Tuesday, December 28, 2021

MELANI KEKASIHKU 62

 

MELANI KEKASIHKU  62

(Tien Kumalasari)                     

 

“Iya kan mas?”

“Dita, sayang... kamu sudah mengatakannya tadi,” kata Anggoro kesal, tapi berusaha bersikap manis. Ia tak bisa menampakkan wajah kesalnya, tak bisa membuatnya terluka kembali.

“Aku hanya mengingatkan saja, takutnya mas lupa.”

“Tentu saja tidak. Sekarang tidurlah, malam sudah larut.”

“Mas juga harus tidur, besok jangan sampai bangun kesiangan. Bukankah mas akan ke kantor pagi-pagi?”

“Hm-emh...” Anggoro benar-benar memejamkan matanya. Anindita menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya. Disitu ketenangan itu didapatnya.

Anggoro mengelus lembut kepala isterinya, sebelum ke duanya terlelap.

***

Pagi hari itu Anindita sudah bangun, dan menuju dapur setelah shalat dan mandi. Bibik terkejut ketika melihat Anindita menyiapkan bumbu nasi goreng.

“Ibu mau masak?”

“Pagi ini, aku akan membuat sarapan untuk suamiku. Dia suka sekali nasi goreng buatan aku bukan?”

Bibik tersenyum senang. Anindita masih ingat kesukaan suaminya, apalagi kalau dia sendiri yang memasaknya.

“Ibu benar, sudah lama Ibu tidak memasak nasi goreng untuk Bapak.”

“Pagi ini aku akan membuatnya Bik, tolong buatkan jus jeruknya, dan siapkan di meja makan.”

“Baiklah Bu,” kata Bibik riang.

Anindita sangat bersemangat memasak pagi itu. Bau gurih menusuk hidung ketika ia memasukkan udang kedalam wajan.

“Biiik, kerupuk udang masih ada kan?”

“Masih ada Bu, baru kemarin Bibik menggorengnya.”

“Baiklah, ini hampir selesai, apa mas Anggoro sudah bangun?”

“Biar saya lanjutkan mengaduknya Bu,” kata Bibik yang sudah selesai menata meja makan.

“Jangan, biar aku memasaknya sampai selesai. Aku mau menambah telur mata sapi juga.”

“Hm, pasti enak masakan Bu Dita.”

“Siapkan piringnya Bik, ini sudah selesai.”

“Hm... baunya sedap sekali. Bibik masak apa pagi ini ?” kata Anggoro yang tiba-tiba sudah ada didapur, dengan pakaian rapi.

“Bukan Bibik yang memasak, tapi Bu Dita sendiri,” kata Bibik yang sudah menyiapkan piring untuk wadahnya.

“Woouww... isteriku memasak nasi goreng?”

“Bukankah mas suka sekali sarapan nasi goreng masakanku?”

“Tentu saja Dita, itu kesukaan suami kamu ini.”

Anggoro mendekati isterinya, dan tersenyum melihat isterinya sangat bersemangat.

“Mas duduk saja di sana, minum jus jeruknya, nasi goreng sudah hampir siap,” kata Anindita sambil menempatkan nasi gorengnya ke dalam wadah, lalu menggoreng telur mata sapi untuk mereka bertiga.

Sambil menghirup jus jeruknya, Anggoro merasa bersyukur, karena Anindita benar-benar hampir pulih sempurna. Ini adalah hari pertama dimana isterinya mengingat sarapan kesukaannya, yang harus dimasak sendiri oleh tangannya.

“Sudah siaaap...” kata Anindita sambil membawa nasi gorengnya ke hadapan suaminya.

Anggoro tersenyum senang.

“Isteriku memang luar biasa. Ayo kita makan..”

Anindita duduk didepan suaminya, bersama-sama menikmati nasi goreng buatannya.

“Enak sekali. Kamu masih pintar memasak seperti dulu,” kata Anggoro sambil mengunyah makanannya, dan dia tidak berbohong. Anindita sudah bisa memasak seperti dulu.

