MELANI KEKASIHKU 61
(Tien Kumalasari)
Setelah kedatangan Aris ke rumah, Bu Yayuk segera meminta agar keinginan Aris segera dilaksanakan. Bu Yayuk sudah kepengin menimang cucu. Tapi Aris meminta waktu untuk bebenah. Biarpun ia bukan orang berada tapi seserahan dari pihak laki-laki itu kan harus ada.
“Nak, semua yang ada hubungannya dengan akad nikah sampai ke acara resepsi, nak Aris tidak usah memikirkannya. Itu nanti ibu yang ngatur, karena yang namanya mantu itu yang punya ‘gawe’ kan pihak perempuan. Jadi semua itu menjadi urusan Ibu.”
“Tapi Bu, bagaimanapun kan saya harus menyiapkan segala sesuatunya. Paling tidak untuk mas kawin.”
“Mas Aris tidak usah terlalu memikirkannya. Sekecil apapun dan sesederhana apapun, pemberian mas Aris tetap berharga untuk aku. Tapi tolong turutilah keinginan ibu, karena ibu hanya punya aku seorang. Demi menumpahkan rasa bahagianya, biarlah ibu melakukan apa yang diinginkannya,” sela Indi ketika melihat Aris tampak ragu-ragu.
“Apa yang dikatakan Indi itu benar nak, aku sangat bahagia karena puteriku juga bahagia. Aku tidak bisa menerima kebahagiaan itu tanpa merayakannya. Nak Aris tidak usah merasa rendah atau tidak berharga. Bagi kami, ibu dan anak, nak Aris tetap kami hargai sebagai laki-laki yang akan menjadi pelindung dan naungan yang teduh bagi Indira,” kata Bu Yayuk yang melihat Aris tampak sungkan mendengar dia akan merayakan pernikahan mereka.
Aris tak menjawab, ia hanya menunduk.
“Mas bisa mengerti kan ?”
Aris mengangguk pelan. Ketika kemudian pamit untuk pulang, ia minta agar besok atau lusa Indi menemaninya belanja untuk keperluan lamaran nanti.
“Mas mau belanja apa?”
“Aku punya sedikit tabungan, kamu nanti yang memilih apa yang kamu inginkan untuk seserahan.”
“Aku juga punya sedikit tabungan, jadi....”
“Tidak...” potong Aris.
“Mas...”
“Jangan sepeserpun memakai uang kamu. Calon suami kamu bukan orang kaya, tapi ingin agar apa yang menjadi kebutuhan kamu, hanya aku yang membelikannya,” kata Aris.
“Kamu bisa memakai uang kamu kelak, kalau memang kamu membutuhkan, sedangkan aku tidak bisa memenuhinya,” lanjutnya.
Indi tak bisa membantahnya. Ia menghargai keinginan Aris sepenuhnya, dan dia harus mengacungkan jempol kepada calon suaminya ini, karena walaupun calon isterinya punya segalanya, tapi dia tak mau memanfaatkannya.
“Jadi kapan kamu bisa menemani aku belanja, kabarilah aku. Aku tak bisa membelinya sendiri, karena aku tidak tahu apa kebutuhan seorang wanita. Kalau saja ibuku masih ada, barangkali beliaulah yang akan memikirkannya,” ucap Aris sendu, sebelum menaiki mobilnya.
“Jangan khawatir mas, aku akan menemani kamu,” kata Indi dengan mantap.
“Aku mohon jangan mentertawakan aku karena keterbatasan dana yang aku miliki,” lanjut Aris.
“Ya ampun mas, aku kan sudah bilang bahwa aku tetap akan menghargainya, sekecil apapun pemberian kamu?”
“Terima kasih Indi,” kata Aris tersenyum, sebelum ia benar-benar meninggalkan rumah mewah milik calon mertuanya.
***
“Bibik, kok sepi sih, mana isteriku?” tanya Anggoro ketika memasuki rumah sepulang dari kantornya.”
