiklah, nggak apa-apa, tapi itu nggak kamu habisin dulu?” tanya Hendri.
“Sudah kenyang.”
“Ya sudah. Mas Haryo, mohon maaf ya, kami duluan, karena Tindy ada acara dirumahnya.”
“Baiklah, pergi saja, nggak apa-apa kok. Aku juga masih menunggu baksonya lebih dingin lagi.”
“Maaf ya Mas,” kata Tindy sambil berdiri.
“Ya...ya, silahkan,” kata Haryo sambil tersenyum penuh arti. Ada rasa lega ketika mendengar bahwa mereka bukan pacaran.
“Nanti aku pasti akan mendapatkan kamu Tindy,” gumam Haryo sambil menyendok baksonya, yang ketika itu sudah tidak sepanas sebelumnya. Gumaman itu pelan, tapi Tindy mendengarnya.
***
“Hen, nanti mampir ke rumah aku ya?” kata Tindy ketika dalam perjalanan pulang.
“Lho, katanya di rumah kamu mau ada acara?”
“Nggak. Aku bohong.”
“Haaa, bohong?”
“Supaya bisa segera pergi dari dia,” kata Tindy kesal.
“Oh, hahaa...” Hendri terbahak.
“Hei, hati-hati berkendara ya, gara-gara kamu tertawa lepas, sepeda motor ini sampai oleng. Kalau aku jatuh bagaimana?”
“Ya enggak lah Ndy, cuma tertawa saja, bagaimana bisa membuat kamu jatuh?”
“Lhah tadi, sepeda motor kamu sampai oleng lhoh.”
“Sedikit. Tapi kamu kok ya bisa menemukan akal untuk pergi dari dia. Dan kenapa kamu kelihatan nggak suka sama dia? Bukankah dia itu ganteng?”
“Ganteng, tapi dia tuh mata keranjang.”
“Masa sih?”
“Sering gonta-ganti pacar. Mentang-mentang punya wajah ganteng.”
“Wah, bisa makan hati dong. Tapi kalau saat mudanya sering gonta-ganti pacar, besok kalau sudah berkeluarga dia pasti setia.”
“Benarkah ?”
“Biasanya begitu.”
“Sok tahu.”
“Ada saudara aku, saat muda sering gonta-ganti pacar, tapi setelah tua, keluarga mereka baik-baik saja. Malah anaknya sudah sebesar aku.”
“Setiap orang tuh nggak sama Hen.”
“Benar. Tapi jangan sampai kamu ketakutan sama dia gara-gara sering gonta-ganti pacar, besok ketika sudah berkeluarga dia pasti setia. Sifat mata keranjangnya sudah dihabiskan ketika dia muda.”
“Bukannya aku ketakutan, Hen, cuma kurang suka saja.”
“Siapa tahu lama-lama bisa jatuh cinta sama dia.”
“Iih, amit-amit deh. Kamu kok ngomongnya begitu, aku tuh sama sekali nggak tertarik sama dia.”
“Tapi ngomong-ngomong rumah kamu masih yang dulu kan?”
“Masih, tuh, perempatan didepan belok kiri. Mampir ya, belum selesai tadi ngomong-ngomong tentang masa setelah kita berpisah dulu.”
“Baiklah, “
***
“Ibu belum selesai?”
Tindy terkejut. Dia melamun sangat jauh, sampai berkas yang disiapkannya tidak segera dimasukkan kedalam tas kerjanya.
“Oh, iya Tut, ini sudah selesai. Kamu kesiangan ya?”
“Nggak kok Bu, baru jam tujuh. Apa perlu Tutut bantu ?”
“Tidak, ini sudah siap.”
“Kalau begitu mana, biar Tutut bawakan tas kerja Ibu.”
“Baiklah, terima kasih nak.”
Keduanya keluar dari kamar.
“Lala, Desy, kamu belum berangkat ?”
“Sebentar lagi Bu.”
“Jangan lupa mengunci pintunya ya.”
“Siap Ibu.”
Begitu Ibu dan adik mereka berangkat, Desy mendekati kakaknya.
“Sudah selesai?” tanya Lala.
“Sudah. Tapi aku cuma mau bilang sama mbak, tentang Bapak.”
“Memangnya kenapa Bapak?”
“Ada kasak-kusuk yang terdengar oleh aku, katanya Bapak punya selingkuhan.”
“Hush.”
“Iya, itu benar.”
“Benar kasak-kusuknya, tapi belum tentu benar apa yang mereka bicarakan.”
“mBak..”
“Jangan suka mendengar gosip yang belum tentu kebenarannya.”
