Monday, December 27, 2021

MELANI KEKASIHKU 61

 

MELANI KEKASIHKU  61

(Tien Kumalasari)

 

Setelah kedatangan Aris ke rumah, Bu Yayuk segera meminta agar keinginan Aris segera dilaksanakan. Bu Yayuk sudah kepengin menimang cucu. Tapi Aris meminta waktu untuk bebenah. Biarpun ia bukan orang berada tapi seserahan dari pihak laki-laki itu kan harus ada.

“Nak, semua yang ada hubungannya dengan akad nikah sampai ke acara resepsi, nak Aris tidak usah memikirkannya. Itu nanti ibu yang ngatur, karena yang namanya mantu itu yang punya ‘gawe’ kan pihak perempuan. Jadi semua itu menjadi urusan Ibu.”

“Tapi Bu, bagaimanapun kan saya harus menyiapkan segala sesuatunya. Paling tidak untuk mas kawin.”

“Mas Aris tidak usah terlalu memikirkannya. Sekecil apapun dan sesederhana apapun, pemberian mas Aris tetap berharga untuk aku. Tapi tolong turutilah keinginan ibu, karena ibu hanya punya aku seorang. Demi menumpahkan rasa bahagianya, biarlah ibu melakukan apa yang diinginkannya,” sela Indi ketika melihat Aris tampak ragu-ragu.

“Apa yang dikatakan Indi itu benar nak, aku sangat bahagia karena puteriku juga bahagia. Aku tidak bisa menerima kebahagiaan itu tanpa merayakannya. Nak Aris tidak usah merasa rendah atau tidak berharga. Bagi kami, ibu dan anak, nak Aris tetap kami hargai sebagai laki-laki yang akan menjadi pelindung dan naungan yang teduh bagi Indira,” kata Bu Yayuk yang melihat Aris tampak sungkan mendengar dia akan merayakan pernikahan mereka.

Aris tak menjawab, ia hanya menunduk.

“Mas bisa mengerti kan ?”

Aris mengangguk pelan. Ketika kemudian pamit untuk pulang, ia minta agar besok atau lusa Indi menemaninya belanja untuk keperluan lamaran nanti.

“Mas mau belanja apa?”

“Aku punya sedikit tabungan, kamu nanti yang memilih apa yang kamu inginkan untuk seserahan.”

“Aku juga punya sedikit tabungan, jadi....”

“Tidak...” potong Aris.

“Mas...”

“Jangan sepeserpun  memakai uang kamu. Calon suami kamu bukan orang kaya, tapi ingin agar apa yang menjadi kebutuhan kamu, hanya aku yang membelikannya,” kata Aris.

 “Kamu bisa memakai uang kamu kelak, kalau memang kamu membutuhkan, sedangkan aku tidak bisa memenuhinya,” lanjutnya.

Indi tak bisa membantahnya. Ia menghargai keinginan Aris sepenuhnya, dan dia harus mengacungkan jempol kepada calon suaminya ini, karena walaupun calon isterinya  punya segalanya, tapi dia tak mau memanfaatkannya.

“Jadi kapan kamu bisa menemani aku belanja, kabarilah aku. Aku tak bisa membelinya sendiri, karena aku tidak tahu apa kebutuhan seorang wanita. Kalau saja ibuku masih ada, barangkali beliaulah yang akan memikirkannya,” ucap Aris sendu, sebelum menaiki mobilnya.

“Jangan khawatir mas, aku akan menemani kamu,” kata Indi dengan mantap.

“Aku mohon jangan mentertawakan aku karena keterbatasan dana yang aku miliki,” lanjut Aris.

“Ya ampun mas, aku kan sudah bilang bahwa aku tetap akan menghargainya, sekecil apapun pemberian kamu?”

“Terima kasih Indi,” kata Aris tersenyum, sebelum ia benar-benar meninggalkan rumah mewah milik calon mertuanya.

***

“Bibik, kok sepi sih, mana isteriku?”  tanya Anggoro ketika memasuki rumah sepulang dari kantornya.”