“Oh, bapak sudah pulang. Bu Dita ada di dalam kamarnya, tadi baru saja selesai mandi. Tapi Pak, tadi bu Dita bertanya, dimana alamat rumah lamanya. Bibik bingung, hanya menjawab lupa,” kata Bibik pelan, lalu beranjak ke belakang, untuk menyiapkan minum bagi majikannya.
Anggoro terkejut. Ia berharap Anindita tak lagi melanjutkan pertanyaannya.
“Dita sayang..” kata Anggoro begitu memasuki kamarnya, dan melihat isterinya sedang menyisir rambut panjangnya.
“Baru pulang?” tanya Anindita.
“Iya, banyak yang harus aku selesaikan. Sini aku bantu menyisir rambutmu,” kata Anggoro sambil meminta sisir dari tangan isterinya, dan pelan menyisir rambut yang terurai panjang dan berbau harum itu dengan lembut.
“Rambutmu indah sekali. Belum ada uban sedikitpun ya, sementara ubanku sudah banyak,” kata Anggoro sambil menatap isterinya dari balik cermin. Anindita tersenyum senang.
“Apa kamu terlalu banyak pikiran?” tanya Anindita.
“Mengapa kamu mengira begitu?”
“Kalau orang banyak berpikir, rambutnya cepat ubanan.”
Anggoro tertawa. Ia meletakkan sisirnya dan mencium ujung kepala isterinya.
“Aku banyak mikir kamu soalnya.”
“Mengapa aku dipikirkan?”
“Karena aku sayang sama kamu. Jadi sedang dimanapun, aku terus memikirkan kamu.”
Anindita menggelung rambutnya, kemudian berdiri.
“Kamu mandilah, pasti bibik sudah menyiapkan minum untuk kamu. Setelah itu aku ingin bicara sama kamu.”
Anggoro berdebar.
“Bicara tentang apa?”
“Kamu mandi dulu saja, nanti kan kamu juga tahu apa yang akan aku bicarakan.”
“Baiklah, aku mandi dulu.”
***
Sambil menyajikan minuman hangat bagi kedua majikannya, lalu menyiapkan segala sesuatunya untuk makan malam nanti, Bibik terus memikirkan hal yang akan terjadi, kalau kemudian Anindita teringat semuanya. Teringat ketika diusir dari rumah oleh suaminya, teringat bagaimana bayinya diculik. Karena sampai sekarang Anindita tak pernah tahu apa yang menjadi penyebab terpisahnya dirinya dan suaminya serta anak bayinya ketika itu. Ia hanya merasa bahagia karena berkumpul kembali bersama suami dan anaknya.
“Bibiiik...” teriakan Anindita membuat Bibik bergegas melangkah ke ruang tengah. Dilihatnya Anindita sedang duduk sendirian sambil melihat acara televisi.
“Ya Bu..” Bibik mendekat.
“Tidak apa-apa kan, kalau nanti aku tanyakan kepada mas Anggoro?”
“Tentang apa Bu?”
“Mengapa harus pindah ke rumah ini, dan dimana rumah lama kami itu sekarang.”
“Tidak apa-apa bu, kalau ibu ingin bertanya, tapi barangkali jawabannya ya sama seperti yang Bibik utarakan tadi.”
“Banyak yang aku harus tahu,” gumamnya, lalu membiarkan Bibik kembali ke belakang.
Anggoro sudah selesai mandi, lalu menghampiri isterinya, dan duduk di sebelahnya.
“Diminum dulu mas,” kata Anindita.
“Ini apa?” tanya Anggoro setelah minum.
“Ini singkong goreng.”
“Lho, disini kok ya bisa ketemu singkong goreng? Hm, enak.. gurih,” kata Anggoro setelah mencomot sepotong dan menggigitnya.
“Aku yang pengin, lalu Bibik beli tadi, terus digoreng sendiri.”
“Kok bisa empuk begini?”
“Ini di rebus dulu, sambil di kasih bumbu, baru digoreng.”
“Oo... iya? Pantes empuk. Bibik pinter ya.”
“Aku yang memberi tahu.”