“Benarkah?”

“Hm... benar.. Kalau tidak harus segera ke kantor, pasti aku mau nambah lagi.”

“Maukah mas membawa bekal untuk makan siang nanti?”

“Oh... bagus, aku mau.”

“Biiik...”

“Ya Bu, “ Bibik mendekat.

“Ambilkan rantang, mas Anggoro mau membawanya untuk bekal.”

“Baik Bu.”

“Tapi mas, nanti jangan lupa pulang agak siang ya.”

Anggoro hampir tersedak ketika minum setelah sarapan itu.

“Pelan-pelan mas minumnya.”

Anggoro mengelap mulutnya, kemudian berdiri.

“Bener ya mas, jangan lupa.”

“Ya.. ya, tentu,” kata Anggoro dengan kegelisahan yang disembunyikannya.

“Bibik, antarkan rantangnya ke depan. Masukkan ke mobil sekalian, sopirnya sudah datang.”

***

Melani sedang sarapan dengan ditemani Simbok, ketika ponselnya berdering. Abi sudah berangkat ke kantor setengah jam yang lalu.

“Dari Bapak,” kata Melani riang, kemudian mengangkat ponselnya.

“Melan..” sapa Anggoro dari seberang.

“Ya Bapak, apa kabar?”

“Kami baik-baik saja. Kamu bagaimana? Masih sering mual?”

“Tidak, sudah tidak lagi. Melani sudah mau makan banyak.”

“Syukurlah, senang Bapak mendengarnya.”

“Apa kabar ibu? Baik-baik saja kan?”

“Sangat baik, tadi pagi ibumu sudah memasak nasi goreng kesukaan Bapak, enak sekali.”

“Oh, syukurlah. Ini bapak ada di rumah?”

“Tidak, bapak sudah di kantor, sedang menunggu hasil laporan.”

“Tampaknya kesehatan ibu semakin membaik, sudah mau memasak nasi goreng kesukaan Bapak.”

“Benar, tapi saat ini Bapak sangat khawatir.”

“Memangnya kenapa Pak?”

“Tiba-tiba ibumu merengek ingin melihat rumah lamanya. Dia banyak bicara tentang hal yang sudah diingatnya.”

“Bukankah itu bagus? Apa yang Bapak khawatirkan?”

“Bapak khawatir kalau tiba-tiba ibumu mengingat masa lalu yang membuatnya pergi dari rumah.”

“Mungkinkah kalau hal itu terjadi lalu ibu sangat marah?”

“Banyak kemungkinan yang akan terjadi. Mungkin marah, mungkin sedih, tapi yang bapak khawatirkan kalau ibumu akan kembali sakit.”

“Ya Tuhan.”

“Harus ada yang membuatnya bisa meredam perasaannya ketika ingatan itu melintas.”

Melani terdiam beberapa saat. Bapaknya benar, segala kemungkinan bisa saja terjadi. Tiba-tiba Melanipun merasa takut.

“Apakah Bapak ingin agar aku datang ke Jakarta?”

“Apakah kamu bisa ke Jakarta dengan keadaan kamu saat ini?”

“Melani sudah tidak apa-apa bapak. Nanti Melani akan bicara sama mas Abi, barangkali mas Abi akan mengijinkan Melani pergi ke Jakarta.”

“Baiklah, bicaralah, Bapak memang butuh teman, dan ibumu sangat dekat dengan kamu. Tapi bapak tidak memaksa, bicara dulu dengan suami kamu.”

***

Sore itu Anindita sudah berada dalam mobil bersama Anggoro dan Bibik.

“Sebelumnya kamu harus tahu ya, rumah itu sudah ditempati orang lain. Jadi kita hanya akan melihat dari kejauhan,” pesan Anggoro wanti-wanti. Takut kalau sampai Anindita mengajaknya masuk.

“Iya, aku hanya ingin melihat saja.”

Anggoro terus memacu mobilnya dengan hati berdebar.