“Oh, bapak sudah pulang. Bu Dita ada di dalam kamarnya, tadi baru saja selesai mandi. Tapi Pak, tadi bu Dita bertanya, dimana alamat rumah lamanya. Bibik bingung, hanya menjawab lupa,” kata Bibik pelan, lalu beranjak ke belakang, untuk menyiapkan minum bagi majikannya.

Anggoro terkejut. Ia berharap Anindita tak lagi melanjutkan pertanyaannya.

“Dita sayang..” kata Anggoro begitu memasuki kamarnya, dan melihat isterinya sedang menyisir rambut panjangnya.

“Baru pulang?” tanya Anindita.

“Iya, banyak yang harus aku selesaikan. Sini aku bantu menyisir rambutmu,” kata Anggoro sambil meminta sisir dari tangan isterinya, dan pelan menyisir rambut yang terurai panjang dan berbau harum itu dengan lembut.

“Rambutmu indah sekali. Belum ada uban sedikitpun ya, sementara ubanku sudah banyak,” kata Anggoro sambil menatap isterinya dari balik cermin. Anindita tersenyum senang.

“Apa kamu terlalu banyak pikiran?” tanya Anindita.

“Mengapa kamu mengira begitu?”

“Kalau orang banyak berpikir, rambutnya cepat ubanan.”

Anggoro tertawa. Ia meletakkan sisirnya dan mencium ujung kepala isterinya.

“Aku banyak mikir kamu soalnya.”

“Mengapa aku dipikirkan?”

“Karena aku sayang sama kamu. Jadi sedang dimanapun, aku terus memikirkan kamu.”

Anindita menggelung rambutnya, kemudian berdiri.

“Kamu mandilah, pasti bibik sudah menyiapkan minum untuk kamu. Setelah itu aku ingin bicara sama kamu.”

Anggoro berdebar.

“Bicara tentang apa?”

“Kamu mandi dulu saja, nanti kan kamu juga tahu apa yang akan aku bicarakan.”

“Baiklah, aku mandi dulu.”

***

Sambil menyajikan minuman hangat bagi kedua majikannya, lalu menyiapkan segala sesuatunya untuk makan malam nanti, Bibik terus memikirkan hal yang akan terjadi, kalau kemudian Anindita teringat semuanya. Teringat ketika diusir dari rumah oleh suaminya, teringat bagaimana bayinya diculik. Karena sampai sekarang Anindita tak pernah tahu apa yang menjadi penyebab terpisahnya dirinya dan suaminya serta anak bayinya ketika itu. Ia hanya merasa bahagia karena berkumpul kembali bersama suami dan anaknya.

“Bibiiik...” teriakan Anindita membuat Bibik bergegas melangkah ke ruang tengah. Dilihatnya Anindita sedang duduk sendirian sambil melihat acara televisi.

“Ya Bu..” Bibik mendekat.

“Tidak apa-apa kan, kalau nanti aku tanyakan kepada mas Anggoro?”

“Tentang apa Bu?”

“Mengapa harus pindah ke rumah ini, dan dimana rumah lama kami itu sekarang.”

“Tidak apa-apa bu, kalau ibu ingin bertanya, tapi barangkali jawabannya ya sama seperti yang Bibik utarakan tadi.”

“Banyak yang aku harus tahu,” gumamnya, lalu membiarkan Bibik kembali ke belakang.

Anggoro sudah selesai mandi, lalu menghampiri isterinya, dan duduk di sebelahnya.

“Diminum dulu mas,” kata Anindita.

“Ini apa?” tanya Anggoro setelah minum.

“Ini singkong goreng.”

“Lho, disini kok ya bisa ketemu singkong goreng? Hm, enak.. gurih,” kata Anggoro setelah mencomot sepotong dan menggigitnya.

“Aku yang pengin, lalu Bibik beli tadi, terus digoreng sendiri.”

“Kok bisa empuk begini?”

“Ini di rebus dulu, sambil di kasih bumbu, baru digoreng.”

“Oo... iya? Pantes empuk. Bibik pinter ya.”

“Aku yang memberi tahu.”