“Aku kamu bilang sama Ibu.”
“Desy!” bentak Lala marah.
“Kasihan Ibu dong mbak.”
“Jangan bilang sama Ibu, apapun yang kamu dengar.”
“Ibu harus tahu dong.”
“Tidak Desy, biarkan saja. Banyak orang bergunjing tentang sesuatu yang sebenarnya tidak benar. Dan belum tentu kebenarannya, kamu sudah bilang sama Ibu. Kasihan Ibu kan?”
Desy terdiam. Ia sangat segan kepada kakak sulungnya, yang sama sekali tak suka mendengar berita-berita diluaran.
“Ayo kita berangkat. Pintu belakang sudah dikunci?”
“Sudah mbak.”
“Kita berangkat sekarang. Dan ingat Desy, jangan sekali-sekali kamu bilang pada Ibu tentang berita itu,” pesan Lala wanti-wanti.
“Baiklah.”
***
“Mas, kok sampai sore baru pulang? Katanya mau makan siang di rumah?” sapa seorang wanita yang menyambut kedatangan Haryo siang itu.
“Maaf Nina, tadi ada rapat mendadak di kantor, jadi nggak bisa pulang siang,” kata Haryo sambil meletakkan tas kerjanya di meja.
“Nina buatkan minum dulu ya Mas, sotonya untuk makan malam saja,” kata Nina sambil beranjak ke belakang.
“Ya, kopi saja Nin.”
“Ya Mas,” sahut Nina dari arah belakang,
Haryo duduk di sofa panjang, lalu menyandarkan kepalanya. Ia senang berada dirumah ini, karena Nina selalu siap melayaninya, dan sangat menghormatinya.
Ia tidak menyesali pertemuannya dengan Nina, yang dulunya pelayan di sebuah optik terkenal.
Ketika itu Haryo sedang mengambil S2 nya di Jogya. Pada suatu sore kacamatanya jatuh dan terinjak oleh sepatunya sendiri.
“Aduh.. harus cari ganti nih..”
Pagi harinya Haryo memerlukan mendatangi sebuah optik untuk mengganti kacamatanya yang pecah.
Saat itu seorang pegawai optik melayaninya dengan ramah. Ia dengan telaten memilihkan kacamata yang sesuai dan pas dipakai.
“Yang ini sepertinya pas, eh.. mBak, siapa namanya?”
“Nama saya Nina Pak,” kata pelayan itu sambil tersenyum manis.
“Oh, Nina, bagus namanya.”
“Terima kasih Pak. Biar saya pasangkan Pak, biar pas,” kata Nina sambil memasangkan kacamata itu. Haryo tersenyum. Ia merasa, wanita bernama Nina ini sangat genit dan berusaha memikatnya. Kedua tangannya memasang kacamata itu dan berlama-lama memeganginya, dan tentu saja sangat dekat dengan wajahnya. Haryo tersenyum, memegangi tangan Nina agar melepaskannya.
“Sudah pas ya Pak?”
“Sudah, yang ini saja. Lebih enak. Frame nya juga bagus, aku suka.”
Nina kembali tersenyum memikat.
Setelah membayar, Haryo beranjak pergi, tapi tiba-tiba Nina setengah berlari mengejarnya.
“Pak, tunggu sebentar,” teriaknya.
Haryo yang sudah mau naik keatas mobilnya, berhenti.
“Ada apa?”
“Ini, mm.. kalau Bapak tidak keberatan, bolehkah saya menumpang di mobil Bapak?”
“Memangnya kamu mau kemana?”
“Mau pulang Pak, saya ijin pulang agak awal, karena anak saya yang kecil sedang sakit. Saya mohon agar bapak mengijinkan saya menumpang, supaya segera sampai di rumah.”
“Oh, baiklah, tidak apa-apa, saya juga sedang tidak ada pekerjaan.
Dengan wajah berseri Nina ikut naik ke mobil Haryo.
“Ternyata kamu sudah punya anak?” tanya Haryo dalam perjalanan.
“Anak saya dua Pak. Kasihan, mereka masih kecil-kecil, harus saya tinggalkan untuk bekerja,” kata Nina sambil menampakkan wajah sedih. Ia bahkan mengusap air matanya yang tiba-tiba saja meleleh di pipinya.
Haryo merasa iba. Ia mengambil tissue yang selalu ada di mobilnya, lalu diserahkannya pada Nina.
Nina mengusap air matanya, lalu tersenyum tipis.
“Maaf Pak, setiap kali berbicara tentang anak saya, saya selalu ingin menangis.”
“Bapaknya kemana?”
“Kami sudah bercerai. Dua anak saya ikut bersama saya.”