“Masih jauhkah ? Di jalan apa sih rumah kita dulu?”

“Sudah nggak seberapa jauh. Nama jalan-jalan sudah banyak yang berubah, jadi tidak sama lagi.”

Anindita seperti tak sabar. Dia terus menoleh ke arah kiri dan kanan jalan.

“Disebelah mana rumah kita dulu? Kiri jalan, atau kanan jalan?”

“Kiri jalan. Kita hampir sampai.”

“Benarkah?”

Bukan hanya Anggoro yang berdebar. Bibikpun berdebar, takut akan reaksi Anindita setelah melihat rumah lamanya.

Lalu Anggoro memperlambat laju mobilnya.

“Didepan itu, yang ada pohon asam dipinggir jalan. Itu rumah kita dulu.”

Anindita memajukan tubuhnya, melongok ke arah depan.

“Itu rumahnya...” kata Anggoro sambil menghentikan mobilnya, tapi hanya sebentar, lalu dijalankannya lagi.

“Mas, tunggu.. tunggu.. berhenti dulu dong mas...”

“Mau apa kamu? Tadi aku sudah bilang kan, tidak boleh masuk, karena sudah ada orang lain yang tinggal disana.

“Iya, aku tidak akan masuk, aku ingin turun dan melihat dengan jelas. Benarkah rumah itu sudah usang seperti kata kamu.”

“Ya sudah diperbaiki yang punya, pastinya.”

“Tapi aku tetap mau turun..” Anindita merengek.

Anggoro terpaksa menghentikan mobilnya, agak jauh dari rumah itu. Dan Anindita benar-benar turun. Bibik dan Anggoro ikut turun, takut Anindita melakukan hal-hal yang tidak mereka inginkan. Tanpa terasa, mobil Anggoro berhenti didepan gang, dimana dulu Bibik dan Anindita tinggal, sebelum pulang kampung.

“Lhoh, ini bukannya bibik Karti ?” seorang wanita berteriak sambil menjinjing belanjaan. Bibik terkejut. Ketiganya urung melangkah menuju rumah lama itu.

“Benar kan? Bibik ?”

“Iya, eh bu Siti.. apa kabar.”

“Aduh, lama sekali kita tidak ketemu. Ini kan bu Dita?”

Anindita menatap wanita yang menyapanya, tapi ia lupa-lupa ingat.

“Saya bu Siti, dulu sering ikut menggendong Melani. Bu Dita lupa?”

Anindita tersenyum tipis. Ia lupa-lupa ingat.

“Karena sudah lama, jadi bu Dita agak lupa,” kata Bibik.

“Lha ini mau kemana?”

“Cuma mau jalan-jalan saja, maaf bu Siti, kami pamit dulu. Ayo kita pergi,” kata Bibik sambil menggandeng Anindita menjauh, diikuti Anggoro.

“Tampaknya bu Dita sudah sembuh. Laki-laki itu kan suaminya? Aku nggak lupa kok,” gumam wanita bernama Siti itu, tapi ketiganya bisa mendengar.

Mereka sudah sampai didepan rumah lama Anggoro. Rumah itu tampak sepi.

“Itu, masih ada ayunannya,” teriak Anindita.

“Iya, pemilik baru merasa sayang merubahnya. Sekarang kita pulang ya?”

Anindita mengangguk, tapi seperti ada yang diingatnya.

Malam ketika sampai dirumah, Anggoro melihat isterinya hanya diam saja, sambil duduk di ruang tengah.

“Dita, sayang.. kamu capek?”

“Siapa perempuan bernama Siti itu?” tiba-tiba dia bertanya, membuat Anggoro kaget.

“Dia bilang, pernah ikut menggendong Melani, dia bilang, aku sudah sembuh. Memangnya aku sakit apa?” lanjutnya.

“Itu kan tetangga kita dulu,” kata Anggoro sekenanya.

“Aku seperti ingat, dulu aku juga pernah tinggal di gang kecil itu.”

“Apa?”