“Oh, isteriku ternyata yang pinter,” puji Anggoro sambil mengunyah singkong gorengnya.

“Bibik juga pinter. Dia itu pinter apapun juga. Masak, belanja, bersih-bersih.”

“Iya, aku tahu.”

“Mas...”

“Hm...”

“Mengapa kita pindah ke rumah ini ?”

“Lhoh, aku belum menjawab pertanyaan kamu ya?”

“Ya, tapi aku merasa aneh.”

“Cuma pindah ke rumah baru kok merasa aneh.”

“Dimana rumah lama kita dulu itu mas?”

“Kan sudah dibeli orang.”

“Aku pengin lihat.”

“Untuk apa? Yang tinggal orang lain, kita tidak mengenalnya.”

“Iya juga sih,” kata Anindita yang kemudian ikut mencomot singkong gorengnya.

“Mas...”

“Ya...”

“Apa benar Santi dipenjara?”

“Apa?”

“Bukankah Santi sudah keluar dari penjara, terus... dia sering mengunjungi rumah kita, ngobrol sama aku dan Bibik? Mengapa dia dipenjara lagi?”

Anggoro menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

“Kenapa mas? Jangan-jangan rambut mas ada kutunya?” celetuk Anindita.

“Ah, tidak.. kotor.. tadi lupa keramas,” jawab Anggoro sekenanya.

“Oh... Lalu tentang Santi tadi mas... apa benar Santi dipenjara lagi? Salah apa dia? Bukankah dia sudah tidak jahat? Sudah sadar kan mas? Dia baik dan bersikap seperti saudara terhadapku.”

Aduh, kalau saja Anindita tahu.

“Mengapa tiba-tiba bertanya tentang dia?”

“Tadi di supermarket ketemu orang, namanya Rosa,.”

“Rosa? Rosalina?”

“Naah, itu. Aku lupa dia, tapi dia masih ingat aku. Dia dulu sekretaris mas kan?”

“Ya, tapi sudah lama resign.”

“Dia cerita banyak. Apa Santi sering ke kantor mas? Kata Rosa, kalau di kantor, dia bersikap seperti ratu. Apa maksudnya mas?”

Anggoro hampir menggaruk lagi kepalanya, tapi diurungkannya, takut isterinya mengatakan bahwa rambutnya ada kutunya.

“Mas?”

“O, iya.. pernah ke kantor, hanya .. mampir.”

“Mengapa dia menganggap bahwa sikapnya seperti ratu? Apa dia sombong? Bukankah dia baik? Mengapa juga dia dipenjara?”

“Santi sudah meninggal.”

“Inalillahi... sakit apa?”

“Aduh, aku kok sudah lapar ya. Bibik masak apa?”

“Tumben masih sore sudah bilang lapar?”

“Tadi karena sibuk, aku lupa makan..”

“Oh, lain kali tidak boleh lupa makan. Nanti dimarahi dokter.”

“Ya, tidak akan lagi.”

“Bibiiik, mas Anggoro sudah lapar nih,” teriaknya kepada Bibik.

“Iya, sedang Bibik siapkan.”

“Sakit apa mas?”

“Eh... apa?” Anggoro terkejut, karena Anindita mengulangi pertanyaannya.

“Sakit parah.”

“Kasihan. Berarti wanita bernama Rosa itu berbohong. Masa dia bilang Santi dipenjara.”

Anggoro kemudian berpikir, apakah dia harus bercerita kepada Anindita atas semua yang terjadi? Sudah siapkah Anindita? Bagaimana kalau membuat Anindita marah? Mengamuk? Kumat lagi?

“Besok mas bisa pulang agak siang?”

“Bisa. Kenapa? Pengin jalan-jalan lagi sama mas?”

“Iya...”

“Boleh, nanti mas usahakan pulang agak siang.”

“Tapi aku mau lewat didepan rumah kita dulu.”

“Apa?”