“Kalau kamu bekerja, mereka sama siapa?”
“Saya titipkan di tetangga. Yang besar sudah sekolah SD, yang kecil masih 4 tahunan.”
“Kasihan..” gumam Haryo.
“Mas, ini kopinya,” kata Nina sambil meletakkan segelas kopi di meja.
Haryo agak terkejut, dia melamun tadi.
“Mas kelihatan capek, saya pijitin ya ?”
“Iya, agak capek.”
Nina berjongkok, melepas sepatu Haryo, lalu meletakkan sepatu itu di sebuah rak dibelakang pintu ruang tengah.
“Mau saya pijitin sambil tiduran di kamar?”
“Tidak usah, disini saja, sambil menunggu kopinya agak dingin,” kata Haryo.
Nina duduk disamping Haryo, dan memijit pundak Haryo dengan lembut.
“Mas tiduran saja di sofa, biar enak saya mijitnya.”
“Baiklah, aku kok ya merasa ngantuk.”
“Kalau begitu tiduran di kamar saja.”
“Disini saja, gerah kalau di kamar.”
“Lain kali mas belikan AC dong Mas, biar sejuk.”
“Boleh saja. Oh ya, kamu sudah ketemu bu Sigit?”
“Sudah, sudah saya bayarkan uangnya, itu surat kontraknya ada di laci. Mau diperiksa?”
“Nanti saja, pijitin dulu.”
“Baiklah.”
***
Sore hari itu Lala mengantarkan temannya yang tiba-tiba sakit perut. Rumahnya agak jauh di pinggiran kota. Astri nama temannya itu, sebenarnya menolak diantar Lala mengingat rumahnya jauh, tapi Lala memaksanya. Tak sampai hati membiarkan Astri yang sedang sakit terpaksa pulang dengan naik taksi.
“Sungkan aku La, rumahku kan jauh, dipinggiran kota.”
“Tidak apa-apa, kan ada mobil, nggak akan capek kalau cuma mengantar kamu. Apalagi kamu kan sedang sakit. Masa mau naik taksi sendirian. Kalau tiba-tiba kamu pingsan di jalan, bagaimana?”
“Ah, kamu tuh, aku cuma sakit perut dan sudah nggak begitu terasa karena sudah minum obat. Memang begini aku setiap bulan.”
“Ya nggak apa-apa, sudahlah, ini sudah hampir sampai di rumah kamu kan?”
Lala menghentikan mobilnya didepan rumah Astri, dan mengantarkannya sampai ke dalam. Setelahnya barulah Lala pulang.
Hari sudah sore ketika itu, dan Lala memacu mobilnya agar segera sampai di rumah. Tapi baru beberapa ratus meter mobilnya berjalan, sebelum membelok di sebuah pertigaan, mata Lala menangkap sesuatu. Ia menginjak rem mobilnya keras, lalu memundurkannya perlahan.
“Bukankah itu mobilnya Bapak? Rumah siapa itu?” gumam Lala.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah, eMKJe_02, sdh tayang..... Selamat malam bunda Tien, sehat selalu dan tetap ADUHAI menghibur kami......
ReplyDeleteJuara 1 Kakek
DeleteMtnuwun mbk Tien
Judul yg atas tertulis 3 mbak
Waou kakek jaga gawang nih
DeleteO..njih jeng Nani, nuwun
DeleteADUHAI
Mbak deg sy mbk....Pelayan Optik terkenal namanya Nina untungnya bukan Nani
DeleteHahaaa.. ya bukan. Nani kan bos optik, bukan pelayan
DeleteADUHAI kan?
Alhamdulillah....
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku mkj telah tayang.
ReplyDeleteAlhamdulillah.
ReplyDeleteAlhamdulilah... Tks bunda Tien..
ReplyDeleteSami2 ibu Hermina
DeleteMatur nuwun Bunda , MKJ telah hadir menghibur kami, salam.aduhai dari Pasuruan
ReplyDeleteSami2 ibu Mundjiati
DeleteSalam ADUHAI
9:17 PM
ReplyDeleteAlamdulillah...
Yang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien selalu sehat dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap
Sami2 pak Wedeye
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah....salam aduhai
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Atiek
DeleteHallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Matur suwun bunda Tien...sehat slalu ....
ReplyDeletesalam.aduhaiiii
Sami2 ibu Agustina
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah Cerbung MKJ Episode 02 sudah tayang.. matur nuwun mBak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat dari Tangerang.