“Aku bingung mas, sekarang kepalaku pusing,” kata Anindita sambil memegangi kepalanya.

“Kamu jangan banyak pikiran. Memikirkan kejadian yang telah lalu itu tak ada gunanya. Bukankah sekarang kita hidup bahagia?”

“Tapi aku mengingat sesuatu, aku harus yakin itu benar-benar terjadi.”

“Dita, kamu lelah, istirahat di kamar yuk.”

“Aku pernah hidup miskin di gang itu...”

“Dita...”

“Mengapa aku waktu itu hidup miskin? Kamu tidak ada mas..”

“Dita, istirahat dulu yuk, kamu lelah, sayang.”

“Sebentar.. sebentar...” Anindita memegangi kepalanya.

“Rumah besar itu, tadinya rumah kita, mengapa aku bisa tinggal di gang kecil dan hidup miskin? Bayi kecilku... bayi kecilku.. hilang disitu mas...” tiba-tiba Anindita menangis terisak-isak. Anggoro sangat cemas, didekapnya kepala Anindita.

“Aku ingat sekarang... lepaskan aku..!” tiba-tiba Anindita meronta, lalu menjauhkan diri dari suaminya. Pipinya basah oleh air mata.

“Dita.. dengarkan aku..”

“Aku.. aku... kamu pernah mengusir aku, memperlihatkan foto-foto itu, bukan aku, kamu memfitnah aku,” teriaknya.

Anggoro mendekati isterinya, merengkuhnya dalam pelukan.

“Dengar Dita, baiklah, aku akan menceritakan semuanya, tapi kamu tenang ya?”

Anindita meronta, tapi tak mampu melepaskan rengkuhan suaminya.

“Dita, aku sangat mencintai kamu, sejak dulu, sampai sekarang, dan akan begitu selamanya. Kamu harus percaya.”

“Bohong. Kamu mengusir aku.. dan bayi kecilku..!”

“Seseorang memfitnah kamu, dan aku sangat bodoh mempercayainya. Tapi orang yang membuat kita berpisah itu sudah dipenjara, dan sekarang sudah meninggal.”

Anggoro masih mendekap isterinya erat-erat.

“Siapa dia?”

“Santi...”

“Santi?”

Lalu Anggoro menceritakan dengan singkat kisah lama itu.

Tiba-tiba tubuh Anindita jatuh terkulai.

“Dita !!”

Anggoro mengangkat tubuh isterinya kedalam kamar, dan dengan panik memanggil dokter perusahaan agar segera datang ke rumahnya.

***

Hari masih pagi, Melani dan Abi memasuki rumah Anggoro, setelah Anggoro memberikan alamatnya. Keduanya terbang ke Jakarta pagi-pagi sekali setelah Bibik yang panik menelpon Melani malam itu. Anggoro sendiri sebenarnya tak ingin mengganggu anaknya mengingat dia sedang hamil.

Begitu bibik membukakan pintu, Melani langsung menghambur ke kamar dimana ibunya masih terbaring sambil memejamkan mata.

Anggoro terkejut melihat kedatangan anak dan menantunya.

“Kalian datang?”

“Bagaimana keadaan ibu? Bibik sudah mengatakan semuanya.”

“Semalam dokter sudah datang memeriksa keadaannya. Tidak apa-apa, ibumu hanya shock saja, ketika Bapak menceritakan semuanya.”

“Siapa?” tiba-tiba Anindita membuka matanya.

“Ibuuu..”

“Melani? Kamu datang? Mana nak ganteng?”

“Ini saya Bu,” kata Abi yang tiba-tiba muncul didepan pintu kamar.

“Ibu sakit?” tanya Abi.

“Tidak.. tidak.. Ibu tidak apa-apa,” katanya sambil bangkit.

Melani menatap ibunya. Anggoro merasa lega, wajah Anindita tidak lagi pucat seperti semalam.

“Melani sangat khawatir, mendengar bahwa ibu pingsan,” kata Melani sambil memeluk ibunya.