***

Semalaman Anggoro tak bisa tidur. Banyak pertanyaan Anindita yang dijawab sekenanya. Anggoro merasa Anindita akan segera bisa mengingat semuanya. Apakah dia akan berterus terang saja tentang apa yang terjadi? Tiba-tiba Anggoro merasa sendirian dalam situasi yang sangat sulit ini.

“Aku sudah mengira akan begini jadinya. Aku menyesal pernah menawarkan dia untuk ikut ke Jakarta. Dan ternyata dia tidak hanya ingin jalan-jalan. Banyak ingatan melintas setelah menginjakkan kakinya di Jakarta kembali. Dan yang lebih parah, Anindita ketemu Rosa yang mulutnya agak kelewatan. Dulu di kantor dia terkenal sebagai tukang gosip. Anggoro ingat, Rosa minta resign karena bertengkar dengan teman sekantornya yang merasa sakit hati karena Rosa menyebar gosip yang tidak benar. Lalu apa sekarang yang harus aku lakukan? Tak mungkin bisa menghentikan keinginan Anindita. Kalaupun dia bilang sibuk tak bisa mengantarnya, dia bisa bertanya dimana alamatnya, lalu mengajak bibik jalan-jalan melewatinya.”

Tiba-tiba ia teringat Melani. Melani kecil yang sudah besar, bisa menuntun ibunya ke arah ingatan yang baik, sehingga semakin lama Anindita semakin pulih, dan bisa berkomunikasi dengan baik. Tapi yang namanya ‘pulih’ itu kan berkembang, dan akan tiba pada titik, mengapa semuanya bisa terjadi.

Seandainya Melani ada, akan bisakah menolongnya? Paling tidak mendinginkan hati ibunya seandainya nanti dia marah ketika mendengar cerita sebenarnya.

Tapi Melani sedang hamil muda. Tak seharusnya dia membebani pikirannya dengan masalah yang menimpanya sekarang.

“Mas...”

Anggoro terkejut. Dilihatnya Anindita terbangun.

“Mas kok belum tidur?”

“Kamu sendiri juga belum tidur?”

“Tidak, aku terbangun, mau ke kamar mandi,” kata Anindita yang kemudian turun dan melangkah ke kamar mandi.

Anggoro menghela napas berat. Ia menyesal atas semua yang pernah dilakukannya. Memang, membahagiakan dan senang setelah bisa berkumpul kembali dengan anak isterinya, tapi ternyata masih ada kepanjangan kisah yang harus dihadapinya. Ini sangat sulit diuraikannya. Banyak kemungkinan yang akan terjadi, dan itu membuatnya takut.

“Mas, aku tadi bermimpi...” kata Anindita setelah kembali ke ranjang.

“Mimpi apa?”

“Ketemu Santi...”

Aduh, Anggoro mengeluh dalam hati. Santi lagi.. Santi lagi....

“Sudah, jangan memikirkan dia lagi.”

“Aku kasihan sama dia, wajahnya tidak secantik dulu. Kurus dan kotor.”

“Dita, sudah.. tidurlah. Jangan memikirkan mimpi,” kata Anggoro yang kemudian memejamkan matanya, pura-pura tidur.

“Mas...”

“Apa lagi? Tidurlah Dita?”

“Mengingatkan mas saja, besok jangan lupa, ajak aku jalan melewati rumah kita dulu.”

***

Besok lagi ya.

 

 

 

72 comments:

  1. Trimakasih bu Tien Melani 61 sdh tayang..
    Aduhai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat jeng Wiwik Ngadiluwih Ngasem Bojonegoro..... Juara 1 lagi.
      Matur nuwun bu Tien...

      Delete
    2. Alhamdulillah MK tayang.. trims bunda Tien.. smg sehat sll yaa.. selamat mba Wiwik juara 1 ๐Ÿ‘❤️
      Tetap, salam Serja dan tetap Aduhaaaai ❤️

      Delete
    3. Nah para langganan juara dah pada nyanggong ya? Selamat ya. Maturnuwun bu Tien, MK 61 dah tayang, bikin kita semakin penisirin, gemes sama Anggoro neh, sehat2 bu Tien

      Delete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Melani sudah berkunjung.