Sami2 mas Dudut
DeleteSalam hangat
Terima ksih bunda Tien .. Slmtmlm. Slm sht sll🙏🙏😍😍
ReplyDeleteSami2 ibu Farida
DeleteTks mbak Tien ,saya kira libur ternyata nongol.Salam aduhai dari Tegal.
ReplyDeleteSami2 ibu Neni
DeleteSalam ADUHAI
𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒎𝒃𝒂𝒌 𝑻𝒊𝒆𝒏
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien, seru..wahhh ketahuan si bapak,
ReplyDeletesalam sehat dan salam aduhai 🙏😍
Sami2 ibu Alfes
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Makasih Bunda ceritanya mulai bikin penasaran.Sukses buat Bunda.
ReplyDeleteMet malam dan met istirahat.Sehat dan tetap semangat
Sami2 mas Bambang
DeleteADUHAI
𝐎𝐡..𝐨𝐨𝐨 𝐇𝐚𝐫𝐲𝐨 𝐤𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐚𝐧 𝐦𝐨𝐛𝐢𝐥𝐧𝐲𝐚 𝐥𝐚𝐠𝐢 𝐩𝐚𝐫𝐤𝐢𝐫 𝐝𝐢𝐫𝐮𝐦𝐚𝐡 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐮𝐫𝐢𝐠𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐠𝐢 𝐬𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐧𝐚𝐤..
ReplyDelete𝐍𝐚𝐡 𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐭𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐩𝐚𝐤𝐚𝐡 𝐚𝐧𝐚𝐤𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐥𝐚𝐩𝐨𝐫 𝐤𝐞𝐢𝐛𝐮𝐧𝐲𝐚...𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐲𝐠 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐢 𝐛𝐚𝐤𝐚𝐥 𝐀𝐃𝐔𝐇𝐀𝐈.
𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐨𝐠𝐚 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚🙏🙏🙏👍👍👍
Salam ADUHAI pak Indriyanyo
DeleteHaryo konangan anake.
ReplyDeleteIbu Isti...
DeleteAlhamdulillah ... Syukron Mbak Tien yang selalu *ADUHAI* 😊🌹🌹🌹
ReplyDeleteSami2 ibu Susi
DeleteADUHAI
Alhamdulilah, terima kasih bu tien...sehat selalu ya bu ..salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteSalam ADUHAI
Trimakasih mbak Tien...sudah menyempatkan kirim MKJ2 di th baru ini..
ReplyDeleteNah loo...malah Lala yg ngonangin..
Tunggu besok lagii..
Salam sehat dan aduhaii mbak Tien..🙏💟🌹
Sami2 ibu Maria
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Haryoooo ......
ReplyDeleteTrmksh mb Tien MKJ 02 nya
Salam ADUHAI
Sami2 Yangtie
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah<.. Tks bu Tien> selamat Tahun Baru, semakin sukses dan sehat sll. Salam Aduhai..
ReplyDeleteSami2 ibu Handayamingsih,
DeleteSelamat Tahun Baru juga
Alhamdulillah.
ReplyDeleteMaturnuwun Mbak Tien di Tahun 2022 ini
Semoga pinaringan Berkah Sehat,Sejahtera.Aamiin yaa Robb.
Sami2 pak Herry,
DeleteAamiin
O o Haryo ketauan...oleh anaknya. Bisa ruwet ni masalah.
ReplyDeleteSalam sehat mbak Tien, aduhai dan ADUHAI...
ADUHAI pak Latief
ReplyDeleteAlhamdulillah,MKJ02 hadir di tahun baru, mksh bu Tien, salam sehat, semangat dan aduhai.
ReplyDeleteSami2 ibu Komariah
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Alhamdulillah, tks bu Tien cerbungnya sdh tayang. Selamat Tahun Baru. Semakin sukses dan sehat selalu. Salam Aduhai dari Pamulang.
ReplyDeleteSami2 ibu Handayaningsih
DeleteSelamat Tahun Baru juga
Salam ADUHAI
Terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu
ReplyDeleteKali ini ttg laki2 tukmis yg dosen ,,sehat selalu mbak Tien ,,Aduhai
ReplyDeleteAssalamualaikum wrwb ..
DeleteKlenthing wadah masin, barang mambu, najan ditutupi rspet mesthi bakal konangan .
Apa akan ada perang dunia anrata bapak dan anak? .. berarti perselingkihannya Haryo sudah lama berlangsung, dassr mata keranjang.. bakal akan ada perang dunia nich antara bapak dan anak ,, bukan Haryo dan Tindy ...
Aduhai bu Tien sungguh aduhai mengolahnya.
Titip salam buat keluarga di m Malang & Bojonegoro 🥰🥰🥰
Wa'alaikum salam wr wb.