“Ibu pingsan? Tidak, Ibu tidak apa-apa. Ibu sudah tahu semuanya. Tapi ibu lega, akhirnya kita bisa berkumpul kembali. Ibu sangat bahagia.”

Anggoro mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.

“Terimakasih, ya Allah,” bisiknya sambil berlinang air mata, lalu bersimpuh dihadapan isterinya.

“Maafkan aku, Dita.”

“Berdirilah mas, aku memaafkan semuanya, termasuk Santi yang sekarang sudah meninggal,” bisiknya sambil berusaha mengangkat tubuh suaminya. Anggoro berdiri dan memeluk Dita, lalu menangis di pundaknya.

Anindita memiliki hati yang mulia. Dulu sekali, saat dia masih gadis, dan melihat Santi mendapatkan vonis dipenjara, dia merasa sangat iba. Sekarang, dengan kesalahan yang dilakukannya bahkan kepada bayi kecilnya, dia juga berucap untuk memaafkannya.

***

Hari itu ada kesibukan di rumah Anggoro yang ada di Solo. Keluarga itu sedang merayakan kelahiran bayi Melani yang lahir tiga hari lalu. Karena ibu dan bayinya sehat, mereka diperbolehkan pulang tiga hari setelahnya.

Seorang bayi laki-laki yang ganteng, terlelap tidur dipangkuan neneknya, yang sangat bahagia mendapatkan cucu.

“Bayi kecilku ganteng sekali...” bisik Anindita sambil terus mendekap cucunya.

Banyak tamu yang datang menyambut kehadiran Nak Ganteng kecil. Pak Cokro, Bu Cokro, Panji, Maruti, Laras, Agus, dan juga Andra dan Sasa. Eh masih ada, keduanya datang belakangan, Indira dan Aris. Mereka sudah menikah. Melani terkekeh ketika melihat Indi dan Sasa duduk berdampingan, dengan perut sama-sama buncit. Berarti akan segera datang bayi kecil bayi kecil lainnya, yang akan menyemarakkan hidup keluarga mereka.

***

T A M A T.

 

SEORANG LAKI-LAKI PARUH BAYA MELOTOT MEMANDANGI ANAK LAKI-LAKINYA, DENGAN AMARAH YANG TAK TERKENDALI.

“MENGAPA BAPAK SELINGKUH? BAPAK TIDAK LAGI MENCINTAI IBU?”

“DIAM KAMU!! KAMU TIDAK TAHU APA-APA. DAN INGAT, INI BUKAN URUSAN KAMU!”

LALU LAKI-LAKI PARUH BAYA ITU PERGI BEGITU SAJA, MENINGGALKAN GERAM DAN DENDAM YANG MEMENUHI SETIAP HATI YANG MENDENGAR HARDIKAN ITU.

 

Ada cerita lain yang semoga seru ya, MEMANG KEMBANG JALANAN.

Tungguin....

***

Besok lagi ya.

86 comments:

  1. Alhamdulillah.....
    Horee.... eMKa_62 sdh tayang........
    Matur nuwun bu Tien.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Om kakek juara, selamat ya. Terima goal langsung peluit panjang, yg artinya selesai permainan alias tamat. Terima kasih bu Tien MK tamat. Kok kayak di paksain tamat nggih bu, hehehe.... Sabar nenanti cerita berikutnya, tetap semangat berkarya.

      Delete
  2. Alhamdulilah sampun tamat, suwun i jihad mbakyu Tienkumalasari salam kangen penuh rindu jadi pingin ke Solo lagi miss u mom

    ReplyDelete
  3. Alhamdulilah, selamat malam mbak Tien salam sehat dan salam ADUHAI....