“Oh, isteriku ternyata yang pinter,” puji Anggoro sambil mengunyah singkong gorengnya.
“Bibik juga pinter. Dia itu pinter apapun juga. Masak, belanja, bersih-bersih.”
“Iya, aku tahu.”
“Mas...”
“Hm...”
“Mengapa kita pindah ke rumah ini ?”
“Lhoh, aku belum menjawab pertanyaan kamu ya?”
“Ya, tapi aku merasa aneh.”
“Cuma pindah ke rumah baru kok merasa aneh.”
“Dimana rumah lama kita dulu itu mas?”
“Kan sudah dibeli orang.”
“Aku pengin lihat.”
“Untuk apa? Yang tinggal orang lain, kita tidak mengenalnya.”
“Iya juga sih,” kata Anindita yang kemudian ikut mencomot singkong gorengnya.
“Mas...”
“Ya...”
“Apa benar Santi dipenjara?”
“Apa?”
“Bukankah Santi sudah keluar dari penjara, terus... dia sering mengunjungi rumah kita, ngobrol sama aku dan Bibik? Mengapa dia dipenjara lagi?”
Anggoro menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
“Kenapa mas? Jangan-jangan rambut mas ada kutunya?” celetuk Anindita.
“Ah, tidak.. kotor.. tadi lupa keramas,” jawab Anggoro sekenanya.
“Oh... Lalu tentang Santi tadi mas... apa benar Santi dipenjara lagi? Salah apa dia? Bukankah dia sudah tidak jahat? Sudah sadar kan mas? Dia baik dan bersikap seperti saudara terhadapku.”
Aduh, kalau saja Anindita tahu.
“Mengapa tiba-tiba bertanya tentang dia?”
“Tadi di supermarket ketemu orang, namanya Rosa,.”
“Rosa? Rosalina?”
“Naah, itu. Aku lupa dia, tapi dia masih ingat aku. Dia dulu sekretaris mas kan?”
“Ya, tapi sudah lama resign.”
“Dia cerita banyak. Apa Santi sering ke kantor mas? Kata Rosa, kalau di kantor, dia bersikap seperti ratu. Apa maksudnya mas?”
Anggoro hampir menggaruk lagi kepalanya, tapi diurungkannya, takut isterinya mengatakan bahwa rambutnya ada kutunya.
“Mas?”
“O, iya.. pernah ke kantor, hanya .. mampir.”
“Mengapa dia menganggap bahwa sikapnya seperti ratu? Apa dia sombong? Bukankah dia baik? Mengapa juga dia dipenjara?”
“Santi sudah meninggal.”
“Inalillahi... sakit apa?”
“Aduh, aku kok sudah lapar ya. Bibik masak apa?”
“Tumben masih sore sudah bilang lapar?”
“Tadi karena sibuk, aku lupa makan..”
“Oh, lain kali tidak boleh lupa makan. Nanti dimarahi dokter.”
“Ya, tidak akan lagi.”
“Bibiiik, mas Anggoro sudah lapar nih,” teriaknya kepada Bibik.
“Iya, sedang Bibik siapkan.”
“Sakit apa mas?”
“Eh... apa?” Anggoro terkejut, karena Anindita mengulangi pertanyaannya.
“Sakit parah.”
“Kasihan. Berarti wanita bernama Rosa itu berbohong. Masa dia bilang Santi dipenjara.”
Anggoro kemudian berpikir, apakah dia harus bercerita kepada Anindita atas semua yang terjadi? Sudah siapkah Anindita? Bagaimana kalau membuat Anindita marah? Mengamuk? Kumat lagi?
“Besok mas bisa pulang agak siang?”
“Bisa. Kenapa? Pengin jalan-jalan lagi sama mas?”
“Iya...”
“Boleh, nanti mas usahakan pulang agak siang.”
“Tapi aku mau lewat didepan rumah kita dulu.”
“Apa?”