DeleteADUHAI ibu Susi
ADUHAI ibu Nanik
DeleteLah percaya g la kalau bpkmu selingkuh td waktu adikmu blg km g percaya,..trims Bu Tien sehat selalu
ReplyDeleteSami2 ibu Suparmia
DeleteADUHAI deh
Haruo jahat ..lala ahkirnya tahu bapak nya selingkuh aku paling gak suka ..amit2 dah semoga Tindy tinggal aja nih Haryo enak aja
ReplyDeleteADUHAI ibu Yanti
DeleteHanya sebuah kisah yang ternyata ada
Assalamualaikum wr wb. Nah ketahuan nih bpknya selingkuh. Tadi tdk percaya dgn adiknya. Haryo mudanya suka ganti-2 pacar, tuanya ternyata selingkuh...memang klo sdh jadi watak susah merubahnya. Bakalan rame cerita ini...tunggu saja dgn sabar bagaimana Bu Tien bercerita, siapa kembang jalanan yg dimaksud..? Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, terus bersemangat dlm berkarya. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.... Salam sehat dari Pondok Gede..
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
DeleteAamiin ya robbal alamiin
Matur nuwun pak Mashudi
Maturnuwun Bu Tien 🙏,semoga semakin ADUHAI episode selanjutnya dan cerbung"barunya , sehat selalu beserta keluarga 🙏
ReplyDeleteSami2 Yangti
DeleteMaturnuwun mbak Tin...
ReplyDeleteCerita beda tema..
Keren...
Sami2 ibu Anie
ReplyDeleteADUHAI
Alhamdulillah....
ReplyDeleteAlhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya, selamat beraktifitas di akhir pekan... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteMasih hangat
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien 🤗, Sehat wal'afiat semua ya, Salam ADUHAAII,,
Matur nuwun bunda Tien MKJ 02 telah tayang..
ReplyDeletekq mobil bapak ada disitu..? lho ketahuan ni..😉
Alhamdulillah MKJ 01 dan 02 telah tayang, terima kasih bu Tien, moga sehat dan bahagia selalu. aamiin
ReplyDeleteUR.T411653L.
Alhamdulillah bisa ketemu cerbung baru lagi. Tentunya tambah mantab dan makin aduhai.
ReplyDeleteMoga bunda tien beserta keluarga selalu sehat.
Aduhai
ReplyDeleteSekarang di Memang Kembang Jalanan 2 (MJK 2). Punya 3 anak cewek yang sayang ibu. Tapi bagaimana dengan tingkah ayah yang di mana mana tebar pesona ,yang akhirnya kecantol janda. Sebagai orang tua sebaiknya memberi teladan bagi anak anak kita. Tapi sudah terlanjur, dan sekarang si Lala sedang melihat sesuatu. Apakah yang dilihatnya....?
Terima kasih mbak Tien. Salam sehat dan bahagia selalu
Selamat malam...salam Sehat Bunda Tien salam Aduhai...
ReplyDeletePenasaran..gmn ya Nina apa ketemu ayahnya..?
Kemaren saya kira tgl merah libur. Alhamdulilah MKJ 2 sudah bisa mengikuti walau telat. Mksh Bu Tien sehat selalu.
ReplyDeleteDuuuuh,kasiaan Tindy
ReplyDeleteAduhai....gemess bgt aku bacanya bu Tien, terimakasih bu Tien semoga sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah, waah..ketinggalan...
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien ..sehat dan bahagia selalu,Aamiin.
Makasih mba Tien .
ReplyDeleteTetap sehat dan selalu aduhai
Aduhai
DeleteAduhai jg ….
ReplyDeleteNgintip kelanjutan..Apakah Lala dpt memergoki ayahnya dan selingkuhanbya. Deg degan menunggu kelanjutan.
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, telah muncul cerita baru, semoga semakin asyik
ReplyDeleteAsalamualaikum, barang kali ada ygbisa ngasih keteranrbit ya ?gan, apa MKJ ke 3 malam ini nggak te
ReplyDeleteKq blm tayang ya...
ReplyDeleteNgintip...... Lum tayang... Bunda Tien smg sehat selalu...
ReplyDeleteTerimakasih ..bunda Tien ..setiap cerita yg muncul selalu mendebarkan..sehingga selalu menanti kelanjutan..nya.. Semoga sehat selalu bunda..🙏🙏
ReplyDeleteHarap2 cemas menunggu episode berikutnya....semoga ayunda Tien sehat sehat selalu..
ReplyDeleteSata menunggu yv jilif 3 kpn terbit ya
DeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah sugeng sedoyonipun