    ReplyDelete
  4. Alhamdilulillah MK dah tayang gasik
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda selalu sehat
    Salam aduhai

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah, MK62 telah hadir, terima kasih mbak Tien, sehat selalu, tambah semangat dan bahagia bersama keluarga. Aamiin

    ReplyDelete
  7. Matur nuwun mbak Tien-ku, Melani sudah TAMAT.
    Setia menunggu Memang Kembang Jalanan.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  8. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy,

    ReplyDelete
  9. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina,

    ReplyDelete
  10. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  11. Lha koq tidak terasa sudah tamat bu Tien. Alhamdulillah Anindita sudah sembuh total dari amnesianya dan sudah punya cucu laki laki. Tentunya akan disusul bayi bayi lain yaitu anaknya Sasa dengan Andra dan Indi dengan Aris. Ramai juga nanti. Matur nuwun bu Tien happy end dari Melani Kekasihku. Semoga cerita mendatang tidak kalah serunya. aamiin

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillaah... MK hadir dan sudah tamat....
    Matur nuwun ibu Tien,
    Semoga ibu dan keluarga sehat dan bahagia selalu
    Aamiin yaa Robbal’alamiin
    Salam SeRoJa.... ADUHAI...

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien .... Semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  14. Melani ....akhirnya semua bahagia, matur nuwun bunda Tien, sehat selalu utk panjenengan. Ku tunggu cerbung selanjutnya. Salam aduhai

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah MK62 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  16. Syukron Mbak Tien ...akhirnya MK Tamat dengan Bahagia untuk semua .. Alhamdulillah🙂🌹🌹🌹salam sehat ADUHAI selalu

    ReplyDelete
  17. Waduh Mk udah tamat,
    Saya tunggu MEMANG KEMBANG JALANAN.
    MAKASIH BUNDA TIEN, SEHAT SELALU

    ReplyDelete
  18. Akhirnya berkumpul ikut bahagia, kerabatnya, sahabatnya saling jenguk dan canda, semuanya mendapatkan kelegaan.


    Terimakasih Bu Tien,
    Melani Kekasihku yang ke enam puluh dua sebagai penutup kisah Melani dengan simbok Karti dan Anindita dengan bibik Asih.

    Sehat sehat selalu doaku; damai sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  19. Terima kasih mbak Tien, Melani t a m a t....
    Apa ya cerita selanjutnya

    ReplyDelete
  20. Terima kasih Bu cantik..indah dan memukau akhir sebuah cerita salam sehat selalu Bu cantik Amin YRA 🙏 mr wien

    ReplyDelete
  21. 𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙢𝙗𝙖𝙠 𝙏𝙞𝙚𝙣
    𝘼𝙠𝙝𝙞𝙧𝙣𝙮𝙖 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙈𝙚𝙡𝙖𝙣𝙞 𝙞𝙣𝙞 𝙗𝙚𝙧𝙖𝙠𝙝𝙞𝙧.
    𝘼𝙥𝙖𝙠𝙖𝙝 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙩𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙚𝙧𝙪𝙥𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙡𝙖𝙣𝙟𝙪𝙩𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙪𝙡𝙪 𝙖𝙩𝙖𝙪 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙗𝙖𝙧𝙪?
    𝘽𝙞𝙖𝙨𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙢𝙗𝙖𝙠 𝙏𝙞𝙚𝙣 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙨𝙖𝙢𝙗𝙪𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙨𝙖𝙢𝙗𝙪𝙣𝙜.

    ReplyDelete
  22. Duh makplong...akhir yg bahagia..🥰

    Matur bunda Tien..MK sdh berakhir.

    Dipun tenggo MEMANG KEMBANG JALANAN nya.
    pasti liar ini njih bun...

    ReplyDelete
  23. Maturnuwuuun mbak Tien..

    Akhirnyaa semua hepiii di MK62..

    Menunggu MKJ..

    Salam sehat dan pasti lebih aduhaii mbak Tien...🙏😘🌹

    ReplyDelete
  24. matur nuwun mb Tien....semua hapy...
    ditunggu cerbung selanjut nya....