***
Semalaman Anggoro tak bisa tidur. Banyak pertanyaan Anindita yang dijawab sekenanya. Anggoro merasa Anindita akan segera bisa mengingat semuanya. Apakah dia akan berterus terang saja tentang apa yang terjadi? Tiba-tiba Anggoro merasa sendirian dalam situasi yang sangat sulit ini.
“Aku sudah mengira akan begini jadinya. Aku menyesal pernah menawarkan dia untuk ikut ke Jakarta. Dan ternyata dia tidak hanya ingin jalan-jalan. Banyak ingatan melintas setelah menginjakkan kakinya di Jakarta kembali. Dan yang lebih parah, Anindita ketemu Rosa yang mulutnya agak kelewatan. Dulu di kantor dia terkenal sebagai tukang gosip. Anggoro ingat, Rosa minta resign karena bertengkar dengan teman sekantornya yang merasa sakit hati karena Rosa menyebar gosip yang tidak benar. Lalu apa sekarang yang harus aku lakukan? Tak mungkin bisa menghentikan keinginan Anindita. Kalaupun dia bilang sibuk tak bisa mengantarnya, dia bisa bertanya dimana alamatnya, lalu mengajak bibik jalan-jalan melewatinya.”
Tiba-tiba ia teringat Melani. Melani kecil yang sudah besar, bisa menuntun ibunya ke arah ingatan yang baik, sehingga semakin lama Anindita semakin pulih, dan bisa berkomunikasi dengan baik. Tapi yang namanya ‘pulih’ itu kan berkembang, dan akan tiba pada titik, mengapa semuanya bisa terjadi.
Seandainya Melani ada, akan bisakah menolongnya? Paling tidak mendinginkan hati ibunya seandainya nanti dia marah ketika mendengar cerita sebenarnya.
Tapi Melani sedang hamil muda. Tak seharusnya dia membebani pikirannya dengan masalah yang menimpanya sekarang.
“Mas...”
Anggoro terkejut. Dilihatnya Anindita terbangun.
“Mas kok belum tidur?”
“Kamu sendiri juga belum tidur?”
“Tidak, aku terbangun, mau ke kamar mandi,” kata Anindita yang kemudian turun dan melangkah ke kamar mandi.
Anggoro menghela napas berat. Ia menyesal atas semua yang pernah dilakukannya. Memang, membahagiakan dan senang setelah bisa berkumpul kembali dengan anak isterinya, tapi ternyata masih ada kepanjangan kisah yang harus dihadapinya. Ini sangat sulit diuraikannya. Banyak kemungkinan yang akan terjadi, dan itu membuatnya takut.
“Mas, aku tadi bermimpi...” kata Anindita setelah kembali ke ranjang.
“Mimpi apa?”
“Ketemu Santi...”
Aduh, Anggoro mengeluh dalam hati. Santi lagi.. Santi lagi....
“Sudah, jangan memikirkan dia lagi.”
“Aku kasihan sama dia, wajahnya tidak secantik dulu. Kurus dan kotor.”
“Dita, sudah.. tidurlah. Jangan memikirkan mimpi,” kata Anggoro yang kemudian memejamkan matanya, pura-pura tidur.
“Mas...”
“Apa lagi? Tidurlah Dita?”
“Mengingatkan mas saja, besok jangan lupa, ajak aku jalan melewati rumah kita dulu.”
***
Besok lagi ya.
Trimakasih bu Tien Melani 61 sdh tayang..
ReplyDeleteAduhai
ADUHAI... Juara 1 mb Wik
DeleteSelamat jeng Wiwik Ngadiluwih Ngasem Bojonegoro..... Juara 1 lagi.
DeleteMatur nuwun bu Tien...
Alhamdulillah MK tayang.. trims bunda Tien.. smg sehat sll yaa.. selamat mba Wiwik juara 1 ๐❤️
DeleteTetap, salam Serja dan tetap Aduhaaaai ❤️
Nah para langganan juara dah pada nyanggong ya? Selamat ya. Maturnuwun bu Tien, MK 61 dah tayang, bikin kita semakin penisirin, gemes sama Anggoro neh, sehat2 bu Tien
DeleteTerima kasih bunda
ReplyDeleteAlhamdulillah.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Melani sudah berkunjung.