    ReplyDelete
  3. Terimakasih, Melani sudah hadirrr. ๐Ÿ™

    ReplyDelete
  4. Trima kasih ibu Tien...
    Semoga ibu dan keluarga sehat selalu
    Aamiin yaa Robbal’alamiin
    Salam SeRoJa.... ADUHAI...

    ReplyDelete

  5. _“Kalau Ibu merestuinya, Indi akan menerimanya. Indi akan bahagia, karena mas Aris adalah laki-laki yang luar biasa bagi Indi.”_

    Alhamdulillah.......
    lanjutannya ini
    ๐Ÿ‘†๐Ÿ‘†๐Ÿ‘†
    Sudah tayang....!!!

    ReplyDelete
  6. Terima kasih sudah tayang lebih awal ..... Sehat selalu Bu Tien.

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien MK nya
    Semoga bunda selalu srhat
    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  8. Assalamualaikum wrwb ..
    Alhamdulillah, melaji dudah berkunjung ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aduhai .. sampai hurufku salah2.. Melani sudah berkunjung .
      Aduhai terima kasih mbak Tien. Salam sehat Aduhai sayang .. dari Kuta Bali ..๐Ÿฅฐ๐Ÿฅฐ๐Ÿ™๐Ÿป

      Delete
    2. Ayo jeng Susi masuk WAG PCTK, silakan hub bu Nani Nur'Aini
      082116677789

      Delete
    3. Siap dengan senang hati kek ,, ๐Ÿ™๐Ÿป

      Delete
  9. Matur nuwun Bu Tien...salam sehat selalu..

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah Cerbung MK Eps 61 sudah tayang gasik. Matur nuwun mBak Tien Kumalasari. Semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia bersama keluarga dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
    Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
    Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang.

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda Tien ๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ™

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah sudah tayang MK 61. Terima kasih akhirnya Dita sudah mulai mengungat masa lalu yang tentunya menjadi ketakutan tersendiri bagi Anggoro seandainya Dita mengingat masa lalu saat diusir suaminya akibat fitnah dari Santi. Semoga Anggoro dapat mengatasi semua masalah dengan istrinya. AAmiin. Salam sehat buat bu Tien

    ReplyDelete
  13. Horeeee asyik MK 61 sdh tayang

    Trmksh mb Tien

    Salam ADIHAI

    ReplyDelete
  14. Terima kasih bu tien
    Semoga bu tien sehat2 & selalu dalam lindungan Allah SWT

    ReplyDelete
  15. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy,

    ReplyDelete
  16. ๐–๐š๐๐ฎ๐ก ...๐€๐ง๐ ๐ ๐จ๐ซ๐จ ๐ฃ๐š๐๐ข ๐ฌ๐ž๐ซ๐›๐š ๐ฌ๐š๐ฅ๐š๐ก ๐ญ๐ž๐ซ๐ง๐ฒ๐š๐ญ๐š ๐€๐ง๐ข๐ง๐๐ข๐ญ๐š ๐ฉ๐ž๐ซ๐ญ๐š๐ง๐ฒ๐š๐š๐ง๐ฒ๐š ๐ฌ๐๐ก ๐ฌ๐ž๐ฆ๐š๐ค๐ข๐ง ๐ฌ๐ฎ๐ฅ๐ข๐ญ ๐ฎ๐ญ๐ค ๐๐ข๐ฃ๐š๐ฐ๐š๐› ๐ค๐š๐ซ๐ž๐ง๐š ๐ค๐ฎ๐ฐ๐š๐ญ๐ข๐ซ ๐š๐ค๐š๐ง ๐ฆ๐š๐ซ๐š๐ก ๐ค๐š๐ฅ๐š๐ฎ ๐ข๐ง๐ ๐š๐ญ ๐ค๐ž๐ฌ๐š๐ฅ๐š๐ก๐š๐ง ๐ฒ๐  ๐๐ข๐ฅ๐š๐ค๐ฎ๐ค๐š๐ง ๐๐ฎ๐ฅ๐ฎ ๐ฌ๐š๐š๐ญ ๐ฆ๐ž๐ง๐ ๐ฎ๐ฌ๐ข๐ซ ๐€๐ง๐ข๐ง๐๐ข๐ญ๐š ๐๐š๐ซ๐ข ๐ซ๐ฎ๐ฆ๐š๐ก ๐ ๐š๐ซ๐š2 ๐๐ข๐Ÿ๐ข๐ญ๐ง๐š๐ก ๐ฌ๐ž๐ฅ๐ข๐ง๐ ๐ค๐ฎ๐ก ๐จ๐ฅ๐ž๐ก ๐’๐š๐ง๐ญ๐ข.