    ReplyDelete
  25. Terimakasih...mbak Tien,Melani Kekasihku sdh tamat salam Aduhai

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah.. Sdh tayang dan cerita EmKa berakhir dengan manis...
    Memang Kembang Jalanan..
    Kayak e akan lebih seruuu... Terima kasih Bunda Tirn.. Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  27. 𝐀𝐥𝐡𝐚𝐦𝐝𝐮𝐥𝐢𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐌𝐊 𝐭𝐚𝐦𝐦𝐚𝐭 𝐝𝐢 𝐞𝐩𝐬 62... 𝐋𝐮𝐦𝐚𝐲𝐚𝐧 𝐜𝐮𝐤𝐮𝐩 𝐩𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐲𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫 𝐡𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐞𝐧𝐝𝐢𝐧𝐠.

    𝐒𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐫𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐤𝐚𝐠𝐞𝐦 𝐛𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩 𝐬𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭
    𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐫𝐲𝐚 𝐤𝐚𝐫𝐲𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐀𝐃𝐔𝐇𝐀𝐈..🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  28. Akhirnya semua bahagia.
    Makasih mba Tien.
    Sehat selalu mba. Aduhai

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah, akhirnya semua bahagia.....terima kasih Bu Tien...ditunggu MKJ nya....
    Semoga Bu Tien sehat selalu..,Aamiin

    ReplyDelete
  30. Terima kasih bu tien sdh memberi kami hiburan melalui cetbung

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah MK~62 telah hadir, terima kasih bu Tien..🙏
    Salam sehat & semangat senantiasa.. Aamiin.🤲

    ReplyDelete
  32. Puji Than ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip sehingga MK62 hadir tetap memukau.

    Berkat sang Pencipta sorry, berkat sang pengarang, MK 62 tamat dengan semuanya bahagia aroma surgawi... Sangat lega...
    Matur nuwun ibu Tien, monggo dilanjut dgn judul : MEMANG KEMBANG JALANAN...

    ReplyDelete
  33. Terima kasih Mbak Tien ... Melani kekasihku sdh TAMAT ... Smg Mbak Tien / kelrg happy , sehat ,terus berkarya & sll dlm lindungan Allah SWT ... Aamiin YRA ... Salam Aduhai buat semua ... Ditunggu cerbung selanjutnya..... Tksh, Wassalam

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah semuanya bahagia. Matursuwun mbak Tien
    Salam sehat selalu... yang selalu menunggumu.. aduhai

    ReplyDelete
  35. Matur nuwun Ibu Tien, MK memang bagus...penuh pesan moral..
    Salah satunya harus memaafkan...
    Mugi Ibu tansah sehat..
    Salam sehat
    Selalu kutunggu dan kutunggu...aduhai

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun bun...
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....

    ReplyDelete
  37. Pg mb Tien.. dr pg wifi lemot.. smp 3x bc br slsi.. tyt MK 62 malah sdh tamat. Happy end..smg mmg kembang jalanan crt berikutnya yg ditunggu para pctk.. terus berkarya mb Tien ..aduhai senangnya dan slm seroja selalu..

    ReplyDelete
  38. Alhamdulillah, semua bahagia, rukun sentosa ... terimakasih, siyap baca cerbung selanjutnya "memang kembang jalanan" .. semoga Mbak Tien sll sehat sejahtera ..

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah sdh tamat dan bahagia dgn melaluii sedih gembira ..ada pasangan baru aandra sasa dan Indi Aries ihhh ada cerita pa lagi nih semoga bu Tien sehat selalu

    ReplyDelete
  40. Alhmdllh sdh tamat.... asyiik temen cerpen² Mbu Tien sllu.. trmkasih mbu tien, sehat sehat trs.... ditunggu memang kembang jalanan nya... yg pstinya asyyiiik dan seru...

    ReplyDelete
  41. Alhamdulilah akhir ceritanya ending....trims Bu Tien udah sangat menghibur hasil karyanya dan selalu puas dari akhir ceritanya... Salam sehat selalu buat Bu Tien beserta keluarga

    ReplyDelete
  42. Assalamualaikum wr wb. MK tamat dgn penuh kesan yg aduhai dan haru biru. Semoga cerita berikutnya tdk kalah seru dan maturnuwun Bu Tien yg selalu menghibur dgn cerita yg berkelas. Sehat wal afiat semoga senantiasa dikaruniakan Allah Swt kepada Bu Tien beserta keluarga tercintanya. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.....Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  43. Matur nuwun Bu Tien. Menunggu cerita selanjutnya. Barakallah....