ReplyDeleteAlhamdulilah
ReplyDeleteAlhamdulillaah... MK 61 hadir...
ReplyDeleteTerimakasih, Melani sudah hadirrr. ๐
ReplyDeleteAlhamdulilah, tks bu tien
ReplyDeleteSelamat Ibu Wiwik - juara 1 lg
ReplyDeleteTrima kasih ibu Tien...
ReplyDeleteSemoga ibu dan keluarga sehat selalu
Aamiin yaa Robbal’alamiin
Salam SeRoJa.... ADUHAI...
ReplyDelete_“Kalau Ibu merestuinya, Indi akan menerimanya. Indi akan bahagia, karena mas Aris adalah laki-laki yang luar biasa bagi Indi.”_
Alhamdulillah.......
lanjutannya ini
๐๐๐
Sudah tayang....!!!
Terima kasih sudah tayang lebih awal ..... Sehat selalu Bu Tien.
ReplyDeleteMakasih , Bu Tien. Sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien MK nya
Semoga bunda selalu srhat
Salam sehat dan aduhai
Assalamualaikum wrwb ..
ReplyDeleteAlhamdulillah, melaji dudah berkunjung ..
Aduhai .. sampai hurufku salah2.. Melani sudah berkunjung .
DeleteAduhai terima kasih mbak Tien. Salam sehat Aduhai sayang .. dari Kuta Bali ..๐ฅฐ๐ฅฐ๐๐ป
Ayo jeng Susi masuk WAG PCTK, silakan hub bu Nani Nur'Aini
Delete082116677789
Siap dengan senang hati kek ,, ๐๐ป
DeleteMatur nuwun Bu Tien...salam sehat selalu..
ReplyDelete๐๐๐
ReplyDeleteAlhamdulillah Cerbung MK Eps 61 sudah tayang gasik. Matur nuwun mBak Tien Kumalasari. Semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia bersama keluarga dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang.
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien ๐๐๐
Matur nuwun Bunda
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang MK 61. Terima kasih akhirnya Dita sudah mulai mengungat masa lalu yang tentunya menjadi ketakutan tersendiri bagi Anggoro seandainya Dita mengingat masa lalu saat diusir suaminya akibat fitnah dari Santi. Semoga Anggoro dapat mengatasi semua masalah dengan istrinya. AAmiin. Salam sehat buat bu Tien
ReplyDeleteHoreeee asyik MK 61 sdh tayang
ReplyDeleteTrmksh mb Tien
Salam ADIHAI
Terima kasih bu tien
ReplyDeleteSemoga bu tien sehat2 & selalu dalam lindungan Allah SWT
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy,
๐๐๐๐ฎ๐ก ...๐๐ง๐ ๐ ๐จ๐ซ๐จ ๐ฃ๐๐๐ข ๐ฌ๐๐ซ๐๐ ๐ฌ๐๐ฅ๐๐ก ๐ญ๐๐ซ๐ง๐ฒ๐๐ญ๐ ๐๐ง๐ข๐ง๐๐ข๐ญ๐ ๐ฉ๐๐ซ๐ญ๐๐ง๐ฒ๐๐๐ง๐ฒ๐ ๐ฌ๐๐ก ๐ฌ๐๐ฆ๐๐ค๐ข๐ง ๐ฌ๐ฎ๐ฅ๐ข๐ญ ๐ฎ๐ญ๐ค ๐๐ข๐ฃ๐๐ฐ๐๐ ๐ค๐๐ซ๐๐ง๐ ๐ค๐ฎ๐ฐ๐๐ญ๐ข๐ซ ๐๐ค๐๐ง ๐ฆ๐๐ซ๐๐ก ๐ค๐๐ฅ๐๐ฎ ๐ข๐ง๐ ๐๐ญ ๐ค๐๐ฌ๐๐ฅ๐๐ก๐๐ง ๐ฒ๐ ๐๐ข๐ฅ๐๐ค๐ฎ๐ค๐๐ง ๐๐ฎ๐ฅ๐ฎ ๐ฌ๐๐๐ญ ๐ฆ๐๐ง๐ ๐ฎ๐ฌ๐ข๐ซ ๐๐ง๐ข๐ง๐๐ข๐ญ๐ ๐๐๐ซ๐ข ๐ซ๐ฎ๐ฆ๐๐ก ๐ ๐๐ซ๐2 ๐๐ข๐๐ข๐ญ๐ง๐๐ก ๐ฌ๐๐ฅ๐ข๐ง๐ ๐ค๐ฎ๐ก ๐จ๐ฅ๐๐ก ๐๐๐ง๐ญ๐ข.