    ๐๐š๐ก ๐ฎ๐ง๐ญ๐ฎ๐ค ๐ค๐ž๐ฅ๐š๐ง๐ฃ๐ฎ๐ญ๐š๐ง๐ง๐ฒ๐š ๐š๐ฉ๐š๐ค๐š๐ก ๐€๐ง๐ ๐ ๐จ๐ซ๐จ ๐š๐ค๐š๐ง ๐›๐ž๐ซ๐ญ๐ž๐ซ๐ฎ๐ฌ ๐ญ๐ž๐ซ๐š๐ง๐ ...?? ๐Š๐ข๐ญ๐š ๐ญ๐ฎ๐ง๐ ๐ ๐ฎ ๐๐ฎ ๐“๐ข๐ž๐ง ๐š๐ค๐š๐ง ๐ฆ๐ž๐ฆ๐›๐ฎ๐š๐ญ ๐ฉ๐ž๐ง๐š๐ฌ๐š๐ซ๐š๐ง ๐ฉ๐ž๐ฆ๐›๐š๐œ๐š๐ง๐ฒ๐š..๐ก๐ž..๐ก๐ž.

    ๐’๐š๐ฅ๐š๐ฆ ๐ฌ๐ž๐ก๐š๐ญ ๐ฌ๐ž๐ฅ๐š๐ฅ๐ฎ ๐›๐ฎ๐š๐ญ ๐›๐ฎ ๐“๐ข๐ž๐ง ๐๐š๐ง ๐ค๐ž๐ฅ๐ฎ๐š๐ซ๐ ๐š.๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ‘๐Ÿ‘

    ReplyDelete
  17. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah, terimakasih bu Tien.
    Semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah, matursuwun mbak Tien.
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah MK61 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah, MK tayang kembali...makasih Bu Tien....salam sehat selalu...,
    Ternyata Dita ceriwis ya ....๐Ÿ˜€

    ReplyDelete
  22. ๐‘ป๐’†๐’“๐’Š๐’Ž๐’‚ ๐’Œ๐’‚๐’”๐’Š๐’‰ ๐’Ž๐’ƒ๐’‚๐’Œ ๐‘ป๐’Š๐’†๐’

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien "Melani" telah hadir... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Selamat malam selamat beristirahat... Salam ๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ™

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..
    Senantiasa sehat dan bahagia..,Aamiin.

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah MK~61 telah hadir.. maturnuwun bu Tien semoga tetap sehat dan semangat .. Aamiin..๐Ÿคฒ

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah,MK61 telah hadir, terima kasih Mbak Tien..
    Senantiasa sehat dan bahagia bersama keluarga,Aamiin

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah Melani dah tayang, makasih Bunda.
    Sehat selalu dan tetap semangat dalam berkarya.
    Met malam dan met istirahat

    ReplyDelete
  28. Terima kasih Mbak Tien ... MK 61 sdh tayang n sdh dibaca ... makin seru ... Smg Mbak Tien & kelrg sll happy n sehat wal'afiat ... Salam Aduhai buat semua .

    ReplyDelete
  29. Hhmmm... bacaan yang penuh makna, selalu ada pesan moral bagi pembaca. Kalau dulu ada Indri yang 'belajar' dari seorang pemulung, kini ada Aris yang berubah dari preman kampung menjadi pria yang bertanggung jawab.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  30. Maturnuwun mbak Tien MK61nya...