    ReplyDelete
  44. Alhamdulillah bu Tien. Ditunggu cerbung selanjutnya. Smg sll sehat dan Salam Aduhaiiii...

    ReplyDelete
  45. Alhmdulillah, mtr suwun bu Tien...smg bu tien selalu diberikan kesehatan, aamiin

    ReplyDelete
  46. ADUHAI ......
    Akhirnya momong cucu ....
    Matur nuwun,mbak Tien.
    Salam sehat dari Kudus kota kretek.

    ReplyDelete
  47. Melani Kekasihku udah tamat. Alhamdulillah akhirnya semua menemui kebahagiaan masing"
    Selamat ya Melani...
    Dedek bayinya sehat,pasti ganteng seperti mas Abi...
    Selamat juga buat Sasa dan Indi....
    Moga nanti lancar saat lahiran dan debaynya sehat.

    Seneng dan terhibur baca cerbungnya bu Tien,meski kadang bikin sesak di dada
    Bahasanya lugas tapi menyentuh perasaan.
    Etika dan moral tetap jadi pedoman
    Semangat bunda....
    Semoga sll menghasilkan karya" indah,penggemar setiamu sll merindukan. Aduhai....
    Moga bunda sehat sll
    Salam dari Bojonegoro.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami2 ibu Wiwik, bahagia sekali atas perhatiannya, dan juga perhatian para pembaca.
      Salam ADUHAI selalu ADUHAI

      Delete
  48. Alhamdulillah...Melani ..Tamat..
    Terima kasih Bu Tien..
    Sehat selalu..Aamiin.

    ReplyDelete
  49. Cerbung MK tidak terasa / tiba2
    dah The End tuh. 🤭
    Tiba2 di cerita kan Melani SDH pulang dari RS abis melahirkan.
    Dan keluarga besar pak Anggoro n Adintya sedang berbahagia atas kedatangan 2 pasutri , Andra & Sasa dan Indira & Aris yg tau2 telah menikah ... 😊
    Sayang suasana bahagia pasangan itu dan keluarga nya tidak di ceritakan Bu Tien. Tapi tentang kesusahan mereka dlm berjuang mencari cinta sejati, di cerita kan secara detil. Itulah hebat nya Bu Tien yg membuat kita ikut deg2 an n penasaran. 😊😂

    ReplyDelete
  50. MEMANG KEMBANG JALANAN
    Kapan terbitnya yaa.

    .

    ReplyDelete
  51. Semoga malam ini sdh tayang njih

    ReplyDelete
  52. Alhamdullilah Melani Kekasihku sdh tamat.. Mkshbunda Tien.. Kamimenanti cerbung berikutnya.. MemangKembang Jalanan.. Semogabunda sehat selslu.. SlmAduhai dri sukabumi🙏🙏🥰🥰

    ReplyDelete
  53. Terima kasih Mbak Tien utk Melani Kekasihku... ada titipan salam dan terima kasih dari adik yg di Reno - Nevada... Sophia Delaplain. Ditunggu cerbung selanjutnya. Salam sehat Aduhai selalu.

    ReplyDelete
  54. Menunggu MEMANG KEMBANG JALANAN
    Kapan terbitnya yaa....

    ReplyDelete
  55. Matur nuwun...
    Tamat
    Kami nunggu kembang jalanan

    ReplyDelete
  56. Sungguh akhir yang membahagiakan...
    Alhamdulillah akan ada cerita baru.
    Ditunggu selalu tayangnya bun.

    ReplyDelete
  57. Alhamdulillah.. terima kasih ceritanya.. Senang.. bahagia bersm alur ceritanya..sukses sll buat ibu Tien Kumalasari

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...