ReplyDelete๐๐๐ก ๐ฎ๐ง๐ญ๐ฎ๐ค ๐ค๐๐ฅ๐๐ง๐ฃ๐ฎ๐ญ๐๐ง๐ง๐ฒ๐ ๐๐ฉ๐๐ค๐๐ก ๐๐ง๐ ๐ ๐จ๐ซ๐จ ๐๐ค๐๐ง ๐๐๐ซ๐ญ๐๐ซ๐ฎ๐ฌ ๐ญ๐๐ซ๐๐ง๐ ...?? ๐๐ข๐ญ๐ ๐ญ๐ฎ๐ง๐ ๐ ๐ฎ ๐๐ฎ ๐๐ข๐๐ง ๐๐ค๐๐ง ๐ฆ๐๐ฆ๐๐ฎ๐๐ญ ๐ฉ๐๐ง๐๐ฌ๐๐ซ๐๐ง ๐ฉ๐๐ฆ๐๐๐๐๐ง๐ฒ๐..๐ก๐..๐ก๐.
๐๐๐ฅ๐๐ฆ ๐ฌ๐๐ก๐๐ญ ๐ฌ๐๐ฅ๐๐ฅ๐ฎ ๐๐ฎ๐๐ญ ๐๐ฎ ๐๐ข๐๐ง ๐๐๐ง ๐ค๐๐ฅ๐ฎ๐๐ซ๐ ๐.๐๐๐๐
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Alhamdulillah, terimakasih bu Tien.
ReplyDeleteSemoga sehat selalu.
Alhamdulillah, matursuwun mbak Tien.
ReplyDeleteSalam sehat selalu
Sami2 ibu Umi
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Alhamdulillah MK61 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Sami2 ibu Uchu
DeleteAamiin
Alhamdulillah, MK tayang kembali...makasih Bu Tien....salam sehat selalu...,
ReplyDeleteTernyata Dita ceriwis ya ....๐
Sami2 pak Prim
DeleteSejak masih gadis dia ceriwis
๐ป๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐ป๐๐๐
ReplyDeleteSami2 KP LOVER
DeleteAlhamdulillah... Terima kasih Bu Tien "Melani" telah hadir... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Selamat malam selamat beristirahat... Salam ๐๐๐
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah,terima kasih Bu Tien..
ReplyDeleteSenantiasa sehat dan bahagia..,Aamiin.
Sami2 ibu Rini
DeleteAamiin
Alhamdulillah MK~61 telah hadir.. maturnuwun bu Tien semoga tetap sehat dan semangat .. Aamiin..๐คฒ
ReplyDeleteSami2 pak Djodhi
DeleteAamiin
Alhamdulillah,MK61 telah hadir, terima kasih Mbak Tien..
ReplyDeleteSenantiasa sehat dan bahagia bersama keluarga,Aamiin
Sami2 ibu Pudys
DeleteAamiin
Alhamdulillah Melani dah tayang, makasih Bunda.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat dalam berkarya.
Met malam dan met istirahat
Sami2 mas Bambang
DeleteAamiin
Matur nuwun
Terima kasih Mbak Tien ... MK 61 sdh tayang n sdh dibaca ... makin seru ... Smg Mbak Tien & kelrg sll happy n sehat wal'afiat ... Salam Aduhai buat semua .