    Waduuh..kok ikut deg2an ya..Dita tny macam2..

    Aris&Indi udh aduhaii...๐Ÿ˜Š

    Setia.nunggu besok lagii..

    Salam sehat dan aduhaii mbak Tien..๐Ÿ™๐Ÿ˜˜๐Ÿ™

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun Bun.....
    Mugi2 berkah sedoyonipun.....

    ReplyDelete
  32. Sangat berhati-hati agar tidak menyinggung sang dambaan hati walaupun bagaimana dia berusaha memenuhi persyaratan sebuah perhelatan sebagai calon pengantin laki-laki, biar mantap menjalani hidup bersama meniti masa depan mereka berdua, siiip dรจh.

    Nah lho tambah lagi, pertanyaan yang sebelumnya masalah kenapa musti pindah dirumah baru, tambah ingin lihat rumah yang dulu pernah ditempati, ingin merasakan ayunan lagi ha ha ha ha, tambah lagi ingat kontrakan rumah karena ketemuan ada orang mengenalinya, aduh jadi mengapa harus mengontrak rumah, ingat kehilangan bayi nya; nah pencarian anak bayinya, sampai ke kampung bibik.
    Merembet kaya kebakaran aja, aduh kembali seperti keingin tahuan seorang anak dalam masa pertumbuhan

    ADUHAI..


    Terimakasih Bu Tien, Melani Kekasihku yang ke enam puluh satu sudah tayang.
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta ๐Ÿ™

    ReplyDelete
  33. Rumit,pusing Anggoro. Penyesalan selalu terlambat.
    Makasih mba Tien. Salam sehat dan selalu aduhai

    ReplyDelete
  34. Assalamualaikum wr wb. Mudah mudahan Dita tdk marah setelah jalan jalan melewati rumahnya yg lama dan Anggoro bisa memberikan jawaban yg baik dan memuaskan Anindita. Maturnuwun Bu Tien, semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan kita semua dalam lindungan Allah Swt. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
      Aamiin ya robbal alamiin
      Terimakasih.pak Mashudi

      Delete
  35. ✍️ 'Catatan_Cerbung 'Melani Kekasihku by Tien Kumalasari ... part 61 :
    ๐Ÿ‘‡ Bentar lagi bu Yayuk mantu niiih (?!)...๐Ÿ˜„๐Ÿคซ
    ๐Ÿ‘‰ Iyaa Indri yg cantik kaya raya memilih 'Aris sebagai pendamping teman hidupnya... Moga2 terwujud ya.๐Ÿ˜Š
    ๐Ÿ‘‡ Cerbung dlm proses The End kah (?!) ... dan Cerbung MK termasuk panjang 'episodenya 60 part lebih.๐Ÿ‘Œ๐Ÿ‘

    ReplyDelete
  36. Terimakasih Bu Tien Kumalasari, cerbung nya sederhana menceritakan orang 2 disekitar kehidupan orang biasa, namun selalu memukau para pembacanya , apalagi penggemarnya. Nice info. Semoga Bu Tien selalu sehat walafiat dan semangat untuk selalu berkarya. Aamiin Allahumma Aamiinn.

    ReplyDelete
  37. Sami2 pak Rusman,
    Terimakasih perhatiannya

    ReplyDelete
  38. Hatur nuhun bunda.. Slmsht sll.. ๐Ÿ™๐Ÿ˜๐Ÿ˜

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah... Terimakasih bu Tien. Baru sempat baca,menunggu lanjutannya... Sehat selalu nggih bu...

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah sehat2 , 3 hr lg tahun 2022 semoga saja bu Tien sehat2 selalu Aamiin

    ReplyDelete
  41. Terimakasih mbak Tien, salam Aduhai .. smoga mbak Tieb sll sehat, sejahtera .. aamiin

    ReplyDelete

BULAN HANYA SEPARUH

BULAN HANYA SEPARUH (Tien Kumalasari) Awan tipis menyelimuti langit Lalu semua jadi kelabu Aku tengadah mencari-cari Dimana bulan penyinar a...