ReplyDeleteSami2 ibu Enny
ReplyDeleteSalam ADUHAI
Hhmmm... bacaan yang penuh makna, selalu ada pesan moral bagi pembaca. Kalau dulu ada Indri yang 'belajar' dari seorang pemulung, kini ada Aris yang berubah dari preman kampung menjadi pria yang bertanggung jawab.
ReplyDeleteSalam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Maturnuwun mbak Tien MK61nya...
ReplyDeleteWaduuh..kok ikut deg2an ya..Dita tny macam2..
Aris&Indi udh aduhaii...๐
Setia.nunggu besok lagii..
Salam sehat dan aduhaii mbak Tien..๐๐๐
Sami2 ibu Maria
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun.....
Mugi2 berkah sedoyonipun.....
Sangat berhati-hati agar tidak menyinggung sang dambaan hati walaupun bagaimana dia berusaha memenuhi persyaratan sebuah perhelatan sebagai calon pengantin laki-laki, biar mantap menjalani hidup bersama meniti masa depan mereka berdua, siiip dรจh.
ReplyDeleteNah lho tambah lagi, pertanyaan yang sebelumnya masalah kenapa musti pindah dirumah baru, tambah ingin lihat rumah yang dulu pernah ditempati, ingin merasakan ayunan lagi ha ha ha ha, tambah lagi ingat kontrakan rumah karena ketemuan ada orang mengenalinya, aduh jadi mengapa harus mengontrak rumah, ingat kehilangan bayi nya; nah pencarian anak bayinya, sampai ke kampung bibik.
Merembet kaya kebakaran aja, aduh kembali seperti keingin tahuan seorang anak dalam masa pertumbuhan
ADUHAI..
Terimakasih Bu Tien, Melani Kekasihku yang ke enam puluh satu sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta ๐
Nanaaang..
DeleteADUHAI deh
Trims Bu Tien...sehat selalu
ReplyDeleteRumit,pusing Anggoro. Penyesalan selalu terlambat.
ReplyDeleteMakasih mba Tien. Salam sehat dan selalu aduhai
Sami2 ibu Sul
DeleteSalam ADUHAI
Assalamualaikum wr wb. Mudah mudahan Dita tdk marah setelah jalan jalan melewati rumahnya yg lama dan Anggoro bisa memberikan jawaban yg baik dan memuaskan Anindita. Maturnuwun Bu Tien, semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan kita semua dalam lindungan Allah Swt. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede....
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
DeleteAamiin ya robbal alamiin
Terimakasih.pak Mashudi
✍️ 'Catatan_Cerbung 'Melani Kekasihku by Tien Kumalasari ... part 61 :
ReplyDelete๐ Bentar lagi bu Yayuk mantu niiih (?!)...๐๐คซ
๐ Iyaa Indri yg cantik kaya raya memilih 'Aris sebagai pendamping teman hidupnya... Moga2 terwujud ya.๐
๐ Cerbung dlm proses The End kah (?!) ... dan Cerbung MK termasuk panjang 'episodenya 60 part lebih.๐๐
Terimakasih Bu Tien Kumalasari, cerbung nya sederhana menceritakan orang 2 disekitar kehidupan orang biasa, namun selalu memukau para pembacanya , apalagi penggemarnya. Nice info. Semoga Bu Tien selalu sehat walafiat dan semangat untuk selalu berkarya. Aamiin Allahumma Aamiinn.
ReplyDeleteSami2 pak Rusman,
ReplyDeleteTerimakasih perhatiannya
Hatur nuhun bunda.. Slmsht sll.. ๐๐๐
ReplyDeleteAlhamdulillah... Terimakasih bu Tien. Baru sempat baca,menunggu lanjutannya... Sehat selalu nggih bu...
ReplyDeleteAlhamdulillah sehat2 , 3 hr lg tahun 2022 semoga saja bu Tien sehat2 selalu Aamiin
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien, salam Aduhai .. smoga mbak Tieb sll sehat, sejahtera .. aamiin
ReplyDelete